Anda di halaman 1dari 23

Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit

dua fase cairan yang tidak saling bercampur kebanyakan emulsi farmasi

yang dirancang untuk pemberian oral adalah dari jenis M/A. lotion yang

diemulsi dan krim adalah M/A atau A/M tergantung pada penggunannya,

sebagian besar emulsi dalam penggunaan farmasi memiliki partikel yang

berdiameter mulai dari 0,1 – 100 nm (Rps 18th hal 298). Emulsi adalah

sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat terdispersi

dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan

yang cocok (FI III hal 9).

Emulsi adalah sistem dua fase dimana fase terdispersi terdiri dari

bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdispersi seluruh pembawa yang tidak

saling bercampur (Ansel hal 376). Emulsi adalah suatu sistem yang tidak

stabil secara termodinamika yang mengandung sedikit dua fase cair yang

tidak bercampur, dimana salah satu diantaranya didispersikan sebagai bola-

bola dalam fase cair lain (Farfis 2 hal 1143). Emulsi adalah sistem dispers

kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut satu sama lain (R.voight hal

399).

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (FI V hal 46). Emulsi

adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem

dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam

fase cairan lainnya (FN hal 314).


Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika

dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur (lachaman 2 hal

1029). Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil (FI IV hal 6). Emulsi adalah

sistem heterogen yang terdiri dari setidaknya satu cairan yang tek bercampur

yang tersebar secara intim dalam cairan lain dalam bentuk tetesan yang

diameternya secara umum melebihi 0,1 µm (dom martin hal 508). Emulsi

adalah preparat yang mengandung dua cairan tidak bercampur dimana salah

satu terdispersi secara tidak seragam sebagai globul untuk kedelam yang lain

(Scoville’s hal 314).

Emulsi adalah sistem polifase dari dua cairan yang tidak dapat

bercampur. Salah satunya didispersikan dengan bentuk zat pengemulsi

pada cairan lain dalam partikel yang berkisar dari 0,2-50 n dalam diameter

(parrot hal 334).

a. Termodinamika stabil

Menurut Rps hal 298

Seperti halnya suspensi, emulsi secara termodinamika stabil

sebagai akibat dari energi bebas berlebih terkait dengan permukaan

tetesan-tetesan yang tersebar, oleh karena itu berusaha untuk berkumpul

dan mengurangi luas permukaan. Dalam kaitannya dengan efek flokulasi

ini juga diamati dengan suspensi, partikel yang terdispersi dapat menyatu
atau melebur dan ini dapat mengakibatkan penghancuran emulsi pada

akhirnya.

1. Bahan pengemulsi

a. Menurut lachman 2 hal 1151

Pemilihan zat pengemulsi umumnya dibedakan tiga golongan

besar yaitu surfaktan. Koloid hidrofilik dan zat padat terbagi halus,

walaupun koloid hidrofilik dan zat padat yang terbagi halus dapat

digunakan sebagai pengemulsi satu-satunya penggunaannya yeng

terbesar adalah dalam bentuk pengemulsi pembantu. Golongan

pengemulsi tertentu dipilih terutama berdas arkan stabilitas shelf-life yang

dikehendaki. Tipe emulsi yang di inginkan dan biaya penegmulsi.

b. Menurut parrot hal 313

Bahan pengemulsi adalah bahan aktif permukaan yang

mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air dengan

mengelilingi tetesan terdispersi dalam lapisan film yang kuat yang mana

mencegah koalesensi dan pemisahan dari fase disperse.

c. Menurut ansel hal 379-380

Zat pengemulsi harus dapat dicampurkan dengan bahan

formulatif lainnya dan tidak boleh mengganggu stabilitas atau efikasi dari

zat terapeutik harus stabil dan tidak boleh terurai dalam preparat, harus

tidak stabil, tidak berbau, rasa dan berwarna lemah.

d. Menurut dom king hal 112


Senyawa apapun yang dapat menurunkan tegangan antar

muka membentuk film pada antarmuka atau orientasi pada antarmuka

yang berpotensi berfungsi sebagai agen pengemulsi.

