Anda di halaman 1dari 118

ALKOHOL

KELOMPOK 1 PRO

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

disusun oleh

Agung Nugraha A 171 056

Denia Alvira T. A 171 070

Lendi Ambang A 171 083

Nushi Chairunnisa R. A 171 093

Raifa Sachra H.N A 171 095

Toto Iswanto A 171 105

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Agama Islam yang berjudul “ALKOHOL”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi

penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana

mestinya.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Merupakan prinsip dasar Islam, bahwa seorang muslim wajib mengikatkan

perbuatannya dengan hukum syara, sebagai konsekuensi keimanannya pada Islam.

Sabda Rasulullah SAW: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu, hingga

hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (Islam).” (HR. Al-Baghawi).

Maka dari itu, sudah seharusnya dan sewajarnya seorang muslim

mengetahui halal-haramnya perbuatan yang dilakukannya, dan benda-benda

yang digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini,

halal-haramnya makanan, obat dan minuman. Akan tetapi, penentuan status

halal haramnya suatu makanan, obat, atau minuman kadang bukan perkara

mudah. Di satu sisi, para ulama mungkin belum seluruhnya menyadari betapa

kompleksnya produk pangan, obat, dan minuman dewasa ini. Asal usul bahan

bisa melalui jalur yang berliku-liku, banyak jalur. Bahkan dalam beberapa

kasus, sulit ditentukan asal bahannya. Di sisi lain, pemahaman para ilmuwan

terhadap syariah Islam, ushul fiqih dan metodologi penentuan halal haramnya

suatu bahan pangan dari sisi syariah, relatif minimal. Dengan demikian

seharusnya para ulama mencoba memahami kompleksnya produk pangan,

obat, dan minuman. Sedangkan ilmuwan muslim, sudah seharusnya menggali

kembali pengetahuan syariahnya, di samping membantu ulama memahami

kompleksitas masalah yang ada. Berkait dengan itu, penting sekali


dikemukakan metode penentuan status hukum, baik penentuan hukum untuk

masalah baru (ijtihad) maupun sekedar penerapan hukum yang sudah ada pada

masalah baru (tathbiq al-hukm ala mas`alah al-jadidah).

Begitu pula dengan khamr yang sudah tersurat dan terirat

keharamannya baik dalam Al-qur’an maupun Al-hadits. Sudah sewajarnya

umat Islam mengetahui lebih jauh tentang khomr, agar tidak terjadi kekeliruan

dan penipuan. Sudah sering terjadi orang minum khamr karena ketidak tahuan

akan minuman haram tersebut. Oleh karena itu sewajarnya jika kita mengkaji

lebih dalam tentang khamr agar tidak terjadi kesalahan baik secara tidak

sengaja atau ditipu orang yang tidak bertanggung jawab.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Alkohol
Hukum alkohol yang dimaksud disini adalah hukum ketika alkohol
bercampur dengan minuman. Berdasarkan fatwa MUI hokum
minuman beralkohol adalah haram,meminum minuman beralkohol
sedikit atau banyak hukumnya haram. Demikian dengan kegiatan
memproduksi, mengedarkan, memperdagangkan, membeli, dan
menikmati hasil atau keuntungan dari perdagangan minuman
beralkohol terdapat dalam surah Al-Maidah:90, HR. Ahmad dan
Thabrani dari Ibnu ‘Umar, HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar
Islam dengan tegas dan jelas telah mengharamkan khamr dan judi

bagi seluruh kaum Muslim berdasarkan nash al-Qur‟an dan Hadis. Khamr

diharamkan karena dapat menghilangkan akal sehat, dan menyebabkan

manusia keluar dari kesadaranya yang benar.29 Bahkan lebih dari pada itu

khamr adalah sumber maksiat dan pangkal dari tindak kejahatan lainya.
Orang yang sudah terbiasa minum khamr akan selalu melakukan hal

tersebut, dia tidak akan segan mencuri, merampok, dan melakukan tindak

kejahatan lainya untuk melampiaskan ketergantunganya.30

Pada awalnya khamr merupakan minuman yang memabukan

terbuat dari perasan anggur. Tetapi selanjutnya mencakup semua jenis

minuman yang diproduksi untuk memabukan. Oleh karena itu, semua jenis

minuman memabukan yang terbuat dari benda apapun, baik benda itu najis

atau suci termasuk kategori khamr.31 Seperti sabda Nabi Muhamad Saw

sebagai berikut:
‫وكل مخر مسكر‬

‫مسكرحرام قالكل وسلّم عليو هلال صلئ هلال رسول نّ ا عمر ابن عن‬
Artinya: Dari Ibnu Umar R.A. bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: “

setiap benda yang memabukan itu adalah khmar dan setiap benda yang
memabukan itu haram”(HR. Muslim)

hal yang menunjukan keharaman khamr.

Pertama, khamr dirangkai seiring dengan judi, berkorban untuk

berhala, mengadu nasib dengan panah adalah mengisyaratkan bahwa

khamr sama dengan yang mengiringi dalam haramnya. Kedua, Khmar

dinamai dengan ‫ رجسن‬yang artinya ‫م‬

ّّ

‫ احملر‬yang dilarang (diharamkan).

Ketiga, khamr termasuk perbuatan syaitan. Keempat, manusia disuruh

menjauhinya. Kelima, kebahgiaan akan tercapai manakala menjauhi

khmar. Keenam, khmar merupakan kehendak syaitan yng menimbulkan

permusuhan. Ketuju, kehendak syaitan untuk menimbulkan kebencian.

Kedelapan, menghalangi dari mengingat Allah. Kesembilan, menghalangi

menjalankan sholat. Kesepuluh, bentuk laranganya fashih dengan bentuk

istifham dengan kata-kata ‫ فهل انتم منتهون‬yang sekaligus mengisyaratkan

sebuah ancaman.43

Adapun hadist yang menjadi landasan bahwa khamr itu haram antara

lain sebagai berikut:

ّّ ّّ ‫قال وسلم عليو لل‬: ‫كثريه اسكر ما‬

ّّ ّّ ‫ا صلى لل‬

ّّ ّّ ‫ا رسول نّ ا عنو لل‬

‫فقليلو ا رضي عمر ابن جابر وعن‬


44 ‫(حبان ابن وصححو واالربعو امحد احرجو) حرام‬

Artinya: Dari Jabir ra. Mengatakan Rasulullah Saw bersabda: minuman

yang memabukan jika diminum agak banyak, maka sedikitnya

juga haram. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam

Nasa‟i, Ibnu Majah dan disahkan oleh Ibnu Hibban)


.
B. Kriteria Alkohol
Dalam makanan dan minuman kriteria alcohol sebagai berikut:
1. Jika makanan atau buah-buahan mengandung alcohol alami, maka
hukumnya boleh diminum. Seperti dalam buah duren, jeruk,
nangka dan sebagainya. Akan tetapi jika difermentasikan dengan
membiarkan sehingga alkoholnya meningkat dan memabukkan,
maka hukumnya haram.
2. Makanan yang mengandung alcohol tinggi (khamar). Maka hal ini
jelas kedudukan hukumnya haram, karena termasuk dalam
kategori khamar. Seperti roti yang dibuat dari adonan yang
dicampur dengan rhum dengan kandungan alcohol 30%.
Contohnya dikue-kue ultah impor semisal Butter Rhum Cake
3. Alkohol yang termasuk dalam kategori khamar jika digunakan
sebagai campuran berbagai macam aneka makanan olahan, maka
hukumnya haram.
Alkohol mempunyai beberapa jenis kreteria yaitu pertama, alcohol

absolut yang hampir murni kadar dihitung sebagai C2H5OH sebesar

99,8% dan air 02,%, kedua, etanol (ethyl alcohol) adalah alkohol kadar

95-96,8%, ketiga, metanol (metyl alcohol) adalah alkohol yang

mempunyai struktur paling sederhana, keempat, isopanol (isoprophyl

alcohol).

27 Diantara jenis-jenis minuman keras yang mengandung

alkohol adalah sebagai berikut:


a). Minuman keras golongan A, kadar etanol dari 1-15%

b). Minuman keras golongan B, kadar ethanol dari 5-20%

c). Minuman keras golongan C, kadar ethanol lebih dari 20-55%.

C. Efek yang ditimbukan alcohol


Adapun efek-efek yang ditumbulkan alcohol diantaranya:
1. Hilangnya kendali diri atau memabukkan apabila dikonsumsi
secara berlebih
2. Berefek kepada kesehatan dan timbulnya berbagai penyakit seperti
sirosis hati, kanker,hepatitis, stroke, serangan jantung dan
sebagainya.
3. Terjadi tindak kejahatan social
4. Kematian
D. Alkohol dalam Obat-obatan
Hukum Menggunakan Obat-Obatan Yang Tercampur Dengan Alkohol.

Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika mengandung


hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan yang
mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak
memabukkan, maka hukumnya boleh. Adapun dasar dari penetapan hukum ini
adalah sebagai berikut :

Pertama : Bahwa yang menjadi illah (alasan) pengharaman khomr adalah


karena memabukkan. Jika alasan ini hilang, maka pengharamannya pun hilang.
Ini sesuai dengan kaedah ushul fiqh :

‫وعدما وجودا علته مع يدور الحكم‬

“ Suatu hukum itu akan mengikuti keberadaan illah ( alasannya, kalau illahnya
ada, maka hukum itu ada, jika illah tidak ada maka hukumnyapun tidak ada “

Kedua : Alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu dengan materi
lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata . Para ulama menyebutnya
dengan istilah istihlak, yaitu bercampurnya benda najis atau haram dengan benda
lainnya yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang najis tersebut.
Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
bersabda :

‫ث يَحْ ِم ِل لَ ْم قلَّتَي ِْن ْال َماء بَلَ َغ إِذَا‬


َ َ‫ْال َخب‬

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran
(najis).” ( Hadist Shahih Riwayat Daruquthni, Darimi, Hakim,dan Baihaqi )
Keterangannya sebagai berikut :
jika ada setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat banyak, maka air
itu tetap suci dan mensucikan selama tidak ada pengaruh dari kencing tersebut.

Ketiga : Dalam suatu hadist disebutkan bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi


wassalam bersabda :

‫َح َرام فَقَ ِليله َك ِثيره أ َ ْسك ََر َما‬

“Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya


dinilai haram.” ( Hadits Shahih Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah )

Maksud dari hadits tersebut adalah apabila sesuatu yang jika diminum dalam
jumlah yang banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut diharamkan
walaupun dikomsumsi dalam jumlah yang sedikit. Seperti khomr jika diminum
dalam jumlah yang banyak akan memabukkan, maka setetes khomr murni ( tanpa
campuran ) diharamkan untuk diminum, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak
memabukkan.
Lain halnya dengan air dalam suatu bejana dan diberi setetes khomr yang
tidak mempengaruhi air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun sifat, dan dia
tidak memabukkan, maka minum air yang ada campuran setetes khomr itu
dibolehkan.
Adapun perbedaan antara keduanya : setetes khomr yang pertama haram
karena murni khomr, dan seseorang jika mengkomsumsi setetes khomr tersebut
dikatakan dia minum khomr. Adapun setetes khomr kedua tidak haram, karena
sudah dicampur dengan zat lain yang suci dan halal, serta tidak mempengaruhi zat
itu, maka halal. Dan seseorang jika meminum air dalam bejana yang ada
campuran setetes khomr, akan dikatakan dia meminum air dari bejana dan tidak
dikatakan dia minum khomr dari bejana. Hukum ini berlaku bagi obat yang ada
campuran dengan alkohol.

Keempat : Bahwa alkohol tidaklah identik dengan khomr. Tidak setiap khomr itu
alkohol, karena disana ada zat-zat lain yang memabukkan selain alkohol. Begitu
juga sebaliknya tidaklah setiap alkohol itu khamr. Menurut sebagian kalangan
bahwa jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah jenis etil alkohol atau etanol.
Begitu juga khomr yang diharamkan pada zaman nabi Muhammad saw bukanlah
alkohol tapi dari jenis lain.
Kelima : Menurut sebagian ulama bahwa khomr tidaklah najis secara lahir, tetapi
najis secara maknawi, artinya bukanlah termasuk benda najis, seperti benda-benda
lainnya secara umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk pengobatan luar.

Keenam : Suatu minuman atau makanan dikatakan memabukkan jika memenuhi


dua kriteria :

Kriteria Pertama: Minuman atau makanan tersebut menghilangkan atau menutupi


akal.

Kriteria Kedua: Yang meminum atau yang memakannya merasakan nikmat ketika
m
Kriteria Pertama: Minuman atau makanan tersebut menghilangkan atau menutupi
akal.

Kriteria Kedua: Yang meminum atau yang memakannya merasakan nikmat ketika
mengkomsumsi makanan atau minuman tersebut , bahkan sangat menikmatinya
serta merasakan senang dan gembira yang tiada taranya. Banyak orang sering
menyebutnya “ fly “, seakan-akan dia sedang terbang jauh diangkasa luar,
makanya kegembiraan akibat mabuk ini tidak terkontrol. Dan sering kita dapatkan
orang yang mabuk, tidak karuan ketika berbicara, dan dia sendiri tidak menyadari
apa yang dia katakan. Hal ini bisa kita saksikan di dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu orang yang sangat gembira, kadang hilang kontrolnya, sehingga berbicara
dengan hal-hal yang mungkin kalau dia sadar tentu tidak akan mengatakannya.

Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah


menikmatinya dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian
juga obat bius ini menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khomr yang
memabukkan tidaklah menjadikannya pingsan tapi justru dia menikmatinya,
sehingga menjadikannya terus menerus ketagihan terhadap minuman tersebut.
Syekh Utsaimin, Syarhu Bulughul Maram, Kairo, Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm :
300 )
Fenomena ini pernah dijelaskan oleh Rasulullah shallahu ‘alahi wassalam
ketika menceritakan seseorang yang karena terlalu senangnya ketika dia
menemukan kembali kuda dan seluruh bekalnya sehingga dia mengucapkan
secara salah :

‫اللهم أنت عبدي وأنا ربك‬

“ Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu “ ( HR Bukhari


dan Muslim )

E. Kehalalan Alkohol dalam Obat


Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menjelaskan, “Adapun beberapa
obat yang menggunakan campuran alkohol, maka itu tidaklah haram selama
campuran tersebut sedikit dan tidak nampak memberikan pengaruh.”[4]

Obat yang mengandung alkohol ini dibolehkan karena adanya istihlak.


Yang dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis
dengan benda lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa,
warna dan baunya.

Apakah benda najis yang terkalahkan oleh benda suci tersebut menjadi
suci? Pendapat yang benar adalah bisa menjadi suci, Alasannya adalah dua dalil
berikut.

Hadits pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫طهور ْال َماء‬


َ ‫ش ْيء ينَ ِ ّجسه َل‬
َ

“Air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.”

Hadits kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ث يَحْ ِم ِل لَ ْم قلَّتَي ِْن ْال َماء بَلَ َغ إِذَا‬


َ َ‫ْال َخب‬

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran
(najis).”

Dua hadits di atas menjelaskan bahwa apabila benda yang najis atau haram
bercampur dengan air suci yang banyak, sehingga najis tersebut lebur tak
menyisakan warna atau baunya, maka dia menjadi suci.

