Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI

KASUS PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3A :

SYIFA MARDIYAH RAMADHANI 145070501111019

NUR AISYAH WIDYA NINGRUM 145070501111021

ADISTI MEGA PUTRIANAH 145070501111023

ZAHRA MARISSA 145070501111025

TSANIYA RIZQINA 145070501111027

MACHROZI ALFIAN 145070501111029

SITI HARTINAH MUNAWAROH 145070501111031

OCTAVIA FERNANDA LARASANTI 145070501111033

WINFIKA WIBISONO PUTRI 145070501111035

PROGAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2


Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai
dengan kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau fungsi insulin (resistensi insulin) (Dirjen PTM, 2008).
Ketidakmampuan insulin (resistensi) tersebut menyebabkan tingkat gula dalam darah
meningkat karena tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin dan juga
karena produksi insulin oleh pankreas tidak mencukupi. Diabetes tipe 2 identik
dengan obesitas, kurangnya aktivitas gerak, peningkatan tekanan darah, gangguan
pada jumlah lipid dan kecenderungan adanya trombosis, serta tingginya resiko
kardiovaskuler. Diabetes tipe 2 juga berhubungan dengan komplikasi mikrovaskuler
dan makrovaskuler jangka panjang diikuti dengan berkurangnya kualitas dan
harapan hidup pasien (NICE, 2016). Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena
itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor glukosa berkurang. DM tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (Ndraha, 2014).

1.2 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes tipe 2 ditandai dengan gangguan sekresi insulin maupun resistensi


insulin. Ketika terjadi resistensi insulin, penggunaan insulin oleh jaringan
terganggu , produksi glukosa hepatic meningkat dan menyebabkan terjadinya
akumulsi berlebih glukosa dalam sirkulasi darah (hiperglikemia). Kondisi
hiperglikemia menstimulasi pancreas untuk memproduksi insulin sebagai upaya
untuk mengatasi resistensi insulin. Keadaan tersebut memicu terjadinya resistensi
insulin (Dipiro, 2008).

Penderita diabetes tipe 2 juga dapat disebabkan oleh faktor genetik (riwayat
keluarga). Penderita diabetes tipe 2 juga menunjukkan tingkat resistensi terhadap
insulin yang berbeda-beda, gangguan sekresi insulin, dan peningkatan produksi
glukosa basal hepatic. Selain itu, faktor lingkungan, seperti obesitas dan gaya hidup
juga berkontribusi dalam perkembangan resistensi insulin. Hipertensi, dyslipidemia,
dan peningkatan PAI-1 (Plasminogen Activator Inhibitor tipe 1) sering hadir pada
penderita DM yang disebut dengan sindrom metabolic. Hal ini menyebabkan pasien
DM tipe 2 berisiko tinggi terjadinya komplikasi makrovaskular (Dipiro, 2008).

Pasien dengan diabetes tipe 2 juga menunjukkan peningkatan produksi glukosa


hepatic (glikogenolisis dan glukoneogenesis) yang dapat diamati oleh plasma puasa
atau konsentrasi glukosa darah. Glukosa hepatic merupakan sumber utama glukosa
dalam keadaan puasa. Namun, glukosa hepatic tersebuy berkontribusi terjadinya
hiperglikemia post prandial. Glucagon yang diproduksi oleh sel alfa pancreas dapat
menstimulasi terproduksinya glukosa hepatic. Produksi tersebut dihambat oleh
insulin. Pada pasien DM tipe 2, hiperglikemia post prandial disebabkan oleh
penurunan ambilan glukosa dan meningkatnya produksi glukosa hepatic,
hyperinsulinemia, dan resistensi insulin menyebabkan kerusakan jaringan dan organ
yang berkelanjutan (Adamo, 2011).

1.3 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe 2

1.3.1 Terapi Obat Hipoglikemik Oral


Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan
pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan
penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat
keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum
termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Berikut golongan obat
antidiabetes :

1. Golongan Sulfonilurea
Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar
pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas
masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi
hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini
masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang
kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena
sesuatu hal terhambat sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan sel-sel β
Langerhans kelenjar pancreas, pemberian obat-obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonilurea
menghambat degradasi insulin oleh hati.

Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea yang saat ini beredar adalah
obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang dipasarkan
setelah 1984, antara lain gliburida (glibenklamida), glipizida, glikazida,
glimepirida, dan glikuidon. Senyawa-senyawa ini umumnya tidak terlalu
berbeda efektivitasnya, namun berbeda dalam farmakokinetikanya, yang harus
dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan obat yang cocok untuk
masing-masing pasien dikaitkan dengan kondisi kesehatan dan terapi lain yang
tengah dijalani pasien.

Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya


ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan
gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare,
sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Hipoglikemia dapat
terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan
fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Perlu diperhatikan penggunaan obat ini
bersama obat lain, karena bisa terjadi interaksi obat. Obat atau senyawa yang
dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat
hipoglikemik sulfonilurea antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida,
salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezida, dikumarol,
kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin,
steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat (Handoko dan Suharto, 1995;
IONI, 2000).
2. Golongan Biguanida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati
(hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan
biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Satu-satunya senyawa biguanida yang masih
dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin
masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi
terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari
dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.

Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang kadang
diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat. Sediaan biguanida tidak boleh
diberikan pada penderita gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal,
penyakit jantung kongesif dan wanita hamil. Pada keadaan gawat juga
sebaiknya tidak diberikan biguanida (Soegondo, 1995).

3. Golongan Tiazolidindion (TZD)


Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome
proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan
kecepatan glikoneogenesis. Obat golongan ini adalah Rosiglitazone dan
pioglitazone (IONI 2000).

4. Golongan Inhibitor α-Glukosidase


Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim α-
glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk
menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini
secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan
absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post
prandial pada penderita diabetes. Senyawa inhibitor α-glukosidase juga
menghambat enzim α-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis
polisakarida di dalam lumen usus halus.
Acarbose dan miglitol termasuk golongan inhibitor α-Glukosidase. Obat
ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara
bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk memberikannya bersama
suap pertama setiap kali makan, karena hanya mempengaruhi kadar glukosa
darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah
itu. Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl.

Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, sering flatus dan kadang-
kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama.
Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin)
dapat terjadi hipoglikemi (Soegondo, 1995).

1.4 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe 2


1.4.1 Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
1. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
kadar normal.
2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
3. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
4. Meningkatkan kualitas hidup.
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes mellitus, yang
terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis yang optimal
dan pencegahan serta perawatan komplikasi.

1.4.2 Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Prisipnya, tidak perlu olahraga berat, dapat dilakukan olahraga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Beberapa contoh olahraga yang disarankan antara lain, jalan pagi atau lari pagi,
bersepeda, berenang, dan lain sebagainya (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus
Anda adalah apoteker di Apotek Brawijaya Farma. Datang seorang pasien
berkonsultasi mengenai penyakitnya kepada Anda. Masalah yang harus diselesaikan
keponakan pasien ingin berkonsultasi mengenai gula darah tantenya yang tinggi dan
membeli glibenklamide.

2.2 Analisa dan Kerangka Assement


Penggalian informasi kepada pasien
1. Data pasien
a. Nama pasien
b. Usia
c. Alamat
d. Pekerjaan
2. Keluhan, meliputi:
a. Menanyakan keluhan terkait DM tipe2
b. Sejak kapan keluhan muncul
c. Cara mengatasi keluhan (upaya pasien untuk mengatasi keluhan)
d. Sejak kapan/ kapan melakukan pengatasan keluhan tersebut
3. Riwayat, meliputi:
a. Riwayat penyakit
b. Riwayat pengobatan
c. Riwayat sosial (mengacu pada pola hidup)
d. Riwayat penyakit keluarga
e. RiwayatAlergi
4. Pengetahuan pasien
a. Menggali informasi terkait pengetahuan pasien mengenai penyakit
b. Menggali informasi terkait pengetahuan pasien mengenai pengobatan
(jenis obat, cara penggunaan, efek samping, lama penggunaan)
c. Cara pencegahan progresivitas yang sudah dilakukan oleh pasien
2.3 Konseling
Farmasis member konseling kepada pasien meliputi :
a. Penyebab DMtipe2
b. Terapi farmakologi
c. Terapi non farmakologi
d. Cara mencegah progresivitas penyakit
e. Efek samping obat
f. Lama penggunaan obat
g. Peran keluarga (mengingatkan dan memantau penggunaan obat, memastikan
perubahan pola hidup pasien)
DAFTAR PUSTAKA

Adamo, E. D., Sonia, C., Type 2 Diabetes in Youth: Epidemiology and


Pathophysiology. Diabetes Care, 2011, Vol. 34 (2) : 161-165.

