Anda di halaman 1dari 28

Literature Riview 1

Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat


Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, Ertati Suarni, Yesi Astri, Maya Dwinta Sentani,
halaman Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek
Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013,
75-84
Teori Saat ini pengobatan sendiri makin populer
dimasyarakat. Hal ini disebabkan ketersediaan obat
bebas (obat-obatan yang dapat diperoleh secara bebas)
diberbagai apotek, took obat, dan warung. Berdasarkan
hasil Susenas tahun 2009, BPS mencatat bahwa
terdapat 66 % orang sakit di Indonesia yang
melakukan pengobatan sendiri.
Tercatat bahwa ada 30% konsumen Indonesia yang
pernah dan biasa melakukan pengobatan sendiri dan
peresepan sendiri (termasuk pembelian obat tanpa
resep). Yang lebih mencengangkan, 47% diantaranya
adalah untuk jenis obat-obatan antibiotik. Pada tahun
2010 terdapat sekitar 25 ribu orang di Eropa yang
meninggal karena infeksi bakteri yang kebal terhadap
antibiotik. Jika dilakukan studi di Indonesia ada
kemungkinan ditemukan indikasi yang sama juga
karena keberadaan antibiotik yang selama ini sangat
mudah diperoleh sehingga penggunaannya cenderung
menjadi tidak rasional. Pengobatan sendiri yang benar
(sesuai dengan aturan) masih rendah karena umumnya
masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak
dapat membaca keterangan yang tercantum pada
kemasan obat.
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui
pengetahuan yang rendah tentang pengobatan sendiri
sebesar 52,9%, sikap terhadap pengobatan sendiri yang
tidak baik 57,5%, dan perilaku pengobatan sendiri
yang tidak baik 67,9%5.
Metode Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan desain cross-sectional. Penelitian
dilakukan di apotek diwilayah Kecamatan Ilir Barat I,
Kota Palembang. Pengambilan data dilakukan secara
consecutive sampling dengan jumlah sampel sebesar
90 orang. Data diambil dengan menggunakan
instrument penelitian berupa kuesioner yang telah
valid dan reliabel. Data dianalisa secara univariat dan
bivariat dilanjutkan dengan menggunakan uji
wilcoxon.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan terhadap perilaku responden
dengan nilai p value 0,000 dan hubungan antara sikap
dan perilaku responden dalam mengkonsumsi obat
tanpa resep dengan nilai p value 0,000. Saran,
dilakukan penelitian lanjutan dengan desain berbeda,
perbaikan alat ukur yang digunakan, serta lebih banyak
lagi sampel yang dilibatkan dalam penelitian.
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya tentang Hubungan Pengetahuan
yang membedakan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa
dengan yang sudah Resep Dokter di Apotek sedangkan jurnal yang akan
ditulis pada jurnal dibuat tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan
sebelumya tingkat pendapatan dengan penggunaan obat keras
tanpa resep di masyarakat.
Paraf Pembimbing 1
Literature Riview 2
Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, Evelyne Ivoryanto, Bambang Sidharta, Ratna Kurnia
halaman Illahi, Hubungan Tingkat Pendidikan Formal
Masyarakat terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan
Antibiotika Oral di Apotek Kecamatan Klojen, 31-36

Teori Antibiotika merupakan obat yang paling banyak


digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri
di mana antibiotika rute per oral merupakan pilihan
pertama pada terapi infeksi. Berbagai studi
menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotika
digunakan secara tidak tepat, antara lain untuk
penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan
antibiotika. Tingginya penggunaan antibiotika yang
tidak tepat pada masyarakat menyebabkan terjadinya
masalah resistensi antibiotika. Hasil penelitian
Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study)
menunjukkan bukti bahwa dari 2.494 individu di
masyarakat 43% Escherichia coli resisten terhadap
berbagai jenis antibiotika, antara lain: ampisilin (34%),
kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%).
Permasalahan resistensi ini mengakibatkan turun atau
hilangnya efektivitas obat atau senyawa kimia yang
berguna untuk mencegah atau mengobati infeksi.
Dampak lain dari pemakaian antibiotika yang
irrasional adalah meningkatnya toksisitas dan efek
samping antibiotika tersebut, serta meningkatnya biaya
terapi. Pengetahuan dan kepercayaan merupakan
faktor sosial kognitif yang mempengaruhi perilaku
terkait kesehatan pada level individu, termasuk
perilaku penggunaan antibiotik. Pengetahuan sendiri
sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang dimiliki maka semakin mudah
orang tersebut menerima informasi, sehingga,
pengetahuannya akan semakin baik.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik yang bertujuan melihat hubungan sebab-akibat
antara tingkat pendidikan formal masyarakat dengan
tingkat pengetahuan dalam penggunaan antibiotika
oral melalui pendekatan cross sectional.
Sampel pada penelitian ini adalah pasien maupun
kerabat pasien yang mengunjungi apotek di wilayah
Kecamatan Klojen Kota Malang dan terpilih secara
purposive sampling sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan peneliti. Kriteria inklusi sampel penelitian
ini adalah konsumen apotek yang berusia 18 tahun ke
atas, bersedia mengisi kuesioner, dan pernah
menggunakan antibiotika oral dengan atau tanpa resep
dokter. Kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah
konsumen apotek yang buta huruf. Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
rumus penghitungan sampel Lemeshow untuk
penelitian deskriptif adalah 96 responden, namun
ditambahkan 10% dari hasil tersebut untuk
mengantisipasi kemungkinan dropped out, sehingga
jumlah sampel penelitian ini adalah 110 responden.
Jumlah sampel tersebut kemudian dibagi untuk 4
apotek secara proporsional, sehingga masing-masing
apotek jumlah sampelnya 27-28 responden.
Hasil Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai korelasi
tingkat pendidikan formal terhadap tingkat
pengetahuan dalam penggunaan antibiotika oral adalah
0,716. Nilai korelasi tingkat pendidikan formal
terhadap tingkat pengetahuan pada gender perempuan
adalah 0,783, sedangkan pada laki-laki adalah 0,616.
Nilai korelasi tingkat pendidikan formal terhadap
tingkat pengetahuan pada usia 18-28 tahun didapatkan
sebesar 0,918, pada usia 29-39 tahun didapatkan
sebesar 0,698, dan pada usia 40-50 tahun didapatkan
sebesar 0,669. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat
berkorelasi positif terhadap tingkat pengetahuan dalam
penggunaan antibiotika oral. Korelasi positif antara
pendidikan formal dan tingkat pengetahuan dalam
penggunaan antibiotika oral ditemukan tertinggi pada
perempuan dan responden berusia 18-28 tahun.
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya tentang hubungan tingkat
yang membedakan pendidikan formal masyarakat terhadap pengetahuan
dengan yang sudah dalam penggunaan Antibiotika Oral di Apotek
ditulis pada jurnal sedangkan jurnal yang akan dibuat tentang hubungan
sebelumya antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan
dengan penggunaan obat keras tanpa resep di
masyarakat.

Paraf Pembimbing 1
Literature Riview 3
Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, Hasnal Laily Yarza, Yanwirasti, Lili Irawati,
halaman Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan
Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter, 151-156

Teori Pemakaian antibiotic pada saat ini sangat tinggi karena


penyakit infeksi masih mendominasi. Penyakit infeksi
menjadi pembunuh terbesar di dunia anak-anak dan
dewasa muda. Infeksi mencapai lebih dari 13 juta
kematian per tahun di negara berkembang. Penyakit
infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh
penyakit terbanyak. Menurut Riskesdas tahun 2007
terdapat 28,1% penyakit infeksi di Indonesia.
Peresepan antibiotik di Indonesia bijak akan
meningkatkan kejadian resistensi. Khusus untuk
kawasan Asia Tenggara, penggunaan antibiotik sangat
tinggi bahkan lebih dari 80% di banyak provinsi di
Indonesia. Beberapa fakta di negara berkembang
menunjukan 40% anak-anak yang terkena diare akut,
selain mendapatkan oralit juga antibiotik yang tidak
semestinya diberikan. Pada penyakit pneumonia
sekitar 50-70% yang secara tepat diterapi dengan
antibiotik dan 60% penderita ISPA mengkonsumsi
antibiotik dengan tidak tepat. Beberapa variabel yang
berpengaruh terhadap penggobatan sendiri adalah
pendidikan, pekerjaan, persepsi sakit, pengetahuan
tentang penggobatan sendiri, biaya obat, sikap
terhadap pengobatan sendiri dan nasihat orang lain
(referensi).
Metode Desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional study. Penelitian dilaksanakan di Kampung
Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatandan pengambilan data
primer dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014.
Subjek pada penelitian ini adalah 152 orang ibu rumah
tangga yang berdomisili di Kampung Seberang
Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan. Pengambilan sampel yaitu yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil
secara simple random sampling.
Hasil Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap dengan
penggunaan antibiotik tanpa resep dokter (p < 0,05),
tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan dan kepemilikan asuransi
kesehatan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep
dokter (p > 0,05).
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya tentang hubungan tingkat
yang membedakan pengetahuan dan sikap dengan penggunaan antibiotik
dengan yang sudah tanpa resep dokter sedangkan jurnal yang akan dibuat
ditulis pada jurnal tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan
sebelumya tingkat pendapatan dengan penggunaan obat keras
tanpa resep di masyarakat.

Paraf Pembimbing 1
Literature Riview 4
Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, Aris Widayati, Swamedikasi di Kalangan Masyarakat
halaman Perkotaan di Kota Yogyakarta, 145-152

Teori Swamedikasi didefinisikan oleh World Health


Organization (WHO)1 sebagai the selection and use of
medicinesby individuals to treat self-recognised
illnesses or symptoms. Berdasarkan definisi tersebut
dapat diambil pengertian bahwa swamedikasi
merupakan proses pengobatan yang dilakukan sendiri
oleh seseorang mulai dari pengenalan keluhan atau
gejalanya sampai padapemilihan dan penggunaan obat.
Gejala penyakit yang dapat dikenali sendiri oleh orang
awam adalah penyakit ringan atau minor illnesses
sedangkan obat yang dapat digunakan untuk
swamedikasi adalah obat-obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter termasuk obat herbal atau tradisional.
Prevalensi swamedikasi cenderung mengalami
peningkatan di kalangan masyarakat untuk mengatasi
gejala atau keluhan kesehatan yang dianggap ringan.
Di Kota Yogyakarta, data tahun 2005 menunjukkan
74,5% ibu melakukan swamedikasi untuk mengatasi
demam yang diderita anaknya. Dari data tahun 2012
juga ditemukan bahwa perilaku self-care, termasuk
swamedikasi, dominan di kalangan masyarakat di kota
yang sama (36%) diantara pilihan-pilihan lainnya
berupa pergi ke pusat pusat pelayanan kesehatan
(Puskesmas, RS) dan ke praktek dokter swasta. Data
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan
bahwa 57,4% rumah tangga di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan pengobatan
sendiri dalam kurun waktu satu tahun terakhir,
sementara di tingkat nasional persentasenya sebesar
55,8%.7 Berdasarkan data-data terdahulu tersebut
dapat dikatakan swamedikasi merupakan satu bagian
penting dalam sistem kesehatan.
Metode Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
observasional potong lintang yang lebih besar yang
meneliti tentang penggunaan antibiotic untuk
swamedikasi di kalangan masyarakat di Kota
Yogyakarta. Oleh karena itu, beberapa aspek metode
penelitian yang dipaparkan di bagian ini telah
dipaparkan di beberapa artikel lain.Penelitian ini
mengobservasi pola perilaku swamedikasi di kalangan
masyarakat perkotaan di Kota Yogyakarta dengan
pendekatan satu titik waktu (potong lintang) yaitu
prevalensi dan pola swamedikasi selama periode dua
minggu.
Hasil Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi
perilaku swamedikasi pada masyarakat perkotaan
khususnya di Kota Yogyakarta sebesar 44%.
Gambaran pola swamedikasi yang ditunjukkan melalui
penelitian ini masih konsisten dengan data
sebelumnya, antara lain obat modern lebih
mendominasi dibanding obat tradisional atau herbal,
menggunakan obat dengan harga yang relatif murah,
apotek sebagai tempat yang disukai untuk membeli
obat untuk swamedikasi, iklan, dokter dan teman
sebagai sumber informasi, pengalaman, persepsi
penyakit ringan, cepat dan praktis sebagai alasan
utama berswamedikasi.
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya tentang swamedikasi di kalangan
yang membedakan masyarakat perkotaan di Kota Yogyakarta sedangkan
dengan yang sudah jurnal yang akan dibuat tentang hubungan antara
ditulis pada jurnal tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan
sebelumya penggunaan obat keras tanpa resep di masyarakat.
Paraf Pembimbing 1
Literature Riview 5
Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, A A. O. Afolabi, FACTORS INFLUENCING THE
halaman PATTERN OF
SELF-MEDICATION IN AN ADULT NIGERIAN
POPULATION, 120-127
Teori Konsep pengobatan sendiri yang mendorong suatu
individu untuk merawat penyakit ringan dengan
sederhana dan solusi efektif telah diadopsi di seluruh
dunia.Orang memegang pandangan obat itu harus
digunakan jika ada penyakit atau ketidaknyamanan. Di
Britania Raya, di mana rata - rata 50% dari perawatan
kesehatan terjadi di dalam ranah pengobatan sendiri,
pemerintah mendorong kemandirian, sementara agensi
menyukai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mempromosikan individu partisipasi keluarga dan
masyarakat dalam kesehatan primer perawatan.
Kemampuan diagnostik yang buruk ditambah dengan
pengetahuan yang terbatas tentang hasil manajemen
yang tepat dalam peningkatan pengobatan sendiri dan
tingkat rendah pemanfaatan layanan kesehatan. Ini
menunjukkan praktik tersebut melintasi budaya,
gender, kesehatan dan status sosial, ras, pekerjaan atau
sosiomedis lainnya atau faktor demografis.
Metode Pewawancara yang mengelola kuesioner semi-
terstruktur pretest digunakan untuk mengumpulkan
data dari 205 wanita pasar yang dipilih dengan teknik
multistage sampling.
Hasil Pedagang obat paten adalah sumber informasi
pengobatan yang paling umum (31,4%) dan di mana
mereka diperoleh (52,2%). Pengecualian adalah yang
berpendidikan (62,5%) responden yang
memperolehnya dari rumah sakit dan apotek. Nama
dagang dan generik (61.1%) adalah cara yang umum
dari pengenalan obat terutama di kalangan responden
yang berpendidikan (P <0,05).
Pendidikan responden adalah faktor utama yang
mempengaruhi praktik pengobatan sendiri pola itu
secara deskriptif terkait dengan status perkawinan dan
tingkat pendidikan di responden (P <0,05). Manfaat
dari praktik ini termasuk dalam urutan:
menyembuhkan penyakit (58,0%), menghemat waktu
dan uang (32,0%) dan independensi perawatan (7,0%).
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya untuk menentukan faktor utama
yang membedakan yang mempengaruhi pola pengobatan sendiri dalam
dengan yang sudah suatu populasi perempuan di daerah Ifako-Ijaiye di
ditulis pada jurnal Lagos, Nigeria sedangkan jurnal yang akan dibuat
sebelumya tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan dengan penggunaan obat keras
tanpa resep di masyarakat.
Paraf Pembimbing 1
Literature Riview 6
Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, Kurniawan, Jimmy Posangi, Nancy Rampengan,
halaman Association between public knowledge regarding
antibiotics and self-medication with antibiotics in
Teling Atas Community Health Center, East
Indonesia, 62-69
Teori Sebuah studi dilakukan di Surabaya dan Semarang
menunjukkan bahwa 54% individu, baik di masyarakat
atau rumah sakit, sudah tahan dibawa Escherichia coli.
Pengobatan sendiri telah terbukti menjadi salah satu
penyebab resistensi antibiotik. Widayati et al10
menemukan bahwa 7,3% orang di Indonesia
Yogyakarta telah melakukan pengobatan sendiri
dengan antibiotik.
Prevalensi lebih tinggi (17%) dalam penelitian lain
diadakan di rumah sakit pendidikan dan pusat
kesehatan masyarakat di Surabaya dan Semarang.
Dalam studi tersebut, praktek pengobatan sendiri
adalah predisposisi oleh berbagai faktor, seperti
kurangnya pengetahuan tentang antibiotik, akses yang
buruk ke fasilitas kesehatan, biaya tinggi layanan
kesehatan berkualitas rendah, regulasi yang buruk,
dan kurangnya kontrol oleh pemerintah.
Peran masyarakat dalam mengendalikan penyebaran
resistensi sangat penting. Penggunaan yang sesuai,
misalnya tidak minum antibiotik tanpa resep, minum
antibiotik tepat seperti yang diarahkan, bukan
menggunakan sisa antibiotik dari perawatan
sebelumnya, dan tidak memberi atau menyarankan
antibiotik kepada orang lain berdasarkan riwayat
medis pribadi sebelumnya, dapat membantu mencegah
prospek suram resistensi antibiotic disebutkan
sebelumnya.
Metode Studi potong lintang dengan wawancara menggunakan
kuesioner dilaksanakan di Puskesmas Teling Atas,
Kecamatan Wanea, pada bulan September-Oktober
2015. Kuesioner berisi 35 pertanyaan tentang
karakteristik responden, perilaku penggunaan
antibiotik, dan pengetahuan responden tentang
antibiotik. Regresi logistik digunakan untuk mencari
hubungan antara tingkat pengetahuan responden
mengenai antibiotik dan determinan lain dari
swamedikasi dengan antibiotik.
Hasil Sebanyak 240 dari 400 responden (60%)
menggunakan antibiotik dalam 6 bulan sebelum
wawancara. Seratus delapan puluh (45,0%) responden
melakukan swamedikasi. Luka atau penyakit kulit
(32,2%) menjadi alasan utama penggunaan antibiotik
tanpa resep. Mayoritas responden (70,6%) melakukan
swamedikasi atas keinginan sendiri dan membeli
antibiotik tersebut di apotek (52,2%). Rerata nilai
pengetahuan responden mengenai antibiotik termasuk
kategori “sedang” (skor 7,14±2,49). Responden
dengan pengetahuan yang lebih buruk memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk melakukan
swamedikasi dengan antibiotik, demikian pula
sebaliknya. (RO=16,86; IK 95% = 4,25–66,83).
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya untuk mengetahui determinan
yang membedakan swamedikasi dengan antibiotik, terutama pengetahuan
dengan yang sudah masyarakat mengenai antibiotic sedangkan jurnal yang
ditulis pada jurnal akan dibuat tentang hubungan antara tingkat
sebelumya pendidikan dan tingkat pendapatan dengan
penggunaan obat keras tanpa resep di masyarakat.
Paraf Pembimbing 1
Literature Riview 7
Judul KTI Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa
Resep di Masyarakat Desa Bandungan Kecamatan
Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango
Nama Mahasiswa/NIM Vriskawaty Usman/ 821316061
Pembimbing 1 Madania, S Farm., M.Sc., Apt.
Pembimbing 2 Mahdalena Sy. Pakaya, S.Farm., M.Si.,Apt
Penulis, Judul Jurnal, Thomas Darryl Stewart MSW & Mark B. Reed PhD,
halaman Lifetime nonmedical use of prescription medications
and socioeconomic status among young adults in the
United States, 458-464
Teori Sementara laporan nasional tentang penggunaan
narkoba ilegal terus berlanjut untuk mengurangi, obat
resep telah menjadi utama kategori zat yang
disalahgunakan. Antara 1999 dan 2006, jumlah anak
berusia 12-17 tahun yang melaporkan penggunaan
nonmedis obat resep (NUPM) hampir dua kali lipat
dari 1 653 000–2 952 000. Empat kategori utama yang
dapat disalahgunakan obat-obatan resep diakui
mengingat ketersediaannya dan gunakan untuk
mengobati masalah kesehatan umum: obat penenang,
obat penenang, stimulan, dan obat penghilang rasa
sakit. Sementara penggunaan narkoba terlarang
mungkin menurun, Amerika Serikat telah melihat
kenaikan yang signifikan dalam NUPM di keempat
kategori ini. Lonjakan NUPM telah terjadi secara
bersamaan dengan meningkatkan volume obat yang
diresepkan, terutama obat penghilang rasa sakit dan
obat stimulan yang digunakan untuk mengobati
attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD).
Seringkali obat-obatan ini diperoleh tanpa resep
dokter. Opioid resep sekarang lebih sering digunakan
sebagai obat gerbang daripada ganja dan tidak
disengaja, kematian akibat opioid dengan resep non-
bunuh diri telah meningkat terjal sejak 1999. Selama
20 tahun terakhir, penggunaan nonmedis dan
penyalahgunaan stimulan resep di antara anak-anak,
remaja, dan dewasa muda di AS telah meningkat
secara substansial. Selanjutnya, meningkat dalam
penggunaan stimulan resep telah menghasilkan lebih
dari 300% peningkatan penerimaan departemen
darurat untuk penggunaan obat-obatan ini secara non-
medis.
Metode analisis sekunder dilakukan dengan data yang
representatif secara nasional dikumpulkan dari
beberapa gelombang (n¼15 701) dari Studi
Longitudinal Nasional Remaja Kesehatan (Tambah
Kesehatan). Empat kategori NUPM diperiksa: (i)
sedatif; (ii) obat penenang; (iii) stimulan; dan (iv)
pembunuh rasa sakit. SES didefinisikan oleh beberapa
tindakan dalam Add Health survei. Mengingat rencana
pengambilan sampel Add Health yang kompleks,
semua analisis ditimbang secara tepat.
Hasil Hasilnya menunjukkan tingkat SES pribadi yang lebih
tinggi, seperti memiliki kesehatan asuransi atau tidak
mengalami kesulitan keuangan dalam setahun terakhir,
mengurangi kemungkinan melaporkan NUPM seumur
hidup. Sebaliknya tingkat yang lebih tinggi dari orang
tua SES (mis. Pendidikan orang tua) terkait dengan
peningkatan kemungkinan pelaporan penggunaan obat
penenang NUPM seumur hidup dan stimulan.
Keterkaitan dengan KTI Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan karya tulis
ilmiah yaitu tentang melihat hubungan antara
sosiodemografi masyarakat dengan penggunaan obat,
terutama obat keras tanpa resep dokter.
Ringkasan rancangan Jurnal sebelumnya untuk meneliti hubungan antara
yang membedakan status sosial ekonomi (SES) dewasa muda responden
dengan yang sudah (usia 24-32) dan riwayat penggunaan obat resep secara
ditulis pada jurnal nonmedis (NUPM) sedangkan jurnal yang akan dibuat
sebelumya tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan dengan penggunaan obat keras
tanpa resep di masyarakat.
Paraf Pembimbing 1

Anda mungkin juga menyukai