A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi
1.1 Penggolongan zat aktif
Glukosa merupakan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber
energy dalam tubuh dan termasuk dalam kelompok Monosakarida.
Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana.
(Fessenden, 1990)
b. Rumus
C6H12O6 , H2O
c. Berat Molekul
198.17
2.2 Kelarutan zat aktif
Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol (Depkes, 1995).
2.3 Stabilitas
Dekstrosa (glukosa) memiliki stabilitas yang baik dalam kondisi
penyimpanan kering. Larutan encer dapat disterilkan dengan autoklaf.
Namun, pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan pH
dan karamelisasi larutan. Bahan dalam jumlah yang besar harus
disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan sejuk
(Rowe et al, 2009)
2.5 Inkompatibilitas
Larutan dekstrosa tidak sesuai dengan sejumlah obat seperti
cyanocobalamin, kanamycin sulfate, novobiocin sodium, dan warfarin
sodium. Erythromycin gluceptate tidak stabil dalam larutan dekstrosa
pada pH kurang dari 5.05. dekomposisi vitamin B-kompleks dapat
terjadi jika dipanaskan dengan dekstrosa. Dalam bentuk aldehid,
dekstrosa dapat bereaksi dengan amina, amida, asam amino, peptida,
dan protein. Dapat terjadi pewarnaan dan penguraian warna coklat
dengan alkali yang kuat. Dekstrosa dapat menyebabkan kecoklatan pada
tablet yang mengandung amina (Rowe et al, 2009).
3.2 Dosis
Dosis dari penggunaan dekstrosa ini tergantung dari umur pasien,
berat badan, kondisi klinik, cairan elektrolit, dan keseimbangan asam
basa dari pasien. Dosis melalui injeksi i.v untuk pemulihan kondisi
pasien, laju kecepatan infusnya adalah 0,5 g/kg perjam tanpa disertai
produksi gula dalam urin. Untuk pengobatan hipoglikemia dosis
umumnya adalah 20-50 mL dekstrosa 50%, yang diberikan dengan
lambat. Untuk pengobatan gejala hipoglikemia akut pada bayi dan anak-
anak dosis umumnya adalah 2 mL/kg dengan konsentrasi glukosa 10-
25% (McEvoy, 2002). Larutan glukosa dengan konsentrasi 5% sering
digunakan untuk deplesi cairan, dan dapat diberikan melalui vena
perifer. Larutan glukosa dengan konsentrasi yang lebih besar dari 5%
bersifat hiperosmotik pada umumnya digunakan sebagai sumber
karbohidrat (Sweetman, 2009).
Oleh karena itu dipilih dosis pada formula ini yaitu 5,9% karena
digunakan untuk pasien yang mengalami kekurangan karbohidrat serta
sebagai penunjang nutrisi bagi pasien dengan kondisi tertentu.
B. FORMULASI
I. Bentuk dan Formula yang dibuat
Bentuk sediaan yang dibuat yaitu infus dengan formula sebagai berikut:
R/ Glukosa monohidrat 5,9%
Norit 0,1%
WFI steril ad to 500 Ml
II. Permasalahan
1. Sediaan infus glukosa merupakan sediaan parenteral yang harus
bebas mikroorganisme, bebas partikel dan memiliki pemerian yang
jernih
2. Merupakan sediaan steril yang harus bebas pirogen
3. Sediaan akan diberikan melalui rute intarvena yang penggunaannya
perlu menjamin kenyamanan pasien, oleh karena itu tonisitasnya
harus diperhatikan.
4. Dekstrosa dapat mengalami perubahan menjadi 5-hidroksi-metil-
furfural apabila terpapar suhu yang tinggi
C. PELAKSANAAN
I. Cara kerja
D. EVALUASI SEDIAAN
I. Fisika
II. Kimia
III. Biologi
DAFTAR PUSTAKA