Anda di halaman 1dari 6

TATIK ROKAYAH

A 171 102
REGULER PAGI B

Diabetes Melitus
A. Pendahuluan
Diabetes adalah kata Yunani yang berarti mengalirkan/ mengalihkan (siphon).
Mellitus adalah kata Latin untuk madu, atau gula. Diabetes mellitus adalah penyakit
di mana seseorang mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar urin yang terasa
manis.Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
yang mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah.
Penyakit ini timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika
sel-sel tubuh kita dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah sehingga
menyebabkan kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) menjadi tinggi. .
Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) tinggi.
Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang
tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes
mellitus dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Penderita diabetes mellitus
mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan
insulin sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat.
Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada
metabolisme karbohidrat.
Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin
terdiri atas dua rantai polipeptida. Struktu insulin manusia dan beberapa spesies
mamalia kini telah diketahui. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam amino
pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh
adanya dua buah rantai disulfida
Proses pengangkutan glukosa dari darah masuk ke dalam sel dilakukan oleh
hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Sederhananya, insulin berfungsi
sebagai pengatur kadar gula dalam darah. Sayangnya, orang dengan diabetes tidak
dapat membuat insulin atau tidak dapat merespon insulin dengan baik (resistensi
insulin). Akibatnya, pengangkutan glukosa ke dalam sel menjadi tidak tercukupi
sehingga glukosa menumpuk di dalam darah dan ini bisa kita lihat melalui hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah yang tinggi.
Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik yang
terdapat pada membran sel. Reseptor tersebut berupa heterodimer yang terdiri atas
subunit α dan subunit β dengan konfigurasi α2β2. Subunit α berada pada permukaan
luar membran sel dan berfungsi mengikat insulin. Subunit β berupa protein
transmembran yang melaksanakan fungsi tranduksi sinyal. Bagian sitoplasma
subunit β mempunyai aktivitas tirosin kinase dan tapak autofosforilasi (King,
2007).
Terikatnya insulin subunit α menyebabkan subunit β mengalami autofosforilasi
pada residu tirosin. Reseptor yang terfosforilasi akan mengalami perubahan bentuk,
membentuk agregat, internalisasi dan mnghasilkan lebih dari satu sinyal. Dalam
kondisi dengan kadar insuli tinggi, misalnya pada obesitas ataupun akromegali,
jumlah reseptor insulin berkurang dan terjadi resistansi terhadap insulin. Resistansi
ini diakibatkan terjadinya regulasi ke bawah. Reseptor insulin mengalami
endositosis ke dalam vesikel berbalut klatrin.
Insulin mengatur metabolisme glukosa dengan memfosforilasi substrat reseptor
insulin (IRS) melalui aktivitas tirosin kinase subunit β pada reseptor insulin. IRS
terfosforilasi memicu serangkaian rekasi kaskade yang efek nettonya adalah
mengurangi kadar glukosa dalam darah.