Jadi suatu saat air yang najis, bisa berubah menjadi suci jika bercampur
dengan air suci yang banyak. Tidak mungkin air yang najis selamanya berada
dalam keadaan najis tanpa perubahan. Tepatlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, “Siapa saja yang mau merenungkan dalil-dalil yang telah disepakati
dan memahami rahasia hukum syari’at, niscaya

akan jelas baginya bahwa pendapat inilah yang lebih tepat. Sangat tidak
mungkin ada air atau benda cair yang tidak mungkin mengalami perubahan
menjadi suci (tetap najis). Ini sungguh bertentangan dengan dalil dan akal sehat.”

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin juga mengatakan, “Begitu


pula khomr apabila dia bercampur dengan zat lain yang halal dan tidak
memberikan pengaruh apa-apa, maka campuran yang ada akan tetap halal.”[9]
Di samping itu pula selain karena alasan istihlak sebagaimana dijelaskan
di atas, obat yang mengandung alkohol diperbolehkan karena illah (sebab) seperti
yang ada pada khomr tidak ada lagi, yaitu memabukkan. Padahal hukum berputar
sesuai dengan ada tidaknya illah (sebab).

Sebagian orang mungkin ada yang salah memahami hadits berikut.

‫َح َرام فَقَ ِليله َك ِثيره أَ ْسك ََر َما‬

“Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya


dinilai haram.”[10] Sehingga dari sini ada sebagian yang mengatakan bahwa
dalam obat ini terdapat alkohol sekian persen, maka itu terlarang dikonsumsi.

Kami katakan bahwa pernyataan seperti ini muncul, di antaranya karena


kurang memahami hadits di atas. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan, “Mereka
menyangka bahwa makna hadits tersebut adalah jika sedikit khomr tercampur
dengan minuman selain khomr, maka minuman tersebut menjadi haram. Ini
bukanlah makna dari hadits di atas. Namun makna hadits yang sebenarnya adalah
jika sesuatu diminum dalam jumlah banyak sudah memabukkan, maka kalau
diminum dalam jumlah sedikit tetap dinilai haram.” Sedangkan yang ada pada
obat-obatan tidaklah demikian.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Secara umum, alcohol jika digunakan secara berlebihan bisa


menimbulkan beberapa efek yang bisa mengganggu kesehatan.
2. Menurut arti pandangan islam alcohol adalah sejenis minuman
yang diharamkan untuk dikonsumsi karena di pandang bisa
membahayakan banyak orang ataupun nyawa seseorang yang
mengkonsumsinya terlalu banyak
3. Alkohol dalam pembuatan sediaan obat dipandang tidak
diharamkan karena dilihat dari kadar alcohol yang dicampurkan
terhadap pelarut.
4. Obat yang mengandung alkohol dibolehkan karena adanya istihlak.
Yang dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda haram
atau najis dengan benda lainnya yang suci dan halal yang
jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan
keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa, warna dan
baunya.
5. Penghalalan alcohol dalam suatu obat dijelaskan dari makna hadist
rasulullah SAW : “Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak
mungkin dipengaruhi kotoran (najis).” ( Hadist Shahih Riwayat
Daruquthni, Darimi, Hakim,dan Baihaqi )
Keterangannya sebagai berikut :
jika ada setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat
banyak, maka air itu tetap suci dan mensucikan selama tidak ada
pengaruh dari kencing tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ramadani, Sally. 2018. Hukum Penggunaan Alkohol Sebagai Pelarut (Solvent)


dalam Obat Batuk Ditinjau dari Hadis Nabi. Melalui
http://repositori.uin-alaudin.ac.id/. 26 April 2018
Saefudin, AM.1990. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. Mizan :
Bandung
ALKOHOL

KELOMPOK 2 PRO

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

disusun oleh

Agus Gustiana A 171 057

Debi Permata A 171 069

Devira Lukita A 171 071

Muhamad Akmal Akbar A 171 085

Sheli Meliani Suryati A 171 096

Tyagita Dwi Lestari A 171 106

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Agama Islam yang berjudul “ALKOHOL”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi

penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana

mestinya.

Bandung, April 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut pendapat para ulama berdasarkan kajian hukum Islam, suatu


benda atau perbuatan dikategorikan menjadi lima, yaitu halal, haram,
syubhat, makruh, dan mubah. Benda berupa makanan yang halal, umat
muslim dianjurkan untuk memakannya, namun tidak hanya halal saja,
melainkan terdapat kategori lain yaitu baik. Sebagaimana pada firman
Allah dalam surat Al- Baqarah: 168.

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.

Pada ayat yang lain dalam surat Al-Baqarah: 29 dan Al- Luqman:
20 Allah berfirman:
Terjemahan dari Surah Al-Baqarah :29 dan Al-Luqman:20 :

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan- Nya tujuh
langit, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S Al-Baqarah:29)
Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
(Q.S Al-Luqman:20)

Berdasarkan ayat diatas ulama-ulama Islam menetapkan kaidah bahwa


pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dimuka bumi
ini adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang haram, kecuali
karena ada nas yang sah dan tegas dari syari’ (yang membuat hukum itu
sendiri), yaitu Allah dan Rasul-Nya yang mengharamkannya. 2

Pada QS Al-Baqarah: 168, selain dianjurkan memakan makanan yang


halal dan baik juga umat muslim dianjurkan meninggalkan yang haram,
diantaranya yang diharamkan adalah khamer. Allah SWT benar-benar
memerintahkan umat muslim untuk menjauhi khamer karena rijsun
(kotor) dan mengandung bahaya (kerugian), yaitu kerugian dunia dan
akhirat.3 Kerugian dunia adalah dirampasnya akal yang menjadi tempat
bergantungnya taklif (pembenaran), dan kerugian akhirat yang timbul
karena minum khamer adalah berpaling dari mengingat Allah. Firman
Allah dalam surat Al-Maidah: 90-91.
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu).
Menurut Yusuf Qardhawi, khamer adalah segala sesuatu yang
mengandung alkohol dan memabukkan, sedangkan menurut Abdul Hadi,
Abu Sari5, khamer adalah sesuatu yang menutupi akal manusia sebab
dengan meminum khamer manusia menjadi seperti binatang atau lebih
rendah karena alat berfikirnya hilang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
khamer merupakan minuman beralkohol yang memabukkan sehingga
menghilangkan akal. Namun khamer menurut para ulama masih bersifat
umum karena tidak memberikan contoh spesifik mengenai khamer itu
apa, namun hanya merujuk pada sesuatu yang memabukkan dan dapat
menghilangkan akal saja.
Salah satu kelompok senyawa dalam khamer yang dapat
menghilangkan akal adalah alkohol. Alkohol dalam kajian ilmu kimia
adalah kelompok senyawa yang memiliki gugus hidroksil6. alkohol yang
paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah etanol. Etanol
adalah cairan yang mudah menguap (volatile), mudah terbakar
(flammable), tak berwarna (colorless), dan memiliki aroma yang khas.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol. etanol adalah obat reaksi yang paling sering
digunakan.

Berdasarkan medis, alkohol merupakan depressant syaraf pusat


yang dapat menekan jalur fasilitatorik dan inhibitorik. Alkohol dapat
menghambat dan menekan kerja kontrol rasa malu dan penghindaran
diri. Alkohol mempengaruhi penilaian mental dan keterampilan motorik.
Tingkat kesadaran juga dipengaruhi. Alkohol ditemukan merupakan akar
penyebab kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, perkosaan,
pembunuhan, dan kekerasan pada anak. Terdapat gangguan perilaku
serius yang memengaruhi hubungan otak sampai 50-70%, kehilangan
ingatan, depresi akut atau kronis, tingkat bunuh diri yang tinggi, fluktuasi
emosi, delirium tremens pada keadaan putus zat, dan kehilangan
kesadaran selama mabuk.8 Tidak hanya itu, alkohol juga merusak semua
organ tubuh secara berangsur-angsur akibat penggunaannya, dapat
menyebabkan peradangan hati (liver chirrhosis), menyebabkan
pendarahan dalam perut (mag), penyakit jantung (cardiomyopathy),
hormon seks dan sistem kekebalan tubuh. Pengaruhnya terhadap otak
dapat secara akut (intoksisasi, delirium) atau kronis (ataxia, pelupa,
koordinasi motorik)9.

Alkohol juga menyebabkan sejumlah penyakit seperti kanker. Penelitian


ilmiah terkini menyimpulkan bahwa kanker kepala dan leher adalah
jenis kanker yang paling banyak menyerang pecandu minuman keras.
Selanjutnya adalah kanker esophagus, lambung, hati, pancreas dan
kanker payudara. Tubuh peminum alkohol akan kesulitan menyerap
vitamin A,B1, B2, B3 dan asam folat. Para pecandu minuman keras juga
akan mengalami kekurangan potassium, magnesium, kalsium, zink dan
fosfor. Selain itu, alkohol juga dapat menyebabkan atrophy (terhentinya
perkembangan) testis, kehilangan sperma dan

kemandulan. Bagi perempuan, alkohol dapat menyebabkan terhentinya


haid dan berkurangnya ovarium yang berakibat pada kemandulan dan
aborsi spontan.10
Meskipun demikian, alkohol dijual bebas dan dapat ditemukan
pada makanan, minuman, kosmetika bahkan obat- obatan, baik dengan
kadar sedikit atau tidak memabukkan. Namun, Islam telah meletakkan
kaidah dasar dan standar untuk mengetahui jenis makanan yang baik,
buruk dan diharamkan.11 Sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang
disampaikan oleh Jabir

r.a. yang diriwayatkan oleh Ahmad, menyatakan bahwa jenis apa saja
yang memabukkan bila dikonsumsi dalam kadar banyak, haram juga
mengkonsumsinya dalam kadar yang sedikit.
Terkait dengan penentuan konsumsi kadar alkohol, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan satu wadah organisasi yang
dibentuk pemerintah Inonesia guna menjadi acuan serta tolak ukur
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, telah
menetapkan kriteria makanan, minuman dan obat beralkohol yang halal.
dalam rapat komisi fatwa Agustus 2000, MUI menetapkan bahwa yang
disebut minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol
minimal satu persen. Inilah yang tergolong khamer, baik dalam bentuk
minuman maupun obat.13

Menurut hasil analisis para pakar di bidang teknologi pangan dan gizi
dalam buku panduan belanja dan konsumsi halal, Anton Apriyantono
dan Nurbowo menyatakan, larutan yang mengandung konsentrasi
alkohol sedikitnya satu persen memang berpotensi memabukkan,
rasulullah saw pun, dalam hadis yang diriwayatkan muslim dan ahmad,
melarang meminum jus buah- buahan yang sudah didiamkan lebih dari
dua hari karena memabukkan. Menurut penelitian jus semacam ini kadar
alkoholnya sekitar satu persen.14 Hal itu menjadi dasar keputusan fatwa
MUI No. 4/2003 tentang pedoman fatwa produk halal mengenai alkohol
dan turunannya no. 2 menyatakan minuman yang termasuk dalam
kategori khamer adalah minuman yang mengandung etanol.15 Namun,
kandungan etanol tidak hanya ditemukan pada minuman, tetapi juga
pada makanan dan obat- obatan.

Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Republika online 16, berbagai


jenis obat batuk sirup ditemukan mengandung etanol sehingga belum
terjamin kekhalalannya. Terdapat berbagai macam jenis obat batuk di
pasaran, baik tablet maupun sirup. Namun sejauh ini belum semuanya
memiliki label halal dalam kemasannya. Jika ditinjau dari segi komposisi
terdapat persamaan pada semua jenis obat batuk, yaitu terdapat
kandungan bahan- bahan yang berfungsi sebagai pereda batuk seperti
(Difendhidramin HCl, Dekstrometorfan HBr, Fenilefrin HCl,
Ammonium Klorida). Namun, terdapat perbedaan pada penggunaan
pelarutnya. Salah satunya alkohol yang dijadikan sebagai pelarut dalam
obat batuk sirup.

Namun temuan di lapangan diketahui bahwa sebagian besar obat batuk


sirup tidak mencantumkan kandungan alkoholnya. Hal ini bisa jadi
karena obat tersebut menggunakan alkohol kurang dari satu persen, lebih
dari satu persen atau obat tersebut menggunakan pelarut jenis lain.
Berdasarkan informasi tersebut, sebagian besar obat batuk tidak
mencantumkan jenis pelarut dan kadarnya berapa. Ditambah lagi obat
yang dikonsumsi umat Islam dapat dikategorikan khamer, jika
mengandung etanol lebih dari satu persen. Untuk membantu masyarakat
dalam membedakan obat batuk yang diduga kuat khamer atau bukan
maka perlu dianalisis Kadar Alkohol dalam Obat Batuk Sirup.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini


adalah:
1. Jenis alkohol apa yang digunakan sebagai obat?
2. Berapa kadar alkohol dalam obat ?
3. Apa pandangan islam terhadap Alkohol?
4. Bagaimana kehalalannya Alkohol dalam Islam?

1.3 Tujuan Makalah


1) Untuk Mengetahui jenis alcohol yang digunakan dalam obat
2) Untuk mengetahui berapa kadar alkohol dalam obat
3) Untuk mengetahui pandangan islam terhadap Alkohol
4) Untuk Mengetahui bagaimana kehalalannya Alkohol dalam
Islam
5)
1.4 Sumber Data
Data yang diambil untuk membuat makalah diantaranya :
1. Buku
2. Beberapa pdf di internet
BAB II
PEMBAHASAN

F. Pengertian Alkohol
Minuman yang beralkohol adalah minuman yang mengandung alcohol
(etanol) yang dibuat secara fermentasi dari berbagai jenis bahan baku
nabati mengandung karbohidrat.
Sedangkan alkohol sendiri adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apapun yang memiliki gugus fungsional yang disebut gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon.
Menurut keterangan Sayyid Usman al-Batawi dalam kitabnya

Al-Mubahits al-Wafiyyah fi Hukm al-A‟thar al-Afranjiya, yang

dinamakan alkohol adalah;

‫الكحول تعريف يف الثالث ادلبحث‬

‫احلس يقبلو الذي حقيقتو يعرف من كالم من استفدانه الدي‬

‫االشربة من ادلسكرات رات‬.

‫ادلتخم ىف يوجد‬

‫صناعتو االت من مارأيناه مع‬. ‫خباري عنصر وىو‬

‫نقيع رات‬

‫متخم من عرياالشربة يف أيضا الكحول ىدا ويوجدو االسكار حيصل فيها فبوجوده‬

ّّ ‫كم وعريه خذطيبا‬

‫خمصوصةوىدا حديديو ابالت اخلشب معقود يوخدمن يت االزىرواالمثارالدي‬

ّّ ‫مخرالعنب يوجديف الدي اقواه ن‬.