Proses pembentukan tetesan terdispersi, intermitten shaking.

− Pembentukan tetesan terdispersi menurut Rps 18 th hal 299

Bentuk awalnya merupakan dua fase yang tidak saling

bercampur satu sama lain yaitu fase air dan fase minyak karena terdapat

tegangan antarmuka yang sangat tinggi. Ketika dilakukan pengocokan,

kedua fase cair tersebut akan terdispersi dalam bentuk tetesan-tetetasan

kecil tetapi belum tercampur secara sempurna karena masih terdapat

tegangan antarmuka. Oleh karena itu dibutuhkan emulgator untuk

menurunkan tegangan antarmuka dan memutuskan benang-benang

antara kedua fase sehingga fase air dan fase minyak dapat bercampur

membentuk tetesan-tetesan terdispersi ketika ditambahkan emulgator dan

ditambahkan dan dilakukan pengocokan, tergantung fase mana yang

lebih cepat berikatan dengan emulgator maka akan membentuk emulsi

tipe minyak dalam air (M/A). begitu juga sebaiknya jika fase minyak yang

lebih cepat berikatan dengan emulgator maka akan terbentuk emulsi tipe

air dalam minyak (A/M).

− Intermitten shaking Menurut lachman hal 1043

Pembuatan emulsi yang terbaik adalah dengan menggunakan

pengocokan pada waktu-waktu tertentu. Campuran dapat teremulsi


secara sempurna hanya dengan lima adukan tangan dalam waktu kira-

kira dua menit, jika emulsi tersebut dibiarkan dan selama 20-30 menit.

Pengocokan berselang seling benang yang diperoleh melintasi

waktu antarmuka untuk memecah menjadi tetes yang kemudian

didispersikan pada fase yang berlawanan, waktu pengocokan dua menit

dan didiamkan selama 10-30 detik diap pengocokan.

2. Mekanisme emulgator

- Menurut lachman hal 1034-1037

a. Tegangan antarmuka

Walaupun pengurangan tegangan permukaan menurunkan

energi bebas antarmuka yang dihasilkan pada dispersi, peranan zat

pengemulsi sebagai pembatas antarmuka adalah yang paling penting.

Dapat dilihat dengan jelas bila seseoran memperhatikan bahwa banyak

polimer dan padatan yang terbagi halus, tidak efisien dalam menurunkan

tegangan antarmuka, membentuk pembatas antarmuka yang baik sekali,

bertindak untuk mencegah penggabungan dan sebagai zat pengemulsi

b. Lapisan antarmuka

Pembentukan lapisan-lapisan oleh suatu pengemulsi pada

permukaan tetesan air atau minyak telah dipelajari secara terperinci.

Penegrtian dari suatu lapisan tipis monomolekuler yang terarah dari zat

pengemulsi tersebut pada permukaan fase dalam dari suatu emulsi

adalah dasar yang penting untuk mengerti sebagian besar teori


emulsifikasi cukup beralasan untuk mengharapkan molekul-molekul

amfifilik untuk mengatur dirinya pada suatu anata muka air minyak dalam

sebagian besar posisi yang paling disukai secara energetik bagian

oleofilik dalam fase minyak dan bagian hidrofilik dalam fase air. Juga

sudah ditetapkan dengan baik bahwa zat aktif permukaan cenderung

berkumpul pada antarmuka dan pengemulsi diabsorbsi pada antarmuka

minyak dan air sebagai lapisan-lapisan monomolekuler. Jika konsentrasi

zat pengemulsi cukup tinggi, pengemulsi membentuk suatu lapisan yang

kaku antara fase-fase yang tidak bercampur tersebut. Yang bertindak

sebagai suatu penghalang mekanik. Baik terhadap besi maupun

menggabungnya tetesan-tetesan emulsi. Pengukuran-pengukuran

terhadap luas daerah yang ditempati oleh molekul tunggal zat aktif

permukaan pada antar muka tetesan-tetesan emulsi telah membuktikan

bahwa dalam emulsi yang stabil, molekul-molekul zat aktif permukaan

dalam kenyataannya terkemas rapat (berdekatan) dan membentuk suatu

lapisan antarmuka yang kuat.