Dipiro JT, Talbert RL, Yee, GC, Matzke GR, Wells BG & Posey LM. 2008.
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. 7th Ed. The
McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Indonesia

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI 2000). 2000, Direktorat


Jenderal

Kefarmasian, D.B. and Kesehatan, A., 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

Mellitus Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-
FKUI, Jakarta.

National Institute for Health and Care Excellence. 2016. Type 2 Diabetic In adults:
Management.

Ndraha, S., 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta,
27(2), pp.9-16.

Pengawasan Obat dan Makanan. Departeman Kesehatan Republik Indonesia.

Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds). 2004. Penatalaksanaan Diabetes


1. Lembar PMR

PATIENT MEDICATION RECORD (PMR)

Nama : Jenis Kelamin─Status : L/P ─


Dws/Anak
Usia : Tercatat Pertama :
No. Kartu Asuransi : Pekerjaan :
Alamat Lengkap :

Kondisi Umum Pasien :

Penyakit Umum/Spesifik :

Riwayat Pemeriksaan Laboratorium


Tanggal Nama Parameter Angka Angka Referensi
Laboratorium Laboratorium Lab Normal

Riwayat Alergi
Tanggal Jenis alergi Karena obat Sebab Lain Intensitas
Riwayat Pengobatan
Tanggal Diberikan obat Dokter Ref.Skrining Indikasi ( catatan
penulis R/ R/ khusus)

Riwayat Copy Resep


Tanggal Diberikan obat Dokter Ref.Skrining Indikasi ( catatan
penulis R/ R/ khusus)

Riwayat Konseling

Tanggal Target/Topik DRP Capaian, rencana monitoring,


intervensi, rencana homecare

2. Skenario
Pada pagi hari dirumah
Tante : “ Nina tante minta tolong dong belikan obat Glibenklamid. Kamu
nggak sibuk kan ? Tante lagi nunggu tamu soalnya. “
Nina : “ Nggak tante aku lagi nunggu pengumuman sbmptn nih. Emang itu
obat buat apa tante ? “
Tante : “ Itu tante kemarin habis periksa gula di posyandu Lansia, terus
katanya gula nya tante tinggi. Makanya tante mau beli obat itu. Sama
kamu tolong tanyain ya gula darah tinggi itu apa ngga papa “
Nina : “ Oke sip tante aku beliin sama nanti aku tanyain juga sekalian “
Tante : “ Ini uangnya ya “
Siang Hari di Apotek Brawijaya

Apoteker : “Selamat siang, selamat datang di Apotek Brawijaya.Saya Zahra


selaku apoteker di apotek ini. Ada yang bisa saya bantu ? “
Nina : “ Siang juga mbak.ini saya mau beli obat glibenklamide”
Apoteker : “ Baik sebelumnya saya berbicara dengan mbak siapa? “
Nina : “ dengan Nina mbak”
Apoteker : “ Baik Mbak Nina sebelumnya apa boleh saya bertanya beberapa hal
terkait obat yang akan mbak beli ini? “
Nina : “ iya mbak gapapa, saya nggak buru buru kok”
Apoteker : “ Mbak, ini obatnya untuk siapa ya? “
Nina : “ Ini obatnya untuk tante saya mbak. “
Apoteker : “ Ooh untuk tantenya mbak, ini tantenya kenapa pengen beli
glibenklamid mbak?”
Nina : “ Katanya waktu abis periksa di posyandu lansia gula darah tinggi
mbak. Jadi mau beli obat ini. “
Apoteker : “ Ini periksa gula darahnya dari kapan ya mbak?”
Nina : “ Baru kemarin mbak. “
Apoteker : “ Sejak kemarin itu sudah ada tindakan yang dilakukan mbak?
Seperti misalnya sudah ke dokter mungkin?”
Nina : “ Kayaknya belum deh mbak, tapi daripada takut salah. Saya coba
telpon tante saya dulu ya. “
Apoteker : “ Oiya boleh mbak, jadi saya bisa langsung Tanya ke tantenya mbak.

