Anda di halaman 1dari 17

Artikel Review-GCSMC J Med Sci Vol (IV) No (I) Januari-Juni 2015

Modalitas Terbaru Dalam Manajemen Diabetes Melitus

Minaxi Shah, wucky Thaker, R. K. Dikshit

Abstrak:
Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia kronis yang dihasilkan dari kelainan dalam
sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Pilihan farmakologis yang saat ini tersedia
meliputi agen yang tidak hanya menargetkan disfungsi sel B pangkreas atau suplemen insulin,
tetapi juga tindakan di berbagai tempat lain yang relevan untuk mencapai kontrol glikemik
yang lebih baik. Perkembangan terbaru kelas obat-obatan yang menurunkan glukosa untuk
melengkapi obat-obatan yang lebih tua (insulin, sulfonylureas, metformin) telah meningkatkan
nilai perawatan yang tersedia. Terapi penyakit di masa depan akan tergantung pada
keberhasilan uji intervensi yang sedang berjalan maupun yang direncakanan. Ulasan ini
berfokus pada dan penelitian obat-obatan konvensional dan baru yang sedang dieksplorasi
untuk digunakan di masa depan.

Kata kunci:Diabetes, agen oral, agen penelitian, insulin, sistem pengiriman insulin

Pengenalan

Istilah "diabetes mellitus" menggambarkan kelainan metabolik dengan beberapa etiologi yang
ditandai dengan hiperglikemia kronis dengan gangguan dari metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang dihasilkan dari kelainan pada sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
Efek diabetes mellitus (DM) termasuk kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
berbagai organ (WHO 1999)(1), Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes dapat
(2)
menyebabkan morbiditas yang serius dan secara signifikan mengurangi harapan hidup.
Federasi Diabetes internasional the (IDF) memperkirakan jumlah subyek diabetes sekitar 40.9
juta di India dan jumlah ini semakin meningkat menjadi 69.9 juta pada tahun 2025. (3)

Mayoritas kasus-kasus diabetes jatuh ke dalam dua kategori etiopathogenic yang luas . Dalam
diabetes tipe 1, penyebabnya adalah mutlak defisiensi sekresi insulin. Bentuk penyakit
diabetes ini, hanya menyumbang 5-10% pasien, hasil dari autoimun yang mehancurkan sel-
sel beta pankreas. Pada diabetes tipe 2, yang prevalensinya jauh lebih banyak dan terhitung
90-95% dari pasien, penyebabnya adalah kombinasi dari resistensi terhadap aksi insulin dan
respon kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat. (4)

Kriteria diagnostik

Diagnosis penyakit diabetes melitus didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa (≥ 126
mg/dl) atau ≥ 200mg/dl 2 jam setelah beban glukosa 75 gram. Rincian kriteria diagnostik
diberikan dalam tabel 1. (5, 6)

Tabel 1: Kriteria diagnostik untuk Diabetes mellitus (5)

Kategori Gula darah 2


Glukosa darah
jam setelah
puasa
makan

Normal 99 mg/dl atau di 139 mg/dl atau di


bawah ini bawah ini

Prediabetes 100-125 mg/dl 140 -199 mg/dl

126 mg/dl atau 200 mg/dl atau di


Diabetes
di atas atas

Manajemen Diabetes Mellitus

Tujuan dari manajemen adalah untuk meringankan gejala, mencegah komplikasi


mikrovaskuler (seperti retinopati, neuropati dan nefropati) dan komplikasi macrovascular
(seperti kardiovaskular, cerebro vaskular dan penyakit perifer vaskular), dan berbagai infeksi.
(7)

Untungnya, pilihan farmakologis yang saat ini yang tersedia meliputi agen yang tidak hanya
menargetkan pada disfungsi sel-β pankreas atau suplemen insulin, tetapi juga bekerja di
berbagai tempat lain yang diketahui dapat mencapai kontrol glikemik yang lebih baik.
Patofisiologi kelainan pada DM umumnya termasuk resistensi insulin dan kegagalan sel-β
pankreas, tetapi faktor-faktor lain seperti percepatan lipolisis di adipocytes,
kekurangan/resistensi incretin di saluran pencernaan, hyperglucagonemia dan peningkatan
glukosa ke dalam ginjal juga diakui. (8,9) Muncul obat baru yang bertujuan untuk memperbaiki
beberapa kelainan penting ini. Perkembangan baru kelas obat-obatan yang menurunkan
glukosa untuk melengkapi obat-obatan yang lebih tua (insulin, sulfonylureas, metformin) telah
meningkatkan nilai perawatan yang tersedia. Khasiat satu obat atau kombinasi juga tergantung
pada durasi penyakit serta index glikemia dasar. (10)