c. Penolakan elektrik

Telah digambarkan bagaimana lapisan antarmuka atau Kristal

cair lamellar mengubah laju penggabungan tetesan dengan bertindak

sebagai pembatas. Disamping itu, lapisan yang sama atau serupa dapat

menghasilkan gaya listrik tolak antara tetesan-tetesan yang mendekat.

Penolakan ini disebabkan oleh suatu lapisan listrik rangkap yang dapat
timbul dari gugus-gugus bermuatan listrik yang mengarah pada

permukaan bola-bola yang teremulsi.

d. Interaksi tetesan

Plot potensial penolakan total antara dua tetesan yang bermuatan

suatu fungsi dari jarak antar partikel. Potensial ini tidak hanya meliputi

potensial listrik tolak, tetapi juga suatu seri interaksi lain yang dikenal

sebagai gaya van der waals atau interaksi London.

− Menurut ansel hal 378-379

a. Teori tegangan permukaan dari emulsifikasi penggunaan zat-zat ini

sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil menghailkan penurunan

tegangan antarmuka dari dua cairan yang tidak saling bercampur.

Mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi

gaya tarik menarik antar molekul dari masing-masing cairan. Jadi zat

aktif permukaan membantu memecahkan bola-bola besar menjadi

bola-bola kecil yang kemudian mempunyai kecenderungan untuk

bersatu yang lebih kecil daripada lazimnya.

b. Oriented-wedge theory menganggap lapisan monomolekuler dari zat

pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi.

Teori tersebut berdasarkan anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu

mengarahkan dirinya disekitar dan dalam suatu cairan yang

merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.


c. Teori plastik atau lapisan antarmuka menempatkan zat pengemulsi

pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi tetesan fase

dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diabsorbsi pada

permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak

dan bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin lunak lapisan

tersebut akan makin besar dan makin stabil emulsinya.

− menurut farfis hal 1147

a. zat-zat aktif pada permukaan yang terabsorbsi pada antarmuka

minyak atau air lapisan monomolekuler dan mengurangi tegangan

antarmuka.

b. Koloid hidrofilik membentuk lapisan monomolekuler disekitar

tetesan yang terdispersi dari minyak dalam suatu emulsi M/A.

c. Partikel padat yang terbagi halus yang diabsorbsi pada batas

antarmuka 2 fase cair yang tidak bercampur dan membentuk

lapisan partikel disekitar bola-bola terdispersi.

− Menurut Rps 18th hal 300-301

a. Lapisan monomolekuler, emulgator ini mampu menghasilkan

emulsi dengan membentuk lapisan tunggal dari molekul atau ion

antarmuka air atau minyak yang di absorbs.

b. Lapisan multimolekuler, lapisan lipofilik yang terhidrasi membentuk

lapisan multimolekuler disekeliling tetesan dari minyak yang

terdispersi.
c. Lapisan partikel padat, partikel padat yang terkecil dibasahi

sampai beberapa derajat baik oleh fase cair, dengan non cair yang

bereaksi sebagai emulgator. Jika terlalu hidrofilik partikel tersebut

tinggal dalam fase cair tapi jika terlalu lipofilik partikel tunggal,

terdispersi dengan sempurna dalam fase minyak.

3. Syarat-syarat pengemulsi

a. Menurut ansel hal 380

Zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu. Salah

satunya, ia harus dapat dicampurkan dengan bahan formulatif

lainnya dan tidak boleh mengganggu stabilitas atau efikasi dari zat

terapeutik. Ia harus stabil dan tidak boleh terurai dalam preparat.

