Anda di halaman 1dari 25

Tugas Farmakoterapi Terapan

Dosen : Apt. Marvel, M.Farm

Giyan Ramdan 41201097000021


Rifa Nuraini 41201097000042
Syarif Pujiantoro 41201097000052
Tina Yuliana 41201097000055

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2020
Kasus 7
Seorang pasien, 22 tahun, wanita mengeluhkan
mata merah sejak 3 hari yang lalu. Bulu mata
terasa lengket dan gatal. Riwayat alergi asap
rokok. Terapi farmakologi dan non farmakologi
apa yang tepat untuk mengobati pasien?
Data subjektif dan objektif
Nama pasien : -
Tanggal lahir : -
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Berat badan : -
Tinggi badan : -
Keluhan utama : Mata merah 3 hari yang lalu, bulu mata
terasa lengket dan gatal
Riwayat penyakit : Alergi asap rokok
sekarang
Riwayat penyakit : -
sebelumnya
Riwayat penyakit : -
keluarga

• Pemeriksaan Fisik
-
• Pemeriksaan Hasil Labolatorium
-
Diagnosis
• Pasien mengalami Konjungtivitis Alergi
Plan/rencana terapi pasien
• Gejala utama dari konjungtivitis alergika adalah radang (mata merah, sakit,
bengkak, panas), gatal, silau berulang, dan menahun. Namun pada kasus hanya
didapatkan gejala mata merah , disertai keluarnya air mata (nrocos), kotoran mata
yang bening atau jernih, dan sangat gatal. Khasnya pada konjungtivitis alergika
terdapat papil besar pada konjungtiva. Dan pada pewarnaan usapan didapatkan
eusinofil.

• Diagnosis banding dari konjungtivitis alergi adalah konjungtivitis virus dan bakteri.
Cara membedakannya yaitu dari gejala masing-masing. Pada konjungtivits virus
terdapat gejala berupa : demam, dengan sengkret yang hampir sama dengan
alergi, air mata mengucur banyak, gatal yang minimal, biasanya menyerang traktus
respiratory. Pada pewarnaan usapan banyak ditemukan monosit dan limposit.
Sedangkan pada konjungtivitis bakteri terdapat gejala seperti: sekretnya purulen,
air mata sedang, gatalnya sedikit, tidak terdapat sakit tenggorokan (tidak
menyerang traktus respiratory), pewarnaan usapan didapatkan bakteri PMN.
(Sidarta, 2010)
Diagnosis
• Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan
mengorek konjungtiva Superficial untuk mendapatkan
bahan/material yang menyebabkan mata merah dan setelah
itu bahan tersebut dibuat dalam bentuk sediaan yang dicat
dengan pengecatan Gram atau Giemsa sehingga pada
pemeriksaan mikroskop diharapakan dapat dijumpai sel-sel
radang polimorfonuklear, sel-sel mononuklear, atau dapat
juga ditemukan bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
sehingga dapat diidentifikasikan dari pengecatan ini. Pada
konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi, pada pengecatan
Giemsa akan didapatkan sel-sel eosinophil (Emedicine, 2010).
Diagnosis

Gambar cara pemeriksaan papil pada konjungtiva


Analisis RPS
• Mata merah seperti yang dikeluhkan pasien dapat timbul akibat
terjadinya perubahan pada bola mata yang sebelumnya berwarna
putih. Mata merah tersebut dapat diakibatkan oleh pelebaran
pembuluh darah konjungtiva dan bila terjadi pelebaran pembuluh
darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva
dan sklera maka akan terlihat warna merah.

• Lakrimasi adalah keluarnya air mata yang sangat banyak atau nrocos,
air mata sendiri diproduksi oleh glandula lakrimalis yang akan dialirkan
menuju ke mata melalui beberapa tahapan dari pungtum lakrimal,
canaliculi lakrimal, saccus lakrimal dan duktus nasolakrimal, apabila
terjadi sebuah infeksi yang mengenai mata maka akan terjadi
peningkatan ekskresi dari air mata sehingga terjadi lakrimasi.
Analisis RPS
• Rasa gatal yang dikeluhkan pada pasien adalah efek dari proses reaksi
hipersensitivitas yang terjadi dimana terjadi pelepasan mediator
berupa histamin oleh sel mast yang Selanjutnya dalam 60 menit akan
terjadi degranulasi, diawali dengan pelepasan mediator-mediator yang
dapat menyebabkan chemosis dan rasa gatal di konjungtiva.