Obat oral

Agen oral sering digunakan terutama untuk merangsang sekresi insulin, sensitivitas jaringan
untuk kerja insulin atau mempengaruhi penyerapan glukosa. Mereka terdiri dari banyak obat
yang semuanya sudah digunakan (Gambar 1) dan beberapa lainnya masih dalam penelitian.

Gambar 1. mekanisme aksi oral obat anti-diabetik(11)

1. Biguanides

Meskipun beberapa variabilitas antar individu dalam respon biguanide


(metformin) tetap merupakan agen lini pertama yang paling banyak digunakan pada
diabetes mellitus tipe 2 (T2DM). Ini adalah agen tua dan diterima secara luas,
menonjol tidak hanya untuk efek pada diabetes tetapi juga untuk efek diluar kontrol
glikemik seperti perbaikan disfungsi endotel, hemostasis dan stres oksidatif, resistensi
insulin, profil lipid, dan redistribusi lemak. Baru-baru ini juga mendapat perhatian
sebagai pengobatan yang potensial untuk penyakit neurodegeneratif seperti penyakit
Alzheimer. Manfaatnya seperti profil keamanan dan manfaat pada kardiovaskular serta
metabolik membuat obat ini menjadi pilihan agen penurun glukosa pertama pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 (TDM2). Obat ini mengurangi glukoneogenesis
hepatik, memperlambat penyerapan glukosa pada pencernaan, mempresentasikan
ikatan antara insulin dengan reseptornya dan meningkatkan pengambilan glukosa pada
otot rangka. Obat ini dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
sulfonylureas, thiazolidinediones atau insulin. Obat ini kontraindikasi pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping yang umum biasanya pada saluran
pencernaan seperti anoreksia, mual, muntah, ketidaknyamanan pada perut dan diare.
Asidosis laktat, meskipun jarang, dilaporkan dalam kasus dengan faktor-faktor risiko
yang terkait seperti insufisiensi ginjal, hati, atau jantung, saluran pernafasan,
alkoholisme dan lanjut usia. (12)

2. Sulfonylureas

Sulfonylureas memiliki keuntungan dari beberapa formulasi, biaya lebih murah,


efek samping minimal, efektif dalam mengendalikan hiperglikemia dan mengurangi
komplikasi mikrovaskuler. Mekanisme kerja meliputi: (a) aksi insulin dari sel-sel β
pankreas dan (b) potensiasi aksi insulin pada sel target.(13) sebagian besar agen generasi
pertama telah digantikan oleh sulfonylureas sebagai generasi kedua yang lebih baru,
seperti glyburide, glipizide, dan glimepiride, yang telah meningkatkan angka harapan
hidup. Karena sulfonylureas bekerja dengan merangsang pelepasan insulin dari sel β
pangkreas, pasien dengan jumlah sel-β pangkreas yang kurang memadai, seperti pada
orang-orang dengan diabetes tipe 1, tidak menanggapi obat-obat ini. Hipoglikemia dan
peningkatan berat badan adalah efek samping yang paling umum dari agen ini tetapi
berbeda dalam risiko episode hipoglikemik. (14)
3. Glinides

Glinides (misalnya repaglinide, nateglinide dan mitiglinide) membantu untuk


meniru pelepasan insulin pada fase awal. Mirip dengan sulfonylureas, obat ini
merangsang sekresi insulin dengan mengikat ke tempat yang berbeda dengan reseptor
sulfonilurea. Dibandingkan dengan sulfonylureas, obat ini bekerja cepat dan singkat
tetapi relatif kurang kuat dan memiliki sedikit kesempatan untuk menurunkan gula
(10)
darah. Obat ini memiliki perbedaan kimiawi dengan sulfonylureas dan tidak
(14)
kontraindikasi pada pasien dengan riwayat alergi terhadap obat sulfa. Namun, biaya
dan kebutuhan dosis sering mempengaruhi kepatuhan pasien.

