• Pemeriksaan Fisik
-
• Pemeriksaan Hasil Labolatorium
-
Diagnosis
• Pasien mengalami Konjungtivitis Alergi
Plan/rencana terapi pasien
• Gejala utama dari konjungtivitis alergika adalah radang (mata merah, sakit,
bengkak, panas), gatal, silau berulang, dan menahun. Namun pada kasus hanya
didapatkan gejala mata merah , disertai keluarnya air mata (nrocos), kotoran mata
yang bening atau jernih, dan sangat gatal. Khasnya pada konjungtivitis alergika
terdapat papil besar pada konjungtiva. Dan pada pewarnaan usapan didapatkan
eusinofil.
• Diagnosis banding dari konjungtivitis alergi adalah konjungtivitis virus dan bakteri.
Cara membedakannya yaitu dari gejala masing-masing. Pada konjungtivits virus
terdapat gejala berupa : demam, dengan sengkret yang hampir sama dengan
alergi, air mata mengucur banyak, gatal yang minimal, biasanya menyerang traktus
respiratory. Pada pewarnaan usapan banyak ditemukan monosit dan limposit.
Sedangkan pada konjungtivitis bakteri terdapat gejala seperti: sekretnya purulen,
air mata sedang, gatalnya sedikit, tidak terdapat sakit tenggorokan (tidak
menyerang traktus respiratory), pewarnaan usapan didapatkan bakteri PMN.
(Sidarta, 2010)
Diagnosis
• Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan
mengorek konjungtiva Superficial untuk mendapatkan
bahan/material yang menyebabkan mata merah dan setelah
itu bahan tersebut dibuat dalam bentuk sediaan yang dicat
dengan pengecatan Gram atau Giemsa sehingga pada
pemeriksaan mikroskop diharapakan dapat dijumpai sel-sel
radang polimorfonuklear, sel-sel mononuklear, atau dapat
juga ditemukan bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
sehingga dapat diidentifikasikan dari pengecatan ini. Pada
konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi, pada pengecatan
Giemsa akan didapatkan sel-sel eosinophil (Emedicine, 2010).
Diagnosis
• Lakrimasi adalah keluarnya air mata yang sangat banyak atau nrocos,
air mata sendiri diproduksi oleh glandula lakrimalis yang akan dialirkan
menuju ke mata melalui beberapa tahapan dari pungtum lakrimal,
canaliculi lakrimal, saccus lakrimal dan duktus nasolakrimal, apabila
terjadi sebuah infeksi yang mengenai mata maka akan terjadi
peningkatan ekskresi dari air mata sehingga terjadi lakrimasi.
Analisis RPS
• Rasa gatal yang dikeluhkan pada pasien adalah efek dari proses reaksi
hipersensitivitas yang terjadi dimana terjadi pelepasan mediator
berupa histamin oleh sel mast yang Selanjutnya dalam 60 menit akan
terjadi degranulasi, diawali dengan pelepasan mediator-mediator yang
dapat menyebabkan chemosis dan rasa gatal di konjungtiva.
5 KIE Apoteker: baik, jadi ibu mendapatkan obat Naphcon-a eye drops
informasi 15 ml mengandung Naphazoline HCl 0.025%, pheniramine
obat maleate 0.3% . Nafazolin HCl adalah dekongestan yang
biasa digunakan untuk menghilangkan kemerahan pada
mata yang disebabkan oleh iritasi mata ringan seperti
asap, debu, dan ketika berenang. Obat ini bekerja dengan
mempersempit pembuluh darah secara sementara di
daerah mata. Pheniramine maleat yaitu obat golongan
antihistamin yang bekerja dengan mengikat reseptor
histamin supaya terjadi penghambatan efek histamin pada
tubuh dan tidak terjadi alergi.
Konseling Obat
6 KIE aturan Apoteker: Obat ini digunakan 3-4 kali sehari 2 tetes. Teteskan pada mata yang teriritasi. Jika
pakai obat
lupa teteskan pada saat ingat saja, jangan mendoublekan dosis.
7 KIE cara pakai Cara penggunaan tetes mata :
obat
• Cuci tangan lebih dahulu.
• Jangan menyentuh ujung penetes.
• Mata melihat ke atas.
• Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian “penampungan”.
• Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan diteteskan tanpa
menyentuh mata.
• Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
• Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
• Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
• Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang digunakan, tunggu
sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya diberikan.
• Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya berlangsung selama
beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama, konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Konseling Obat
8 KIE ESO, - Efek samping obat: mata pedih, panas,hipereremi pada penggunaan yang berlebihan (webmd.com)
penyimpanan dan
interaksi - Jika ibu meraskan mata pedih, panas,hipereremi pada penggunaan yang berlebihan segera hubungi kami atau
menghubungi dokter
- Obat disimpan dikotak obat dan hindarkan dari sinar matahari langsung dan dari jangkauan anak-anak
9 KIE terapi non- - Melindungi mata dari allergen yang dapat menyebabkan iritasi
farmakologi
- Hindari pemakaian make up disekitar mata
- Lepaskan lensa kontak apabila sedang memakainya
- Jangan menyentuh atau mengucek mata
- Mencuci tangan apabila akan menggunakan obat tetes mata
- Bersihkan kotoran mata beberapa kali sehari dengan kapas atau kain yang halus
- Lebih baik menggunakan kacamata untuk menghindari allergen
- Berdiam di rumah untuk mempercepat penyembuhan
10 KIE konfirmasi Apoteker: untuk memastikan informasinya sudah dipahami, apakah boleh jika ibu mengulang informasi yang sudah saya
akhir resep dan
enutupan sampaikan sebelumnya?
Pasien : Baik (mengulang kembali informasi obat)
Apoteker : terimakasih pak, jika nantinya ada yang ingin ditanyakan ibu dapat menghubungi saya pada nomer yang
tercantumkan di etiket obat ibu. Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?
Pasien : sudah cukup
Apoteker: baik ibu, terimkasih sudah melungkan waktunya untuk konsling ini, semoga ibu lekas sembuh
Pasien : baik terimakasih
Referensi
• Baab, S., Le, P. H., & Kinzer, E. E. (2020). Allergic Conjunctivitis. Statpearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448118/
• Ilyas, Sidarta. (2010). Ilmu Penyakit Mata. edisi 2. Jakarta : FKUI. Cetakan ketujuh.
• Leonardi, A., Rosario, N., & Vichyanoud, P. (2019). ICON: Diagnosis and Management of
Allergic Conjunctivitis. Annals of Allergy, Asthma and Immunology.
https://doi.org/10.1016/j.anai.2019.11.014
• Liesegang T.J., Deutsch T.A., Grand M.G., Basic and clinical science course, Intraocular
inflammation and uveitis Section 9 : The Foundation of the American Academy of
Ophthalmology. San Francisco, 2004: 72.
• Pusat Informasi Obat Nasional POM. 2015. Petunjuk Praktis Penggunaan Obat.
www.pionas.go.id diakses pada 28 Agustus 2020
• Sánchez-Hernández, M. C., Montero, J., Rondon, C., Benítez Del Castillo, J. M., Velázquez, E.,
Herreras, J. M., Fernández-Parra, B., Merayo-Lloves, J., Del Cuvillo, A., Vega, F., Valero, A.,
Panizo, C., Montoro, J., Matheu, V., Lluch-Bernal, M., González, M. L., González, R., Dordal,
M. T., Dávila, I., … Navarro, A. (2015). Consensus document on allergic conjunctivitis (DECA).
Journal of Investigational Allergology and Clinical Immunology, 25(2), 94–106.
Pertanyaan?