Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI


OBAT-OBAT DIABETES
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

M.HANAFI MISURA 111524018


ZAFIRAH RUMALIA NST 111524043

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan satu sindroma hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh defisiensi
insulin, resistensi insulin atau keduanya. Lebih dari 120 juta penduduk di seluruh dunia menderita DM dan diperkirakan
jumlah ini akan meningkat sehingga 370 juta penduduk menjelang tahun 2030. DM biasanya ireversibel, walaupun pasien
masih bisa menjalani cara hidup secara normal tetapi komplikasi akhir dari penyakit DM ini bisa menurunkan harapan hidup
(Gale dan Anderson, 2009).
Menurut American Diabetes Association (ADA) (2005), dalam Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2006), DM merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO (1980) dikatakan bahwa DM merupakan
sesuatu yang tidak dapat diterangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin.
1.2 Patogenesis
1.2.1 Diabetes melitus tipe 1
DM tipe 1 biasanya didiagnosa pada anak-anak dan dewasa muda, dan sebelumnya dikenali sebagai DM Juvenil.
Pada DM tipe 1, tubuh tidak bisa memproduksi insulin yaitu satu hormon yang diperlukan untuk mengobah gula, kanji dan
makanan lain kepada bentuk energi yang diperlukan untuk menjalani kehidupan seharian (ADA, 2010).
Diabetes mellitus tipe 1 ini merupakan hasil daripada interaksi dari genetik,persekitaran dan faktor imunologi yang
menyebabkan destruksi sel beta pankreas dan defisiensi insulin. Ia juga disebabkan oleh destruksi sel beta akibat autoimun.
Ini dibuktikan apabila individu yang mempunyai fenotip DM tipe 1 tidak mempunyai marker imunologi yang menunjukkan
proses autoimun terhadap sel beta. Proses autoimun ini menyebabkan massa sel beta makin berkurang sehingga
penghasilan insulin juga terganggu (Powers, 2008).
1.2.2 Diabetes melitus tipe 2
Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal merupaka penyebab berkembangnya DM tipe 2 ini. DM tipe 2
ini ditandai dengan sekresi insulin yang terganggu, resistensi insulin, produksi glukosa oleh hepar yang berlebihan dan
metabolisme lemak yang abnormal. Pada individu yang obes, toleransi glukosa masih normal pada awal terjadinya DM
tanpa mengira resistensi insulin karena sel beta mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Namun, apabila
resistensi insulin dan hiperinsulinemi akibat proses kompensasi berlanjutan, pankreas sudah tidak dapat bertahan dengan
keadaan hiperinsulinemi sehingga KGD meningkat (Powers, 2008).