4. Thiazolidinediones

Agen ini (yaitu pioglitazone dan rosiglitazone) meningkatkan sensitisasi


jaringan perifer terhadap insulin dengan mengikat nuclear receptor yang disebut
Peroksisom proliferatorsactivated reseptor-gamma (PPARγ/γ) dan menurunkan output
glukosa hepatik. Rosiglitazone dan pioglitazone digunakan sebagai monoterapi, atau
kombinasi dengan sulfonylureas, metformin, dan insulin.(13)Pioglitazone meningkatkan
profil lipid tetapi keduanya memiliki beberapa potensi efek samping lainnya, yang
membuat obat-obat ini kurang menarik sebagai terapi lini pertama atau kedua. Efek
samping umum yang dapat terjadi adalah peningkatan berat badan, hepatotoksisitas
sementara dan gagal jantung.(14)

5. Glukosidase inhibitor

Agen ini (yaitu acarbose, voglibose, miglitol) adalah pengubah metabolik yang
dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular pada pasien dengan diabetes. Obat ini
mengurangi tingkat penyerapan polisakarida di usus dan mengurangi kadar glukosa
(15)
postprandial tanpa menyebabkan hipoglikemia . Karena peningkatan pengiriman
karbohidrat untuk usus besar, obat ini sering dikaitkan dengan perut kembung dan
gejala gastrointestinal lainnya, menyebabkan penghentian di 25% sampai 45% pasien.
(16)
6. Amylin agonis

Pramlintide adalah analog sintetis hormon amylin sel-β pankreas dan hanya
digunakan sebagai tambahan dengan insulin. Disuntikkan pada subkutan sebelum
makan, diketahui untuk memperlambat pengosongan lambung, menghambat produksi
glukagon, meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan yang
mengakibatkan penurunan glukosa postprandial (16).
7. Incretinmimetics

Insulin telah terbukti dapat dilepaskan secara lebih efektif melalui glukosa oral
dibandingkan pada intravena dan ini dikenal sebagai efek incretin. Efek incretin ini
diperantarai oleh jumlah peptida yang dilepaskan dari usus. Insulin merangsang
manfaat peptida seperti GLP-1(Glucagon like Peptide-1) dengan cepat berkurang
karena metabolisme yang lebih cepat dengan dipeptidylpeptidase IV (DPP-IV). Hal in
mungkin untuk meningkatkan efek incretin baik dengan meningkatkan efek GLP-1
(13)
atau memperlambat kerusakan. Terapi berbasis Incretin ditandai dengan profil
keamanan secara keseluruhan yang menguntungkan dan efek pada berat badan, risiko
rendah untuk terjadinya hipoglikemia, dan peningkatan secara bermakna glikosilasi
hemoglobin (HbA1c).

Incretinmimetics adalah dari dua jenis seperti yang dijelaskan di bawah ini:

a. Analog glukagon-like-polipeptida 1 (GLP-1)

Exenatide adalah agen sintetis pertama milik kelas GLP-1agonists. Obat-


obat ini (exenatide, albiglutide, taspoglutide, liraglutide) menambah pelepasan
insulin dalam menanggapi glukosa yang tertelan dan menekan kadar glukagon yang
tinggi yang mengakibatkan penurunan output glukosa hepatik. Ini juga mengurangi
tingkat pengosongan lambung dengan menimbulkan rasa kenyang dan hasilnya
dalam mengurangi asupan kalori dan penurunan berat badan. (13)
b. Dipeptidil Peptidase IV (DPP-IV) inhibitor

Dipeptidil Peptidase-IV inhibitor (DPP-IV) (sitagliptin, vildagliptin,


saxagliptin), juga dikenal sebagai incretin tambahan, bekerja dengan menghambat
degradasi enzimatik glukagon seperti peptida 1 (GLP-1). Penggunaan DPP-IV
inhibitor menaikkan tingkat endogenous yang diproduksi oleh GLP-1 yang
meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan pelepasan glukagon yang
mengakibatkan penurunan glukosa postprandial(17). Obat ini juga menekan nafsu
makan dengan menunda pengosongan lambung(18). Obat ini tidak menyebabkan
hipoglikemia ketika digunakan sendirian; Namun, kombinasi terapi dengan
metformin dan/atau sulfonylureas yang sering digunakan dalam pengobatan
diabetes mellitus tipe 2 mungkin memerlukan pemantauan untuk hipoglikemia(18).
Faktor keterbatasan utama pada DPP-IV inhibitor adalah biaya dan efek samping
seperti nasopharyngitis, gangguan pada GIT dan diare. (18)

GLP-1 analog dan inhibitor DPP-4 tampaknya memiliki efek


menguntungkan pada faktor-faktor risiko jantung dengan mengurangi tekanan darah,
berat badan, trigliserida dan kolesterol LDH dan meningkatkan HDLl(19).