• Sekret atau belek mata merupakan produk kelenjar yang pada


konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet, sekret ini bisa dibedakan
menurut sifatnya dan peradangan yang mendasarinya :
- Apabila berupa air jernih maka kemungkinan disebabkan infeksi virus
atau alergi.
- Apabila purulen kemungkinan oleh infeksi bakteri atau klamidia.
Rencana Terapi
Rencana Terapi
Pemilihan Terapi
• Terapi Farmakologi
berupa agen vasoaktif-
antihistamin (bahan aktif:
Naphazoline Hidroklorida
dan Pheniramine Maleat)
dengan dosis 4 kali sehari
1-2 tetes.
Pemilihan Terapi
• Terapi Non Farmakologi
- Melindungi mata dari allergen yang dapat menyebabkan iritasi
- Hindari pemakaian make up disekitar mata
- Lepaskan lensa kontak apabila sedang memakainya
- Jangan menyentuh atau mengucek mata
- Mencuci tangan apabila akan menggunakan obat tetes mata
- Bersihkan kotoran mata beberapa kali sehari dengan kapas atau kain yang
halus
- Lebih baik menggunakan kacamata untuk menghindari allergen
- Berdiam di rumah untuk mempercepat penyembuhan
Evaluasi Terapi
• Terapi dilakukan selama 3 hari.
• Periksa secara berkala keadaan mata.
• Apabila keluhan yang dirasakan sudah hilang, maka
pengobatan dapat dihentikan.
• Hubungi dokter apabila :
 Mata merah yang berkelanjutan atau memburuk
 Perubahan pada penglihatan
 Nyeri pada dada, detak jantung tidak tetap atau terlalu cepat
 Sakit kepala parah, berdengung di telinga, kecemasan atau
sesak nafas
 Mata perih
Analisa DRP
Rencana Asuhan
Kefarmasian
Tujuan Obat Dosis Cara pemberian Monitoring
pengob (perhitungan)
atan
  Naphco Obat ini Diteteskan pada mata yang teriritasi. Periksa secara
n-a eye digunakan 3-4 Petunjuk penggunaan obat tetes mata (pionas.pom.go.id) berkala keadaan
drops kali sehari 2 - Cuci tangan lebih dahulu. mata. Apabila
15 ml tetes Jangan menyentuh ujung penetes. keluhan yang
- Mata melihat ke atas. dirasakan sudah
- Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian hilang, maka
“penampungan”. pengobatan dapat
- Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan dihentikan.
diteteskan tanpa menyentuh mata.  
- Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.  
- Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
- Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
- Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang
digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya
diberikan.
- Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya
berlangsung selama beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama,
konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Lembar materi edukasi/informasi obat untuk
pasien
• NAPHCHON A (15 ML)
Naphcon-a eye drops 15 ml mengandung Naphazoline HCl 0.025%,
pheniramine maleate 0.3% merupakan obat yang digunakan untuk
sementara meredakan kemerahan mata, bengkak, gatal, dan berair yang
umumnya terjadi dengan alergi, dengan dosis 4 kali sehari.

• Petunjuk penggunaan obat tetes mata


Cuci tangan lebih dahulu.
Jangan menyentuh ujung penetes.
Mata melihat ke atas.
Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian “penampungan”.
Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan diteteskan tanpa
menyentuh mata.
Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang digunakan, tunggu
sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya diberikan.
Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya berlangsung selama
beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama, konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Cara Penggunaan Obat Tetes Mata
Konseling Obat
NO. KRITERIA NASKAH
1 Pembukaan Apoteker: Selamat siang, perkenalkan saya apoteker yang bertugas diapotek ini, bermaksud meminta
waktu ibu sejenak untuk melakukan konsling obat yang ibu dapatkan, apakah ibu bersedia?
Pasien : iya saya bersedia
Apoteker: Baik sebelumnya ibu silahkan duduk terlebih dahulu.
Pasien : baik, terimakasih
 
Apoteker: Tujuan konsling ini adalah untuk memberikan informasi-informasi terkait obat yang ibu
dapatkan agar dapat tercapai tujuan terapi pengobatan yang diharapkan. Mohon maaf
sebelumnya, apakah ini dengan ibu (nama pasien) sendiri atau diwakilkan?
Pasien : saya sendiri
apoteker: Apakah ibu punya riwayat alergi?
pasien : ada, alergi asap rokok
2 Pendahuluan apoteker: Apakah ibu memiliki riwayat alergi penggunaan obat?

pasien : tidak ada


Apakah ibu sedang hamil, atau menyusui ?
pasien : tidak
Apakah ibu merokok atau minum alkohol?
pasien : tidak
Konseling Obat
3 3 prime Apoteker : Apakah yang disampikan dokter terkait obat yang
question diberikan kepada ibu?
Pasien : belum ada
Apakah dokter telah menyampaikan cara penggunaan obat
Pasien : belum
Apoteker : Apakah dokter telah menyampaikan tujuan terapi
pengobatan?
Pasien : tidak

