PEMBUATAN SEDIAAN INFUS ISOTONIS KCL 0,38% CUM GLUCOSE SEBANYAK 100
ML
Hari/Tangga;l :
Jumat, 8 April 2022
Dosen Pengampu :
Dr. Apt. Yudi Wicaksono, S.Si., M.Si.
KELOMPOK A1-5
Made Dharma Wisesa K. 192210101064
Fikri Dwi Ramdani 192210101065
Naurah Nurulita Syafiin 192210101067
Viona Nazila Syaharani 192210101117
Intan Wahidah Nur M. A. 192210101118
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
I.1 Mempelajari cara pembuatan sediaan steril volume besar beserta cara sterilisasinya
I.2 Mempelajari cara perhitungan tonisitas
I.3 Membuat sediaan yang bebas dari pirogen
R/
KCl 0,38%
Glucose q.s.
HCl 0,1 N ad pH 5-6
Norit 0,1%
Aqua steril bebas pyrogen ad 100 ml
4.3.Perhitungan Berat dan Volume
● Volume infus yang dibuat (v)
𝑣 = 𝑣 ′ + 50 𝑚𝑙 → 100 𝑚𝑙 + 50 𝑚𝑙 = 150 𝑚𝑙
● KCL 0,38%
0,38 𝑔
KCl 0,38%= 100 𝑚𝑙 𝑥150 𝑚𝑙 = 0,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
● Norit 0,1%
0,1 𝑔
Norit 0,1%= 100 𝑚𝑙 𝑥150 𝑚𝑙 = 0,15 𝑔𝑟𝑎𝑚
● Glukosa
Menurut tabel larutan isotonis Farmakope Indonesia Edisi VI halaman 2296,
KCl memiliki nilai E sebesar 0,76 terhadap NaCl atau 1 gram KCl setara
dengan 0,76 gram NaCl.
0,76 𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙
▪ 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑥 0,57 𝑔 𝐾𝐶𝑙 = 0,4332 𝑔𝑟𝑎𝑚
1 𝑔 𝐾𝐶𝑙
Alat Jumlah
5.2.Bahan
● KCl ● Norit
● Glukosa ● Aqua Steril Bebas Pirogen
● HCl 0,1 N
VI. CARA KERJA
6.1.Penimbangan Bahan
Timbangan ditara
6.2.Pencampuran, Pelarutan
6.4.Pengisian, Penutupan
Dalam uji ini digunakan larutan metilen blue 0,0025% (b/v) dalam larutan
fenol 0,0025% (b/v).
Uji dilakukan dalam bejana yang dibuat dalam kondisi vakum sampai 70
mmHg dan dijaga selama tidak kurang dari 15 menit.
7.1.2. Metode Penarikan Vakum Ganda (The Double Vacum Pull Method)
Bejana dibuat vakum sampai 70 mmHg dan dijaga selama tidak kurang dari 15
menit.
Setelah pompa vakum dimatikan, diamati ada tidaknya noda basah pada kertas
penyerap.
Uji dilanjutkan dengan posisi terbalik dengan kertas penyerap yang baru.
Pada akhir uji, botol infusyang menyebabkan noda basah harus dibuang.
7.2.Uji Sterilitas
7.2.1. Inokulasi Langsung
Dipindahkan cairan dari wadah uji menggunakan piper atau jarum suntik steril
Diinkubasi selama 14 hari (untuk media FTM dengan suhu inkubasi 30oC –
35oC dan soybean casein digest medium pada suhu inkubasi 20oC
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga keberadaan mikroba
tidak dapat diamati secara visual, dipindahkan sejumlah media ke dalam
tabung baru dengan media yang sama sekurang-kurangnya dilakukan 1 kali
pada hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai
Dilanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama total waktu tidak
kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal
7.2.2. Filtrasi Membran
7.3.Uji Pirogen
Uji dilakukan dalam ruang terpisah yang dirancang untuk pengujian pirogen
dan pada kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan hewan
dan bebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan.
Kelinci tidak diberi makan selama pengujian. Boleh diberi minum setiap saat,
tetapi terbatas.
Ditetapkan suhu kontrol dari tiap kelinci tidak lebih dari 30 menit sebelum
penyuntikan larutan uji. Suhu tersebut digunakan sebagai awal untuk
penetapan setiap kenaikan suhu yang dihasilkan dari penyuntikan larutan uji.
Disuntikkan 10 mL larutan uji per kg berat badan kedalam vena telinga setiap
tiga kelinci dalam waktu 10 menit.
Direkam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan
dengan selang waktu 30 menit
Interpretasi:
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada
satupun kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5°atau lebih. Bila ada kelinci
yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5°atau lebih, dilanjutkan uji menggunakan
lima ekor kelinci lain. Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila tidak lebih dari
3 dari 8 ekor masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5°atau lebih dan jumlah
kenaikan suhu maksimum 8 kelinci tidak melebihi 3,3°.
Uji dilakukan menggunakan LAL yang diperoleh dari ekstrak air amebosit
dalam kepiting ladam kuda (Limulus Polyphemus atau Tachypleus
tridentatus) dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL.
Pada teknik pembentukan jendal gel, penetapan titik akhir reaksi dilakukan
dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran
endotoksin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam Unit endotoksin
(EU).
Bahan memenuhi syarat apabila kadar endotoksin kurang dari nilai yang
dinyatakan dalam masing-masing monografi.