8. Sodium glukosa Co-transporter-2 (SGLT -2) inhibitor

Transporter natrium glukosa Co 2 (SGLT2) hadir dalam tubulus ginjal


proksimal, memiliki peran yang dominan dalam penyerapan glukosa ginjal.
(20)
Inhibitor yang mungkin berguna sebagai agen tambahan dengan risiko rendah dari
hipoglikemia dan potensi yang baik untuk menurunkan berat badan. Keuntungan
utama dari obat ini adalah bahwa obat ini bekerja secara independen dari tingkat
keparahan disfungsi sel- β pankreas atau resistensi insulin. Agen farmakologi seperti
dapagliflozin, sergliflozin, remogliflozin dan empagliflozin yang menargetkan pada
SGLT2 yang mencegah reabsorpsi glukosa ginjal dan menurunkan glukosa serum
dengan meningkatkan ekskresi urin glukosa. Hasil Glikosuria mengarah pada
pengurangan glukosa plasma, glucotoxicity, dan berat badan. Dengan harapan efeknya
(21)
kurang dikeluhkan pada pasien dengan gangguan ginjal. Faktor-faktor risiko yang
terkait dengan agen ini adalah penurunan fungsi ginjal dan kanker payudara,
hepatotoksisitas, risiko dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta infeksi di saluran
urogenital.(22) Risiko/manfaat rasio kelas obat akan memutuskan tempat obat ini untuk
penggunaan klinis di masa depan.

Penelitian agen baru untuk diabetes mellitus tipe 2

Meskipun banyak pilihan agen terapi yang disetujui FDA untuk diabetes tipe 2,
mayoritas pasien dengan diabetes tidak mencapai kontrol glikemik yang sesuai.
Perkembangan pilihan baru dengan mekanisme baru tindakan mungkin berpotensi
meningkatkan hasil dan mengurangi beban klinis dan biaya kondisi ini.

Beberapa agen penelitian terbaru yang sedang dalam pengembangan yang dijelaskan di bawah
ini.

1. B11-hydroxysteroid dehidrogenase tipe 1 inhibitor

11/β- hydroxysteroid dehidrogenase tipe 1 (11β/β- HSD 1) mengkatalisis konversi


kortison inert intraseluler menjadi kortisol aktif. Kortisol memainkan peran penting dalam
adipositas viseral, aksi insulin dan resistensi, pengolahan proinsulin menyebabkan
hiperglikemia. Dengan demikian, penghambatan 11β-HSD1 meningkatkan sensitivitas dan
metabolisme insulin serta penurunan kolesterol total. Selektif 11β-HSD1 inhibitor,
INCB13739, mungkin terbukti penting dalam pengaturan glikemia dan risiko cardio-
metabolik. (23)

2. Glukagon antagonis

Glukagon mempertahankan homeostasis glukosa selama puasa dengan bekerja


melalui glukoneogenesis hepatik dan glycogenolysis. Antagonizing efek ini diharapkan
dapat mengurangi glukosa hepatik berlebihan, mengarah pada kontrol glikemik secara
keseluruhan. Antagonis glukagon, skyrin dengan jelas mengurangi produksi glucagon
siklik adenosin monofosfat (cAMP) dan glycogenolysis di hepatosit manusia. (24)
3. Aktivator Glucokinase

Glucokinase(gk), ditemukan dalam sel-sel beta pankreas dan juga dalam


hepatocytes, agen ini bertanggung jawab untuk fosforilasi glukosa (mengubah glukosa
untuk fosfat glukosa 6). Fosforilasi oleh obat ini meningkatkan pelepasan insulin dari sel –
β pankreas dan ambilan glukosa oleh sel-sel hati(25). Piragliatin, suatu obat yang bekerja
dengan mekanisme ini, sedang menjalani uji klinis untuk membangun keamanan dan
kemanjuran pada pasien diabetes.