‫أ الكحولكما أضعف االخري‬


Pengertian alkohol sebagaimana yang kami dapatkan dari pernyataan
orang yang mengetahui hakikatnya (ahli), yang bisa dirasakan dan bisa
dilihat dari peralatan industri pembuatnya adalah suatu unsur uap yang
terdapat pada minuman yang memabukan. keberadaanya akan
mengakibatkan mabuk.
Sedangkan kata alkohol berasal dari bahasa Arab yaitu ‫الكحؤل‬
(alkuhul), rumusanya adalah C2 H5-OH.= C= Carbonium, artinya zat

arang, H berarti hidroginium, maksudnya zat cair. Dengan demikian

C2H5OH artinya persenyawaan antara 2 atom zat arang dengan 5 atom

zat cair. Alkohol semacam ini disebut alkohol absolutus yaitu alkohol

99%, sedangkan 1%-nya adalah air.19 Alkohol dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia yaitu cairan tidak berwarna yang mudah menguap,

mudah terbakar, dipakai dalam industri dan pengobatan, merupakan

unsur ramuan yg memabukkan jika kebanyakan minuman keras, C2

H5-OH, etanol atau senyawa organik dengan gugus OH pada atom

karbon jenuh.20

Menurut Kamus Kimia, alkohol merupakan senyawa organik

antara karbon, hidrogen, dan oksigen, molekulnya mengandung satu

atau lebih radikal hidroksil (OH -) yang terikat pada atom karbon

banyak digunakan, terutama etanol; rumus alkohol Cn H2n+1OH dan

nama sitematikanya berakhiran –ol; bergantung pada jumlah gugus –


OH dalam molekulnya, maka suatu alkohol dapat derajat satu, dua atau

tiga.21

Alkohol adalah istilah yang umum bagi senyawa organik

apapun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom

karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan atau atom

karbon lain. Berdasarkan dari gugus fungsinya alkohol memiliki

banyak golongan. Golongan yang paling sederhana adalah metanol dan

etanol. Sementara John Wiely dan Soon dalam bukunya Introdution to

Organic Chemistry menjelaskan bahwa:


“ Alkohol adalah senyawa organik yang memiliki gugus

hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon yang ia sendiri

terikat pada atom hidrogen dan atau atom karbon lain. Dengan

mensubstansikan –OH ke H dari CH4, maka didapat CH3OH

yang dikenal dengan metanol. Rumus fungsional dari alkohol

adalah OH dengan formula umum untuk alkohol ROH, dimana

R adalah alkil atau substitusi kelompok alkil”.22

Ensiklopedia Hukum Islam menjelaskan alkohol (Ar.: al-kuhl

atau al-kuhul = sesuatu yang mudah menguap, sari pati, atau intisari).

Alkohol diartikan sebagai cairan tidak berwarna yang mudah menguap

dan mudah terbakar. Umumnya dipakai di industri dan pengobatan,

serta merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan

minuman keras. Alkohol dibuat melalui fermentasi berbagai zat yang

mengandung hidrat arang (seperti melase, gula tebu, dan sari buah).23
Pengertian alkohol sangat luas, Gliserin sebagai dasar obat

peledak Nitrogliserin juga termasuk alkohol. Spiritus bakar juga

alkohol, tetapi ia sudah dicampur dengan racun yang disebut metanol

supaya jangan diminum orang; ternyata metanol itu sendiri juga

alkohol.24 Alkohol dianggap sebagai molekul organik yang analog

dengan air. Kedua ikatan C-O dan H-O bersifat polar karena

elektronegatifitas terhadap oksigen. Sifat ikatan O-H yang sangat polar

menghasilkan ikatan hidrogen dengan alkohol lain atau dengan sistem

ikatan hidrogen yang lain, misal alkohol dengan air dan dengan

amina.25 Jadi, alkohol mempunyai titik didih yang cukup tinggi

disebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul.


G. Hukum Alkohol
Hukum alkohol yang dimaksud disini adalah hukum ketika alkohol
bercampur dengan minuman. Berdasarkan fatwa MUI hokum
minuman beralkohol adalah haram,meminum minuman beralkohol
sedikit atau banyak hukumnya haram. Demikian dengan kegiatan
memproduksi, mengedarkan, memperdagangkan, membeli, dan
menikmati hasil atau keuntungan dari perdagangan minuman
beralkohol terdapat dalam surah Al-Maidah:90, HR. Ahmad dan
Thabrani dari Ibnu ‘Umar, HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar
Islam dengan tegas dan jelas telah mengharamkan khamr dan judi

bagi seluruh kaum Muslim berdasarkan nash al-Qur‟an dan Hadis. Khamr

diharamkan karena dapat menghilangkan akal sehat, dan menyebabkan

manusia keluar dari kesadaranya yang benar.29 Bahkan lebih dari pada itu

khamr adalah sumber maksiat dan pangkal dari tindak kejahatan lainya.
Orang yang sudah terbiasa minum khamr akan selalu melakukan hal

tersebut, dia tidak akan segan mencuri, merampok, dan melakukan tindak

kejahatan lainya untuk melampiaskan ketergantunganya.30

Pada awalnya khamr merupakan minuman yang memabukan

terbuat dari perasan anggur. Tetapi selanjutnya mencakup semua jenis

minuman yang diproduksi untuk memabukan. Oleh karena itu, semua jenis

minuman memabukan yang terbuat dari benda apapun, baik benda itu najis

atau suci termasuk kategori khamr.31 Seperti sabda Nabi Muhamad Saw

sebagai berikut:
‫وكل مخر مسكر‬

‫مسكرحرام قالكل وسلّم عليو هلال صلئ هلال رسول نّ ا عمر ابن عن‬

Artinya: Dari Ibnu Umar R.A. bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: “
setiap benda yang memabukan itu adalah khmar dan setiap benda yang
memabukan itu haram”(HR. Muslim)

hal yang menunjukan keharaman khamr.

Pertama, khamr dirangkai seiring dengan judi, berkorban untuk

berhala, mengadu nasib dengan panah adalah mengisyaratkan bahwa

khamr sama dengan yang mengiringi dalam haramnya. Kedua, Khmar

dinamai dengan ‫ رجسن‬yang artinya ‫م‬

ّّ

‫ احملر‬yang dilarang (diharamkan).

Ketiga, khamr termasuk perbuatan syaitan. Keempat, manusia disuruh

menjauhinya. Kelima, kebahgiaan akan tercapai manakala menjauhi

khmar. Keenam, khmar merupakan kehendak syaitan yng menimbulkan

permusuhan. Ketuju, kehendak syaitan untuk menimbulkan kebencian.

Kedelapan, menghalangi dari mengingat Allah. Kesembilan, menghalangi

menjalankan sholat. Kesepuluh, bentuk laranganya fashih dengan bentuk

istifham dengan kata-kata ‫ فهل انتم منتهون‬yang sekaligus mengisyaratkan

sebuah ancaman.43

Adapun hadist yang menjadi landasan bahwa khamr itu haram antara

lain sebagai berikut:

ّّ ّّ ‫قال وسلم عليو لل‬: ‫كثريه اسكر ما‬

ّّ ّّ ‫ا صلى لل‬

ّّ ّّ ‫ا رسول نّ ا عنو لل‬

‫فقليلو ا رضي عمر ابن جابر وعن‬

44 ‫(حبان ابن وصححو واالربعو امحد احرجو) حرام‬


Artinya: Dari Jabir ra. Mengatakan Rasulullah Saw bersabda: minuman

yang memabukan jika diminum agak banyak, maka sedikitnya

juga haram. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam

Nasa‟i, Ibnu Majah dan disahkan oleh Ibnu Hibban)


.
H. Kriteria Alkohol
Dalam makanan dan minuman kriteria alcohol sebagai berikut:
4. Jika makanan atau buah-buahan mengandung alcohol alami, maka
hukumnya boleh diminum. Seperti dalam buah duren, jeruk,
nangka dan sebagainya. Akan tetapi jika difermentasikan dengan
membiarkan sehingga alkoholnya meningkat dan memabukkan,
maka hukumnya haram.
5. Makanan yang mengandung alcohol tinggi (khamar). Maka hal ini
jelas kedudukan hukumnya haram, karena termasuk dalam
kategori khamar. Seperti roti yang dibuat dari adonan yang
dicampur dengan rhum dengan kandungan alcohol 30%.
Contohnya dikue-kue ultah impor semisal Butter Rhum Cake
6. Alkohol yang termasuk dalam kategori khamar jika digunakan
sebagai campuran berbagai macam aneka makanan olahan, maka
hukumnya haram.
Alkohol mempunyai beberapa jenis kreteria yaitu pertama, alcohol

absolut yang hampir murni kadar dihitung sebagai C2H5OH sebesar

99,8% dan air 02,%, kedua, etanol (ethyl alcohol) adalah alkohol kadar

95-96,8%, ketiga, metanol (metyl alcohol) adalah alkohol yang

mempunyai struktur paling sederhana, keempat, isopanol (isoprophyl

alcohol).

27 Diantara jenis-jenis minuman keras yang mengandung

alkohol adalah sebagai berikut:

a). Minuman keras golongan A, kadar etanol dari 1-15%


b). Minuman keras golongan B, kadar ethanol dari 5-20%

c). Minuman keras golongan C, kadar ethanol lebih dari 20-55%.

I. Efek yang ditimbukan alcohol


Adapun efek-efek yang ditumbulkan alcohol diantaranya:
5. Hilangnya kendali diri atau memabukkan apabila dikonsumsi
secara berlebih
6. Berefek kepada kesehatan dan timbulnya berbagai penyakit seperti
sirosis hati, kanker,hepatitis, stroke, serangan jantung dan
sebagainya.
7. Terjadi tindak kejahatan social
8. Kematian
J. Alkohol dalam Obat-obatan
Hukum Menggunakan Obat-Obatan Yang Tercampur Dengan Alkohol.

Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika mengandung


hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan yang
mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak
memabukkan, maka hukumnya boleh. Adapun dasar dari penetapan hukum ini
adalah sebagai berikut :

Pertama : Bahwa yang menjadi illah (alasan) pengharaman khomr adalah


karena memabukkan. Jika alasan ini hilang, maka pengharamannya pun hilang.
Ini sesuai dengan kaedah ushul fiqh :

‫وعدما وجودا علته مع يدور الحكم‬

“ Suatu hukum itu akan mengikuti keberadaan illah ( alasannya, kalau illahnya
ada, maka hukum itu ada, jika illah tidak ada maka hukumnyapun tidak ada “

Kedua : Alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu dengan materi
lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata . Para ulama menyebutnya
dengan istilah istihlak, yaitu bercampurnya benda najis atau haram dengan benda
lainnya yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang najis tersebut.

Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
bersabda :
‫ث َيحْ ِم ِل لَ ْم قلَّتَي ِْن ْال َماء َبلَ َغ ِإذَا‬
َ ‫ْال َخ َب‬

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran
(najis).” ( Hadist Shahih Riwayat Daruquthni, Darimi, Hakim,dan Baihaqi )
Keterangannya sebagai berikut :
jika ada setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat banyak, maka air
itu tetap suci dan mensucikan selama tidak ada pengaruh dari kencing tersebut.

Ketiga : Dalam suatu hadist disebutkan bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi


wassalam bersabda :

‫َح َرام فَقَ ِليله َك ِثيره أَ ْسك ََر َما‬

“Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya


dinilai haram.” ( Hadits Shahih Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah )

Maksud dari hadits tersebut adalah apabila sesuatu yang jika diminum dalam
jumlah yang banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut diharamkan
walaupun dikomsumsi dalam jumlah yang sedikit. Seperti khomr jika diminum
dalam jumlah yang banyak akan memabukkan, maka setetes khomr murni ( tanpa
campuran ) diharamkan untuk diminum, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak
memabukkan.
Lain halnya dengan air dalam suatu bejana dan diberi setetes khomr yang
tidak mempengaruhi air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun sifat, dan dia
tidak memabukkan, maka minum air yang ada campuran setetes khomr itu
dibolehkan.
Adapun perbedaan antara keduanya : setetes khomr yang pertama haram
karena murni khomr, dan seseorang jika mengkomsumsi setetes khomr tersebut
dikatakan dia minum khomr. Adapun setetes khomr kedua tidak haram, karena
sudah dicampur dengan zat lain yang suci dan halal, serta tidak mempengaruhi zat
itu, maka halal. Dan seseorang jika meminum air dalam bejana yang ada
campuran setetes khomr, akan dikatakan dia meminum air dari bejana dan tidak
dikatakan dia minum khomr dari bejana. Hukum ini berlaku bagi obat yang ada
campuran dengan alkohol.

Keempat : Bahwa alkohol tidaklah identik dengan khomr. Tidak setiap khomr itu
alkohol, karena disana ada zat-zat lain yang memabukkan selain alkohol. Begitu
juga sebaliknya tidaklah setiap alkohol itu khamr. Menurut sebagian kalangan
bahwa jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah jenis etil alkohol atau etanol.
Begitu juga khomr yang diharamkan pada zaman nabi Muhammad saw bukanlah
alkohol tapi dari jenis lain.

Kelima : Menurut sebagian ulama bahwa khomr tidaklah najis secara lahir, tetapi
najis secara maknawi, artinya bukanlah termasuk benda najis, seperti benda-benda
lainnya secara umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk pengobatan luar.

Keenam : Suatu minuman atau makanan dikatakan memabukkan jika memenuhi


dua kriteria :
Kriteria Pertama: Minuman atau makanan tersebut menghilangkan atau menutupi
akal.

Kriteria Kedua: Yang meminum atau yang memakannya merasakan nikmat ketika
m
Kriteria Pertama: Minuman atau makanan tersebut menghilangkan atau menutupi
akal.

Kriteria Kedua: Yang meminum atau yang memakannya merasakan nikmat ketika
mengkomsumsi makanan atau minuman tersebut , bahkan sangat menikmatinya
serta merasakan senang dan gembira yang tiada taranya. Banyak orang sering
menyebutnya “ fly “, seakan-akan dia sedang terbang jauh diangkasa luar,
makanya kegembiraan akibat mabuk ini tidak terkontrol. Dan sering kita dapatkan
orang yang mabuk, tidak karuan ketika berbicara, dan dia sendiri tidak menyadari
apa yang dia katakan. Hal ini bisa kita saksikan di dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu orang yang sangat gembira, kadang hilang kontrolnya, sehingga berbicara
dengan hal-hal yang mungkin kalau dia sadar tentu tidak akan mengatakannya.

Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah


menikmatinya dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian
juga obat bius ini menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khomr yang
memabukkan tidaklah menjadikannya pingsan tapi justru dia menikmatinya,
sehingga menjadikannya terus menerus ketagihan terhadap minuman tersebut.
Syekh Utsaimin, Syarhu Bulughul Maram, Kairo, Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm :
300 )
Fenomena ini pernah dijelaskan oleh Rasulullah shallahu ‘alahi wassalam
ketika menceritakan seseorang yang karena terlalu senangnya ketika dia
menemukan kembali kuda dan seluruh bekalnya sehingga dia mengucapkan
secara salah :

‫اللهم أنت عبدي وأنا ربك‬

“ Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu “ ( HR Bukhari


dan Muslim )

K. Kehalalan Alkohol dalam Obat

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menjelaskan, “Adapun beberapa


obat yang menggunakan campuran alkohol, maka itu tidaklah haram selama
campuran tersebut sedikit dan tidak nampak memberikan pengaruh.”[4]

Obat yang mengandung alkohol ini dibolehkan karena adanya istihlak.


Yang dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis
dengan benda lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa,
warna dan baunya.

Apakah benda najis yang terkalahkan oleh benda suci tersebut menjadi
suci? Pendapat yang benar adalah bisa menjadi suci, Alasannya adalah dua dalil
berikut.

Hadits pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫طهور ْال َماء‬


َ ‫ش ْيء ينَ ِ ّجسه َل‬
َ

“Air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.”