Zat pengemulsi harus tidak toksik pada penggunaan yang dimakud

dan jumlahnya yang dimakan oleh pasien. Juga ia harus berbau,

rasa dan warna lemah. Yang paling penting adalah kemampuan

dari zat pengemulsi tersebut untuk membentuk emulsi dan

menjaga stabilitas dari emulsi agar tercapai shel life dari produk.

b. Menurut Rps 18th hal 300

a. Permukaan aktif dan mengurangi tegangan permukaan sampai

dibawah dyne.
b. Terabsorbsi dengan cepat disekitar tetesan yang terdispersi

sebagai lapisan kental dan tidak berlubang yang mencegah

koalesensi.

c. Memasukkan ke dalam tetesan potensial listrik yang cukup

sehingga sering terjadi tolakan.

d. Meningkatkan kekentalan (viscosity)

e. Efektif dalam konsentrasi yang cukup rendah.

4. Jenis-jenis pengemulsi

− menurut farfis 2 hal 1147

zat pengemulsi bisa dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut :

a. zat-zat aktif pada permukaan yang terabsorbsi pada antarmuka

minyak/air membentuk lapisan monomolekuler dan mengurangi

tegangan antarmuka.

b. Koloid hidrofilik yang membentuk suatu lapisan multimolekuler

sekitar tetesan-tetesan terdispers dari minyak dalam suatu emulsi

O/W.

c. Partikel-partikel yang terbagi halus yang diabsorbsi pada batas

antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan membentuk

suatu lapisan partikel disekitar bola-bola terdispers.

− Menurut ansel hal 380-381

a. Bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang secara alami : akasia

(gom), tragakan, agar dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk


koloidal hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya

mengahasilkan emulsi M/A.

b. Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, dan kafein. Zat-zat ini

menghasilkan emulsi M/A. kerugian gelatin sebagai suatu zat

pengemulsi adalah bahwa pengemulsi yang disiapkan dari gelatin

seringkali terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.

c. Alkohol dengan molekul tinggi seperti : stearil alcohol, setil alcohol

dan gliserin monostearat. Bahan-bahan ini digunakan terutama

sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi M/A dari lotio

dan salep tertentu yang digunakan sebagai obat luar.

d. Zat-zat pembasah, yang bersifat kationik dan anionik. Zat-zat ini

mengandung gugus-gugus hidrofilik dan lipofilik dari molekul

menyebabkan aktivitas permukaan dari molekul tersebut.

e. Zat padat yang terbagi halus seperti : tanah liat termasuk bentonit,

magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida.

− Menurut Rps 18th hal 301

Tipe Tipe lapisan contoh

Anionik : sabun,

Sintetik (bahan aktif kalium laurit,


Monomolekuler
pemukaan) sulfonat, dioksil

sodium sulfosolisikat
Kationik : campuran

ammonium

kuastenal, setil

trimetil, ammonium

bromide, lauril

dimetil benzil

ammonium klorida

Non ionik : lemak

pokokti etilen,

alcohol, eter, ester,

asam lemak,

sorbitan.

Koloid hidrofilik,

alami Multimolekuler akasia, gelatin,

lechisin, kolesterol.

Padat terbagi halus Monomolekuler Lechisin, koloid

Tanah liat koloid,

bentonit, veegum,
partikel padat
hidroksida logam,

mg. oH.
5. Cara memperkirakan tipe emulsi

− Menurut Rps 18th hal 299

a. Uji pengenceran

Metode ini tergantung pada pernyataan bahwa suatu emulsi

M/A dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M dengan

minyak saat minyak ditambahkan.

b. Uji konduktifitas

Ketika sepasang elektrode dihubungkan dengan sumber listrik

dimasukkan ke dalam emulsi M/A lampu akan nyala karena

menhantarkan arus listrik kedua elekroda jika lampu tidak

menyala diasumsikan bahwa sistem A/M.

c. Uji kelarutan warna

Bahkan suatu pewarna larut air akan larut dalam fase air dari air

sementara zat warna larut minyak akan tertarik oleh fase

minyak.