4. Ranolazine

Ranolazine adalah turunan piperazine memiliki efek antianginal. Selain efek anti-
anginal, obat ini telah ditunjukkan untuk menurunkan glikosilasi hemoglobin (HbA1c)
pada pasien dengan penyakit arteri koroner dan diabetes. Mekanisme kerjanya untuk
menurunkan konsentrasi glukosa tidak diketahui, tetapi mungkin termasuk augmentasi
glukosa diinduksi pengeluaran insulin dan efek perlindungan sel beta pankreas. (26)

5. Fruktosa-1, 6 - bisphosphatase (FBPase) Inhibitor

Fruktosa 1,6-bisphosphatase mengkonversi fruktosa 1,6-bisphosphate ke fruktosa


6-fosfat, berfungsi untuk glukoneogenesis. Inhibitor fruktosa 1,6-bisphosphatase seperti
MB06322 (CS-917) penting dalam pengobatan DM. Agen ini menghasilkan efek
penurunan glukosa tanpa tanda-tanda hipoglikemia atau elevasi yang signifikan dalam
(27)
kadar laktat atau trigliserida. Evaluasi klinis CS-917 menunjukkan profil keamanan
yang menguntungkan dan penurunan signifikan kadar glukosa puasa pada pasien dengan
T2DM. Masa depan uji MB07803, sebuah generasi kedua FBPase inhibitor dengan
peningkatan farmakokinetik diperkirakan memberikan kontrol glikemik yang aman dan
jangka panjang.

6. 1B tirosin fosfatase protein inhibitor (PTP1B)

Protein tirosin fosfatase 1B (PTP1B) enzim yang bekerja sebagai pengatur signal
negatif insulin (yaitu, menonaktifkan reseptor insulin). Penonaktifan reseptor insulin dapat
mengakibatkan pelepasan insulin berkurang dan/atau meningkatkan resistensi insulin.
Inhibisi enzim ini dapat meningkatkan aksi insulin dan itu mungkin pilihan bagi perawatan
diabetes. Oleh karena itu, PTP1B inhibitor seperti safranal, sunitinib diantisipasi untuk
meningkatkan resistensi insulin pada subjek diabetes tipe 2. (28)

7. Salisilat derivatif

Faktor nuklear rantai terang kappa diaktifkan sel B (NF -κB) memainkan peran
sentral dalam perkembangan diabetes melitus dan berbagai komplikasi yang terkait dengan
penyakit. Dalam DM, NF -κB diaktifkan oleh sejumlah sitokin pro-inflamasi, untuk
mengatur kelangsungan hidup dan kematian sel-β pankreas. Pada diabetes mellitus tipe 1,
aktivasi interleukin-1 β/β- diinduksi NF -κB menyebabkan apoptosis sel-βl dalam pankreas.
Namun, dalam diabetes tipe 2, aktivasi NF -κB menginduksi apoptosis dan resistensii
insulin. Kelanjutan aktivasi NF -κB menginduksi peradangan sistemik, faktor penyumbang
untuk pengembangan berbagai komplikasi seperti cardiomyopathy, retinopati, nefropati
dan neuropati. Oleh karena itu, NF -κB berbasis pendekatan terapeutik dapat diadopsi
(29)
untuk pengobatan penyakit. acetylated bebas salisilat (salsalate) menghambat NF-kB
yang mengakibatkan penurunan produksi sitokin dan kadar asam lemak bebas yang
mengarah ke peningkatan sensitivitas insulin. (30)
8. G protein – coupled reseptor (GPR) –40 agonis

G-protein-coupled reseptor (GPR) -40 agonis sangat terekspresikan dalam sel-sel β


pankreas dan memperantarai sekresi insulin yang diinduksi oleh asam lemak bebas. GPR-
40 agonis (TAK-875) meningkatkan sekresi insulin yang bergantung pada glukosa dan
meningkatkan hiperglikemia postprandial dan puasa dengan risiko rendah hipoglikemia
dan tidak ada bukti toksisitas pada sel β pankreas (31).

9. Bromocriptine

Bromocriptine adalah agonis dopamin yang digunakan dalam pengobatan tumor


hipofisis, penyakit Parkinson (PD), hyperprolactinaemia, dan neuroleptic malignant
syndrome. Saat ini belum diketahui bagaimana obat ini meningkatkan kontrol glikemik,
tetapi diyakini dapat meningkatkan kadar dopamin hipotalamus yang rendah dan
menghambat impuls simpatik yang berlebihan di SSP sehingga mengakibatkan penekanan
produksi glukosa hepatik. Bromocriptine sudah tidak menunjukkan untuk meningkatkan
sekresi insulin atau meningkatkan sensitivitas insulin dalam jaringan tepi. (32)

Carnitinepalmitoyltransferase (CPT)–1 inhibitor, acetylco carboxylase (ACC)–1


dan –2 inhibitor, obat-obatan immunomodulator, asam empedu sequesters (covlesalam)
adalah beberapa kelompok lain yang diteliti. Lebih banyak yang bisa diketahui tentang
obat-obatan ini di masa depan.

Obat parenteral

Insulin

Insulin memiliki peran utama dalam pengendalian hiperglikemia untuk jenis pasien diabetik
tipe 1, namun pada pasien diabetik tipe 2 insulin mungkin diperlukan pada tahap berikutnya
(33)
atau individu yang selektif. Terapi insulin dimulai dengan menggunakan insulin daging
sapi/daging babi, diikuti oleh era rekombinan insulin manusia, dan sekarang kita berada di
tahap ketiga dimana tidak ada Analog baru yang sedang digunakan dan Metode non-invasif
sedang dalam penyelidikan intensif.(33)

Gambar 2. Subtipe dan perkiraan durasi tindakan perbedaan formulasi insulin (37)
Analog insulin dikembangkan dalam upaya untuk mengatasi masalah yang terkait
dengan insulin manusia. Agen ini termasuk kerja pendek (cepat) (sebagai bagian, lispro,
glulisine), kerja panjang (glargine, detemir), kerja ultralong (degludec) dan formulasi
campuran insulin (75% netral protamine lispro + 25% lispro; lispro netral protamine 50% + 50%
lispro dan 70% protamine sebagai bagian + 30% sebagai bagian)(34). Formulasi tersebut
memungkinkan replikasi profil insulin normal (Gambar 2)

Analog insulin diklasifikasikan menurut durasi dan karakteristik pharmacokinetic yang


ditunjukkan dalam tabel 2.

1. Analog insulin kerja Ultralong

Degludec adalah insulin baru dengan durasi kerja yang berbeda dari insulin kerja
panjang lainnya yang memiliki waktu kerja yang lebih panjang, kurang cenderung
menyebabkan hipoglikemia dan variabilitas glikemik yang kurang. (35, 36)

2. Analog insulin kerja panjang

Analog ini lebih diserap secara bertahap ketika disuntikkan pada subkutan dan
dengan durasi kerja yang berkepanjangan. Analog ini sering diberikan pada waktu tidur
untuk menormalkan glukosa darah puasa (37)
3. Analog insulin kerja Pendek (cepat)

Analog ini diserap lebih cepat dari bagian subkutan daripada insulin biasa.
Akibatnya, peningkatan kadar plasma lebih cepat dan respon cepat. Analog insulin ini
harus disuntikkan ≤ 15 menit sebelum makan. (37)
4. Premixed analogues

Formulasi tersebut telah dikembangkan untuk meminimalkan kesalahan yang dapat


terjadi ketika pasien menyiapkan insulin campuran sendiri. Kombinasi tetap dapat
menyederhanakan rejimen insulin dan mengurangi jumlah suntikan harian. (34)
Tabel 2: persiapan karakteristik Pharmacokinetic insulin (18)

Persiapan Analognya Terjadinya Puncak aksi Durasi


tindakan

Kerja pendek Aspart < 15 menit 30-90 menit 3-4 jam

Glulisine < 15 menit 30-90 menit 3-4 jam

Lispro < 15 menit 30-90 menit 3-4 jam

Kerja Panjang Detemir 1-4 jam Puncak 20-24 jam

Glargine 1-4 jam Puncak 20-24 jam

Ultra kerja Degludec 30-90 menit Puncak > 24 jam


panjang

Campuran 75% protamine < 15 menit 90 menit Hingga 10-16 jam


Lispro

25% Lispro

50% protamine < 15 menit 90 menit Hingga 10-16 jam


Lispro

+ 50% Lispro

Sebagai bagian < 15 menit 90 menit Hingga 10-16 jam


protamine 70%

+ 30% sebagai bagian


Metode pemberian insulin

1. Insulin Jarum suntik dan Jarum

Satu unit alat suntik sekali pakai dengan jarum microfine tersedia untuk
suntikan insulin. (13)