Hadits kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ث يَحْ ِم ِل لَ ْم قلَّتَي ِْن ْال َماء بَلَ َغ ِإذَا‬


َ َ‫ْال َخب‬

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran
(najis).”

Dua hadits di atas menjelaskan bahwa apabila benda yang najis atau haram
bercampur dengan air suci yang banyak, sehingga najis tersebut lebur tak
menyisakan warna atau baunya, maka dia menjadi suci.

Jadi suatu saat air yang najis, bisa berubah menjadi suci jika bercampur
dengan air suci yang banyak. Tidak mungkin air yang najis selamanya berada
dalam keadaan najis tanpa perubahan. Tepatlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, “Siapa saja yang mau merenungkan dalil-dalil yang telah disepakati
dan memahami rahasia hukum syari’at, niscaya

akan jelas baginya bahwa pendapat inilah yang lebih tepat. Sangat tidak
mungkin ada air atau benda cair yang tidak mungkin mengalami perubahan
menjadi suci (tetap najis). Ini sungguh bertentangan dengan dalil dan akal sehat.”

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin juga mengatakan, “Begitu


pula khomr apabila dia bercampur dengan zat lain yang halal dan tidak
memberikan pengaruh apa-apa, maka campuran yang ada akan tetap halal.”[9]

Di samping itu pula selain karena alasan istihlak sebagaimana dijelaskan


di atas, obat yang mengandung alkohol diperbolehkan karena illah (sebab) seperti
yang ada pada khomr tidak ada lagi, yaitu memabukkan. Padahal hukum berputar
sesuai dengan ada tidaknya illah (sebab).

Sebagian orang mungkin ada yang salah memahami hadits berikut.

‫َح َرام فَقَ ِليله َك ِثيره أَ ْسك ََر َما‬


“Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya
dinilai haram.”[10] Sehingga dari sini ada sebagian yang mengatakan bahwa
dalam obat ini terdapat alkohol sekian persen, maka itu terlarang dikonsumsi.

Kami katakan bahwa pernyataan seperti ini muncul, di antaranya karena


kurang memahami hadits di atas. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan, “Mereka
menyangka bahwa makna hadits tersebut adalah jika sedikit khomr tercampur
dengan minuman selain khomr, maka minuman tersebut menjadi haram. Ini
bukanlah makna dari hadits di atas. Namun makna hadits yang sebenarnya adalah
jika sesuatu diminum dalam jumlah banyak sudah memabukkan, maka kalau
diminum dalam jumlah sedikit tetap dinilai haram.” Sedangkan yang ada pada
obat-obatan tidaklah demikian.
BAB III

PENUTUP

6.1 Simpulan

6. Secara umum, alcohol jika digunakan secara berlebihan bisa


menimbulkan beberapa efek yang bisa mengganggu kesehatan.
7. Menurut arti pandangan islam alcohol adalah sejenis minuman
yang diharamkan untuk dikonsumsi karena di pandang bisa
membahayakan banyak orang ataupun nyawa seseorang yang
mengkonsumsinya terlalu banyak
8. Alkohol dalam pembuatan sediaan obat dipandang tidak
diharamkan karena dilihat dari kadar alcohol yang dicampurkan
terhadap pelarut.
9. Obat yang mengandung alkohol dibolehkan karena adanya istihlak.
Yang dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda haram
atau najis dengan benda lainnya yang suci dan halal yang
jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan
keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa, warna dan
baunya.
10. Penghalalan alcohol dalam suatu obat dijelaskan dari makna hadist
rasulullah SAW : “Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak
mungkin dipengaruhi kotoran (najis).” ( Hadist Shahih Riwayat
Daruquthni, Darimi, Hakim,dan Baihaqi )
Keterangannya sebagai berikut :
jika ada setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat
banyak, maka air itu tetap suci dan mensucikan selama tidak ada
pengaruh dari kencing tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D.1997.Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan


Jiwa.Yogyakarta:Dana
Bhakti Prima Yasa.
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik.Jilid 1.Jakarta:Erlangga.
Rifa’I, MOH.1991.Al-Qur’an dan Terjemahannya.Semarang:CV.Wicaksana.
Su’dan, R, H.1997.Al-Qur’an dan Panduan Kesehatan
Masyarakat.Yogyakarta:Dana Bhakti
Prima Yasa.
Nurwijaya, Hartati dan Ikawati, Zullies.2009.Pandangan Syari’at terhadap hukum
khamar.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Nurwijaya, Hartati dan Ikawati, Zullies.2009.Minuman Beralkohol dalam
Pandangan Islam.Jakarta:PT Elex Media Komputindo.
MAKALAH
ALKOHOL
KELOMPOK 3 (PRO)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam


disusun oleh

Aisyah Istika Nurul Alam A 171 058


Eyya Sumirah A 171 074
Jeanice Fitria Ginandi A 171 081
M. Angga Pramudya A 171 086
Sherly Marlianti A 171 097
Widya Astriani Nur Sya’ban A 171 108

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Agama Islam yang berjudul “ALKOHOL”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol sering disebut etanol karena memang etanol yang digunakan

sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol

lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi.

Sedangkan dalam Islam alkohol itu adalah haram hukumnya. Islam melarang

umatnya untuk mengkonsumsi atau menggunakan alkohol. Di Indonesia banyak

produk yang menggunakan alkohol dan tidak disadari oleh masyarakat terutama

kaum muslimin.

Penggunaan obat-obatan yang mengandung alkohol masih banyak

diperbincangkan oleh masyarakat tentang status kehalalannya. Hal ini dipicu oleh

anggapan sebagian kalangan yang menyamakan antara alkohol dengan khamr,

padahal dalam kenyataannya ada beberapa perbedaan antara keduanya. Yang

jelas, alkohol bukanlah satu-satunya zat yang memabukkan, karena ada zat lain

yang juga bisa memabukkan.

Pengobatan dengan menggunakan alkohol ini banyak dilakukan

umpamanya untuk antiseptik. Bahkan alkohol merupakan jenis antiseptik yang

cukup berpotensi. Cara kerjanya adalah menggumpalkan protein, struktur penting

sel yang ada pada kuman, sehingga kuman mati. Begitu juga Povidon Iodin (

Betadine ) yang kadang dicampur dengan solusi alkohol, biasanya digunakan

untuk pembersih kulit sebelum tindakan operasi. Selain itu, alkohol sering
digunakan juga sebagai obat kompres penurun panas atau untuk campuran obat

batuk.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Alkohol

Alkohol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apapun yang

memiliki gugus fungsional yang disebut gugus hidroksil (‐OH) yang terikat pada

atom karbon. Rumus umum senyawa alkohol tersebut adalah R‐OH atau Ar‐OH

di mana R adalah gugus alkil dan Ar adalah gugus aril.

2.2 Menggunakan Obat yang Tercampur Dengan Alkohol

Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika

mengandung hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan

yang mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak

memabukkan, maka hukumnya boleh. Adapun dasar dari penetapan hukum ini

adalah sebagai berikut:

 Pertama, bahwa yang menjadi 'illah (alasan) pengharaman khamr adalah

karena memabukkan. Jika faktor ini hilang, haramnya pun hilang. Ini

sesuai dengan kaidah Ushul fiqih,

‫اَ ْلح ْكم يَد ْور َم َع ِعلَّتِ ِه وج ْودًا َو َعد َ ًما‬

"Hukum itu mengikuti keberadaan 'illah (alasannya). Jika ada 'illahnya, hukum itu

ada. Jika 'illah tidak ada maka hukumnya pun tidak ada."
 Kedua, unsur alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu

dengan materi lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata.

Para ulama menyebutnya dengan istilah Istihlak, yaitu bercampurnya

benda najis atau haram dengan benda lainnya yang suci atau halal yang

jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan

keharaman benda yang najis tersebut.

Hal ini berdasarkan hadits Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bahwa beliau

bersabda,

َ َ‫إذَا َكانَ ْال َماء قلَّتَي ِْن لَ ْم يَحْ ِم ْل ْال َخب‬


‫ث‬

"Jika air telah mencapai dua kullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran

(najis)." (HR. Daruquthni, Darimi, Hakim dan Baihaqi)

Hal ini sama dengan setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat

banyak, air itu tetap suci dan menyucikan selama tidak ada pengaruh dari air

kencing tersebut.

 Ketiga, dalam suatu hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu

'Alaihi Wasallam bersabda,

‫َما أ َ ْسك ََر َك ِثيره فَقَ ِليله َح َرام‬

"Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikit darinya

dinilai haram." (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Maksud dari hadits tersebut adalah apabila sesuatu yang jika diminum dalam

jumlah banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut haram walaupun

dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Seperti khamr jika diminum dalam jumlah yang

banyak akan memabukkan, maka setetes khamr murni (tanpa campuran)

diharamkan untuk diminum, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak memabukkan.

Lain halnya dengan air dalam satu bejana dan diberi setetes khamr yang

tidak mempengaruhi air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun sifat, dan dia

tidak memabukkan, maka minum air yang ada campuran setetes khamr itu

dibolehkan.

Adapun perbedaan antara keduanya: Setetes khamr yang pertama haram

karena murni khamr; dan seseorang jika mengonsumsi setetes khamr tersebut

dikatakan dia minum khamr. Adapun setetes khamr kedua adalah tidak haram,

karena sudah dicampur dengan zat lain yang suci dan halal. Dan seseorang jika

meminum air dalam bejana yang ada campuran setetes khamr, akan dikatakan dia

meminum air dari bejana dan tidak dikatakan dia minum khamr dari bejana.

Hukum ini berlaku bagi obat yang ada campuran dengan alkohol.

 Keempat, bahwa alkohol tidaklah identik dengan khamr. Tidak setiap

khamr itu alkohol, karena ada zat-zat lain yang memabukkan selain

alkohol. Begitu juga sebaliknya, tidak setiap alkohol itu khamr. Menurut

sebagian kalangan bahwa jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah

jenis etil atau etanol. Begitu juga khamr yang diharamkan pada zaman

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallan bukanlah alkohol, tapi jenis lain.


 Kelima, menurut sebagian ulama bahwa khamr tidaklah najis secara lahir,

tapi najis secara maknawi. Artinya, bukanlah termasuk benda najis seperti

benda-benda lainnya secara umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk

pengobatan luar.

 Keenam, suatu minuman atau makanan dikatakan memabukkan jika

memenuhi dua kriteria: Pertama, minuman atau makanan tersebut

menghilangkan atau menutupi akal.

Kedua, yang meminum atau memakannya merasakan 'nikmat' ketika

mengonsumsi makanan atau minuman tersebut, bahkan menikmatinya serta

merasakan senang dan gembira yang tiada taranya. Banyak orang sering

menyebutnya dengan "fly", seakan-akan dia sedang terbang jauh di angkasa luar,

makanya kegembiraan akibat mabuk ini tidak terkontrol. Dan sering kita dapatkan

orang yang mabuk tidak karuan ketika berbicara, dan dia sendiri tidak menyadari

yang dia katakan. Hal dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu

orang yang sangat gembira, kadang hilang kontrolnya, sehingga berbicara dengan

hal-hal yang mungkin kalau dia sadar tentu tidak akan mengatakannya.

Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah

menikmatinya dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian

juga obat bius ini menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khamr yang

memabukkan tidaklah menjadi kannya pingsan tapi justru dia menikmatinya,

sehingga menjadikannya terus menerus ketagihan terhadap minuman tersebut.

(Syaikh Utsaimin, Syarh Bulughul maram, Kairo, Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm:

300)
Fenomena ini pernah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi

Wasallam ketika menceritakan seseorang yang karena terlalu senangnya ketika dia

menemukan kembali kuda dan seluruh bekalnya sehingga dia mengucpakan

secara salah;

َ‫للَّه َّم أ َ ْنتَ َع ْبدِي َوأَنَا َربُّك‬

"Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu." (HR. Al-Bukhari

dan Muslim)

2.3 Pendapat Ulama yang Membolehkan Penggunaan Alkohol untuk Obat

Alkohol terdapat di banyak bahan makanan dan minuman dengan kadar

yang berbeda-beda. Alkohol itu bukanlah zat yang kotor, karena ia dipergunakan

untuk bahan pembersih. Dan seringnya alkohol dipakai untuk kepentingan medis,

kebersihan dan lainnya menjadikan pendapat yang menajiskan alkohol sebagai

sesuatu yang berat, dan itu bertentangan dengan nash Alquran.

Salah satu permasalahan dalam pengobatan, kosmetik maupun makanan

adalah status alkohol. Alkohol merupakan senyawa yang ditetapkan sebagai

cairan yang diharamkan. Lalu bagaimana jika dijadikan obat, sebagai alat

kosmetik, atau makanan.

Alhamdulillah, para ulama besar abad ini telah berbicara tentang

permasalahan alkohol, maka di sini kita nukilkan fatwa-fatwa mereka. Terdapat

perbedaan ijtihad di antara mereka dalam memandang permasalahan ini.


Dari segi kimia, Achmad Mursyidi, Dalam seminar “Titik Kritis Kehalalan

Bahan Farmasi dalam Obat, Kosmetik, dan Makanan" Menjelaskan:

Adanya perbedaan makna alkohol dalam dunia farmasi dan bagi masyarakat

awam. Di dalam dunia farmasi, alkohol merupakan senyawa yang mengandung

gugus OH. Sementara menurut masyarakat awam, yang dimaksud dengan alkohol

adalah khamar atau minuman yang memabukkan.

Alkohol dalam dunia farmasi sering digunakan sebagai pelarut pada

berbagai produk. bahwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah memutuskan batas

maksimal alkohol dalam suatu produk adalah satu persen.

Sementara itu, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan Asy-Syaikh Al-Albani

berpendapat bahwa pada permasalahan ini ada rincian, sebagaimana yang akan di

simak dengan jelas dari fatwa keduanya. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Asy-

Syarhul Mumti’ cetakan Darul Atsar, berkata:

“Bagaimana menurut kalian tentang sebagian obat-obatan yang ada pada masa ini

yang mengandung alkohol, terkadang digunakan pada kondisi darurat? Kami

nyatakan: Menurut kami, obat-obatan ini tidak memabukkan seperti mabuk yang

diakibatkan oleh khamr, melainkan hanya berefek mengurangi kesadaran

penderita dan mengurangi rasa sakitnya. Jadi ini mirip dengan obat bius yang

berefek menghilangkan rasa sakit (sehingga penderita tidak merasakan sakit sama

sekali) tanpa disertai rasa nikmat dan terbuai.

Telah diketahui bahwa hukum yang bergantung pada suatu ‘illat,

jika ‘illat tersebut tidak ada maka hukumnya pun tidak ada. selama ‘illat suatu

perkara dihukumi khamr adalah “memabukkan”, sedangkan obat-obatan ini tidak


memabukkan, berarti tidak termasuk kategori khamr yang haram. Wajib untuk

mengetahui perbedaan antara pernyataan: “Sesuatu yang banyaknya memabukkan

maka sedikitnya pun haram” dengan pernyataan: “Sesuatu yang memabukkan dan

dicampur dengan bahan yang lain maka haram.” Karena pernyataan yang pertama

artinya minuman itu sendiri (adalah merupakan khamr), apabila minum banyak

tentu anda mabuk, dan apabila anda minum sedikit maka anda tidak mabuk,

namun Rasulullah mengatakan “Sedikitnya pun haram.” (Kenapa demikian

padahal yang sedikit tersebut tidak memabukkan) Karena itu merupakan dzari’ah

(artinya bahwa yang sedikit itu merupakan wasilah/ perantara yang akan menyeret

pelakunya sampai akhirnya dia minum banyak, sehingga diharamkan).

