Dikenal 3 jenis Anti Diabetes Oral dari golongan biguanid yaitu fenformin,
buformin, dan metformin tetapi fenformin dan buformin telah ditarik dari
peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang sering
digunakan adalah metformin (Farmakologi dan Terapi, 2007). Metformin
mereduksi level gula darah dengan menginhibisi produksi glukosa dihepar dan
mereduksi resistensi insulin, khsususnya di hati dan otot rangka. (Giannarelli
dkk, 2003)
Dosis awal 2 kali sehari 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan (maintenance
dose) 3 kali sehari 500 mg, dosis maksimal 2,5 gram. Obat diminum pada
waktu makan. (Farmakologi dan Terapi, 2007).
Farmakologi Umum
Metformin digunakan sebagai terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan
kelebihan berat badan dimana kadar glukosa tidak bisa dikontrol dengan diet saja, dapat
digunakan sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan
sulfonilurea. Dan sebagai terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan
terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.(Yunir, 2008)
Metformin menurunkan penyerapan usus di glukosa, dan meningkatkan sensitivitas insulin
dengan meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan glukosa di jaringan perifer. Metformin
meningkatkan kadar plasma GLP-1 (Glucagon Like Peptide-1). bukti-bukti dari studi klinis
menunjukkan bahwa fungsi utama dari metformin adalah untuk menurunkan produksi glukosa
hepatik terutama dengan menghambat glukoneogenesis (Natali dan Ferrannini, 2006)
Indikasi
Indikasi:
Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosa setelah dewasa, dengan atau tanpa
kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil.
Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif terhadap terapi tunggal
sulfonilurea baik primer maupun sekunder.
Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.
Sebagai obat untuk obesitas.
Pengaruh yang berarti penggunaan metformin pada berat badan, atau kecenderungan penurunan
berat badan, telah nampak pada populasi obesitas non diabetic yang tidak dipilih berdasar
dysglycaemia. Namun, meta-analisis evaluasi terkontrol pada metformin menyimpulkan bahwa
besaran pengaruh pada berat badan tidak mendukung penggunaannya hanya bagi kontrol berat
badan.
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang mudah terlihat perubahannya dalam waktu
singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Berat badan ideal dapat dinilai
dengan berbagai cara, salah satu yang umum dan mudah dilakukan pada orang dewasa adalah
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT).
Penelitian yang dilakukan oleh Manaf dkk 2007
Penelitian menggunakan Uji klinis eksperimental, dengan subyek penelitian adalah pasien
obesitas dengan prediabetes (Toleransi Glucosa Terganggu = TGT ) yang datang berobat di
Poliklinik Endokrin Metabolik RSUP Dr. M. Djamil Padang. Sebanyak 156 subyek obesitas (anak
atau saudara dari penderita DMT2) yang bersedia ikut serta dalam penelitian. Pada kelompok
perlakuan mendapat metformin dengan dosis 2 x 500 mg perhari selama 12 minggu. Subyek
yang setuju berpartisipasi dilakukan anamnesis tentang umur, jenis kelamin; dicatat data
antropometri seperti TB, BB dan Lingkar pinggang (Lp), dihitung indeks masa tubuh (IMT) dan
tekanan darah.
Penelitian mendapatkan hasil rata-rata lingkar pinggang pada kelompok perlakuan tampak
menurun dari 94,17 6,05 cm menjadi 92,40 7,39.
Rerata Indeks massa tubuh pada kelompok perlakuan tampak menurun dari rerata 29,02 1,88
kg/m2 menjadi 27,89 2,11, . Rerata Tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan tampak
menurun dari 128,27 11,47 mmHg menjadi 124,00 12,76.
Hasil penelitian setelah pemberian metformin selama 12 minggu, pada kelompok perlakuan
terlihat penurunan lingkar pinggang dan Indeks masa tubuh, dimana peningkatan kadar
adiponektin berkorelasi kuat terhadap penurunan lingkar pinggang dan berkorelasi sedang
terhadap penurunan indeks masa tubuh. Dengan demikian maka penurunan lingkar pinggang dan
indeks masa tubuh akan mengurangi ukuran sel adiposit sehingga akan meningkatkan produksi
adiponektin.
BAB VII
PEMBAHASAN
Pasien dengan diabetes tipe 2 mengalami gangguan aksi insulin (resistensi insulin) pada sel-sel
target. Gangguan fungsi sekresi insulin dapat bermanifestasi melalui mekanisme hilangnya
respons insulin tahap pertama sehingga sekresi insulin terlambat dan gagal untuk
mengembalikan lonjakan gula darah prandial pada waktu yang normal, penurunan sensitivitas
insulin dan penurunan kapasistas sekresi insulin terjadi secara progresif.
Sekitar 80% pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan
dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes
melitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2merupakan akibat dari
obesitasnya.
Metformin dianggap obat pilihan pertama untuk tipe diabetes melitus, terutama pada pasien
dengan kelebihan berat badan. Hal ini karena efektivitas metformin dalam mencapai kontrol
glikemik, efek menguntungkan pada berat badan, risiko rendah menyebabkan hipoglikemia dan
biayanya yang masih terjangkau. Lebih penting lagi, metformin juga telah secara konsisten
terbukti memiliki efek menguntungkan pada faktor risiko kardiovaskular
Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya untuk melihat pengaruh pola hidup medik
dengan metformin terhadap beberapa parameter kardiometabolik dan antropometri
mendapatkankan adanya hasil yang positif. Hasil penelitian manaf dan kawan kawan
menunjukan hasil pemberian metformin selama 12 minggu, terlihat penurunan lingkar pinggang
dan Indeks masa tubuh, dimana peningkatan kadar adiponektin berkorelasi kuat terhadap
penurunan lingkar pinggang dan berkorelasi sedang terhadap penurunan indeks masa tubuh.
BAB VIII
RINGKASAN
Kesimpulan