Anda di halaman 1dari 4

METFORMIN

A. FARMASI- FARMAKOLOGI
1. SIFAT FISIKO KIMIA METFORMIN
Metformin umumnya terdapat dalam bentuk metformin hidroklorida, merupakan
kristal putih atau putih tulang (off-white) dengan BM 165,63. ;Metformin
hidroklorida sangat mudah larut dalam air, dan praktis tidak larut dalam aseton,
eter ataupun kloroform. pKa metformin = 12,4 dan pH larutan 1% metformin
hidroklorida = 6,68 (informasiobat.com).

2. RUMUS KIMIA METFORMIN


Rumus Struktur :

Gambar 1. Rumus struktur metformin HCl


Nama Kimia : N,N-Dimethylimidodicarbonimidic diamide
Rumus Molekul : C4H11N5HCl
Berat Molekul : 165,6 g/mol
Pemerian : Serbuk putih, higroskopik dan serbuk kristal
Kelarutan : Larut 1 dalam 2 bagian air dan 1 dalam 100 bagian etanol, praktis
tidak larut dalam kloroform dan eter (Clarks, Edisi III).

3. Farmasi umum

Dosis metformin adalah dari 500 mg sampai maksimal 2,55 g setiap hari,
dengan anjuran penggunaan dosis efektif yang paling rendah. Jadwal lazim
dimulai dengan satu tablet tunggal sebesar 500 mg yang diberikan pada waktu
sarapan selama beberapa hari dan apabila berjalan baik tanpa keluhan saluran
cerna, ditambah dengan tablet kedua sebesar 500 mg yang diberikan pada waktu
makan malam apabila masih tetap terjadi hiperglikemia (Katzung, 2002).
Efek toksik yang paling sering pada metformin adalah pada saluran cerna
(anoreksia, mual, muntah, keluhan abnominal, diare) dan terjadi sampai sebesar
20% pada pasien (Katzung, 2002).
4. INDIKASI KONTRA INDIKASI
INDIKASI

Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan
kelebihan berat badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet

saja.
Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat

kombinasi dengan Sulfonilurea.


Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan
terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.

KONTRA INDIKASI

Koma diabetik dan ketoasidosis.


Gangguan fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-obatan terutama

dieksresi melalui ginjal.


Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardial infark, alkoholisme,
keadaan penyakit kronik atau akut yang berkaitan dengan hipoksia

jaringan. Keadaan yang berhubungan dengan laktat asidosis seperti syok,


insufisiensi pulmonal, riwayat laktat asidosis, dan keadaan yang ditandai
dengan hipoksemia.
Hipersensitif tehadap obat ini.
Kehamilan dan menyusui.
B. FARMAKO DINAMIK
Metformin lebih sering digunakan sebagai terapi antidiabetik oral
karena memiliki efek samping hipoglikemi yang rendah dibandingkan dengan
golongan lain dan efektif menurunkan kadar glukosa darah dengan mekanisme
kerjanya tidak melalui perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap
organ sasaran yaitu dengan meningkatkan transport glukosa, meningkatkan
ambilan glukosa dari otot dan jaringan lemak, menurunkan produksi glukosa
hati dengan menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis, memperlambat
absorpsi glukosa di saluran gastrointestinal (Rees, 1995; Karam, 1995).
Metformin dapat meningkatkan level A1C 1-2%, dan direkomendasikan oleh
American Diabetes association (ADA) sebagai first line therapy bersama
dengan modifikasi gaya hidup untuk pengobatan DM tipe 2 (Philbrick dkk,
2009), tetapi tidak direkomendasikan untuk pasien umur >80 tahun atau pada
individu dengan disfungsi ginjal (kadar kreatinin serum >1,5 mg/dl untuk lakilaki dan >1,4 mg/dl untuk perempuan) (Management of Diabetes, 2010).
Namun, dalam hasil penelitian masih ditemukannya pemberian metformin
yang belum sesuai dengan kondisi klinis pasien yaitu masih diberikannya
terapi metormin pada pasien yang nilai bersihan kreatinin sudah menurun,
pasien berbadan kurus, dan pada pasien geriatri yaitu pasien dengan kode
nama P33 (Ridha,2011).
C. FARMAKOKINETIK
Metformin diperkirakan 50%-60% bioavalabilitasnya oral, kelarutannya dalam
lipid rendah, dan volume distribusinya pada cairan tubuh. Metformin mempunyai t

1,5-3 jam, tak terikat protein plasma, tidak dimetabolisme, dan dieksresi oleh ginjal
sebagai senyawa aktif. Kerja metformin pada glukoneogenesis di hati di duga
mengganggu pengambilan asam laktat oleh hati. Pada pasien insufisiensi ginjal
(terjadi akumulasi Metformin) dapat meningkatkan risiko asidosis laktat sehingga
dapat berakibat fatal.
Absorpsi metformin relatif lambat dan dapat diperpanjang jadi sekitar 6 jam.
Obat ini diekskresikan dalam urin dengan kecepatan klirens ginjal yang tinggi yaitu
450 ml/menit. Eliminasi awal metformin adalah cepat dengan waktu paruh bervariasi
antara 1.7 dan 3 jam. Terminal fase eliminasi diketahui selama 4 sampai 5% dari
dosis terserap lambat dengan waktu paruh antara 9 17 jam. Tempat utama
konsentrasi obat adalah mukosa usus dan kelenjar liur. Konsentrasi plasma pada
keadaan tunak berkisar sekitar 1 hingga 2 mcg / mL.
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein-protein
plasma. Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerulus.
Waktu paruh metformin rata-rata adalah 6 jam, meskipun secara farmakodinamik,
efek antihiperglikemik pada metformin > 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.informasiobat.com/metformin
Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta, Salemba
Medika. Halaman 671, 677-678.
Ridha, 2011. KAJIAN ASPEK

FARMAKOKINETIK

KLINIK

OBAT

ANTIDIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN


GANGGUAN FUNGSI GINJAL DI POLIKLINIK KHUSUS RSUP. DR. M.
DJAMIL PADANG

Anda mungkin juga menyukai