Anda di halaman 1dari 4

Terapi Konjungtivitis

Konjungtivitis bakteri
• Konjungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes atau salep mata antibiotik spektrum
luas, misalnya kloramfenikol atau asam fusidat. Mata juga harus dibersihkan dengan
kapas yang dibasahi dengan air masak yang didinginkan untuk menghilangkan kerak
yang lengket. Penelitian membuktikan bahwa 64 persen kasus konjungtivitis bakteri akan
sembuh dengan sendirinya dalam waktu lima hari, obat mata antiobiotik diduga tidak
berkontribusi besar dalam meningkatkan angka kesembuhan.

Konjungtivitis virus
• Tidak ada pengobatan efektif untuk konjungtivitis virus. Tapi mata dapat dibuat lebih
nyaman dengan penggunaan salep pelumas seperti Lacri-Lube. Kompres dingin pada
mata, dan tablet seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu mengurangi gejala.
Karena konjungtivitis virus mudah sekali menular, pastikan agar selalu menjaga
kebersihan, seperti mencuci tangan dan wajah dan tidak menggunakan handuk secara
bersama-sama. Juga sedapat mungkin hindari kontak dengan orang lain.Kondisi ini dapat
berlangsung dalam waktu yang lama, dan dalam beberapa kondisi, tetes
mata kortikosteroid dapat membantu, namun harus diberikan dalam pengawasan dokter
spesialis mata.
Konjungtivitis klamidia
• Terapi adalah dengan salep klortetrasiklin pada kedua belah mata dan tablet
tetrasiklin untuk mengendalikan infeksi di lokasi tubuh lain. Anak-anak tidak
boleh diobati dengan tetrasiklin, namun eritromisin dapat digunakan untuk
mereka.

Konjungtivitis alergi
• Konjungtivitis alergi dapat diobati dengan menggunakan obat
tetes antihistamin topikal. Obat tetes, seperti natrium kromoglikat (misalnya
tetes mata Opticrom), dapat digunakan untuk mencegah reaksi alergi. Tetes
mata kortikosteroid terkadang juga diperlukan, namun hanya boleh diberikan
dibawah pengawasan dokter spesialis mata.

Konjungtivitis pada bayi


• Konjungtivitis pada bayi harus diperlakukan dengan sangat hati-hati dan
serius. Spesimen diambil dari debit mata yang lengket dan harus diperiksa
oleh dokter spesialis mata. Pengobatannya akan tergantung dari penyebab
yang mendasarinya, yaitu berdasarkan hasil tes dari laboratorium.
Konjungtivitis Infektif
• konjungtivitis infektif besar kasusnya tidak memerlukan perawatan medis dan akan
menghilang dalam waktu 1-2 pekan. Biasanya digunakan obat tetes air mata yang
berguna sebagai pelumas untuk meredakan rasa sakit dan lengket pada mata. Obat ini
bisa dibeli secara bebas di apotek.
• Diharapkan Cucilah tangan secara rutin setelah menyentuh mata yang terinfeksi agar
tidak menular.
• Jangan menggunakan lensa kontak sebelum gejala infeksi hilang atau setidaknya satu hari
setelah menyelesaikan perawatan. Ganti lensa kontak yang telah dipakai saat terinfeksi
karena kemungkinan bisa menjadi sumber infeksi.
• Gunakan kain kapas yang dibasahi untuk membersihkan kelopak dan bulu mata dengan
lembut agar tidak lengket.
• Jika gejala yang dialami tidak kunjung mereda setelah dua pekan atau infeksi yang terjadi
cukup parah, dokter akan meresepkan obat antibiotik, salah satunya
adalah chloramphenicol.
• Biasanya dokter akan meresepkan obat tetes mata chloramphenicol sebagai penanganan
utama. Namun chloramphenicol dalam bentuk salep akan diresepkan jika pasien tidak
cocok dengan bentuk tetes. Penglihatan mungkin akan menjadi buram selama 20 menit
setelah pemakaian salep mata. Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter tentang
penggunaan obat.
• Selain obat tetes mata chloramphenicol, ada juga obat tetes mata fusidic acid. Anak-anak,
wanita hamil, dan orang yang berusia lanjut lebih cocok untuk menggunakan obat tetes
mata fusidic acid karena penggunaannya tidak perlu sesering obat tetes mata lain.
Konjungtivitis Alergi
• Kompres mata dengan kain yang dibasahi air dingin dan hindari terpapar
zat alergen. Jangan memakai lensa kontak hingga gejala konjungtivitis
hilang. Agar gejala tidak memburuk, jangan menggosok mata walau
terasa gatal.
• Jika konjungtivitis alergi tidak kunjung mereda, temui dokter. Dokter
kemungkinan akan meresepkan antihistamin (baik dalam bentuk tetes
mata atau oral) guna meredakan gejala alergi. Contoh-contoh
obat antihistamin adalah azelastine,
cetirizine, loratadine,fexofenadine, atau emedastine. Gunakan obat
sesuai anjuran dokter,
• Selain antihistamin, obat kortikosteroid jangka pendek dalam bentuk gel,
salep, atau krim kemungkinanakan diresepkan jika gejala konjungtivitis
alergi yang dialami cukup parah.
• Selain itu, ada juga obat yang bernama mast cell stabilisers yang berguna
untuk mengendalikan gejala alergi dalam jangka waktu panjang. Dokter
mungkin akan mengombinasikan antihistamin dengan obat ini, karena
efek mast cell stabilisers baru bisa terasa setelah beberapa pekan
pemakaian. Contoh obat tetes mata mast cell stabilisersyang biasa
diresepkan adalah nedocromil sodium, sodium
cromoglicate, dan lodoxamide.

Anda mungkin juga menyukai