1.3 Gejala klinis


Gejala klinis diabetes terbahagi kepada:
A. Gejala akut
Orang muda biasanya mengeluhkan trias simptom – simptom ini selama 2 hingga 6 minggu yaitu:
1. Poliuria : oleh karena diuresis osmotik akibat peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi ambang renal.
2. Polidpsi : akibat hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh.
3. Berat badan berkurang : apabila terjadi insulin defisiensi menyebabkan berkurangnya cairan dalam tubuh dan cepatnya
pemecahan lemak dan otot.
Jika simptom awal ini tidak diobati akan menyebabkan ketouria yang berlanjutan menjadi ketoasidosis (Gale dan
Anderson, 2009).
B. Gejala Subakut
Onset klinis bisa terjadi dalam masa beberapa bulan mahupun tahun dan biasanya terjadi pada pasien usia lanjut.
Polidipsi, poliuria dan berat badan menurun biasanya terjadi namun pasien sering mengeluhkan lemah akibat kurang tenaga
dan penglihatan yang kabur akibat perubahan refraksi pada mata yang diinduksi oleh glukosa (Gale dan Anderson, 2009).
C. Asimptomatik
Glikosuria atau peningkatan kadar gula dalam darah sehingga terdapat gula dalam urin
yang normalnya tidak ada biasanya dideteksi pada pasien tanpa gejala. Namun, harus diingatkan
bahawa glikosuria bukan merupakan diagnostik diabetes tetapi merupakan indikasi bahawa
pasien perlu diperiksa dengan lebih mendalam (Gale dan Anderson, 2009).
1.3 Obat Antidiabetes Oral
Terdapat 4 kategori agen diabetes oral yaitu (Katzung,2007):
1. Insulin sekretagogues yang terdiri daripada 3 jenis yaitu:
A. Sulfonilurea
Mekanisme kerja utamanya adalah untuk meningkatkan pengeluaran insulin daripada
pankreas. Obat ini akan berikatan dengan reseptor sulfonilurea yang akan menginhibisi efluks
ion kalium melalui kanalnya sehingga menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi akan membuka
kanal kalsium yang menyebabkan influx kalsium dan pelepasan insulin.
B. Meglitinid
Obat ini memodulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas dengan meregulasi efluks
kalium melalui kanal kalium seperti yang dibincangkan di atas. Jadi, ada tumpang tindih dengan
sulfonilurea dalam menempati tempat kerja dari obat- obat tersebut karena megtilinid
mempunyai dua tempat berikatan yaitu sama seperti sulfonilurea dan tempat berikatan yang unik.
C. Derivat D-Fenilalanin
Nateglinid yang merupakan derivat D-Fenilalanin memstimulasi sel beta melalui
penutupan kanal kalium yang sensitive terhadap ATP dengan cepat dan transien. Ia juga
menyebabkan pelepasan insulin sebagai respons inisial terhadap tes glukosa toleransi intravena.
Ini merupakan kelebihan utamanya karena diabetes tipe 2 ini tiada respons insulin inisial.
Pelepasan insulin yang melebihi normal ini akan mensuppresi pelepasan glukagon pada awal
waktu saat makan dan menyebabkan berkurangnya produksi glukosa dari hepar. Nateglinid
sangat efektif apabila diberikan sebagai monoterapi atau dikominasikan dengan agen lain seperti
metformin. Obat ini meningkatkan pelepasan insulin hanya apabila tingginya kadar insulin
namun tidak pada normoglikemi. Jadi insidensi hipoglikemi sangat rendah berbanding dengan
insulin sekretagogue lain.
2. Biguanida
Biguanida yaitu metformin yang cara kerjanya tidak bergantung kepada sel beta namun bekerja dengan:
 Menurunkan glukoneogenesis renal dan hepar
 Memperlahankan absorpsi glukosa dari gastrointestinal dengan meningkatkan konversi glukosa pada laktat oleh enterosit
 Stimulasi glikolisis secara direk dengan meningkatkan pembuangan glukosa dari darah
 Menurunkan kadar glukagon dalam plasma.
3. Thiazolidinedion
Thiazolidinedion bekerja dengan menurunkan resistensi insulin. Kerja primer obat ini
adalah meregulasi gen yang terlibat dalam metabolism glukosa dan lipid serta diferensiasi
adiposa. Ia merupakan ligan pada ‘peroxisome proliferator-activated receptor-gamma
(PPAR-γ)’. PPAR-γ dijumpai pada otot, lemak dan hepar dan bertindak metabolisme
glukosa dan lemak, transduksi signal insulin dan diferensiasi adiposa. Obat ini
meningkatkan pengambilan dan utilisasi glukosa serta memodulasi sintesa hormone lipid
atau sitokin.
4. Inhibitor alpha-glukosidase
Kanji kompleks, oligosakarida dan disakarida harus di pecahkan menjadi
monosakarida untuk diabsorpsi di duodenum dan jejunum. Proses ini difasilitasi oleh enzim
enterik termasuklah α-amilase dan α-glukosidase yang berlengketan dengan sel intestinal.
Akarbose dan miglitol merupakan kompetitif inhibitor pada α-glukosidase dan menurunkan
absorpsi post prandial. Ini akan menurunkan kadar glukosa darah post prandial.
BAB II
INHIBITOR ALPHA-GLUKOSIDASE
1.1 Enzim Alpha-Glukosidase
Enzim alpha-glukosidase adalah enzim yang berperan dalam konversi karbohidrat
menjadi glukosa. Karbohidrat akan dicerna oleh enzim didalam mulut dan usus menjadi gula
yang lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh dan meningkatkan kadar gula darah.
Proses pencernaan karbohidrat tersebut menyebabkan pankreas melepaskan enzim alpha-
glukosidase ke ddalam usus yang akan mencerna karbohidrat menjadi menjadi oligosakarida
yang kemudian akan diubah lagi menjadi glukosa oleh enzim alpha-glukosidase yang
dikeluarkan oleh sel-sel usus halus yang kemudian diserap ke dalam tubuh. Dengan dihambatnya
kerja enzim alpha-glukosidase, kadar glukosa dalam darah dapat dikembalikan dalam batas
normal (Bosenberg, 2008).
Senyawa penghambat alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alpha-glukosidase
yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha-glukosidase (maltase, isomaltase,
glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus
halus. Penghambatan kerja enzim ini secara efektif mengurangi pencernaan karbohidrat
kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post-
pradial pada penderita diabetes. Efek samping ppenghambatan alpha-glukosidase yaitu
kembung, buang angin dan diare. Supaya lebih efektif harus dikonsumsi bersama makanan. Obat
yang termasuk penghambat enzim alpha-glukosidase adalah akarbose, Miglitol dan
Voglibose (Bosenberg, 2008).