− Menurut lachman hal 1040

Uji Pengamatan Keterangan

Uji pengenceran Emulsi dapat Hanya berguna

diencerkan hanya untuk emulsi cairan

dengan fase luar

Uji warna Zat warna padat Bisa gagal jika ada


yang larut dalam air pengemulsi ionik.

hanya mewarnai

emulsi M/A dan

sebaliknya.

Pengamatan

mikroskopik

biasanya membantu

Cacl2/ kertas saring Kertas saring Bisa gagal jika

dijenuhkan dengan emulsi tidak stabil

cacl2 dan atau pecah dengan

dikeringkan (biru) adanya elektrolit.

berubah menjadi

merah muda bila

emulsi M/A

floresensi Karena minyak Tidak selalu dapat

berfloresensi diterapkan

dibawah sinar UV,

emulsi M/A

menunjukkan pola

titik-titik emulsi A/M

berfloresensi
seluruhnya

Daya hantar Aliran listrik Gagal dalam emulsi

dihantarkan oleh M/A nonionik

emulsi M/A karena

adanya zat-zat ionik

dalam air.

− Menurut Dom martin hal 509

a. Tes pengenceran tetesan

Jika air ditambahkan kedalam emulsi M/A, air akan terdispersi

cepat dalam emulsi. Jika minyak ditambahkan tidak terdispersi

tanpa pengadukan yang kuat begitupula dengan emulsi A/M

b. Tes kelarutan cat

Amaran cat larut air secara mewarnai emulsi M/A tapi tidak

mewarnai emulsi A/M.

c. Tes arah creaming

Jika BI relative hingga dari kedua fase yang diketahui maka

arah creaming dari fase terdispersi menunjukkan adanya tipe

emulsi A/M jika creaming emulsi menuju ke bawah berarti A/M.

d. Uji hantaran cair


Jika elektroda ditetapkan pada emulsi menghantarkan arus

listrik maka emulsi M/A. jika sistem tidak menghantarkan arus

listrik maka emulsi A/M.

e. Tes fluoresensi

Mikroskop dan senyawanya berfluoresensi menunjukkan emulsi

A/M tapi jika emulsi M/A fluoresensinya berbintik-bintik.

6. Metode pembuatan emulsi

− Menurut ansel hal : 384

a. Metode gom kering atau metode centimental

Metode ini dikenal sebagai metode 4:2:1 karena untuk tiap a

bagian (volume) minyak 2 bagian air dan 1 bagian gom

ditambahkan untuk membuat emulsi utama atau emulsi awal.

Sebagai contoh jika 90 ml minyak akan diemulsikan 20 ml air

dan 10 ml gom akan digunakan dengan penambahan air atau

zat lain apa saja sesudah itu ke emulsi utama tersebut. Dalam

metode ini gom atau zat pengemulsi M/A lainnya dihasilkan

dengan minyak dalam wedgewood kering atau mortir porselin

dengan sempurna sampai seluruhnya bercampur.

b. Metode gom basah atau metode inggris

Dala metode ini digunakan proporsi minyak, air dan gom yang

sama seperti pada metode gom kering atau metode

konstimental, tapi untuk pencampurannya berbeda dan


perbandingan bahan-bahannya bila difariasi selama pembuatan

emulsi primer jika dinginkan oleh pembuatannya. Umumnya

mucilago gom dibuat dengan menggunakan gom arab granular

dengan air dua kali beratnya dalam suatu mortir.

c. Metode botol atau botol forbe

Untuk pembuatan emulsi yang dibuat baik dari minyak-minyak

menguap atau zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai

viskositas rendah digunakan metode botol. Dalam metode ini

serbuk gom arab ditaruh dalam suatu botol kering, kemudian

ditambahkan 2 bagian air dan campuran tersebut dikocok

dengan kuat dalam wadah yang tertutup.

d. Metode tambahan

Suatu emulsi yang dibuat baik dengan metode gom kering

maupun dengan metode gom basah umumnya dapat diinginkan

kualitasnya dengan melewatkannya dalam melalui suatu

homogenizer tangan. Homogenizer tangan kurang efisien dalam

mengurangi partikel emulsi yang sangat kental dan tidak boleh

digunakan untuk emulsi yang sangat kental padat yang besar

karena kemungkinan akan merusak pada tutup tersebut.