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menjelaskan:

“Adapun beberapa obat yang menggunakan campuran alkohol, maka itu tidaklah

haram selama campuran tersebut sedikit dan tidak nampak memberikan

pengaruh”.

Obat yang mengandung alkohol ini dibolehkan karena adanya istihlak.

Yang dimaksud dengan istihlakadalah bercampurnya benda haram atau najis

dengan benda lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga

menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa,

warna dan baunya.

Alasannya adalah dua dalil berikut: Hadis pertama, Rasulullah saw

bersabda:

ُ ‫ور ََل يُن َِج‬


َ ُ ‫سه‬
)‫ (رواه احمد‬.‫ش ْي ٌء‬ َ ‫ا َِّن اْل َما َء‬
ٌ ‫ط ُه‬

Artinya: “Asal air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.” (HR. Ahmad)
Hadis kedua, Rasulullah saw bersabda:

َ ‫ِإذَا َبلَ َغ ا ْل َما ُء قُلَّتَي ِْن لَ ْم َيحْ ِم ِل ْال َخ َب‬


)‫ (رواه ابن خزيمة والحاكم‬.‫ث‬

Artinya: ”Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi

kotoran (najis)”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Hakim)

Dua hadis di atas menjelaskan bahwa apabila benda yang najis atau haram

bercampur dengan air suci yang banyak, sehingga najis tersebut lebur tak

menyisakan warna atau baunya, maka dia menjadi suci. Jadi suatu saat air yang

najis, bisa berubah menjadi suci jika bercampur dengan air suci yang banyak.

Tidak mungkin air yang najis selamanya berada dalam keadaan najis tanpa

perubahan.

Tepatlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

“Siapa saja yang mau merenungkan dalil-dalil yang telah disepakati dan

memahami rahasia hukum syari’at, niscaya akan jelas baginya bahwa pendapat

inilah yang lebih tepat. Sangat tidak mungkin ada air atau benda cair yang tidak

mungkin mengalami perubahan menjadi suci (tetap najis). Ini sungguh

bertentangan dengan dalil dan akal sehat.”

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin juga mengatakan:

“Begitu pula khomr apabila dia bercampur dengan zat lain yang halal dan tidak

memberikan pengaruh apa-apa, maka campuran yang ada akan tetap halal”.

Di samping itu pula selain karena alasan istihlak sebagaimana dijelaskan

di atas, obat yang mengandung alkohol diperbolehkan karena illat (sebab) seperti

yang ada pada khamr tidak ada lagi, unsur memabukkan. Padahal hukum berputar

sesuai dengan ada tidaknya illat (sebab). Hal ini telah disebutkan dalam kaidah

ushul fiqh.
‫ا َ ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِعلَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما‬

Artinya: “Hukum itu mengikuti keberadaan ‘illah (alasannya). Jika ada

‘illahnya, hukum itu ada. Jika ‘illah tidak ada maka hukumnya pun tidak ada.”

Jika khamar itu najis maka pasti Nabi memerintahkan membersihkan

peralatan atau gelas untuk meminum khamar itu sebagaimana beliau

memerintahkan untuk membersihkan peralatan itu ketika mengharamkan al-

humur al-ahliyyah. Berdasarkan pendapat ini, boleh menggunakan alkohol untuk

campuran parfum, minyak wangi, membersihkan ( sterilisasi ), obat luar, dan

sebagainya karena ia bukan benda najis.

KH Ali Yafie menjawab pertanyaan:

Khamr berbeda dengan alkohol. Keduanya tidak bisa disamakan. Karena

itu, sesuatu yang dipermentasikan sehingga mengandung alkohol di dalamnya

tidak lantas dikategorikan sebagai khamr. Selagi hasil permentasi tersebut belum

menjadi khamr, makanan tersebut tetap boleh dimakan ( tape misalnya ). Sebab

sesuatu yang mengandung alkohol belum tentu termasuk dalam kategori khamr.

Alkohol yang digunakan untuk keperluan medis tidak masalah asalkan

proporsional dan dilakukan oleh ahlinya. Sebagian besar ulama tidak

memasukkan alkohol sebagai barang najis karena bukan khamr. Jadi boleh saja

untuk keperluan medis, begitu pula parfum yang mengandung campuran alkohol.

Kemudian menurut Ahmad Zain An Najah, mengungkapkan bahwa:

Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika

mengandung hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan

yang mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak

memabukkan, maka hukumnya boleh.


Adapun dasar dari penetapan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Bahwa yang menjadi ‘illat (alasan) pengharaman khamr adalah karena

memabukkan. Jika faktor ini hilang, haramnya pun hilang.

2. Unsur alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu dengan materi

lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata. Para ulama

menyebutnya dengan istilah Istihlak, yaitu bercampurnya benda najis atau

haram dengan benda lainnya yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak

sehingga menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang najis tersebut.

Hal ini berdasarkan hadis Rasullullah saw bahwa beliau bersabda:

َ ‫إذَا َكانَ ْال َما ُء قُلَّتَي ِْن لَ ْم َيحْ ِم ْل ْال َخ َب‬


)‫ (رواه ابن خزيمة والحاكم‬.‫ث‬

Artinya: “Jika air telah mencapai dua kullah, maka tidak mungkin dipengaruhi

kotoran (najis)”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Hakim)

Hal ini sama dengan setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat

banyak, air itu tetap suci dan menyucikan selama tidak ada pengaruh dari air

kencing tersebut. Begitu juga khamar jika sudah bercampur dengan zat-zat lain

yang suci dan halal, maka alkohol itu menjadi halal, selanjutnya meminum air

dalam bejana yang ada campuran setetes khamr, akan dikatakan dia meminum air

dari bejana dan tidak dikatakan dia minum khamr dari bejana. Hukum ini berlaku

bagi obat yang ada campuran dengan alkohol.

3. Bahwa alkohol tidaklah identik dengan khamr. Tidak setiap khamr itu

alkohol, karena ada zat-zat lain yang memabukkan selain alkohol. Begitu juga

sebaliknya, tidak setiap alkohol itu khamr. Menurut sebagian kalangan bahwa

jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah jenis etil atau etanol. Begitu juga
khamr yang diharamkan pada zaman Nabi saw bukanlah alkohol, tapi jenis

lain.

4. Menurut sebagian ulama bahwa khamr tidaklah najis secara lahir, tapi najis

secara maknawi. Artinya, bukanlah termasuk benda najis seperti benda-benda

lainnya secara umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk pengobatan luar.

Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah

menikmatinya dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian

juga obat bius ini menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khamr yang

memabukkan tidaklah menjadikiannya pingsan tapi justru dia menikmatinya,

sehingga menjadikannya terus menerus ketagihan terhadap minuman tersebut.

Selanjutnya Syaikh Muhammad Rosyid Ridho dalam Fatwanya yang

dinukil oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin. Yang mengatakan

bahwa:

“Alkohol adalah zat yang suci dan mensucikan. Alkohol merupakan zat yang

sangat urgen dalam dunia farmasi dan pengobatan dalam kedokteran serta pabrik-

pabrik. Alkohol telah tercampur dalam banyak obat-obatan. Pengharaman

penggunaan alkohol bagi kaum muslimin menghalangi mereka untuk bisa menjadi

pakar dalam banyak bidang ilmu dan teknologi. Hal ini malah akan menyebabkan

orang-orang kafir unggul atas kaum muslimin dalam bidang kimia, farmasi,

kedokteran, pengobatan, dan industri. Pengharaman penggunaan alkohol bisa jadi

merupakan sebab terbesar meninggalnya orang-orang yang sakit dan yang terluka

atau menyebabkan lama sembuh atau semakin parah.


Pendapat yang membolehkan dengan alasan:

a. Karena adanya ‘illah sesuatu di hukumi khamar karena memabukkan.

b. Obat yang mengandung alkohol ini dibolehkan karena adanya istihlak. Yang

dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis

dengan benda lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak

sehingga menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya

najis, baik rasa, warna dan baunya.

c. Hadits nabi Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum

sedikitnya dinilai haram makna hadits yang sebenarnya adalah jika sesuatu

diminum dalam jumlah banyak sudah memabukkan, maka kalau diminum

dalam jumlah sedikit tetap dinilai haram.

d. Alkohol bukan benda yang najis.

e. Alkohol bukan satu-satunya zat yang memabukkan.

f. Jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah jenis etil atau etanol. Begitu juga

khamr yang diharamkan pada zaman Nabi SAW bukanlah alkohol, tapi jenis

lain.

g. Alkohol telah tercampur dalam banyak obat-obatan. Pengharaman

penggunaan alkohol bagi kaum muslimin menghalangi mereka untuk bisa

menjadi pakar dalam banyak bidang ilmu dan teknologi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa alkohol yang

digunakanuntuk obat-obatan jika dipakai untuk obat luar, maka hukumnya boleh

selama halitu membawa manfaat bagi yang berobat, dan menurut pendapat

sebagian ulamabahwa alkohol tidak najis.Adapun jika dipakai untuk obat dalam

dan dikonsumsi (dimakan ataudiminum), maka hukumnya dirinci terlebih dahulu:

Jika obat tersebut dimunumdalam jumlah yang banyak akan memabukkan, maka

hukumnya haram mengonsumsiobat yang mengandung alkohol tersebut. Tetapi

jika tidak memabukkan, makahukumnya boleh.Walau demikian dianjurkan setiap

muslim untuk menghindari obat-obatan yang beralkohol, karena berpengaruh

buruk untuk kesehatan. Wallahu A'lam.

3.2 Saran

Sebagai solusinya, kami sarankan menggunakan obat herbal,

di manadiketahui tidak membutuhkan alkohol dalam pelarutan zat-zat aktif, tetapi

dapatmenggunakan air sebagai bahan pelarut. Obat batuk herbal yang berasal dari

bahan alami ini pada dasarnya tidak berbahaya, dan dari segi kehalalannya sudah

lebih dapat dibuktikan. Inilah solusi yang lebih aman.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol

http://id.wikipedia.org/wiki/Minuman_beralkohol

http://www.hi-techmall.org/soft/blog/salah-kaprah-antara-alkohol-khomr-

minuman-keras

file:///C:/Users/mery/Documents/Hukum%20Mengonsumsi%20Obat%20y

ang %20Mengandung%20Alkohol.htm

file:///C:/Users/mery/Documents/2966-polemik-alkohol-dalam-obat-

obatan.html
MAKALAH
ALKOHOL
KELOMPOK 4 (PRO)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam


disusun oleh

Aldhi Tama A 171 059


Cut Shaula Ega S A 171 068
Falma Althaf Fatihah A 171 075
Nanda Finola A 171 087
Silvia Mutiara Hidayah A 171 098
Wilden Abdul Q.Z A 171 109

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alkohol sering disebut etanol karena memang etanol yangdigunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup
alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia
farmasi.
Sedangkan dalam islam alkohol itu adalah haram hukumnya. Islam
melarang umatnya untuk mengkonsumsi atau menggunakan alkohol.
Di indonesia banyak produk yang menggunakan alkohol dan tidak
disadari oleh masyarakat terutama kaum muslimin. Oleh karena itu di
dalam malakah ini dibahas tentang hukum penggunaan alkohol dalam
islam.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa itu alkohol?
 Bagaimana efek yang terjadi bila kita mengkonsumsi alkohol?
 Bagaimana hukum penggunaan alkohol dalam islam?
 Apa bedanya alkohol dan khamr?
 Bagaimana penggunaan alkohol di Indonesia?
 Bagaimana pandangan ilmu piqih tentang obat beralkohol?
1.3 Tujuan Penulisan
 Untuk menjelaskan bagaimana hukum penggunaan alkohol dalam
islam
 Untuk mengidentifikasi perbedaan antara alkohol dan khamr
 Untuk mengetahui bagaimana penggunaan alkohol di Indonesia
 Untuk mengetahui bagaimana pandangan ilmu piqih tentang obat
beralkohol
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menggunakan Obat yang Tercampur Dengan Alkohol

Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika

mengandung hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan

yang mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak

memabukkan, maka hukumnya boleh. Adapun dasar dari penetapan hukum ini

adalah sebagai berikut:

 Pertama, bahwa yang menjadi 'illah (alasan) pengharaman khamr adalah

karena memabukkan. Jika faktor ini hilang, haramnya pun hilang. Ini

sesuai dengan kaidah Ushul fiqih,

‫اَ ْلح ْكم َيد ْور َم َع ِعلَّتِ ِه وج ْودًا‬

‫عدَ ًما‬
َ ‫َو‬

"Hukum itu mengikuti keberadaan 'illah (alasannya). Jika ada 'illahnya, hukum itu

ada. Jika 'illah tidak ada maka hukumnya pun tidak ada."

 Kedua, unsur alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu

dengan materi lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata.

Para ulama menyebutnya dengan istilah Istihlak, yaitu bercampurnya

benda najis atau haram dengan benda lainnya yang suci atau halal yang

jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan

keharaman benda yang najis tersebut.


Hal ini berdasarkan hadits Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bahwa beliau

bersabda,

َ َ‫إذَا َكانَ ْال َماء قلَّتَي ِْن لَ ْم يَ ْح ِم ْل ْال َخب‬


‫ث‬

"Jika air telah mencapai dua kullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran

(najis)." (HR. Daruquthni, Darimi, Hakim dan Baihaqi)

Hal ini sama dengan setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat

banyak, air itu tetap suci dan menyucikan selama tidak ada pengaruh dari air

kencing tersebut.

 Ketiga, dalam suatu hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu

'Alaihi Wasallam bersabda,

‫َما أَ ْس َك َر َكثِيره فَقَ ِليله‬

‫َح َرام‬

"Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikit darinya

dinilai haram." (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Maksud dari hadits tersebut adalah apabila sesuatu yang jika diminum dalam

jumlah banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut haram walaupun

dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Seperti khamr jika diminum dalam jumlah yang
banyak akan memabukkan, maka setetes khamr murni (tanpa campuran)

diharamkan untuk diminum, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak memabukkan.

Lain halnya dengan air dalam satu bejana dan diberi setetes khamr yang

tidak mempengaruhi air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun sifat, dan dia

tidak memabukkan, maka minum air yang ada campuran setetes khamr itu

dibolehkan.

Adapun perbedaan antara keduanya: Setetes khamr yang pertama haram

karena murni khamr; dan seseorang jika mengonsumsi setetes khamr tersebut

dikatakan dia minum khamr. Adapun setetes khamr kedua adalah tidak haram,

karena sudah dicampur dengan zat lain yang suci dan halal. Dan seseorang jika

meminum air dalam bejana yang ada campuran setetes khamr, akan dikatakan dia

meminum air dari bejana dan tidak dikatakan dia minum khamr dari bejana.

Hukum ini berlaku bagi obat yang ada campuran dengan alkohol.

 Keempat, bahwa alkohol tidaklah identik dengan khamr. Tidak setiap

khamr itu alkohol, karena ada zat-zat lain yang memabukkan selain

alkohol. Begitu juga sebaliknya, tidak setiap alkohol itu khamr. Menurut

sebagian kalangan bahwa jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah

jenis etil atau etanol. Begitu juga khamr yang diharamkan pada zaman

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallan bukanlah alkohol, tapi jenis lain.