2. Insuli pen

Perangkat pen menggabungkan wadah insulin dan jarum suntik ke dalam satu
unit. Alat ini menghilangkan ketidaknyamanan membawa insulin dan jarum suntik
secara terpisah. Ada dua jenis utama dari pen yaitu dapat digunakan kembali dan
prefilled. Agar dapat digunakan kembali, pasien harus memuat peluru insulin sebelum
digunakan. Pen sekali pakai umumnya lebih mudah daripada pen yang dapat
digunakan kembali karena tidak perlu memuat setiap peluru insulin tetapi alat ini
biasanya lebih mahal. Pen ini lebih akurat, mudah untuk disimpan dan digunakan,
menyebabkan rasa sakit yang minimal karena menggunakan jarum sekali pakai yang
terbaik dan terpendek tetapi edukasi kepada pasien yang tepat sangat penting. (36)

3. Pompa infus Insulin subkutan kontinu (CSII)


Terapi pompa mampu menghasilkan profil penggantian insulin fisiologis. Alat
ini menyediakan konstan infus basal dengan pilihan harga infus serta bolus injeksi
berbeda yang diprogram sesuai ukuran dan sifat makanan. Defisiensi insulin dan
ketoasidosis dapat berkembang pesat pada kegagalan yang disengaja pada alat seperti
hanya digunakan pada insulin kerja singkat. Ada juga kemungkinan timbul abses
subkutan dan selulitis. (37)

Prospek masa depan

Beberapa perangkat dan pendekatan baru yang sedang dikembangkan seperti yang diberikan
di bawah ini:
1. Intranasal

Insulin intranasal memiliki tingkat penyerapan yang rendah dan dosis yang
diperlukan untuk kontrol glikemik 20 kali lebih tinggi daripada melalui subkutan.
Penambah Permeabilitas (misalnya lesitin) dimasukkan dalam formulasi nasal untuk
menambah tingkat penyerapan yang rendah. Tingginya tingkat kegagalan pengobatan dan
terjadinya iritasi hidung membuat rute ini kurang layak. (38)

2. Insulin inhaler

Alat insulin inhalasi (Exubera, Afrezza) adalah cara baru untuk memberikan waktu
sebelum makan pada insulin. Agen ini bekerja seperti sebuah alat inhalasi pada asma dan
dapat memberikan bentuk yang kering atau larutan ke dalam aliran darah melalui paru-
paru. Puncak efek dapat dicapai dalam waktu 15-20 menit dan durasi kerja 2-3 jam.
Metode ini hanya dapat digunakan untuk memberikan efek insulin kerja cepat, sementara
untuk berkelanjutan insulin yang diberikan masih harus disuntikkan. Dosis besar
diperlukan karena hanya sekitar 10% dari dosis yang benar-benar mencapai aliran darah(39).
Alat inhalasi ini mungkin tidak akan efektif pada perokok dan pasien memiliki penyakit
paru kronik. Efektivitas ini juga tidak banyak dipelajari pada pasien yang mengalami
common cold, sakit tenggorokan dll. Efek samping yang paling umum yang diamati adalah
batuk.

3. Bukal

Insulin ini diletakkan pada bukal melalui semprotan aerosol ke dalam rongga mulut.
Diserap melalui bagian dalam pipi dan di bagian belakang mulut. Namun, mungkin dicatat
bahwa aliran air liur terus-menerus (tapi variabel) dan struktur berlapis-lapis epitel oral
bekerja sebagai penghalang untuk penetrasi obat dan ini mungkin menghambat penyerapan
insulin bukal. Efek samping yang dicatat adalah pusing yang ringan,. (33)

4. Transdermal patch

Insulin patch juga saat ini sedang dikembangkan, tetapi obat sulit untuk diserap
melalui kulit. (39)
5. Transplantasi sel islet

Ini adalah prosedur yang baru saja dikembangkan disebut protokol Edmonton
dimana sel-sel islet dari pankreas manusia disumbangkan disuntikkan ke dalam hati
penerima dengan diabetes tipe 1. Transplantasi sel mulai mengeluarkan insulin, sementara
Penerima perlu mengambil obat imunosupresif untuk hidup untuk mencegah penolakan
pada jaringan transplantasi. Uji klinis sedang dilakukan untuk membangun keamanan dan
efektivitas jangka panjang dari prosedur ini sebagai sarana untuk memasok insulin(39).