B. Tipe Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan
absolute insulin.Penyakit ini disebut diabetes mellitus dependen insulin
(DMDI). Karena insidens diabetes tipe I memuncak pada usia remaja dini,
namun termanisfestasi dan menjadi parah saat pubertas maka dahulu bentuk ini
disebut sebagai diabetes juvenile. Namun, diabetes tipe I dapat timbul pada
segala usia. Diabetes tipe 1 adalah salah satu penyakit autoimun, yaitu penyakit
yang menyerang sel tubuhnya sendiri. Pasalnya, sistem kekebalan tubuh justru
menghancurkan sel-sel di pankreas yang menghasilkan insulin. Tanpa insulin,
sel tubuh tidak dapat menerima gula yang dibutuhkan. Akibatnya, terlalu
banyak gula yang terbentuk di dalam darah sehingga kadar glukosa darah
meningkat tajam.
Diabetes mellitus tipe I, disebabkan karena rusaknya sel-sel beta pancreas
yang memproduksi insulin. Lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik/factor
keturunan.
Diabetes mellitus tipe I adalah penderita yang tergantung oleh suntikan
insulin, jika insulin tidak ada, hasil dari penghancuran lemak dan otot akan
menumpuk dalam darah dan menghasilkan zat yang disebut keton yang akan
menyebabkan terjadianya ketoasidosis koma (Bilous, 2003). Diabetes mellitus
tipe I memiliki ciri adanya destruksi sel β pankreas melalui mekanisme celluler
mediated autoimune. Destruksi autoimun sel β pankreas berhubungan dengan
predisposisi genetik dan faktor lingkungan. Penderita diabetes mellitus tipe 1
sangat tergantung pada insulin untuk kelangsungan hidupnya akibat defisiensi
insulin yang absolut, maka akan terjadi komplikasi metabolisme yang serius
seperti ketoasidosis akut dan koma (Marble, 1971 dalam Wuragil, 2006).
Pada DM tipe 1 kadar glukosa darah sangat tinggi tetapi tubuh tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal untuk membentuk energi, energi diperoleh
melalui peningkatan katabolisme protein dan lemak, dengan kondisi tersebut
terjadi perangsangan lipolisis serta peningkatan kadar asam lemak bebas dan
gliserol darah. Dalam hal ini terjadi peningkatan produksi asteil-KoA oleh hati
dan akan diubah menjadi asam asetosetat dan direduksi menjadi asam β
hidroksibutirat atau mengalami dekarboksilasi menjadi aseton. Diabetes
mellitus tipe I juga disebabkan oleh degenerasi sel β Langerhans pankreas
akibat infeksi virus atau pemberian senyawa toksin diabetogenik
(streptozotocin atau alloksan), atau secara genetic yang mengakibatkan
produksi insulin sangat rendah atau berhenti sama sekali. Hal ini mengakibatkan
penurunan pemasukan glukosa dalam otot dan jaringan adiposa
(Lawrence,1994; Nugroho, 2006).
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Karenainsulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pancreas, maka
diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM). Diabetes mellitus tipe II biasanya timbul pada orang yang
berusia lebih dari 30 tahun, dan dahulu disebut sebagai diabetesawitan dewasa.
Diabetes tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, yaitu kondisi saat pankreas
mampu menghasilkan insulin, tetapi sel-sel tubuh tidak dapat meresponnya
dengan baik. Seiring berjalannya waktu, pankreas bisa kehilangan kemampuan
untuk memproduksi insulin.
Ketika pankreas tidak mampu menjalankan tugasnya, sel tubuh tidak dapat
menerima gula yang seharusnya dibawa oleh insulin. Akibatnya, terlalu banyak
gula yang terbentuk di dalam darah dan terjadilah diabetes tipe 2.
Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik dan faktor risiko lainnya,
termasuk obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat. Peningkatan gula darah
secara terus-menerus dan tidak segera diobati dapat merusak berbagai organ
tubuh, seperti mata, jantung, pembuluh darah, saraf, dan ginjal.
Diabetes mellitus tipe 2 (DMTTI atau permulaan pendewasaan) ditandai
dengan kondisi sel β pankreas masih cukup baik sehingga masih mampu
mensekresi insulin namun dalam kondisi relatif defisiensi. Perkembangan tipe
penyakit ini adalah suatu bentuk umum dari diabetes mellitus dan sangat terkait
dengan sejarah keluarga yang pernah mengalami diabetes. Resistensi insulin
dan hyperinsulinemia biasanya menyebabkan melemahnya toleransi glukosa,
destruksi sel-sel β, menjadi penyebab utama terjadinya siklus intoleransi
glukosa dan hyperglichemia (Mayfield, 1998).Penderita diabetes tipe II tdak
tergantung insulin (non-insulin dependent diabetes mellitus) kebanyakan timbul
pada usia 40 tahun (Dalimartha. 2005). Pada diabetes tipe II ditandai dengan
kelainan dalam sekresei insulin maupun kerja insulin. Pankreas masih relative
cukup mengahsilkan insulin tetapi insulin yang ada bekerja kurang sempurna
karena adanya resistensi insulin (adanya efek responjaringan terhadap insulin)
yang melibatkan reseptor insulin di membran sel yang mengakibatkan
penurunan sensifitas sel target, kehilangan reseptor insulin pada membran sel
targetnya mengakibatkan terjadi penurunan efektifitas serapan glukosa dari
darah, individu yang mengalami overwight memiliki potensial yang lebih besar
menderita diabetes di banding individu normal. Penderita DM II cenderung
terjadi pada usia lanjut dan biasanya didahului oleh keadaan sakit atau stres
yang membutuhkan kadar insulin tinggi (Nugroho, 2006).

C. Cara Pengobatan
Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan
memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan
rendah kalori dan lemak. Pasien diabetes dan keluarganya dapat berkonsultasi
dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.
Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan
sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga
secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan
dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur
gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan
untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan
tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter
akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara
menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi
pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami
kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi
memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara
rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah
satunya adalahmetformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi
glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga
kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat
diberikan.
Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola
makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal.
Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan
jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3
bulan terakhir.

Anda mungkin juga menyukai