 Kelima, menurut sebagian ulama bahwa khamr tidaklah najis secara lahir,

tapi najis secara maknawi. Artinya, bukanlah termasuk benda najis seperti

benda-benda lainnya secara umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk

pengobatan luar.
 Keenam, suatu minuman atau makanan dikatakan memabukkan jika

memenuhi dua kriteria: Pertama, minuman atau makanan tersebut

menghilangkan atau menutupi akal.

Kedua, yang meminum atau memakannya merasakan 'nikmat' ketika

mengonsumsi makanan atau minuman tersebut, bahkan menikmatinya serta

merasakan senang dan gembira yang tiada taranya. Banyak orang sering

menyebutnya dengan "fly", seakan-akan dia sedang terbang jauh di angkasa luar,

makanya kegembiraan akibat mabuk ini tidak terkontrol. Dan sering kita dapatkan

orang yang mabuk tidak karuan ketika berbicara, dan dia sendiri tidak menyadari

yang dia katakan. Hal dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu

orang yang sangat gembira, kadang hilang kontrolnya, sehingga berbicara dengan

hal-hal yang mungkin kalau dia sadar tentu tidak akan mengatakannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum, alcohol jika digunakan secara berlebihan bisa menimbulkan


beberapa efek yang bisa mengganggu kesehatan.

Menurut arti pandangan islam alcohol adalah sejenis minuman yang


diharamkan untuk dikonsumsi karena di pandang bisa membahayakan banyak
orang ataupun nyawa seseorang yang mengkonsumsinya terlalu banyak

Alkohol dalam pembuatan sediaan obat dipandang tidak diharamkan


karena dilihat dari kadar alcohol yang dicampurkan terhadap pelarut.
DAFTAR PUSTAKA

Djariadin Laburunci Buton. (2014) Minuman Keras [Online]. Tersedia:


http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.com/2014/11/makalah-minuman-
keras-khamr.html.[19 November 2014 ]
MAKALAH
ALKOHOL
KELOMPOK 5 (KONTRA)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam


disusun oleh

Annisa Firdaus N. A 171 062


Fitra Diaz P. A 171 076
Neni Mulyati A 171 089
Purri Ardelia N. A 171 094
Windania Barkah A 171 110

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Agama Islam yang berjudul “ALKOHOL”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol sudah lazim dikenal dengan minuman keras atau minuman


yang memabukkan. Minuman ini sudah dikenal dan dikonsumsi sejak
sebelum Alquran diturunkan. Penggunaan alkohol dalam masyarakat
sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada
lingkungan. Kenyataan yang ada, penggunaan alkohol di lingkungan
masyarakat memengaruhi kewajiban sosial itu sendiri, dan berpengaruh
pada diri sendiri yang mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh.

Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sangat memprihatinkan,


banyak orang berpikir bahwa mengonsumsi alkohol dapat menjadi solusi
dari masalah yang dihadapinya. Pada dasarnya seseorang mengawali
mengkonsumsi alkohol karena bujukan teman atau saudara yang berada di
lingkungan sekitarnya dan melihat ketika mendapat masalah yang berada
di lingkungannya menkonsumsi alkohol dapat merasa tenang.

Dalam industri farmasi sendiri, penggunaan alkohol lazim


digunakan dalam pengobatan, dalam obat umumnya alkohol berfungsi
sebagai pelarut dan tidak memberikan efek pengobatan, contohnya obat
batuk dalam sediaan elixir yang menggunakan etanol (alkohol) sebagai
pelarutnya.

Dalam pandangan islam, alkohol (khamr) sendiri merupakan jenis


minuman yang memabukkan dan diharamkan. Aturan larangan
(pengharaman) khamr berlaku untuk seluruh umat islam serta tidak ada
pengecualian untuk individu tertentu, yang dilarang dalam islam adalah
tindakan meminum minuman keras itu sendiri terlepas apakah si peminum
tersebut mabuk atau tidak.
Berdasarkan ulasan di atas, akan dibahas penggunaan alkohol
dalam sediaan obat menurut pandangan islam.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian
Menurut Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, obat adalah bahan
atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979, elixir adalah
sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis
lainnya, zat warna, zat pewangi, dan zat pengawet digunakan sebagai obat
dalam.
Alkohol adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap,
mudah terbakar, dipakai dalam industry dan pengobatan, merupakan unsur
ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan minuman keras. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)

Berdasarkan fatwa MUI :

1. Khamr adalah setiap minuman yang memabukan, baik dari anggur atau
yang lainnya baik dimasak ataupun tidak.
2. Alkohol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apapun
yang memiliki gugus fungsional yang disebut gugus hidroksil (-OH)
yang terikat pada atom karbon. Rumus umum senyawa alkohol
tersebut adalah R-OH atau AR-OH dimana R adalah gugus alkil dan
AR adalah gugus aril.
3. Minuman beralkohol adalah minuman yang emngandung senyawa lain
di antaranya metanol, asetaldehida, dan etilasetat yang dibuat secara
fermentasi dengan rekayasa dari berbagai jenis bahan baku nabati yang
mengandung karbohidrat atau minuman yang mengandung etanol/
metanol yang ditambhakan dengan sengaja.
4. Khamr sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum
adalah najis.
5. Alkohol/etanol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum yang
diambil dari khamr adalah najis. Sedangkan alkohol/etanol yang tidak
berasal dari khamr adalah tidak najis.
6. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk
makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan hukumnya haram.
7. Pemerintah agar melarang beredarnya minuman beralkohol yang
memabukkan di tengah masyarakat dengan tidak memberikan izin
untuk mendirikan pabrik yang memproduksi minuman tersebut, dan
tidak memberikan izin untuk memperdagangkannya serta menindak
secara tegas pihak-pihak yang melanggar aturan tersebut.

2.2 Efek Samping Penggunaan Alkohol


Penggunaan alkohol berlebih akan menimbulkan efek samping
bagi kesehatan tubuh, seperti :
1. Merusak fungsi otak
Dalam hal ini, alkohol seseungguhnya dapat merusak fungsi otak,
karena alcohol memengaruhi sistem saraf dengan menghambat
distribusi sinyal antara tulang belakang dengan otak, dan juga diserap
oleh darah yang pada akhirnya memengaruhi saraf sehingga memicu
mati rasa.
2. Menimbulkan ketergantungan dan rusak mental
Bahaya alkohol dapat memengaruhi sistem saraf untuk mengubah
keadaan, persepsi, dan suasana hati. Pecandu alkohol pada umumnya
bersifat pemarah. Hal tersebut merupakan gangguan kepribadian yang
sulit untuk disembuhkan.
3. Mematikan sel-sel baru dan menimbulkan sirosis dalam hati
Konsumsi alkohol berlebih juga dapat menimbulkan efek
mematikan sel-sel baru yang terbentuk dalam tubuh dan menimbulkan
sirosis hati atau penyakit kuning.
4. Menyebabkan pankreatis akut
Perubahan terjadi pada membran sel, peningkatan fluiditasnya dan
mengubah permiabilitasnya terhadap ion, asam amino, dan senyawa
lain yang mempunyai peran penting dalam proses metabolism sel
melalui mekanisme neurohormonal, sehingga mengubah sekresi
kelenjar eksokrin pancreas dan berpotensi menyebabkan pankreatis
akut.
5. Mengurangi produksi sperma
Pengaruh alkohol juga dapat mengurangi produksi sperma yang
berakibat pada kesuburan pria, karena alkohol memengaruhi sistem
sarafnya.

Berobat bertujuan untuk menghilangkan dan menyembuhkan suatu


penyakit. Jika ternyata obat yang digunakan dapat menimbulkan suatu
penyakit yang lain, maka ini tidak dibenarkan dan harus ditinggalkan.

2.1 Kegunaan Alkohol dalam Obat

Penggunaan alkohol dalam obat umumnya berfungsi sebagai


pelarut dan tidak memberikan efek terapeutik/ pengobatan. Gejala
mengantuk atau tenang setelah meminum obat yang mengandung
alkohol diakibatkan oleh kandungan utama obat tersebut yang
kebanyakan merupakan antihistamin (antialergi) yang bersifat
menekan sistem saraf pusat sehingga menyebabkan rasa kantuk/
tenang. Antihistamin yang sering terkandung dalam obat batuk antara
lain chlorpheniramine maleate (CTM), triprolidine HCl, dan
doxylamine succinate. Selain antihistamin, sirup obat batuk kering
juga mengandung dextromethorphan HCl yang bersifat menekan pusat
rangsang batuk di otak, juga memiliki efek somnolene.

2.4 Penggunaan Alkohol pada Eliksir

Untuk memaknai alkohol dan khamr makanan atau buah-buahan, dan


alkohol yang secara sengaja disintesis dan digunakan untuk memberi efek
“lupa diri/ mabuk”. Ada suatu kaidah dalam pemberian hukum halal dan
haram suatu zat, yaitu :

Jika suatu zat memiliki sifat yang sama maka ia dihukumi sama, dan
jika suatu zat yang bersifat najis bercampur dengan zat yang sifat nya suci
(sucinya lebih banyak maka hukumnya suci). Sebagian ahli fiqih
berpendapat tentang alkohol yang diduga merupakan kandungan utama
khamr yang menyebabkan mabuk, jika ia dibuat/disintesis secara sengaja
untuk diambil efek memabukkannya maka ia dihukumi sama seperti
khamr.

Rasulullah SAW mempertegas:


Hadits Riwayat Ibnumajah 3383

‫ور‬ٍ ‫ظ‬ ُّ ‫َحدَّثَنَا ِإب َْرا ِهي ُم ب ُْن ْال ُم ْنذ ِِر ْال ِحزَ ِام‬
ُ ‫ي َحدَّثَنَا أَبُو يَ ْح َيى زَ َك ِريَّا ب ُْن َم ْن‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع َم َر قَا َل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
ُ ‫َّللاِ ب ِْن‬ َ ‫از ٍم‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي َح‬ َ
ُ ‫سلَّ َم ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم َو َما أ َ ْس َك َر َك ِث‬
‫يرهُ فَقَ ِليلُهُ َح َرا ٌم‬ َ ‫َو‬
“Setiap yg memabukkan adalah haram dan sesuatu yang banyaknya
memabukkan maka sedikitnya pun haram” (HR. Ibnumajah No.3383).

Hadits Riwayat Ibnumajah 3384 dan 3385

‫اض َحدَّثَنِي دَ ُاودُ ب ُْن‬ ٍ َ‫َس ب ُْن ِعي‬ ُ ‫يم َحدَّثَنَا أَن‬ َّ ُ ‫َحدَّثَنَا َع ْبد‬
َ ‫الر ْح َم ِن ب ُْن ِإب َْرا ِه‬
‫صلَّى‬َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َّللاِ أ َ َّن َر‬
َّ ‫ع ْن َجا ِب ِر ب ِْن َع ْب ِد‬َ ‫ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ْال ُم ْن َكد ِِر‬
َ ‫بَ ْك ٍر‬
ُ ِ‫سلَّ َم قَا َل َما أ َ ْس َك َر َكث‬
‫يرهُ فَقَ ِليلُهُ َح َرا ٌم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬
“Sesuatu yg banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun haram” (HR.
Ibnumajah No.3384)

Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda, bahwa


Rasulullah SAW bersabda :

‫إن هللا أنزل الداء وأنزل الدواء وجعل لكل داء دواء فتداووا وال تداووا بحرام‬
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan (sekaligus) penawar
(obat)-nya, maka berobatlah kamu sekalian, dan janganlah kamu berobat
dengan yang haram”.

Keempat Imam mazhab Fiqih yakni Imam Syafi’i, Imam Maliki,


Imam Hanafi, dan Imam Hanbali secara garis besar menyatakan bahwa
alkohol sama dengan khamr sehingga hukumnya adalah haram termasuk
untuk digunakan dalam pengobatan. Pendapat ini, juga berlandaskan pada
hadits Rasulullah SAW :

‫إن إن هللا لم يجعل شفاءكم فيما حرم عليكم‬

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat (untuk) kamu dari sesuatu


yang diharamkan memakannya”. (HR. Imam Bukhari dalam kitab Tafsir
Jalalain).

Dan sebagian mazhab Imam Hanafi memberi keringanan akan


penggunaan alkohol untuk pengobatan dengan syarat yakin bahwa
mengandung obat dan tidak ada obat lain selain itu. Sebagian ulama
mazhab Imam Syafi’i juga menyatakan pengobatan dengan campuran
alkohol harus benar-benar berdasarkan petunjuk oleh dokter muslim yang
ahli, dan penggunaannya tidak sampai memabukkan dan benar-benar
dalam kondisi yang darurat dan terpaksa. Pendapat ini berdasarkan pada
Al-Quran, Hadist, dan fiqih.

● Dalam masalah ini, ada perbedaan pendapat (khilafiyah). Ada pendapat


yang mengharamkan dan ada yang membolehkan dalam keadaan darurat
dan adapula yang memakruhkannya. Di sini dicukupkan pendapat yang
rajih, yakni menyatakan bahwa berobat dengan memanfaatkan benda najis
dan haram hukumnya makruh, bukan haram. Namun pendapat yang rajih
adalah mengharamkan. Dalilnya terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 90 :

‫اب َو ْٱْل َ ْز َٰلَ ُم‬


ُ ‫ص‬َ ‫َٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإنَّ َما ْٱلخ َْم ُر َو ْٱل َم ْيس ُِر َو ْٱْلَن‬
َ‫ٱجت َ ِنبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َ َٰ ‫ش ْي‬
ْ َ‫ط ِن ف‬ َّ ‫ع َم ِل ٱل‬
َ ‫س ِم ْن‬
ٌ ‫ِر ْج‬
“Wahai orang-orang yang beriman ! sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung”

(Q.S Al-Maidah : 90)

Di dalam ayat tersebut ada kata “Fajtanibuuhu” yang artinya “jauhilah


najis itu”. Maka, untuk memanfaatkan benda najis itu haram hukumnya,
sebab Allah memerintahkan kita untuk menjauhi najis itu.

Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa istilah alkohol merujuk


pada zat kimia yang berkhasiat untuk memabukkan pada minuman
beralkohol atau minuman keras belum dikenal di kalangan ulama islam
pada masa dahulu. Sedangkan pada era modern ini, alkohol dalam
perspektif sains, merupakan satu kumpulan zat kimia yang menguap, tidak
berwarna dan berbau, baik itu dalam bentuk cair ataupun padat.

Jika dilihat dari Illat-nya alkohol dan khamr memiliki unsur yang sama,
yaitu menyebabkan pencampurannya tersebut memabukkan. Sebagian
ulama sepakat menganalogikan alkohol sebagai khamr. Menurut Alyasa
Abu Bakar, teori ini didasarkan atas asumsi bahwa ketentuan-ketentuan
hokum yang diturunkan Allah SWT. untuk mengatur perilaku manusia
yang memiliki alasan logis (nilai hukum) dan hikmah yang hendak
dicapai.