− Menurut dom martin hal 531


a. Metode gom kering atau metode continental (4:2:1) metode

continental sangat cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulsi

polimer gom kering.

b. Metode inggris adalah metode untuk menyiapkan emulsi

dengan blender atau bahan kimia terlarut dan menggunakan

rasio 4:2:1 seperti gom kering.

c. Metode botol, metode ini sering memberikan prosedur paling

efisien, Karena menghindari percikan yang biasanya ditemui

pada mortar dan alu.

d. Metode beaker, jika perlu untuk melelehkan salah satu bahan,

komponen dari dua fase dimasukkan kedalam gelas terpisah

dalam bulk air dan dipanaskan hingga sekitar 70 oc sampai

kedua fase mempunyai suhu yang sama, kemudian diaduk.

7. Rekomendasi tambahan

a. Menurut lachman 2 hal 1068

Dalam pengembangan emulsi dilaboratorium, adalah biasa untuk

membuat suatu fase minyak yang mengandung semua bahan yang

larut dalam minyak, dan untuk memanaskannya pada kira-kira 5-

10o diatas titik leleh dari bahan yang mempunyai titik leleh paling

tinggi. Fase air secara normal dipanaskan pada temeperatur yang

sama dan kemudian dua fase dicampur.


Dalam pembuatan emulsi M/A anionik atau kationik,

biasanya ditambahkan fase minyak ke fase air, walaupun beberapa

ahli teknik memilih teknik infers yakni penambahan fase air ke fase

minyak. Dala hal emulsi nonionik yang memperlihatkan tif, teknik

inversi tidak dibutuhkan karena temperatur sendiri dapat digunakan

untuk mengontrol tahap emulsifikasi obat ini.

8. Stabilitas emulsi

a. Menurut lachman 2 hal 1076

Telah dikenal bahwa pada keadaan dasar termodinamika murni,

emulsi secara fisik tidak stabil. Pengurangan daerah antarmuka dengan

penggumpalan mengurangi energi sistem, dan proses ini secara

termodinamik disukai. Karena alasan ini, garret mendefinisikan emulsi

stabil sebagai emulsi yang “akan menjaga sejumlah ukuran partikel yang

sama dari fase terdispersi persatuan volume berat dari fase kontinu.

Energi antarmuka total harus tidak bervariasi dengan waktu untuk

memenuhi defenisi ini”.

Kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk sediaan farmasi tidak

membutuhkan kestabilan termodinamik. Jika suatu emulsi membentuk

krim ke atas (naik ke atas) atau membentuk krim ke bawah (endapan),

emulsi bisa dapat diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut

dapat dibentuk kembali dengan pengocokan biasa.

b. Menurut farfis 2 hal 1154


Kestabilan dari emulsi farmasi bercirikan tidak adanya

penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming dan memberikan

penampilan bau, warna dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik.

c. Menurut Rps 18th hal 307

Beberapa kriteria harus dipenuhi dalam emulsi yang diformulasikan

dengan baik, mungkin yang paling penting dan paling jelas adalah

bahwa emulsi memiliki stabilitas fisik yang memadai. Fenomena

yang utama berkaitan dengan stabilitas fisik adalah :

1. Gerak keatas atau ke bawah dan tetesan yang terdispersi

bergantung pada fase kontinu yang disebut

creaming/sedimentasi.

