Disusun Oleh :
Kelompok 7
Penggolongan Gel
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit.
Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika
dibiarkan dan mencair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
2. Gel sistem fase tunggal
Gel fase tunggal terdiri dari molekul organik yang tersebar sama dalam cairan
hingga tidak terlihat adanya suatu molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karbomer atau gom
alam.
Karakteristik Gel
1. Swelling : Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorpsi larutan sehingga volume bertambah. Pelarut akan berpenetrasi
diantara matriks gel dan interaksi yang terjadi antara pelarut dengan gel.
Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi silang antara polimer didalam
matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis : Suatu proses yang terjadi akibat kontraksi didalam massa gel. Cairan
yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu
pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang
tegar. mekanisme terjadinya kontraksi saat relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun
organogel.
3. Efek suhu : mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
suhu tapi juga dapat terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer
seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada udara dingin yang membentuk larutan
kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
4. Efek eletrolit : konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ionisasi secara efektif dengan pelarut koloid yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan kekakuan gel dan mengurangi waktu untuk
menyusun diri sebelum mempersembahkan tekanan geser.
5. Elastisitas dan rigiditas : sifat ini merupakan karakteristik dari agar-agar gel gelatin
dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi
peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk
struktur gel tahan terhadap perubahan atau deformasi dan memiliki aliran
viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen
pembentuk gel.
6. Rheologi : Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang
terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan
jalan aliran non Newton (menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
III. Monografi
1. Diklofenak sodium (FI Edisi VI, halaman 417)
Zat aktif Diklofenak natrium
Sinonim Didlofenac sodium
Struktur
IV. Formula
Menambahkan natrium alginat karena pada diklofenak sodium dibuat sediaan gel
yang perlu ditambahkan basis gel untuk mengembangkan. Karena diklofenak sodium
dibuat sediaan multiple dose maka ditambahkan natrium benzoate untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Sediaan ini ditujukan untuk kulit bagian hipodermis, maka untuk
meningkatkan penetrasi ditambahkan propilenglikol. Penambahan aquadestillata
digunakan untuk zat pembawa diklofenak sodium.
V. Penimbangan
Dibuat sediaan 20gr
No. Nama bahan Jumlah yang ditimbang
1 Diklofenak sodium 1 gr
x 20 gr =0,2 gr
100 gr
2 Natrium alginat 4 gr
x 20 gr =0 , 8 gr
100 gr
3 Natrium benzoate 0,3 gr
x 20 gr =0 , 06 gr
100 gr
4 Propilenglikol 5 gr
x 20 gr =1 gr
100 gr
5 Aquadestillata ad 20 gr
VI. Prosedur kerja
Pembuatan sediaan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pembuatan pengembangan gelling agent (basis gel) dari natrium alginat:
- Timbang natrium alginat, masukkan kedalam lumpang
- Ukur aquadest sebanyak 8 ml, masukkan kedalam lumpang gerus ad homogen
hingga mengembang
3. Timbang diklofenak sodium, lalu dispersikan kedalam natrium alginat yang telah
mengembang, lalu gerus ada homogen.
4. Timbang natrium benzoate, larutkan dengan 1 ml aquadest didalam baker glass.
Masukkan kedalam lumpang gerus ad homogen.
5. Timbang propilenglikol, encerkan dengan 10 ml aquadest masukkan kedalam
lumpang, gerus ad homogen.
6. Timbang sediaan seberat 20gr
7. Lalu kemas, diberi label dan etiket
VII. Pembahasan
Evaluasi sediaan
No Jenis Prinsip evaluasi Jumlah Hasil Syarat
evaluasi sampel pengamatan
1 Uji Mengetahui 1 Didapat warna Warna, bau,
Organoleptik warna, bau dan yang kuning san struktur
struktur pada transparan, bau harus sesuai
masing-masing khas gel yang saat waktu
sediaan yang diuji tidak pembuatan
menyengat,
dan struktur
kental juga
dingin apabila
dioleskan pada
kulit
2 Uji Mengetahui 1 Didapat Masing-
Homogenitas tercampurnya sediaan yang masing
sediaan secara homogen sediaan harus
meratanatau merata dan
kehomogenan homogen
pada sediaan
3 Uji pH Mengetahui nilai 1 pH = 6 Masing-
pH pada masing- masing
masing sediaan sediaan harus
yang diuji mempunyai
nilai pH yang
sama atau
kurang lebih 1
VIII. Kesimpulan
Diklofenak Sodium digunakan untuk pengobatan osteoarthritis dengan cara dioleskan
sehari 3-4 kali pada bagian yang nyeri. Diklofenak sodium lebih efektif dan sistemik
untuk osteoarthritis dalam penggunaan topikal dibanding penggunaan oral. Diklofenak
sodium juga sedikit larut dalam air, maka dibuat sediaan gel.
Ansel, Howard C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed. 4 Terj. dari
Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, oleh Farida Ibrahim. UI Press, Jakarta