Penggunaan alkohol dalam sediaan obat sebagai pelarut dalam obat


batuk tidak boleh melebihi Batasan kadar yang telah ditetapkan oleh fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu kadar alkohol yang tidak boleh
lebih dari 1%, namun dalam temuan lapangan justru ada beberapa jenis
obat batuk beralkohol atau eliksir yang kadar etanol (alkohol) nya
mencapai 6-7% seperti Vicks Formula 44, Woods ekspektoran, Actifed
Plus cough suppressant, actifed plus ekspektorant, dan lain lain. Hal ini
juga menjadi salah satu alasan tidak dianjurkannya pemilihan obat batuk
yang mengandung alkohol seperti elixir, karena kadar alkohol yang
melebihi batasan kadar yang telah ditetapkan oleh fatwa MUI.
Bahkan, sebagian pendapat menurut penduduk Hijaz dan mayoritas
Ahli Hadits, semua jenis minuman yang emmabukkan haram hukumnya
berdasarkan nash yang menjelaskan hal itu. Semua jenis minuman
tersebut, sama tingkat keharamannya, baik sedikit maupun banyak,
sehingga jika dalam suatu makanan dan minuman atau obat terkandung
alkohol, baik sedikit ataupun banyak maka makanan dan minuman atau
obat tersebut tetaplah haram untuk dikonsumsi tanpa meilhat kadar alkohol
yang dikandungnya. Mereka menyandarkan pendapatnya bahwa yang
disebut khamr dalam hal ini unsur utamanya adalah terbuat dari alkohol itu
karena dapat menutupi akal. Mereka juga menyandarkan pendapatnya
pada hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. yang
artinya :

“Setiap minuman yang memabukkan itu khamr, dan setiap (minuman)


yang memabukkan itu haram”. (HR. Muslim)

Al-Qardawi juga mengungkapkan dalam fatwanya bahwa apabila di


masyarakatnya itu masih terdapat Muslim atau Kafir yang masih
mempunyai makanan yang kiranya dapat dipakai untuk mengatasi
keterpaksaannya, maka tidak termasuk syarat darurat hanya karena
seseorang itu tidak mempunyai makanan, bahkan tidak termasuk darurat
yang membolehkan seseorang makan makanan yang haram. Masalah
semacam ini juga berlaku untuk obat-obatan. Bilamana masih ada
alternatif obat yang halal, maka tidak ada alasan darurat untuk
menggunakan obat dengan bahan yang haram.

Pada kasus ini, Apabila sebagian berpendapat tentang bolehnya


berobat dengan barang yang haram dan najis dalam kondisi terdesak/
darurat, maka harus memahami makna kata darurat tersebut. Yang
dimaksud darurat adalah tidak ada alternatif lain dan apabila tidak
digunakan akan mengakibatkan hilangnya nyawa. Pada kasus obat batuk
ini, bukanlah dalam keadaan darurat karena masih banyak alternatif atau
pilihan obat lain selain eliksir yang juga obat batuk sehingga dapat
memilih obat lain yang dalam pembuatannya tidak menggunakan alkohol.
Jadi, kedaruratan tidak relevan lagi digunakan.
Berdasarkan kasus yang terjadi mengenai obat batuk elixir ini, sebagai
seorang muslim yang wara’ (berhati-hati) sebaiknya pilihlah obat dengan
terlebih dahulu mencermati komposisinya, dan hindari produk obat yang
mengandung alkohol (etanol atau etil alkohol), atau pilih obat batuk yang
bukan sirup atau elixir, seperti tablet, effervescent, atau kapsul. Jika
memang bukan dalam keadaan yang sangat darurat dan masih ada
alternatif atau pilihan obat lain, pilihlah obat yang tidak mengandung
alkohol. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi seorang muslim, dengan
tidak mendekati sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT.

Kewaspadaan dapat menghindari produk di bawah ini:


Bisolvon elixir
Vicks Formula 44
Coldrexin
Mucohexin elixir
Mucopect elixir
Woods expectorant
Actifed expectorant, antitusif, dan antialergi sirup
OBH Tropica
OBH combi batuk berdahak
Paratusin sirup
Benadryl expectorant
Inadryl
Caladryl
Eksedryl
Allerin
BAB III

PENUTUP

1) Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
alkohol dalam sedian obat itu hukumnya haram, kecuali dalam keadaan
yang sangat darurat. Dan pada kasus ini, tidaklah dalam keadaan yang
terdesak atau darurat, maka dianjurkan untuk memilih alternatif atau
pilihan obat yang lain selain elixir yang mengandung alkohol. Karena,
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak akan menyebabkan mabuk
dan hilangnya kesadaran diri dan dalam keadaan tidak sadarkan diri
tersebut, dapat membuat kita menjadi jauh dengan Allah.

3.2 Saran

Penjelasan dalam makalah ini tidak mencakup secara keseluruhan


hadist-hadist dan firman yang terkandung dalam Al-quran. Maka
penelitian mengenai alkohol dalam sediaan obat masih perlu untuk
dipelajari lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakkiah.1992. Ilmu Pendidikan Islam. Cetakan III. Jakarta : Bumi


Aksara
Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.2012. melalui https://www.kbbi.web.id/
Ramadani, Sally. 2018. Hukum Penggunaan Alkohol Sebagai Pelarut (Solvent)
dalam Obat Batuk Ditinjau dari Hadis Nabi. Melalui
http://repositori.uin-alaudin.ac.id/. 26 April 2018
Saefudin, AM.1990. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. Mizan :
Bandung
MAKALAH
ALKKOHOL
KELOMPOK 6 (KONTRA)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam


disusun oleh

Anita Defri Yanti. A 171 063


Hadiyat Maulana D. A 171 077
Neni Safitri A 171 090
Sonia Nurhasanah A 171 100
Tiara Gustiari A 171 103

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Agama Islam yang berjudul “ALKOHOL”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan, minuman, obat dan kosmetika merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Bersamaan dengan kemajuan teknologi
dan era perdagangan global, banyak produk-produk dari dalam dan luar negeri
yang beredar di sekitar kita. Produk tersebut semakin banyak di pasaran baik di
Indonesia maupun di luar Negeri. Bahan berbahaya yang paling banyak dan
tersebar luas penggunaanya pada campuran produk adalah alkohol. Produk
beralkohol dapat berupa makanan, minuman, kosmetika, suplemen, alat kesehatan
dan obat-obatan. Jika produk tersebut mengandung alkohol dan menimbulkan
efek yang merugikan bagi penggunanya, maka yang membahayakan seperti ini
menjadi penyebab diharamkannya dalam Islam.2 Rasullulah Saw bersabda
“Sesungguhnya khamar bukanlah obat, namun sebenarnya dia adalah penyakit”.
Polemik muncul di masyarakat bahwa, sebagian besar obat liquid non
herbal mengandung alkohol yang kadarnya lebih besar dari 1%.4 Obat liquid non
herbal yang sudah mendapatkan label bebas alkohol pun ternyata diisukan masih
mengandung alkohol,5 meskipun pernyataan tersebut belum teruji secara ilmiah.
Kesimpulannya, obat batuk yang seharusnya bebas alkohol pun patut untuk
diragukan, atau dalam Islam hal yang meragukan seperti ini lebih dikenal dengan
istilah shubha>t. 6 Masalah shubha>t ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim, di mana seorang Muslim lebih baik
Budaya minum minuman keras memang sudah ada sejak dulu, tidak hanya
di Bali, di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia mengenal apa yang disebut
dengan minuman keras. Di belahan Eropa terdapat berbagai jenis minuman keras
yang memiliki berbagai nama tergantung dari bahan, kegunaan serta kadar alkohol
dari minuman itu sendiri, seperti anggur, wiski, tequila, bourbon dan lain-lain. Di
daerah Amerika Latin dimana sebagian besar penduduknya merupakan campuran
antara keturunan Indian-Spanyol-Portugis, juga terdapat minuman keras berupa
jägermeister, dan chianti. Begitu pula dengan di Jepang terdapan minuman keras
yang khas yaitu sake. Semakin lama hal tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan nilai terhadap minuman keras di masyarakat, minuman keras yang
secara hukum maupun agama dianggap hal yang tidak baik menjadi sesuatu yang
dianggap lumrah dan wajar untuk dilakukan. Akibat kebiasaan minum tersebut
maka timbulah dampak-dampak terutama yang bersifat negatif dalam hal sosial,
ekonomi dan terutama adalah kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dampak
yang ditimbulkan misalnya mulai dari meningkatnya kasus kriminal terutama
perkelahian remaja, sehingga meresahkan warga masyarakat sekitar, timbulnya
kesenjangan antara kaum peminum tua dan peminum remaja atau antara peminum
daerah satu dengan yang lain, dan kemiskinan yang semakin bertambah.
Kebiasaan minum tersebut juga tentunya berdampak terhadap kesehatan
masyarakat di daerah tersebut, bahkan jika diperhatikan bentuk fisik dari para
peminum mulai berubah, perut mereka menjadi buncit dengan kantung mata
hitam pertanda sering minum miniman keras dan kurang tidur.
Allah mengutus nabi Muhammad SAW untuk membawa wahyu dari-Nya
agar disampaikan kepada seluruh manusia sebagai petunjuk kehidupan manusia.
Kehidupan yang ditunjukkan oleh Allah melalui wahyu tersebut adalah kehidupan
yang mulia, dan untuk menjaga kemuliaan manusia setelah diciptakan dalam
keadaan sebaik-baiknya. Orang yang enggan mengikuti petunjuk hidup Allah ini
akan terjerumus ke dalam kehinaan yang sehina-hinanya, “Telah Kami ciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk, kemudian kami kembalikan kepada tempat
yang serendah-rendahnya” (Q.S. At-Thin : 5-6).
Salah satu faktor yang menjadikan manusia lebih mulia dibandingkan
dengan makhluk lainnya adalah karena ia mendapat karunia akal. Sebab itu untuk
memelihara kemuliaan manusia ini, Allah sangat memperhatikan kesehatan akal.
Sebagai bukti perhatian itu, khamar (minuman keras) yang menyebabkan
kerusakan akal atau menyebabkan fungsi akal terganggu dan diharamkan oleh
Allah.
BAB II

A. Pengertian Minuman Keras


Minuman keras dalam istilah agama disebut khamr. Khamr terambil dari
kata khamara artinya “menutup”. Maksudnya adalah menutupi akal. Karena itu
makanan atau minuman yang dapat menutupi akal secara bahasa juga disebut
khamr.
Pada mulanya khamr adalah minuman keras yang terbuat dari kurma dan
anggur. Tetapi karena dilarangnya itu sebab memabukkan, maka minuman yang
terbuat dari bahan apas aja (walaupun bukan dari kurma atau anggur) asal itu
memabukkan, maka hukumnya sama dengan khamr, yaitu haram diminum.
Menurut sebagian ulama’ menyatakan bahwa yang disebut khamr adalah
minuman yang terbuat dari bahan anggur, kurma, gandum, dan sya’ir yang sudah
keras, mendidih dan berbuih. Menurut kebanyakan ulama’ yang dimaksud khamr
adalah segala jenis minuman yang memabukkan dan menjadikan peminumnya
hilang kesadarannya. Pendapat ini didasarkan pada hadits nabi SAW :
Artinya: “Semua yang memabukkan itu hukumnya haram”(HR Muslim).
Dalam hadist lain Rasulullah bersabda:
Artinya : “Apapun yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun
haram.”(HR nasa’I dan abu dawud).
Minuman Keras adalah minuman yang memabukan dan dapat
membahayakan kaum remaja dan harus dijauhi oleh remaja-remaja karena itu
akan merusak masa depannya. Sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab sudah
akrab dengan minuman beralkohol atau disebut juga minuman keras (khamar
dalam bahasa arab). Bahkan merurut Dr. Yusuf Qaradhawi dalam kosakata Arab
ada lebih dari 100 kata berbeda untuk menjelaskan minuman beralkohol.
Disamping itu, hampir semua syair/puisi Arab sebelum datangnya Islam tidak
lepas dari pemujaan terhadap minuman beralkohol. Ini menyiratkan betapa
akrabnya masyarakat tersebut dengan kebiasaan mabuk minuman beralkohol.
Dalam banyak kasus, keduanya (khamer dan alkohol) identik.
Dari pengertian khamr dan esensinya seperti yang dikemukakan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa makanan maupun minuman terolah atau tidak,
selama mengganggu akal pikiran maka ia adalah khamr dan haram hukumnya.
B. Ciri-Ciri Minuman Keras
Minuman keras mengandung alkohol dengan berbagai golongan terutama
etanol (CH3CH2OH) dengan kadar tertentu yang mampu membuat peminumnya
menjadi mabuk atau kehilangan kesadaran jika diminum dalam jumlah tertentu.
Secara kimia alkohol adalah zat yang pada gugus fungsinya mengandung gugus –
OH. Alkohol diperoleh dari proses peragian zat yang mengandung senyawa
karbohidrat seperti gula, madu, gandum, sari buah atau umbi-umbian. Jenis serta
golongan dari alkohol yang akan dihasilkan tergantung pada bahan serta proses
peragian. Dari peragian tersebut akan didapat alkohol sampai berkadar 15% tapi
melalui proses destilasi memungkinkan didapatnya alkohol dengan kadar yang
lebih tinggi bahkan sampai 100%. Ada 3 golongan minuman berakohol yaitu:
Golongan A; kadar etanol 1%-5% misalnya dan tuak dan bir;
Golongan B; kadar etanol 5%-20% misalnya arak dan anggur;
Golongan C; kadar etanol 20%-45% misalnya whiskey dan vodca.
Di Bali sendiri minuman keras dibuat dari bahan aren. Aren ini kemudian
difermentasikan dengan cara tradisional maka didapatlah tuak, jika tuak ini diolah
maka akan diperoleh minuman dengan kadar alkohol sampai 15% yang kemudian
dinamakan arak. Arak dengan kadar alkohol yang lebih tinggi sering disebut
dengan nama arak api, disebut demikian kerena jika arak ini disulut dengan api
maka akan langsung terbakar.