Insulin melalui mulut dan dubur, jec injector dan terapi imun adalah metode
lainnya dalam pengiriman insulin yang terus diselidiki. Pilihan ini mewakili jangka
panjang kemungkinan untuk pengiriman insulin tetapi kesulitan dalam mendapatkan
jumlah insulin yang cukup dalam aliran darah yang belum dapat diatasi.

Ringkasan

Di tahun-tahun mendatang, banyak morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan penyakit
yang dapat dikurangi dengan beberapa pilihan terapi baru. Terapi baru mungkin dapat
menghasilkan efek menguntungkan pada faktor risiko kardiovaskular (misalnya hipertensi,
dyslipidemia) dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kontrol glikemik jangka panjang
(misalnya resistensi insulin dan kapasitas sekresi insulin). Meningkatkan ketersediaan
berbagai kelas obat, penelitian obat yang berkelanjutan dan sistem pengiriman baru untuk
insulin pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil pengobatan. Upaya harus dilakukan untuk
menyederhanakan rejimen pengobatan. Namun, pencegahan utama diabetes terletak di gaya
hidup sehat, modifikasi diet dan aktivitas fisik yang memadai.

Referensi
1.Organisasi kesehatan dunia [Online]. Program diabetes, dunia d saya b e t e s D y 2 0 1 4 N
o v 1 4. AV i l b l e f r o m:
URL: http://www.who.int/diabetes/action_online/basics/en/
2.Stumvoll M, Goldstein BJ, Haeften TW. Diabetes tipe 2: prinsip-prinsip Patogenesis dan
terapi. Lancet 2005; 365: 1333-46.
3.Sicree R, Shaw J, Zimmet P. Diabetes dan gangguan glukosa toleransi. Dalam: Gan D,
editor. Federasi Atlas.International Diabetes diabetes. 3rd ed. Belgia: Federasi Diabetes
internasional; 2006 ms. 15-103.
4.Diagnosis dan klasifikasi diabetes. American Diabetes Association.Diabetes Care Volume
37, suplemen 1, Januari 2014.S81-S90
5.Griffin S. Diabetes care secara umum praktek: Meta-analisis uji kontrol acak.
BMJ 1998; 317:390-396.
6.Nasional Diabetes Information Clearinghouse (NIDC). Diagnosa Diabetes dan Prediabetes,
September 10 2014. Tersedia dari: URL: http://diabtes.niddk.nih.gov
7.India Dewan medis Reserch (ICMR). Pedoman untuk Mangement T2 DM, 2005. Tersedia
dari: URL: http://icmr.nic.in/guidelines_diabetes/guide_diabetes.htm
8.DeFronzo RA. Dari Tritunggal untuk octet menyenangkan: paradigma baru untuk
pengobatan diabetes tipe 2.
Diabetes2009; 58:773-795.
9.Koshiyama H, Ogawa Y, Tanaka K, Tanaka I. Diabetes melitus sebagai disfungsi interaksi
antara semua organ: "menyenangkan orkestra atau gans." Pengobatan klinis:
Endokrinologi dan
Diabetes2008; 6 1:1
10.Nathan DM, JB Buse, Davidson MB, et al. manajemen medis yang hiperglikemia pada tipe
2 diabetes: konsensus algoritma untuk inisiasi dan penyesuaian terapi. Diabetes Care2009;
32:193203.
11.Oral agen, incretins dan lain noninsulin intervensi farmakologis untuk diabetes, 2010.
Tersedia dari:
www://diabetesmanager.pbworks.com
12.Garber AJ, Duncan T G dan Goodman A M.Efficacy dari metformin dalam T2 DM; Hasil
double blind, placebo controlled dosis respon percobaan. Am J Med 1997; 103:491-97.
13.Mohammad Ashraf Ganie, SumanKotwal. Kemajuan dalam manajemen Diabetes
Mellitus.JIMSA 2012; 25 (3): 171-75.
14.Fowler MJ. Perawatan diabetes, Bagian 2:Oral agen untuk manajemen Glycemic.
Klinik Diabetes 2007; 25 (4): 131-34.

Anda mungkin juga menyukai