1.2 Inhibitor Alpha-Glukosidase


Obat ini termasuk kelompok obat baru, yang berdasarkan pada persaingan inhibisi enzim
alpha-glukosidase di mukosa, duodenum sehingga penguraian polisakarida menjadi
monosakarida menjadi terhambat. Dengan demmikian, glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya kedalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya
kadar gula dalam darah dihindarkan. Kerja ini mirip dengan efek makanan yang kaya akan serat
gizi. Tidak ada kemungkinan hipoglikemia dan terutama berguna pada penderita kegemukan,
kombinasi dengan obat-obat lain memperkuat efeknya (Tjay, 2002).
Mekanisme Kerja
Obat golongan inhibitor alfa glukosidase (Acarbose) mempunyai mekanisme kerja
menghambat kerja enzim alfa glukosidase yang terdapat pada “brush border” dipermukaan
membran usus halus. Enzim alfa glukosidase berfungsi sebagai enzim pemecah karbohidrat
menjadi glukosa diusus halus. Dengan pemberian acarbose maka pemecahan karbohidrat
menjadi glukosa di usus akan menjadi berkurang, dengan sendirinya kadar glukosa darah akan
berkurang (Adam, JMF. 1997).
Farmakokinetik
Mekanisme aksi dari a-Glukosidase inhibitor hanya terbatas dalam saluran cerna
beberapa metabolit acarbose diabsorpsi secara sistemik dan diekskresikan melalui renal.
Sedangkan sebagian besar miglitol tidak mengalami metabolisme.

1.3 Penggolongan Inhibitor Alpha-Glukosidase


1.3.1 Acarbose
Acarbose adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi
mikroorganisme, Actinoplnes utahensis, dengan nama kimia O¬-4,6-dideoxdy-4[[(1S,4R,5S,6S)-
4,5,6-trihydroxy-3-(hydroxymethyl)-2-cyclohexene-1-yl]amino]-α-D-gluco pyranosyl-1(1–>4)-
O-α-D glucopyranosyl-(1–>4)-D-glucose. Acarbose merupakan serbuk berwarna putih dengan
berat molekul 645,6 bersifat larut dalam air dan memiliki pKa 5,1. Rumus empiriknya adalah
C25H43NO18.