5 KIE Apoteker: baik, jadi ibu mendapatkan obat Naphcon-a eye drops
  informasi 15 ml mengandung Naphazoline HCl 0.025%, pheniramine
  obat maleate 0.3% . Nafazolin HCl adalah dekongestan yang
  biasa digunakan untuk menghilangkan kemerahan pada
  mata yang disebabkan oleh iritasi mata ringan seperti
asap, debu, dan ketika berenang. Obat ini bekerja dengan
mempersempit pembuluh darah secara sementara di
daerah mata. Pheniramine maleat yaitu obat golongan
antihistamin yang bekerja dengan mengikat reseptor
histamin supaya terjadi penghambatan efek histamin pada
tubuh dan tidak terjadi alergi.
Konseling Obat
6 KIE aturan Apoteker: Obat ini digunakan 3-4 kali sehari 2 tetes. Teteskan pada mata yang teriritasi. Jika
pakai obat
  lupa teteskan pada saat ingat saja, jangan mendoublekan dosis.
 
 
7 KIE cara pakai Cara penggunaan tetes mata :
obat
  • Cuci tangan lebih dahulu.
  • Jangan menyentuh ujung penetes.
  • Mata melihat ke atas.
  • Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian “penampungan”.
  • Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan diteteskan tanpa
menyentuh mata.
• Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
• Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
• Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
• Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang digunakan, tunggu
sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya diberikan.
• Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya berlangsung selama
beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama, konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Konseling Obat
8 KIE ESO, - Efek samping obat: mata pedih, panas,hipereremi pada penggunaan yang berlebihan (webmd.com)
penyimpanan dan
  interaksi - Jika ibu meraskan mata pedih, panas,hipereremi pada penggunaan yang berlebihan segera hubungi kami atau
  menghubungi dokter
  - Obat disimpan dikotak obat dan hindarkan dari sinar matahari langsung dan dari jangkauan anak-anak
 
 
 
9 KIE terapi non- - Melindungi mata dari allergen yang dapat menyebabkan iritasi
farmakologi
- Hindari pemakaian make up disekitar mata
- Lepaskan lensa kontak apabila sedang memakainya
- Jangan menyentuh atau mengucek mata
- Mencuci tangan apabila akan menggunakan obat tetes mata
- Bersihkan kotoran mata beberapa kali sehari dengan kapas atau kain yang halus
- Lebih baik menggunakan kacamata untuk menghindari allergen
- Berdiam di rumah untuk mempercepat penyembuhan
10 KIE konfirmasi Apoteker: untuk memastikan informasinya sudah dipahami, apakah boleh jika ibu mengulang informasi yang sudah saya
akhir resep dan
enutupan sampaikan sebelumnya?
Pasien : Baik (mengulang kembali informasi obat)
Apoteker : terimakasih pak, jika nantinya ada yang ingin ditanyakan ibu dapat menghubungi saya pada nomer yang
tercantumkan di etiket obat ibu. Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?
Pasien : sudah cukup
Apoteker: baik ibu, terimkasih sudah melungkan waktunya untuk konsling ini, semoga ibu lekas sembuh
Pasien : baik terimakasih
Referensi
• Baab, S., Le, P. H., & Kinzer, E. E. (2020). Allergic Conjunctivitis. Statpearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448118/
• Ilyas, Sidarta. (2010). Ilmu Penyakit Mata. edisi 2. Jakarta : FKUI. Cetakan ketujuh.
• Leonardi, A., Rosario, N., & Vichyanoud, P. (2019). ICON: Diagnosis and Management of
Allergic Conjunctivitis. Annals of Allergy, Asthma and Immunology.
https://doi.org/10.1016/j.anai.2019.11.014
• Liesegang T.J., Deutsch T.A., Grand M.G., Basic and clinical science course, Intraocular
inflammation and uveitis Section 9 : The Foundation of the American Academy of
Ophthalmology. San Francisco, 2004: 72.
• Pusat Informasi Obat Nasional POM. 2015. Petunjuk Praktis Penggunaan Obat.
www.pionas.go.id diakses pada 28 Agustus 2020
• Sánchez-Hernández, M. C., Montero, J., Rondon, C., Benítez Del Castillo, J. M., Velázquez, E.,
Herreras, J. M., Fernández-Parra, B., Merayo-Lloves, J., Del Cuvillo, A., Vega, F., Valero, A.,
Panizo, C., Montoro, J., Matheu, V., Lluch-Bernal, M., González, M. L., González, R., Dordal,
M. T., Dávila, I., … Navarro, A. (2015). Consensus document on allergic conjunctivitis (DECA).
Journal of Investigational Allergology and Clinical Immunology, 25(2), 94–106.
Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai