Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

GEL Na Diklofenak

Anggota Kelompok

Mohamad Rofiq 162210101034

Afriza Amalia 162210101038

Desak Putu Salsabila A.N 162210101090

Riza Avifah 162210101092

Ida Ayu Yunita Widya A. 162210101095

BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memnuat dan memformulasikan sediaan gel Na diklofenak.
II. Dasar Teori
Gel merupakan system semipadat yang terdiri dari suspense yang dibuat dari
partikel anorganik yang kesil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan (Departemen Kesehatan RI, 1995).pada umumnya memiliki karakteristik yaitu
strukturnya yang kaku. Gel daapat berupa sediaan yang jernih atau buram, polar atau
nonpolar, dan hidroalkoholik tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom
alami (tragakan, guar atau xanthan), bahan semisintesis (metilselulosa,
karboksimetilselulosa atau hidroksietilselulosa), bahan sintesis (carbomer), atau clay
(silikat). Viskositas gel pada umumnta sebanding dengan jumlah dan berat molekul
bahan pengental yang ditambahkan.
Gel dapat dikelompokkan menjadi lipophilic gels dan hydrophilic gels.
Lipophilic gels (oleogel merupakan gel dengan basis yang terdiri dari paraffin cair,
polietilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silica koloid atau sabun sabun
alumunium atau seng. Sedangkan hydrophilic gels,basisnya terbuat dari air, gliserol,
atau propilen glikol, yang ditambah dengan geling agent seerti amilum, turunan
selulosa, karbomer dan magnesium-alumuniun silikat (Gaur et al, 2008).
Berdasarkan sifat pelarutnya, gel terdiri dari hydrogel, organogel, dan xerogel.
Hydrogel merupakan bentuk jaringan tiga dimensi dari rantai polimerhidrofilik yang
tidak larut didalam air tapi dapat mengembang didalam air. Karena sifat hidrofil dari
rantai polimer, hydrogel dapat menahan air dalam struktur gelnya (superabsorbent).
Organogel meruakan bahan padatan non kristalin dan thermoplastic yang
terdapat dalam fase cairan organic yang tertahan dalam jaringan cross-linked tiga
dimensi. Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak sayur.
Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan.
Xerogel biasanya mempertahankan porositas yang tinggi (25%), luaspermukaan yang
besar (150-900 m2/g) dan ukuran porinya (1-10 nm). Saat pearutnya dihilangkan
dibawah konsisi superkritikal, jaringannya tidak menyusut dan porous, dan terbentuk
aerogel.
Gelling agent bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Gom alam dan polimer
berfungsi sebagai pembentuk lapisan tipis pada permukaan partikel. Pada saat
dikempa, partikel cenderung beraglomerasi. Bahann sangat larut seperti gula, mengikat
partikel bersama dengan membentuk jembatan Kristal. Pengikat untuk proses granulasi
basah biasanya dilarutkan dalam air atau sutu pelarut biasanya berupa alkohol dan
larutan pengikat digunakan untuk membentuk massa basah/granul. Dalam pengikatan
partikel bersama yang berperan adalah ikatan van der waal dan ikatan hydrogen.
Contoh: mikrokristalin selulosa, gom arab.
Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan
viskositas dari gel meningkat l sehingga bias mengakibatkan gel akan sulit dikeluarkan
dari wadahnya. Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan
konsistensi dari basis berubah, misalnya pada hydrogel yang sebagian dari solvennya
akan menguap sehingga akan mengakibatkan perubahan pada struktur gel.
Basis gel sebagian besar berup polimer-polimer. Gel merupakan cross linked
system dimana aliran tidak akan terjadi apabila berada dalam keadaan steady state.
Sebagin besar bahan merukan liquid tetapi gel memiliki sifat seperti padatan karena
adanya ikatan 3 dimensi di dalam larutan. Ikatan ini mengakibatkan adanya sifat
swelling dan elastic. Untuk melihat kerusakan dari struktur gel dapat dilihat dari
kekakuan/rigidness dari gel tersebut. Temperatud tinggi dapat mengakibatkan kkakuan
dari gel meningkat, oleh karena itu proses penyimpanannya perlu diperhatikan.

III. Evaluasi Produk Referen


1) Vato Gel
Nama Pabrik : Nufarindo
Komposisi : Na diklofenak
Dosis : Oleskan 3-4 kali per hari
Kemasan : gel 10 mg/g 15 gram

2) Voltaren Emulgel
Nama Pabrik : Novartis
Komposisi : diklofenak dietil ammonium 1,16 gram
Dosis : Oleskan3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g, 50 g, 100 g, 120 g, dan 180 g

3) Voren Gel
Nama Pabrik : Medikon
Komposisi : 1% Na diklofenak
Dosis : Oleskan 3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g

4) Flamar
Nama Pabrik : Sanbe
Komposisi : 1% Na diklofenak
Dosis : Oleskan 3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g

5) Voltadex Emulgel
Nama Pabrik : Dexa Medica
Komposisi : diklofenak dietil ammonium 1%
Dosis : Oleskan 3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g

6) Scantaren Gel
Nama Pabrik : Tempo Scan Pacific
Komposisi : diklofenak dietil ammonium 1%
Dosis : Oleskan 3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g

7) Megatic Emulgel
Nama Pabrik : ifars
Komposisi : 1% Na diklofenak
Dosis : Oleskan3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g

8) Renvol Emulgel
Nama Pabrik : Otto
Komposisi : 1% Na diklofenak
Dosis : Oleskan3-4 kali per hari
Kemasan : tube 20 g
IV. Bahan Aktif

Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi non steroid untuk golongan


derivate asam fenil asetat. Obat ini bersifat non selektif pada proses penghambatan
siklooksigenase. Na diklofenak bukan hanya penghambat siklooksigenase yang kuat
tetapi juga memiliki efek antipiretik dan analgesic. Pemberian diklofenak secara
sistematik mengakibatkan efek samping tukak lambung karena berkurangnya sifat
proteksi mukosa lambung. Berikut ini gambar struktur dar Na diklfenak:

Kelarutan : mudah larut dalam methanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam
air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter (FI IV, hal 1405)

Slubilitas Na-diklofenak bergantung pada pH. Solubilitas Na-diklofenak rendah


dalam pH rendah namun saat pH meningkat diatas pKa maka solubilitasnya akan
meningkat

pH Solubilitas (% w/v)
4 0,0021
5 0,0086
6 0,059
7 0,187
7,5 0,169
(TPC, hal 836)

Pemerian : serbuk hablur putih hingga hamper putih, higroskopik. Melebur pada suhu
248oC (FI IV, hal 1405)

Titik lebur : 248oC

pH : pH larutan 7-8,5 dalam larutan 1:100 (USP: 32), pH stabilitas tidak


ditemukan dalam berbagai pustaka
Bobot jenis : 318,19 g/mol

pKa : 4,2 pada suhu 30oC (dengan titrasi potensiometri) pKa diklofenak
dalam metal sulfoksida encer 6,84, pKa diklofenak dalam air 3,78

Stabilitas : gel 1% Na diklofenak harus disimpan pada suhu 25oC dan


terlindung dari panas

V. STUDI FORMULASI BAHAN AKTIF

N Bahan Efek Utama Efek Karakteristi Karakteristi Sifat Lain


o Aktif Samping k Sifat k Sifat
Fisik Kimia
1. Kalium - Cyclooksige - Eritema - Pemerian: Rumus Mengandu
diklofenak nase kulit putih/agak Struktur: ng tidak
inhibitor - Pruritis kekuninga C14H10Cl2KN kurang
- Analgesic n O2 dari 90%
- Antiinflamas - Sedikit dan tidak
i higroskop lebih dari
is 101%
- Kristal dihitung
bubuk pada basis
- Kelarutan: yang
secukupn dikeringka
ya larut n
dalam air,
bebas
larut
methanol
96%,
sedikit
larut
aseton
2 Natrium - Siklooksigen - Kemeraha Pemerian: Rumus Natrium
Diklofenak ase inhibitor n Putih agak struktur: diklofenak
- Analgesik - Pruritis kekuningan C14H10Cl2NN mengandu
- Antiinflamas - Erythema , sedikit O3 ng tidak
i higroskopis BM: 318,13 kurang
, Kristal dari 99%
bubuk dan tidak
Kelarutan: lebih dari
Secukupny 101%
a larut C14H10Cl2N
dalam air. NO3
Na terhitung
diklofenak pada basis
dalam air yang
sangat dikeringka
dipengaruhi n
oleh pH
pada air,
dengan pH
6,8
Kelarutann
ya 0,181%
bebas larut
methanol,
etanol 96%,
sedikit larut
aseton
3. Diklofenak - Siklooksige - Eritema - Serbuk - pH 1% - Diklofena
dietilamoni nase kulit Kristal larutan k
um - Analgesik - Pruritis berwarna dalam dietilamin
- Antiinflama - Eritema putih alkohol ium
si multifor - Penyimpa (10%) mengand
m nan 6,4-8,4 ung tidka
dalamwad - Rumus kurang
ah struktur dari 99%
tertutup C16H22Cl2 dan tidak
rapat dan N2O2 lebih dari
terlindung - BM: 101%
dari 369,3 pada
cahaya basis
- secukupn yang
ya larut dikeringk
dalam air an
dan
aseton,
bebas
larut
dalam
etanol
96% dan
dalam
methanol
praktis
tidak larut
alam
sodium
hidroksi

VI. Alasan pemilihan bahan aktif


 Bahan aktif yang dipilih : Na Diklofenak
 Alasan :
1. Na diklofenak kurang toksik dan efek sampingnya minimal dibandingkan
dengan yang lain
2. BM Na diklofenak lebih kecil dibandingkan BM garam diklofeak lainnya
sehingga Na diklofenak memiliki kemampuan untuk menembus kulit yang lebih
besar
3. Na diklofenak akumulasinya dicairan synovial memiliki efek terapi di sendi jauh
lebih panjang
 Target organ yang dituju : Epidermis hidup pada stratum spisosum
 Tujuan terapi : Transdermal
 Kemunkinan rute penetrasi yang mungkin diikuti oleh bahan aktif:
Transdermal melali epidermis intraseluler menembus epudemis intraseluler melali
sela-sela stratum coneum. pada dermis menembus saraf
 Bentuk sediaan : gel
 Alasan :
1. Kadar air tinggi sehingga dapat menghidrasi stratum corneum sehingga dapat
mengurangi peradangan lanjut
2. Bahan sediaan gel mudah digunakan dan mudah dicuci dengan air, memberikan
sensasi dingin dan penerimaan pasien lebih baik.
VII. Jenis dan Bahan tambahan
a. Metil Paraben/nipagin ( Handbook of Pharmaceutical excipient 6th Edition 2009
halaman 441)

Pemerian = Kristal tidak berwarna, bubuk kristalin putih tidak atau hampir
berbau dan punya sedikit rasa terbakar
Fungsi = Pengawet antimikroba
Kelarutan
Pelarut Perbandingan
Ethanol 1:2
Ether 1:10
Gliserin 1:60
Propilenglikol 1:5
Air 1:400
Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Dapat diseterilisasi menggunakan autoklaf tanpa menggunakan
dekomposisi. Larutan aqueous pada pH 3-6 stabil (dengan dekomposisi kurang dari
10%) sampai 4 tahun pada suhu ruang, nipasol disimpan dalam wadah tertutup
pada tempat sejuk dan kering
b. Propilparaben/ Nipasol (Handbook of Pharmaceutical excipient 6th Edition 2009
halaman 629-632)

Pemerian = serbuk berwarna putih, tidak berbau atau tidak hampir berbau,
kristalin
Fungsi = bahan pengawet antimikroba
Kelarutan
Pelarut Perbandingan
Ethanol 1:5,6
Ether -
Gliserin 1:250
Propilenglikol 1:3,9
Air 1:2500

Stabilitas dan kondisi penyimpanan

Dapat diseterilisasi menggunakan autoklaf tanpa menggunakan


dekomposisi. Larutan aqueous pada pH 3-6 stabil (dengan dekomposisi kurang dari
10%) sampai 4 tahun pada suhu ruang, nipasol disimpan dalam wadah tertutup
pada tempat sejuk dan kering
c. Propilenglikol (Handbook of Pharmaceutical excipient 6th Edition 2009 halaman
624-626)
Pemerian = jernih, tak berwarna, kental tidak berbau dan manius sedikit mirip
dengan gliserin

Fungsi = desintifektan, humektan, plastisizer, pelarut, penstabil, untuk


vitamin, kosolven larut air
Kelarutan = dapat bercampur dengan air, aseton dan dengan kloroform larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tidak dapat
bercampur dalam minyak lemak (farmakope Indonesia V. 2014
halaman 1070)
Stabilitas dan penyimpanan
Stabilitas pada suhu dingin dan keadaan tertutup, cenderung mengoksidasi
pada suhu tinggi ditempat terbuka sehingga menimbulkan produk seperti
propionaldehid, asam laktat, as. Piruvat, dan asam asetat. Stabil secara kimiawi
dicampur dengan etanol 95%, gliserin atau air.
d. Xanthan Gum (Handbook of Pharmaceutical excipient 6th Edition 2009 halaman
821-823)
Pemerian = bubuk berwarna putih atau krim, tidak berbau
Fungsi = menigkatkan viskositas
pH = 6-8 untuk larutan berair 1% v/v
kelarutan = praktis tidak larut dalam etanol dan eter, larut dalam air dingin
atau hangat

stabilitas dan kondisi penyimpanan


xanthan gum adalah bahan yng stabil. Larutan stabil selama rentang pH 3-
12. Xanthan gum kurang dari 1% b/v kosentrasi dapat berpengaruh pada viskositas.
Disimpan dalam wadah tertutup ditempat sejuk dan kering.
e. Etanol

Pemerian = cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau khas


menyebabkan rasa terbakar pada lidah
Kelarutan = sangat mudah larut dengan air, dalam kloroform P, dan dalam eter
P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ditempat sejuk,
jauh dari nyala api

VIII. Formulasi

No Bahan Fungsi Skala 30 gram Prosentase


1 Na Diklofenak Bahan Aktif 0,3 gram 1%
2 Etanol Pelarut Bahan Aktif q.s.
3 Xanthan Gum Gelling Agent 0,9 gram 3%
4 Nipagin Pengawet 0,0054 gram 0,18 %
5 Nipasol Pengawet 0,006 gram 0,02 %
6 Propilen Glikol Pelarut Pengawet 1,5 mL 5%
7 Aquadest 27 mL 90 %

IX. Perhitungan Skala Besar (160 gram) (5 pot salep)

1. Na Diklofenak = 0,3 gram x 5 = 1,5 gram

2. Etanol = qs

3. Xanthan Gum = 0,9 gram x 5 = 4,5 gram

4. Nipagin = 0,0054 gram x 5 = 0,27 gram

5. Nipasol = 0,006 gram x 5 = 0,03 gram


6. Propilen Glikol = 1,5 mL x 5 = 7,5 mL

7. Aquadest untuk pembuatan mucilago Xanthan Gum

Massa skala 30 gram Xanthan Gum x 5 = 5,25 gram x 5

= 26,25 gram = 26,25 mL = 27 mL

X. Perhitungan Dosis dan Pemilihan Skala Obat

1. Aturan Dosis dan Pemakaian

Pada pemakaian sekali pakai sekitar 2 gram- 4 gram dalam sehari digunakan 4x
sehari

Sekali pakai : 2 gram- 4 gram

Sehari 4x : 8 gram- 16 gram

Maka penggunaan maksimal sehari sebanyak 4x adalah 16 gram

2. Skala Obat dan Wadah

16 gram, maka membuat 30 gram gel dan dengan wadah 30 gram

Tiap kemasan gel Na Diklofenak memiliki berat 30 gram

XI. Cara Kerja

Ditimbang metil paraben dan Ditimbang natrium diklofenak


propil paraben, kemudian dan dilarutkan dalam etanol
dilarutkan dalam propilen glikol hingga larut

Ditimbang xanthan gum, dikembangkan dimortir hangat dengan air secukupnya


selama 15 menit diaduk ad homogen. Ditambahkan larutan 1 ad homogen.
Ditambahkan larutan 2 diaduk ad homogen , lalu di tambahkan sisa aquadest yang
ada

Sediaan dimasukkan dalam wadah pot 30 gram


XII. Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Tujuan : untuk mengetahui apakah sediaan telah sesuai dengan
keinginan pembuat jika ditinjau dari segi warna, bau tekstrur
dan konsistensi
Prinsip : membandingkan warna, bau, tekstur dan konsistensi sediaan
dengan pewarna, pembau, dan bahan tambahan lain yang
digunakan
Metode : kontak langsung dengan indra penglihatan, peraba dan pembau
Syarat : bau, warna, dan tekstur harus sama pada saat awal pembuatan
hingga sampai batas waktu kadaluwarsa
2. Uji Penetapan pH
Tujuan : mengetahui pH sediaan
Prinsip : dengan menggunakan alat pengukur pH
Metode : 1 gram sediaan dilarutkan dalam 10 ml aquadest. Lalu alatnya
dimasukkan dalam beaker glass yang berisi larutan sediaan.
Alat dijalankan lalu dilihat angka pH yang ditunjukkan oleh alat
Syarat : 6,8-7,4
3. Uji homogenitas
Tujuan : untuk mengetahui apakah sediaann gel telah homogen
Prinsip : diamati secara visual partikel yang tersebar
Metode : diletakkan sediaan secukupnya diatas object glass kemudian
ditutup dengan object glass lainnya dan diletakkan hingga
sediaan merata. Kemudian dilihat bagaimana persebaran
partikel dalam sediaan
Syarat : sampai tidak ada butiran-butiran
4. Uji Daya Sebar
Tujuan : untuk mengetahui penyebaran krim pada kulit
Prinsip : pengukuran diameter sediaan yang ditutup dengan kaca
penutup dan diberi beban
Metode : 0,5 gram gel diletakkan diatas kaca transparan, kemudian
ditutup dengan kaca transparan yang lain dan dibiarkan selama
± 5 detik sehingga bisa didapatkan diameter daerah yang
terbentuk. Selanjutnya diatas kaca ditambahkan beban sebesar
50, 100, 200, dan 500 gram dan daerah yang terbentuk diamati
serta diukur diameternya
Syarat : 5-7 cm
5. Uji daya lengket
Tujuan : untuk mengetahui daya lengket krim
Prinsip : diukur kecepatan kaca penutup dengan kaca objek yang telah
diberi sediaan dan telah diberi beban sebesar 1 kg
Metode : 0,25 gram gel diletakkan diantara 2 gelas objek, lalu ditekan
dengan beban 1 kg selama 5 menit, setelah itu beban diangkat
dari gelas object, kemudian dua gelas object tersebut dipisahkan
dan waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan kedua gelas
object tersebut dicatat
Syarat : gel yang baik memiiki daya lengkat yang tinggi
6. Uji viskositas
Tujuan : untuk mengetahui viskositas dari sediaan gel natrium
deklofenak
Prinsip : pengukuran kekentalan sediaan dengan menggunakan
viskometer
Metode : sediaan dimasukkan kedalam beaker glass kemudian diuji
dengan alat viskometer hingga spindel tercelup semua pada
sediaan. Kemudian diamati panah yang ada pada viskometer
Syarat : 150-250 dPas
7. Uji penetapan kadar
Prinsip :uji dilakukan untuk menetapkan kadar dalam sediaan
Metode : larutan sebanyak 100 gram sediaan dalam 100 ml buffer posfat
(pH 6,8) dikocok, labu yang telah berisikan larutan sediaan
diatas selama 2 jam menggunakan alat mechanical shaker.
Larutan disaring, dihitung kadar dengan alat spektrofotometri
pada panjang gelombong 276 nm menggunakan blanko buffer
fosfat ( pH 6,8)
8. Uji laju pelepasan
Uji pelepasan dilakukan dengan menggunakan sel difusi dan membran selofan.
Media yang digunakan yaitu larutan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dengan suhu
percobaan 37 ± 0,5oC
PEMBAHASAN

1. Alasan pemilihan bahan aktif dan eksipien

Pada praktikum pembuatan gel, zat aktif yang digunakan yaitu natrium
diklofenak, dengan alasan natrium diklofenak merupakan salah satu obat analgesik,
antiinflamasi non-steroid, sekaligus cyclooxygenase inhibitor. Indikasi natrium
diklofenak ini digunakan pada pasien yang mengalami nyeri, gangguan inflamasi
(radang), nyeri ringan sampai sedang, pasca trauma pada tendon, ligamen, otot, dan
persendian. Pemilihan natrium diklofenak sebagai bahan aktif juga didasarkan pada
efek samping yang ditimbulkan, dimana natrium diklofenak memiliki efek samping
lebih minimal dibandingkan dengan yang lain. Efek samping ini akan muncul pada
pasien-pasien yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap natrium diklofenak.
Selain itu, natrium diklofenak memiliki kemampuan untuk menembus kulit yang lebih
besar dikarenakan berat molekul yang lebih kecil dibandingkan garam diklofenak
lainnya. Akumulasi natrium diklofenak di cairan sinovial memiliki efek terapi sendi
yang jauh lebih panjang.

Dalam pembuatan gel natrium diklofenak, beberapa eksipien (bahan tambahan)


yang ditambahkan adalah etanol, xanthan gum, nipagin, nipasol, propilen glikol, dan
aquadest. Etanol dalam formulasi ini berfungsi sebagai pelarut bahan aktif yaitu
natrium diklofenak. Xanthan gum merupakan gelling agent berupa bubuk berwarna
krem yang dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan
kental dimana pada konsentrasi rendah saja sudah dapat membentuk viskositas yang
tinggi. Nipagin dan nipasol digunakan sebagai antimikroba dengan tujuan untuk
melindungi sediaan dari adanya bakteri atau jamur yang akan tumbuh pada saat
penyimpanan. Penggunaan kombinasi antara nipagin dan nipasol ini bertujuan untuk
meningkatkan aktivitasnya sebagai aintimikroba secara maksimal agar mampu
menjaga stabilitas dari sediaan. Karena dalam sediaan gel natrium diklofenak ini
terdapat air didalamnya sehingga penggunaan antimikroba nipagin dan nipasol lebih
disarankan karena nipagin dan nipasol sukar larut dalam air sehingga kemungkinan
untuk bereaksi atau kompatible dengan komponen yang lain cukup kecil. Nipagin dan
nipasol dilarutkan terlebih dahulu dengan propilen glikol. Selain menjadi pelarut
bahan, propilen glikol juga berfungsi sebagai enhancer sehingga dapat meningkatkan
penetrasi obat ke dalam kulit.

2. Cara pembuatan dan evaluasi sediaan

Pembuatan gel natrium diklofenak yaitu dilakuakn dengan melarutkan semua


bahan terlebih dahulu kemudian diaduk hingga homogen. Pertama, masukkan air
sebanayak 27 ml dalam mortir, lalu taburkan xanthan gum dalam air tunggu 15 menit
sampai terbentuk mucilago. Setelah menjadi mucilago aduk xanthan gum hingga
homogen. Kedua, 0,006 gram nipasol dan 0,054 gram nipagin dilarukan dalam 1,5
ml propilen aduk ad homogen. Ketiga, larutkan 0,3 gram natrium deklofenak dalam
etanol secukupnya. Keempat, masukan larutan natrium deklofenak dalam mucilago
xanthan gum aduk hingga homogen. Tambahkan larutan nipagin dan nipasol kedalam
mucilago ad homogen. Setelah semua bahan tercampur rata masukkan sediaan dalam
tube 30 gram.

Uji evaluasi merupakan uji yang dilakaukan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah memenuhi persyaratan. Uji evaluasi yang dilakukan pada praktikum
pembuat gel natrium deklofenak yaitu uji organoleptis, uji viskositas dan uji daya
sebar. Uji organoleptis ini dilakukan hanya dengan indra peraba, pembau, penglihatan.
Warna yang dihasilkan pada gel natrium deklofenal berupa putih keruh hal ini
disebabkan karena warna xanthan gum yang tidak putih melainkan agak kekuningan.
Sediaan gel natrium diklofenak ini tidak berbau dan tidak berasa. Menurut persyaratan
teoritis organoleptis, seharusnya gel natrium deklofenak berwarna putih, tidak berbau
dan tidak berasa. Hasil evaluasi viskositas gel Na diklofenak sebesar 100 mPas dimana
hasil tersebut tidak memenuhi persyaratan viskositas gel yang baik, hal ini dapat
disebabkan karena konsentrasi dari gelling agentnya terlalu besar sehingga sediaannya
kental. Untuk menaikkan viskositas dapat dilakukan dengan mengurangi gelling agent
atau penambahan air pada formulasi sediaan. Uji daya sebar gel natrium diklofenak
didapatkan hasil sebesar 5.5 cm, hasil tersebut sudah memenuhi persyaratan daya sebar
gel yang baik. Uji daya sebar ini digunakan untuk mengetahui seberapa mudah suatu
sediakan untuk menyebar ketika diaplikasikan pada bagian tubuh yang sakit.
3. Mekanisme kerja Bahan
a. Na Diklofenak

Pada praktikum kali ini digunakan bahan aktif Na diklofenak. Na Diklofenak


merupakan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dengan struktur asam asetat untuk
golongan derivat asam fenil asetat. Obat ini bersifat non selektif pada proses
pemgahambatan siklooksigenase. Na Diklofenak bukan hanya penghambat
siklooksigenase yang kuat tetapi juga memiliki efek antipiretik dan analgesik. Na
diklofenak termasuk obat analgesik siklooksigenase non selektif berdasarkan
selektivitasnya terhadap siklooksigenase.obat antiinflamasi non steroid bekerja dengan
jalan menghambat biosintesis prostaglandin.dimana produksi prostaglandin akan
meningkat saat sel mengalami kerusakan. OAINS akan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Pemberian diklofenak secara sistemik mengakibatkan efek samping tukak lambung
karena berkurangnya sifat proteksi mukosa lambung.

b. Xantham Gum
Pembuatan Xantan Gum melalui proses enzimatik yang
kompleks, Xanthomonas campestris menghasilkan polisakarida pada permukaan
dinding selnya selama siklus hidup normal. Di alam, bakteri ini ditemukan pada daun
sayuran Brassica seperti kol/kubis. Secara komersil, xanthan gum diproduksi dari
kultur murni bakteri secara aerobik, proses fermentasi.
Struktur kimia gum xanthan mempunyai rantai utama dengan ikatan ß (1,4) D
Glukosa, yang menyerupai struktur selulosa. Rantai cabang terdiri dari mannosa asetat,
mannosa dan asam glukoronat (Chaplin, 2003). Gum xanthan merupakan biopolymer
yang hidrofilik yang dapat larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi tidak larut
dalam kebanyakan pelarut organik.

Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan gum secara microbial (gum
xanthan) terdiri dari D-glukosa, sukrosa dan beberapa bentuk karbohidrat yang dapat
digunakan sebagai substrat dan tergantung dari tingkat hasil yang diinginkan. Protein
dan nitrogen inorganic adalah sumber nutrient tambahan yang sangat penting untuk
efisiensi produksi gum xanthan, fosfat dan magnesium juga dibutuhkan serta mineral.
(Mc Nelly dan King dalam Whistler dan Be Miller, 1973.
Fungsi xanthan gum tergantung dari preparat yang benar dari larutan. Larutan
yang buruk akan menghasilkan fungsi yang tidak optimum. Ini membantu untuk
mencegah pemisahan minyak dengan menstabilkan emulsi, meskipun bukan
merupakan pengemulsi. Gum xanthan juga membantu memperkuat partikel
padat,seperti rempah-rempah. Penggunaan juga pada makanan dan minuman beku,
gum xanthan membantu menciptakan tekstur lembut di es krim
pada umumnya. Sebagai bahan stabilizers, emulsifier, and thickeners, Xanthan Gum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam bahan tambahan pangan maupun non
pangan, diantaranya

Salah satu sifat yang paling luar biasa xanthan gum adalah kemampuannya
untuk menghasilkan peningkatan dalam viskositas cairan dengan menambahkan
jumlah yang sangatkecil gum. Dalam kebanyakan makanan, xanthan digunakan
sebesar 0,5%, dan dapat digunakan dalam konsentrasi yang lebih rendah. Viskositas
larutan gum xanthan menurun dengan tingkat pseudoplasticity yang tinggi.

Gum xanthan memiliki sifat pseudoplasticity yang berarti bahwa suatu produk
dapat ditarik atau direnggangkan, akibat dari pencampuran, pengadukan atau bahkan
pengunyahan, sehingga produk akan tampak menipis. Tetapi setelah gaya tarik
dilepaskan, produk akan menebal kembali (kembali normal). Penggunaan
praktis xanthan berada di salad dressing : gum xanthan membuatnya cukup tebal saat
dikemas di dalam botoluntuk menjaga campurannya homogen, namun shear forces
yang dihasilkan oleh pengocokan dan penuangan akan menipiskan itu, sehingga dapat
dengan mudah dituangkan. Ketika keluar botol, shear forces akan hilang
dan mengental kembali, sehingga menempel di salad. Dalam makanan, gum xanthan
yang paling sering ditemukan pada salad dressing

c. Propilenglikol
Propilenglikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam
pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang tidak stabil
atau tidak dapat larut dalam air. Propilen glikol adalah cairan bening, tidak berwarna,
kental dan hampir tidak berbau. Memiliki rasa manis sedikit tajam menyerupai gliseol.
Dalam kondisi biasa, propilen glikol stabil dalam wadah yang tertutup baik dan juga
merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air atau alcohol.
Propilen glikol juga digunakan sebagai penghmbat pertumbuhan jamur. Data klinis
telah menunjukkan reaksi iritasi kulit pada pemakaian propilen glikol dibawah 10%
dan dermatitis dibawah 2% (Loden, 2009).
Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam
berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral. Propilen glikol secara umum
merupakan pelarut yang lebih baik dari gliserin dan dapat melarutkan baha seperti
kortikosteroid, fenol, obat-obatan sulfa, barbiturate, vitamin A dan D, alkaloid, dan
banyak anestesi local. (Rowe et al., 2005)

Propilenglikol sebesar 15% ditambahkan pada sediaan topical untuk


mengurangi pengupan air dari permukaan klit (efek humektan). Selain sebagai
humektan, propile glikol ini digunakan pula sebagai pelarut untuk sediaan topical
dengan konsentrasi 5% dari rentangnya 5%-80% dalam melarutkan bahan pengawet
baik Methyl Paraben maupun Propyl paraben, serta bahan aktif Na diklofenak.

d. Nipagin (Methyl paraben)


Aktivitas Antimikroba dari Methyl paraben dan Paraben yang lain dapat
menurun karena adanya surfaktan non-ionik. Namun Propilenglikol (10%)
menunjukkan potensi aktivitas Antimikroba dari Paraben ketika terdapat surfaktan
non-ionik. Selain itu, juga inkompatibel dengan Bentonit, Magnesium Trisilikat, Talk,
Tragacanth, Na. Alginat, Minyak Essensial, Sorbitol dan Atropin.

Paraben sangatlah efektif dengan range pH yang luas sebagai agen


Antimikroba, Preservative efficacynya meningkat dengan penambahan Propilenglikol
(2-5%). Metil paraben (0.18%) bersama dengan Propilparaben (0.02%) digunakan
sebagai Preservatif untuk berbagai formulasi sediaan. Methyl paraben dipilih karena
sifatnya yang non-mutagenik, non-teratogenik, non- karsinogenik, sensitisasi yang
jarang, dan tidak menyebabkan fototoksisitas yang signifikan.

e. Nipasol (Propil paraben)


Aktivitas Antimikroba dari Propil paraben menurun atau berkurang
dengan adanya surfaktan non-ionik. Stabil pada pH 3- 6 dalam kondisi aq. Solutions.
Propil paraben dan Metil paraben digunakan sebagai Preservatif dari macam-macam
sediaan
f. Aquadestilata

Aquadestilata dapat bereaksi dengan obat dan bahan yang lainnya, serta dapat
menyebabkan hidrolisis.. Aquadestillata dipilih karena merupakan bahan tambahan
yang paling banyak digunakan dalam sediaan farmasi

g. Etanol
ETANOL (Etil Alkohol) Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni,
alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan
pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida,
kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga
larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga
larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena. Pada
ekstraksi bahan pangan tidak boleh ada residu etanol pada bahan pangan yang
diekstraksi (Federal Food, Drug and Cosmetic Regulation).
Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah
daya melarutkan bahan (berdasarkan kepolaritasan), titik didih, sifat racun, mudah
tidaknya terbakar dan pengaruh terhadap alat peralatan ekstraksi. Pada umumnya
pelarut yang sering digunakan adalah etanol karena etanol mempunyai polaritas yang
tinggi sehingga dapat mengekstrak bahan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut
organik yang lain. Pelarut yang mempunyai gugus karboksil (alkohol) dan karbonil
(keton) termasuk dalam pelarut polar. Etanol mempunyai titik didih yang rendah dan
cenderung aman. Etanol juga tidak beracun dan berbahaya. Kelemahan penggunaan
pelarut etanol adalah etanol larut dalam air, dan juga melarutkan komponen lain seperti
karbohidrat, resin dan gum. Larutnya komponen ini mengakibatkan berkurangnya
tingkat kemurniannya. Keuntungan menggunakan pelarut etanol dibandingkan dengan
aseton yaitu etanol mempunyai kepolaran lebih tinggi sehingga mudah untuk
melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa
organik lainnya
4. Evaluasi hasil dibanding dengan literature dan kemiripan sediaan dengan gel
atau emulgel

Pada pembuatan sediaan gel dengan bahan aktif Natrium diklofenak 1% dengan
gelling agent berupa xanthan gum, dilakukan uj evaluasi sediaan. Uji evaluasi sediaan
yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar dan uji viskositas.
Berdasarkan hasil uji evaluasi tersebut, didapatkan organoleptis gel sebagai berikut,
warna putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Gel yang dihasilkan seharusnya tidak
berwarna, namun timbulnya warna pada gel yang dibuat kemungkinan disebabkan oleh
gelling agent yang digunakan yakni xanthan gum yang berwarna putih tulang. Uji
evaluasi selanjutnya yaitu uji viskositas, viskositas gel yang dibuat adalah sebesar 100
dPas sedangkan gelpada umumnya memiliki viskositas 150-250 dPas. Hai ini
kemungkinan disebabkan karena kesalahan pada proses formulasi dimana gelling agent
yang digunakan dalam pembuatan gel terlalu banyak (3%). Uji evaluasi yang
selanjutnya adalah uji daya sebar. Daya sebar dari gel yang dibuat adalah sebesar 5,5
cm dimana hal ini telah sesuai dengan daya sebar gel pada umumnya yaitu sebesar 5-7
cm. Uji yang terakhir adalah uji pH, hasil uji pH dari sediaan gel yang dibuat adalah
sebesar 7,6. pH yang didapat sedikit lebih tinggi dari rentang pH yang diinginkan yatu
6,8-7,4. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan alat, ataupun kesalahan praktikan
pada saat penimbangan dan pencampuran dalam proses pembuatan gel Na Diklofenak.
Kesimpulan

1. Natrium diklofenak merupakan salah satu obat analgesik, antiinflamasi non-steroid,


sekaligus cyclooxygenase inhibitor
2. Hasil evaluasi viskositas gel Na diklofenak sebesar 100 mPas dimana hasil tersebut
tidak memenuhi persyaratan viskositas gel yang baik yaitu sebesar 150-250 mPas.
3. Uji daya sebar gel natrium diklofenak didapatkan hasil sebesar 5.5 cm, hasil tersebut
sudah memenuhi persyaratan daya sebar gel yang baik yaitu sebesar 5-7 cm.
4. hasil uji pH dari sediaan gel yang dibuat adalah sebesar 7,6. pH. Sedangkan
persyaratan uji pH 6,8-7,4
Daftar Pustaka
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation
The United State Pharmacopeial Convention. (2006). The United States Pharmacopeia
(USP). 30th Edition. United States
Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.

Anda mungkin juga menyukai