Nina : “ Hallo tante, lagi sibuk nggak? Ini mbak mbak apoteker di
apoteknya mau tanya tanya sama tante. “
Tante : “ Oiya nggapapa nina. “
Apoteker : “ Selamat siang perkenalkan saya Zahra selaku apotekernya. Saya
mau menanyakan beberapa hal terkait obatnya apa boleh bu? “
Tante : “ Oiya silakan. “
Apoteker : “ Ibu dengan ibu siapa? Dan alamatnya dimana ? “
Tante : “ Saya dengan ibu Rindang, alamatnya di Jl. Mawar No. 12 “
Apoteker : “ Umur ibu Rindang berapa ya kalau boleh tau? “
Tante : “ Umur saya 50 tahun “
Apoteker : “Ibu mau beli glibenklamid ya karna gula darah ibu tinggi, tingginya
berapa ya bu? Sejak periksa gula darah apa sudah periksa ke dokter
bu? “
Tante : “ Oh iya belum mbak saya mau beli obat dulu aja. Kemarin gula
saya 250 mbak.”
Apoteker : “maaf bu sebelumnya, ibu tau obat glibenclamid untuk menurunkan
gula darah dari siapa ya bu?”
Tante : “dari internet sih mbak”
Apoteker : “ oh baik bu, Apa ada gejala lain yang ibu rasakan sejak kemarin
bu? “
Tante : “ Nggak ada sih mbak, biasa biasa aja. “
Apoteker : “ Sebelumnya ibu dikeluarganya apa ada riwayat dikeluarganya
yang gula darahnya tinggi juga ? “
Tante : “ Ini mbak, ibu saya kena penyakit kencing manis. “
Apoteker : “ Aktivitas ibu sehari hari apa? “
Tante : “ Saya ibu rumah tangga mbak “
Apoteker : “ Sebelum pemeriksaan kemarin, apakah ibu sebelumnya sudah
pernah periksa gula darah juga?”
Tante : “ Oh pernah mbak, cuman biasanya saya normal. Eh yang kemaren
ini kok dibilangnya tinggi. “
Apoteker : “ Ibu apakah ada alergi obat atau lainnya ? “
Tante : “ Oh nggak ada mbak”
Apoteker : “ Kalau sebelumnya ibu pernah mengonsumsi obat tertentu atau ada
riwayat penyakit mungkin bu? “
Tante : “ Oh nggak ada sih mbak paling kalau demam aja saya minumin
paracetamol. “
Apoteker : “ Baik ibu untuk pengobatannya saya beritau ke Nina atau langsung
ke ibu saja via telpon?”
Tante : “ Oh ke Nina saja mbak, karena saya sudah ada tamu. “
Apoteker : “ Baik bu, terima kasih atas waktunya. “

Nina : “ Jadi gimana mbak obatnya?”