as terapi : Hormon, Obat Endokrin Lain dan Kontraseptik


ma Dagang : Glucobay, Precose, Eclid
tuk Sediaan : Tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg
ikasi : Sebagai tambahan pada terapi OHO sulfonilurea atau biguanida pada Diabetes mellitus yang tak
dapat dikendalikan dengan diet dan obat-obat tersebut. Acarbose terutama sangat bermanfaat
bagi pasien DM yang cenderung meningkat
is : Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai
150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk mengkonsumsinya bersama segelas penuh air pada suap
pertama sarapan/makan.
tuk Sediaan : Tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg
ntraindikasi :Hipersensitif terhadap acarbose, Obstruksi usus, parsial ataupun keseluruhan, Radang atau
luka/borok pada kolon, Penyakit usus kronis lainnya atau penyakit-penyakit lain yang akan
bertambah parah jika terjadi pembentukan gas berlebihan di saluran pencernaan
yimpanan : Jangan simpan di atas 25°C. Jauhkan dari lembab, wadah sebaiknya selalu tertutup rapat.
A. Mekanisme Kerja
Obat ini menghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus halus dan
menghambat enzim alfa-amilase pankreas, sehingga secara keseluruhan menghambat pencernaan
dan absorpsi karbohidrat.Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel ß-Langerhans
kelenjar pankreas.
B. Farmakokinetik
Resorpsinya dari usus buruk, hanya ca 2% dan naik sampai lebih kurang 35% setelah
dirombak secara enzimatis oleh kuman usus. Ekskresinya berlangsung cepat lewat kemih.
C. Farmakodinamik
Senyawa-senyawa inhibitor alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa
glukosidase yang terletak pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha glukosidase (maltase,
isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida,pada
dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan
karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa
post prandial pada pasien diabetes. Senyawa inhibitor alpha-glukosidase juga menghambat
enzim a-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus.
Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel ß-Langerhans kelenjar pankreas. Oleh
sebab itu tidak menyebabkan hipoglikemia, kecuali diberikan bersama-sama dengan OHO yang
lain atau dengan insulin. Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Pasien yang mendapat terapi acarbose saja
umumnya tidak akan meningkat berat badannya, bahkan akan sedikit menurun.Acarbose dapat
diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin, atau insulin.
D. Efeksamping
Acarbose tidak diserap ke dalam darah, oleh sebab itu efek samping sistemiknya minimal.
Efek samping yg sering terjadi, terutama gangguan lambung, lebih banyak gas, lebih sering
flatus dan kadang-kadang diare, yg akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama.
Efek samping ini dapat berkurang dgn mengurangi konsumsi karbohidrat. Kadang-kadang dapat
terjadi gatal-gatal dan bintik-bintik merah pada kulit, sesak nafas, tenggorokan serasa tersumbat,
pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah. Bila diminum bersama-sama obat golongan
sulfonilurea atau dengan insulin, dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan
glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian sukrosa (gula pasir).
Interaksi dengan obat lain :
 Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik
 Suplemen enzim pencernaan seperti pancreatin (amilase, protease, lipase) dapat
mengurangi efek acarbose apabila dikonsumsi secara bersamaan.
 Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi glukosa
 Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik
 Obat-obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, seperti obat-obat diuretika
(misalnya hidroklortiazida, klorotiazida, klortalidon, indapamid, dan lain-lain), senyawa steroid
(misalnya prednisone, metilprednisolon, estrogen), senyawa-senyawa fenotiazin (misalnya
klorpromazin, proklorperazin, prometazin), hormone-hormon tiroid, fenitoin, calcium channel
blocker (misalnya verapamil, diltiazem, nifedipin)
Informasi Untuk Pasien :
 Jangan konsumsi obat lain tanpa seizin dokter atau apoteker.
 Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh.
 Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah
pengendalian diet (pola makan) dan olah raga
 Konsumsi obat sesuai dosis dan aturan pakai yang diberikan dokter
 Jika Anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan
berkunang-kunang), pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat, segera hubungi dokter.
 Obat ini tidak boleh dikonsumsi semasa hamil atau menyusui, kecuali sudah diizinkan
oleh dokter

1.3.2. Miglitol

Miglitol memiliki mekanismekerja, Indikasi, kontraindikasi, peringatan dan efek


samping seperti akarbose.
is : Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 100
mg dalam waktu 4-12 minggu. Dianjurkan untuk mengkonsumsinya bersama segelas penuh air
pada suap pertama sarapan/makan.
Farmakokinetik
Resorpsinya dalam saluran cerna lebih baik dari pada akarbose (60-70%). Sehingga
efeksampingnya mengenai ganngguan lambung dan usus jauh lebih sedikit.

1.3.3. Voglibose
Voglibose adalah inhibitor alpha-glucosaide yang digunakan untuk mengurangi kadar
gula darah post-prandial pada orang yang menderita diabetes mellitus. Voglibose menunda
penyerapan glukosa sehingga mengurangi risiko komplikasi makrovaskular.
Gambar struktur kimia voglibose
Dosis :Melalui mulut (per oral) 0.2 mg sebelum makan. Boleh tingkatkan dosis hingga 0.3 mg melalui
mulut (per oral), 3 kali sehari sebelum makan 1. Melalui mulut (per oral) 0.2 mg sebelum makan.
Indikasi : Untuk mengobati diabetes mellitus.
Efek Samping: Efek Gi seperti flatulence, bengkak. Hepatotoxicity mungkin terjadi dengan Acarbose. Mungkin memberikan dorongan
terhadap munculnya reaksi GI yang merugikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian edisi revisi. Fakultas Farmasi UGM.Yogyakarta.
Baxter, K. (2008). Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London : Pharmaceutical Press.
Drug Digest, Drug Comparisons, Alpha-glucosidase Inhibitors @
http://www.drugdigest.org/DD/Home/AllAboutDrugs
Mount Auburn Hospital - Alpha-glucosidase inhibitors for type 2 diabetes, 1995-2004, Healthwise,
Incorporated, P.O. Box 1989, Boise, ID 83701 @ http://12.31.13.175/
Price, A. S dan Wilson, M. L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Precose, Clinical Pharmacology, Rx List Internet Drug Index @
http://www.rxlist.com/cgi/generic/acarbose_cp.htm

Anda mungkin juga menyukai