Sumber sinar dapat berupa lampu pijar putih dengan kekuatan 100 watt atau 3
buah lampu neon dengan kekuatan masing-masing 15 watt. Sedangkan ruang
pemeriksaan harus gelap.
Wadah yang berisi laarutan yang tercemar partikel asing atau wadah yang
rusak, harus dipisahkan.
Dibandingkan larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat segar,
setinggi 40 mm.
Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak
lebih dari dari suspensi padanan I
Dipilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 mL atau lebih, 3 wadah
atau lebih bila volume lebih dari 3 mL dan kurang dari 10 mL, atau 5 wadah
atau lebih bila volume 3 mL atau kurang.
Diambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak
lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik
nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
Dikeluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan
isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur
kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur
memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis
penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang
dituang).
7.6.2. Cara 2
Diisi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah
ditara, volume dalam mL diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi
bobot jenis cairan.
Diisi dari wadah 10 mL atau lebih dapat ditentukan dengan membuka wadah,
memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala yang
telah ditara.
Interpretasi Hasil:
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per satu, atau
bila wadah volume 1 mL dan 2 mL, tidak kurang dari jumlah volume wadah yang
tertera pada etiket bila isi digabung. Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa
dosis volume tertera, lakukan penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik
terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari
dosis yang tertera.
Volume tertera dalam Kelebihan Volume yang Dianjurkan
penandaan Untuk cairan encer Untuk cairan kental
0,5 mL 0,10 mL 0,12 mL
1,0 mL 0,10 mL 0,15 mL
2,0 mL 0,15 mL 0,25 mL
5,0 mL 0,30 mL 0,50 mL
10,0 mL 0,50 mL 0,70 mL
20,0 mL 0,60 mL 0,90 mL
30,0 mL 0,80 mL 1,20 mL
50,0 mL atau lebih 2% 3%
7.7.Uji pH
Pada praktikum pembuatan sediaan infus ini terdapat beberapa titik kritis
yang perlu diperhatikan,diantaranya adalah :
● Sebelum praktikum hendaknya praktikan dapat benar - benar memahami
materi seperti mengetahui metode yang akan digunakan sehingga akan
mengetahui langkah – langkah yang akan dilakukan selama percobaan
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan.
● Praktikan menyiapkan alat dan bahan dengan benar, sehingga dipastikan
tidak ada kontaminasi pada alat dan bahan.
● Sebelum melakukan prosedur kerja praktikan harus mensterilisasi tempat
kerja menggunakan alkohol untuk meminimalisir adanya pirogen.
● Dalam sediaan harus dipastikan tidak mengandung pirogen, sehingga
digunakan bahan – bahan seperti aqua bebas pirogen sebagai pelarut dan
norit (carbo-adsorben) untuk menghilangkan pirogen.
● Norit memiliki sifat dapat menyerap bahan yang termasuk zat organic
(glukosa) sehingga ditambahkan bahan yang dapat menyerap dengan
jumlah sama dengan norit.
● Sediaan yang dibuat disaring menggunakan kertas saring rangkap dua untuk
memastikan sediaan bebas dari bahan yang belum terlarut.
X. KESIMPULAN
Dalam pratikum ini, sediaan yang dibuat merupakan sediaan steril sehingga
dalam proses pengerjaannya harus dipastikan sterilisasi dari alat, bahan maupun
praktikan sendiri untuk meminimalisir adanya pirogen. Dibuat Sediaan Infus KCl
0,38% Isotonis Cum Glucose. Dimana larutan yang dibuat harus memiliki
osmolalitas yang sama efektifnya dengan cairan tubuh atau cairan mata (larutan
isotonis) sehingga harus dilakukan perhitungan tonisitas untuk menyatakan apakah
suatu formula bersifat isotonis atau tidak. Metode perhitungan yang digunakan
adalah metode NaCl ekivalen. Sebelum disterilisasi, sediaan di saring
menggunakan norit yang sebelumnya harus diaktifkan dengan cara dipanaskan di
oven pada suhu 70-80oC. Sediaan disaring dua kali dengan kertas saring yang sama
agar norit yang tersaring pada kertas saring dapat menjerap pirogen yang tersisa
dalam sediaan setelah disaring pertama kali. Sediaan yang sudah dibuat disterilisasi
akhir menggunakan autoklaf suhu 115oC selama 30 menit karena terdapat glukosa
yang akan mengalami karamelisasi apabila disterilisasi menggunakan suhu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim,Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta
Ayuhastuti, Anggreni. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Gray, Alistair, Wright, J., Goodey, V., Bruce, L. 2011. Injectable Drugs Guide. Padstow:
Pharmaceutical Press.
Lukas, Stefanus, 2006. Formulasi Steril. Penerbit Andis :Yogyakarta.
McMahon RS, Bashir K. Potassium Chloride. [Updated 2021 Aug 10]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan.
Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed. London:
ThePharmaceutical Press.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty Sixth Edition. New York:
Pharmaceutical Press
Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril, Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto
Turco. 1979. Sterile Dosege Formulations Second Edition. Philadelphia : Len dan Fabigen : USA
Viera, A. J., Wouk, N. 2015. Potassium Disorders: Hypokalemia and Hyperkalemia. American
Family Physician. 92(6): 487-495.