DISUSUN OLEH :
Ade Sutiawan
Alaiya Pudyabawarahma
Anasthasya Selda Patasik
Angga Prayuda
Annisa Nurul Firdausi
Aprilliani
Ayu Lugina Safitri
Ayu Rosita
Bayu Cesaryanto
Cindi Wulandari
HALAMAN JUDUL
S1 ILMU KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020
STIKes MEDISTRA INDONESIA
JL.Cut Mutia No.88A Sepanjang Jaya,Bekasi
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
F. Komplikasi
Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler kronik, naik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat diabetes yang tidak terkendali adalah :
1. Kerusakan saraf (Neuropati)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan
saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini
biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik,
dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih.
2. Kerusakan ginjal (Nefropati)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil
yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang
tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja
selama 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan
yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak
dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang dipertahankan ginjal bocor ke luar.
Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau
kerusakan saraf.
3. Kerusakan mata (retinopati)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama
kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes,
yaitu: 1) retinopati, retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh
darah retina; 2) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi
keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan
adanya glukosa darah yang tinggi; dan 3) glaukoma, terjadi peningkatan tekanan
dalam bola mata sehingga merusak saraf mata (Ndraha, 2014). Menurut (Fowler
2008 ), bahwa retinopati diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang
paling umum.
4. Penyakit jantung koroner (PJK)
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya
suplai darah ke otot jantung berkurangdan tekanan darah meningkat, sehingga
kematian mendadak bisa terjadi.
5. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis
seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi
dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau
stroke. Risiko serang jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita
diabetes juga terkena hipertensi.
6. Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa-
bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu akibat
penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes,
penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C.
7. Penyakit paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru dibandingkan
orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosioekonomi cukup.
Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru akan menaikan
glukosa darah.
8. Gangguan saluran cerna
Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai
saluran pencernaan.
9. Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah
terkena infeksi (Ndraha, 2014:11-12).
G. Pencegahan
Edukasi
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan serta
keterampilan diabetisi yang bertujuan menunjang perubahan perilaku. Dengan
edukasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pasien akan penyakit diabetes
yang dideritanya, seperti bagaimana mengelola penyakit dan komplikasi yang dapat
terjadi bila pasien tidak mengelola penyakitnya dengan baik. Edukasi diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal, serta penyesuaian keadaan psikologis
dan kualitas hidup yang lebih baik sehingga menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Edukasi dapat dilakukan saat konsultasi dengan dokter, tim diabetes
( edukator, ahli gizi), bisa juga dilakukan per individu maupun kelompok seperti
mengikuti seminar awam.
Kegiatan Jasmani
Manfaat kegiatan jasmani (olahraga) pada pasien diabetes adalah pengaturan kadar gula
darah, menurunkan berat badan dan lemak tubuh serta menjaga kebugaran. Pada saat
berolahraga, resistensi insulin akan berkurang dan sensitivitas insulin meningkat. Respon
seperti ini hanya terjadi saat berolahraga. Prinsip olahraga diabetes yaitu F.I.T.T :
Frekuensi : jumlah olahraga per minggu ( teratur 3-5 kali per minggu)
Intensitas : ringan dan sedang (60%-70% maximal heart race /MHR ). Cara menghitung
(MHR): 220- umur.
Waktu : 30-60 menit
Jenis : aerobik ( jalan,jogging, berenang, bersepeda)
Perencanaan Makanan
Tujuan umum dari terapi gizi adalah membantu pasien diabetes memperbaiki kebiasaan
gizinya dan ditujukan pada pengendalian gula darah, lemak serta hipertensi. Perencanaan
makanan sebaiknya mengandung zat gizi yang cukup, artinya pengaturan porsi makan yang
cukup sepanjang hari. Ingat selalu 3J : Jumlah , Jenis , Jadwal.
Pengelolaan Farmakologis
Pemilihan obat diabetes mellitus bersifat individual, artinya disesuaikan dengan kondisi
metabolik pasien. Itu sebabnya, harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter perihal
obat yang tepat, entah itu obat oral atau kombinasi obat oral dari cara kerja obat yang
berbeda yang bisa juga kombinasi dengan insulin.
ANALISIS JURNAL
Tahun 2018
Metode penelitian Subjek dalam analisis ini adalah responden Studi Kohor PTM
yang pada data dasar tahun 2011 dan 2012 tidak mengalami
DM tipe 2 baik Diagnose Diabetes Mellitus (DDM) maupun
Undiagnosed Diabetes Mellitus (UDM), dan mengikuti
pemeriksaan darah pada follow-up (FU) tahun ke-2.
( alat ukur)
Cara penelitian Subjek berasal dari data dasar Studi Kohor PTM, yang
merupakan penduduk tetap di Kelurahan Kebon Kalapa
Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, berumur 25-65 tahun.
Data dasar dikumpulkan dengan metode WHO STEPS,
meliputi wawancara, pengukuran fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.14
Hasil penelitian Pada data dasar Studi Kohor Faktor Risiko PTM non-DM
tampak bahwa sebagian besar responden mempunyai gula
darah normal (75,7%),sedangkan 24,3% mengalami
prediabetes (IFG 2,3%, IGT19,2% dan mix IFG/IGT 2,8%).
Enam per 100 orang per tahun akan mengalami progresivitas
menjadi DM tipe 2 baik dari IFG maupun IGT, sedangkan dari
kombinasi TGT 15 per 100 orang per tahun.