2. Agregasi atau koalesensi yang mungkin dari tetesan terdispersi

untuk memformulasikan fase bulk yang terpisah.

3. Penggantian fase emulsi, dimana emulsi membalik menjadi

emlusi M/A dan sebaliknya.

9. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kerusakan emulsi

− Menurut ansel hal 387

a. Creaming

Agregat dari bulatan fase dalam mempunyai kecenderungan

yang lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh

kedasar emulsi tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri.

Terjai bulatan-bulatan seperti itu disebut creaming. Batasan ini


diambil dari industri hasil ternak dan analog dengan creaming

atau naiknya krim dalam susu yang didiamkan. Bagian yang

membentuk krim dari suatu emulsi dapat didistribusikan kembali

secara merata dengan jalan pengocokan. Creaming kearah

atas terjadi dalam suatu emulsi tipe A/M atau M/A yang tidak

stabil dimana fase terdispersinya mempunyai kerapatan lebih

kecil daripada kerapatan fase luar. Creaming kea rah bawah

dalam emulsi yang tidak stabil,dimana kerapatan fase dalam

lebih besar daripada kerapatan fase luar.

b. Cracked dan breaking

Kerusakan yang lebih besar daripada creaming pada suatu

emulsi adalah penggabungan bulatan-bulatan fase dalam dan

pemisahan fase tersebut menjadi suatu lapisan. Pemisahan

fase tersebut “pemecahan” (breaking) emulsi dan emulsinya

disebut “pecah” atau “retak” (cracked). Hal ini bersifat reversible

karena lapisan pelindung disekitar bulatan-bulatan fase

terdispersi tidak ada lagi. Untuk menstabilkan kembali emulsi

tersebut dengan pengocokan dari dua lapisan yang memisah

umumnya gagal. Biasanya diprlukan zat pengemulsi tambahan

dan pemrosesan kembali dengan mesin yang sesuai untuk

dapat diproduksi emulsi kembali.

c. Menurut lachman II hal 1077-1079


1. Gejala ketidakstabilan : segera setelah suatu emulsi dibuat,

proses yang tergantung pada waktu dan temperatur terjadi

untuk mempengaruhi pemisahannya. Selama penyimpanan,

ketidakstabilan emulsi dibuktikan oleh pembentukan krim,

agregasi bolak-balik (flokulasi) dan atau agregasi yang tidak

dapat baik (penggumpalan)

2. Pembentukan urin : dibawah pengaruh gravitasi, partikel-

partikel atau tetesan suspense cenderung menigkat atau

mengendap, tergantung pada perbedaan dalam gravitasi

spesifik antara fase tersebut,

3. Flokulasi, flokulasi dari fase terdispersi bisa berlangsung

sebelum selama dan setelah pembentukan krim. Flokulasi

dipengaruhi oleh muatan pada permukaan bulatan yang

teremulsi. Jika tidak ada suatu pembatas pelindung

(makanan) pada antarmuka, misalnya ada pengemulsi

dalam jumlah yang tidak menutupi misalnya ada pengemulsi

dalam jumlah yang tidak mencukupi, tetesan-tetesan emulsi

menagregasi dan menggumpal dengan cepat.

4. Penggumpalan adalah proses bertumbuh, dimana partikel-

partikel teremulsi bergabung membentuk partikel yang lebih

besar, bukti dari tetesan-tetesan yang lebih besar dengan

penggabungan dari tetesan-tetesan yang lebih kecil


memperlihatkan bahwa emulsi tersebut pada akhirnya akan

memisah secara sempurna.

d. Menurut R.voight hal 434

1. Pengapungan (bobot jenis fase terdispersi < bobot jenis

bahan pendispersi).

2. Sedimentasi (bobot jenis fase terdispersi > bobot jenis

bahan pendisprsi).

3. Koalesensi yaitu penyatuan bola kecil dan ukurannya tetap

yang dapat membuat emulsi pecah.

Anda mungkin juga menyukai