Apoteker : “ Jadi begini mbak, glibenklamid ini memang biasa digunakan untuk
orang diabetes atau kencing manis untuk menurunkan gula darahnya.
untuk obat Glibenklamidnya ini sebenarnya ada mbak tapi nggak bisa
dibeli tanpa resep dokter. Jadi mbaknya belum bisa beli
glibenklamidnya. “
Nina : “ Terus gimana dong mbak tante saya ? Kan gulanya tinggi terus
dikasih apa? “
Apoteker : “ Kalau saya lebih menyarankan untuk segera ke dokter. Sebenarnya
kalau yang dicek gula darahnya saja terus ternyata tinggi itu bukan
berarti tante mbak mengalami diabetes, apalagi kan tantenya mbak
baru pertama ini tingginya dan belum didiagnosa sama sekali sama
dokter. Jadi kalau biasanya orang yang didiagnosa diabetes sama
dokter itu tes lab dulu mbak, kalau nanti dari hasil lab itu ada tanda
kalau gula darah sama HbA1C tinggi baru nanti dikasih obat untuk
menurunkan gula darahnya.“
Nina : oh gitu ya mbak, jadi tante belum pasti kena diabetes berarti mbak?”
Apoteker : iya mbak, lebih baik segera ke dokter ya mbak meskipun tantenya
merasa sehat sekarang soalnya kalau nggak ditangani segera takutnya
memang bener-bener diabetes dan takutnya nanti malah timbul
penyakit lain, biasanya kalau orang diabetes dibiarin itu paling sering
bisa tekanan darah tinggi. Kan nanti bisa lebih bahaya mbak”
Nina : “oh begitu ya mbak. Kalau begitu nanti saya minta ke dokter aja”
Apoteker : “iya mbak, oh iya untuk yang sekarang sambil nunggu ke dokter
nanti bisa disampaikan juga ke tantenya kalau selain obat yang
dikasih dokter nanti tantenya juga bisa melakukan beberapa hal yang
dapat menunjang terapi yang akan diberikan dokter, seperti
membatasi aktivitas yang berlebihan agar tidak kelelahan, berolahraga
ringan saja misalnya jogging, mengikuti senam jalan santai ketika
pagi hari, mengontrol asupan karbohidrat saat makan seperti porsi
nasinya dikurangi sedikit apabila porsi makannya banyak, cukup
makan 3 kali sehari, hindari stress, mengurangi ngemil gorengan,
coklat, atau ketika tante mbak mau minum teh mungkin gulanya bisa
diganti dengan gula yang rendah kalori contohnya Tropicana Slim
agar gula darahnya lebih terkontrol. Terus mbak biasanya kalau
pertama kali didiagnosa itu dapetnya metformin. Metformin
merupakan salah satu obat yang digunakan untuk menurunkan kadar
gula darah, dosisnya 500 mg diminumnya 2x sehari dan diminum
bersama makan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada saluran
cerna. Metformin akan meningkatkan sensitivitas dari insulin pada
liver dan jaringan perifer sehingga glukosa yang masuk ke jaringan
perifer akan meningkat. Metformin ini juga dapat membantu
menurunkan berat badan.
Nina : “nah, saya beli itu aja mbak gulanya biar tante saya nggak makin
tinggi gula darahnya.”
Apoteker : “baik mbaknya mau beli gula yang Tropicana slim ini ada satu kotak
isinya 50 sachet harganya Rp 36.000 mbak”
Nina : “yaudah mbak saya ambil yang itu aja mbak, oh iya mbak tadi kan
mbaknya nyaranin cemilannya diganti aja, kalau gitu sebaiknya
diganti apa ya mbak?”
Apoteker : “untuk cemilannya bisa diganti dengan buah saja mbak supaya lebih
sehat mbak. Sampai sini apakah ada yang ingin ditanyakan lagi
mbak?”
Nina : “sudah mbak, sudah cukup jelas menurut saya”
Apoteker : “apakah mbak bisa mengulangi lagi apa yang sudah saya sampaikan
tadi?”
Nina : “kalau nanti ke dokter kemungkinan tante saya dapat obat namanya
metformin, dosisnya 500 mg diminum 2x sehari dan diminum
bersama makan, terus selain mengonsumsi obat, tante saya juga bisa
membatasi aktivitas yang berlebihan supaya nggak terlalu capek,
berolahraga ringan kayak jogging, senam jalan santai waktu pagi,
mengontrol asupan karbohidrat, kurangi porsi nasi putihnya, hindari
stress sama kurangi ngemil kayak gorengan, coklat, terus bisa diganti
sama buah dan kalo mau minum teh, bisa pakai gula Tropicana slim
tadi soalnya rendah kalori jadi gula darahnya bisa terkontrol”
Apoteker : “baik mbak, sepertinya mbak sudah cukup paham dengan penjelasan
saya, tolong apa yang sudah saya sampaikan tadi dijelaskan ke tante
mbak, dan ini ada leaflet tentang penyakit diabetes yang tante mbak
alami, mohon untuk dibaca-baca ya mbak. Dan ini gula Tropicana
slimnya, apabila setelah mendapatkan obat dari dokter dan gula
darahnya masih tinggi, segera konsultasikan ke dokter ya mbak agar
lebih memahami progresifitas penyait diabetesnya tante mbak”
Nina : “baik mbak akan saya sampaikan apa yang sudah mbak jelaskan ke
tante saya, terima kasih ya mbak”
Apoteker : “ya sama-sama semoga lekas sembuh ya tantenya mbak.”

Anda mungkin juga menyukai