C. Bentuk Minuman Keras


Minuman keras sering di produksi atau di pasarkan dalam bentuk
minuman kaleng dan berbagai bentuk/jenis botol. Namun karena kandungan
alkoholnya, penjualan miras diatur dengan sangat ketat, dan ada batas usia
minimal bagi pembeli miras. Di Indonesia, kebanyakan toko tidak menjual
minuman beralkohol bagi orang yang berusia di bawah 21 tahun. Minuman
beralkohol biasanya dipisah menjadi tiga jenis: Bir, wine, dan spirit.
D. Alkohol dalam Obat Batuk
Batuk merupakan salah satu penyakit yang cukup sering dialami banyak
kalangan. Sehingga batuk diidentikan sebagai reaksi fisiologik yang normal.
Batuk terjadi jika saluran pernafasan kemasukan benda-benda asing atau karena
produksi lendir yang berlebih. Benda asing yang sering masuk ke dalam saluran
pernafasan adalah debu. Gejala sakit tertentu seperti asma dan alergi merupakan
salah satu sebab kenapa batuk terjadi. Obat batuk yang beredar di pasaran saat ini
cukup beraneka ragam. Baik obat batuk berbahan kimia hingga obat batuk
berbahan alami atau herbal. Jenisnya pun bermacam-macam mulai dari sirup,
tablet, kapsul hingga serbuk (jamu). Terdapat persamaan pada semua jenis obat
batuk tersebut, yaitu sama-sama mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai
pereda batuk. Akan tetapi terdapat pula perbedaan, yaitu pada penggunaan bahan
campuran/penolong. Salah satu zat yang sering terdapat dalam obat batuk jenis
sirup adalah alkohol.
Temuan di lapangan diketahui bahwa sebagian besar obat batuk sirup
mengandung kadar alkohol. Sebagian besar produsen obat batuk baik dari dalam
negeri maupun luar negeri menggunakan bahan ini dalam produknya. Beberapa
produk memiliki kandungan alkohol lebih dari 1 persen dalam setiap volume
kemasannya, seperti Woods’, Vicks Formula 44, OBH Combi, Benadryl,
Alphadryl Expectorant, Alerin, Caladryl, Eksedryl, Inadryl hingga Bisolvon.
E. Fungsi Alkohol dalam Obat Batuk Menurut Pakarnya
Menurut pendapat salah seorang pakar farmasi Drs Chilwan Pandji Apt
Msc, fungsi alkohol itu sendiri adalah untuk melarutkan atau mencampur zat-zat
aktif, selain sebagai pengawet agar obat lebih tahan lama. Dosen Teknologi
Industri Pertanian IPB itu menambahkan bahwa berdasarkan penelitian di
laboratorium diketahui bahwa alkohol dalam obat batuk tidak memiliki efektivitas
terhadap proses penyembuhan batuk, sehingga dapat dikatakan bahwa alkohol
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan frekuensi batuk yang kita
alami.
Sedangkan salah seorang praktisi kedokteran, dr Dewi mengatakan, “Efek
ketenangan akan dirasakan dari alkohol yang terdapat dalam obat batuk, yang
secara tidak langsung akan menurunkan tingkat frekuensi batuknya. Akan tetapi
bila dikonsumsi secara terus menerus akan menimbulkan ketergantungan pada
obat tersebut.”
Berdasarkan informasi tersebut sebenarnya alkohol bukan satu-satunya
bahan yang harus ada dalam obat batuk. Ia hanya sebagai penolong untuk
ekstraksi atau pelarut saja. [1]
F. Bedakan Antara Alkohol Pelarut dan Khomr
Sebagaimana telah diketahui tadi bahwa fungsi alkohol dalam obat
semacam obat batuk adalah sebagai solvent (pelarut). Oleh karenanya,
sebagaimana penjelesan kami yang telah lewat mengenai alkohol, mohon alkohol
yang bertindak sebagai solvent (pelarut) ini dibedakan baik-baik dengan alkohol
pada khomr. Karena kedua alkohol ini berbeda.
Perlu kita ketahui terlebih dahulu, khomr adalah segala sesuatu yang
memabukkan. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫َح َرام م ْس ِكر َوك ُّل خ َْمر م ْس ِكر ك ُّل‬

“Setiap yang memabukkan adalah khomr. Setiap yang memabukkan pastilah


haram.”[2]

Yang jadi illah (sebab) pengharaman khomr adalah karena memabukkan.


Khomr diharamkan karena illah (sebab pelarangan) yang ada di dalamnya yaitu
karena memabukkan. Jika illah tersebut hilang, maka pengharamannya pun
hilang. Karena sesuai kaedah “al hukmu yaduuru ma’a illatihi wujudan wa
‘adaman (hukum itu ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)”. Illah dalam
pengharaman khomr adalah memabukkan dan illah ini berasal dari Al Qur’an, As
Sunnah dan ijma’ (kesepakatan ulama kaum muslimin).”[3]

Inilah sebab pengharaman khomr yaitu karena memabukkan. Oleh


karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khomr itu diharamkan karena alkohol
yang terkandung di dalamnya. Walaupun kami akui bahwa yang jadi patokan
dalam menilai keras atau tidaknya minuman keras adalah karena alkohol di
dalamnya. Namun ingat, alkohol bukan satu-satunya zat yang dapat menimbulkan
efek memabukkan, masih ada zat lainnya dalam minuman keras yang juga
sifatnya sama-sama toksik (beracun). Dan sekali lagi kami katakan bahwa Al
Qur’an dan Al Hadits sama sekali tidak pernah mengharamkan alkohol, namun
yang dilarang adalah khomr yaitu segala sesuatu yang memabukkan.

Sedangkan alkohol yang bertindak sebagai pelarut sebenarnya tidak


memabukkan karena kadarnya yang terlalu tinggi sehingga mustahil untuk
dikonsumsi. Kalau mau dikonsumsi, maka cuma ada dua kemungkinan yaitu sakit
perut, atau bahkan mati. Sehingga alkohol pelarut bukanlah khomr, namun
termasuk zat berbahaya jika dikonsumsi sebagaimana layaknya Baygon.

Jadi yang tepat kita katakan bahwa alkohol disebut khomr jika
memabukkan dan tidak disebut khomr jika tidak memabukkan.

G. Pandangan Ilmu Fiqih Mengenai Obat Beralkohol


Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menjelaskan, “Adapun
beberapa obat yang menggunakan campuran alkohol, maka itu tidaklah haram
selama campuran tersebut sedikit dan tidak nampak memberikan pengaruh.”[4]

Obat yang mengandung alkohol ini dibolehkan karena adanya istihlak.


Yang dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda haram atau najis
dengan benda lainnya yang suci dan halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa,
warna dan baunya.[5]

H. Hukum Minuman Keras


Hukum minum minuman keras atau khamar ialah haram,dan bagi orang
yang menkonsumsinya adalah termasuk pelaku dosa besar. Sebab akan
mempunyai dampak negative cukup berat sekali. Misalnya dengan hilangnya
kesadran orang akan berbuat semaunya ynag cenderung melanggar norma agama,
social masyarakat, sera merusak sel syaraf otak dan jantng peminumnya yang
berakibat membahayakan diri sendiri.
Larangan minum khamr, diturunkan secara berangsur-angsur. Sebab
minum khamr itu bagi orang Arab sudah menjadi adat kebiasaan yang mendarah
daging semenjak zaman jahiliyah. Mula-mula dikatakan bahwa dosanya lebih
besar daripada manfaatnya, kemudian orang yang mabuk tidak boleh mengerjakan
shalat, dan yang terakhir dikatakan bahwa minum khamr itu adalah keji dan
termasuk perbuatan syetan. Oleh sebab itu hendaklah orang-orang yang beriman
berhenti dari minum khamr.
Begitulah, akhirnya Allah mengharamkan minum khamr secara tegas.
Adapun firman Allah yang pertama kali turun tentang khamr adalah :

‫ َو َي ْسأَلُ ْونَكَ َماذَا‬،‫ َو اِثْ ُم ُه َمآ ا َ ْك َب ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َما‬،‫اس‬


ِ َّ‫ قُ ْل ِف ْي ِه َما اِثْ ٌم َك ِبي ٌْر َّو َمنَا ِف ُع ِللن‬،‫َي ْسئَلُ ْونَكَ َع ِن اْل َخ ْم ِر َو اْل َم ْيس ِِر‬
219:‫ البقرة‬. َ‫ت لَعَلَّ ُك ْم تَتَفَ َّك ُر ْون‬ ِ ‫ كَذلِكَ يُـبَـينُ هللاُ لَ ُك ُم اَْلي‬،‫ قُ ِل اْلعَ ْف َو‬، َ‫يُ ْن ِفقُ ْون‬

Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, “Pada


keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu
apa yang mereka nafqahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan”.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir.
[QS. Al-Baqarah : 219]

Di dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab


turunnya ayat tersebut sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW datang ke
Madinah, didapatinya orang-orang minum khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah
menjadi kebiasaan mereka sejak dari nenek moyang mereka). Lalu para shahabat
bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukumnya, maka turunlah ayat tersebut.
Mereka memahami dari ayat tersebut bahwa minum khamr dan berjudi itu tidak
diharamkan, tetapi hanya dikatakan bahwa pada keduanya terdapat dosa yang
besar, sehingga mereka masih terus minum khamr. Ketika waktu shalat Maghrib,
tampillah seorang Muhajirin menjadi imam, lalu dalam shalat tersebut bacaannya
banyak yang salah, karena sedang mabuk setelah minum khamr. Maka turunlah
firman Allah yang lebih keras dari sebelumnya, yaitu :

43:‫ النساء‬. َ‫سكرى َحتى تَ ْعلَ ُم ْوا َما تَقُ ْولُ ْون‬ َّ ‫ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا َلَ ت َ ْق َربُوا ال‬
ُ ‫صلوة َ َو ا َ ْنت ُ ْم‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat


padahal kamu sedang mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.
[An-Nisaa' : 43]
Kemudian orang-orang masih tetap minum khamr, sehingga mereka
mengerjakan shalat apabila sudah sadar dari mabuknya. Kemudian diturunkan
ayat yang lebih tegas lagi dari ayat yang terdahulu :

. َ‫ْطن فَاجْ ت َ ِنب ُْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬


ِ ‫شي‬َّ ‫س م ْن َع َم ِل ال‬ ٌ ْ‫صابُ َو اَْلَ ْزَلَ ُم ِرج‬ َ ‫ياَيُّ َها ا َّل ِذيْنَ ا َمنُ ْوآ اِنَّ َما اْل َخ ْم ُر َو اْل َم ْيس ُِر َو اَْلَ ْن‬
ِ‫صلوة‬ َّ ‫صدَّ ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر هللاِ َو َع ِن ال‬ ُ َ‫ضآ َء فِى اْل َخ ْم ِر َو اْل َم ْيس ِِر َو ي‬
َ ‫ش ْيطنُ ا َ ْن ي ُّْوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم اْلعَدَ َاوة َ َو اْلبَ ْغ‬
َّ ‫اِنَّ َما ي ُِر ْيد ُ ال‬
91-90:‫ المائدة‬. َ‫فَ َه ْل اَ ْنت ُ ْم ُّم ْنتَ ُه ْون‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum)
khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat,
maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). [QS. Al-Maidah : 90-
91]
Setelah turun ayat yang sangat tegas ini, mereka berkata, “Ya Tuhan kami,
kami berhenti (dari minum khamr dan berjudi)”. [HR. Ahmad]
Dari ayat-ayat diatas, sudah jelas bahwa Allah dan Rasul-Nya telah
mengharamkan khamr dengan pengharaman yang tegas. Dan bahkan peminumnya
dikenai hukuman had. Rasulullah SAW menghukum peminum khamr dengan 40
kali dera, sedangkan Khalifah Umar bin Khaththab dimasa kekhalifahannya
menetapkan hukuman dera 80 kali bagi peminum khamr, setelah bermusyawarah
dengan para shahabat lainnya, yang Isnya Allah hadits-haditsnya akan kami
sampaikan di belakang nanti.
Adapun hadits-hadits tentang haramnya khamr diantaranya sebagai berikut
:
‫ ابن ماجه‬.‫ ُمد ِْمنُ اْل َخ ْم ِر َك َعا ِب ِد َوث َ ٍن‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬
ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫َع ْن ا َ ِبى ه َُري َْرة َ رض قَال‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Peminum khamr
itu bagaikan penyembah berhala”. [HR. Ibnu Majah]
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata : Ada tiga ayat yang turun tentang khamr, yaitu
pertama yang artinya (Mereka akan bertanya kepadamu tentang khamr dan
judi ….. dst). Lalu dikatakan (oleh orang-orang) bahwa khamr telah diharamkan.
Kemudian ditanyakan, “Ya Rasulullah, bolehkah kami memanfaatkannya
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ‘azza wa jalla ?”. Nabi SAW terdiam
dari pertanyaan mereka, kemudian turunlah ayat (Jangan kamu mendekati shalat
padahal kamu sedang mabuk). Lalu dikatakan (oleh orang-orang), “Khamr betul-
betul telah diharamkan”. Lalu mereka (para shahabat) bertanya, “Ya Rasulullah,
sesungguhnya kami tidak meminumnya menjelang shalat”. Nabi SAW terdiam
dari mereka, kemudian turunlah ayat (Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya khamr, judi sembelihan untuk berhala, dan mengundi nasib itu
tidak lain (dari perkara) kotor dari perbuatan syaithan…. dst). Ibnu Umar
berkata, Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Khamr itu telah diharamkan”. [HR.
Abu Dawud Ath-Thayalisi, di dalam musnadnya].
ْ‫ َو قَد‬،‫ت اْل َخ ْم ُر ِمنَّا‬ ِ َ‫ فَا َ َخذ‬،‫سقَانَا ِمنَ اْلخ َْم ِر‬ َ ‫طعَا ًما فَدَ َعانَا َو‬ َ ٍ‫من ْبنُ َع ْوف‬ َّ ُ ‫صنَ َع لَنَا َع ْبد‬
ِ ْ‫الرح‬ َ :َ‫ع ِلي ٍ قَال‬َ ‫َع ْن‬
‫ فَا َ ْنزَ َل‬:َ‫ قَال‬، َ‫ َو نَحْ نُ َن ْعبُدُ َما تَ ْعبُد ُْون‬، َ‫ َلَ ا َ ْعبُد ُ َما ت َ ْعبُد ُْون‬، َ‫صالَة ُ فَقَدَّ ُم ْونِى فَقَ َرأْتُ <قُ ْل ياَيُّ َها اْلك ِف ُر ْون‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫ض َر‬
َ ‫َح‬
‫ الترمذى و صححه‬. َ‫سكرى َحتى تَ ْعلَ ُم ْوا َما تَقُ ْولُ ْون‬ َّ ‫هللاُ َع َّز َو َج َّل <ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا َلَ ت َ ْق َربُوا ال‬
ُ ‫صلوة َ َو ا َ ْنت ُ ْم‬
Dari Ali, ia berkata : ‘Abdurrahman bin ‘Auf pernah membuat makanan untuk
kami, lalu ia mengundang kami dan menuangkan khamr untuk kami, lalu diantara
kami ada yang mabuk, padahal (ketika itu) waktu shalat telah tiba, lalu mereka
menunjukku menjadi imam, lalu aku baca Qul yaa-ayyuhal kaafiruun, laa a’budu
maa ta’buduun, wa nahnu na’budu maa ta’buduun (Katakanlah : Hai orang-orang
kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan kami menyembah apa
yang kamu sembah)”. Ali berkata, “Lalu Allah menurunkan firman-Nya Yaa
ayyuhalladziina aamanuu, laa taqrobushsholaata wa antum sukaaroo hattaa
ta’lamuu maa taquuluun. (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mendekati shalat, padahal kamu (sedang) mabuk, hingga kamu mengerti apa
yang kamu katakan)”. [HR. Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
‫ َو َلعَ َّل هللاَ َسيُ ْن ِز ُل فِ ْي َها‬،‫َض اْلخ َْم َر‬
َ ‫ ا َِّن هللاَ اَ ْبغ‬،‫اس‬ُ ‫ ياَيُّ َها ال َّن‬:ُ‫س ْو َل هللاِ ص يَقُ ْول‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ :َ‫س ِع ْي ٍد َقال‬
َ ‫َع ْن اِ ِبى‬
،‫ ا َِّن هللاَ َح َّر َم اْلخ َْم َر‬:‫ فَ َما لَ ِبثْنَا اَِلَّ َي ِسي ًْرا َحتَّى قَا َل ص‬:َ‫ قَال‬،‫ش ْي ٌء فَ ْل َي ِب ْعهُ َو ْل َي ْنتَ ِف ْع ِب ِه‬
َ ‫ فَ َم ْن َكانَ ِع ْندَهُ ِم ْن َها‬،‫ا َ ْم ًرا‬
ُ ‫اس ِب َما َكانَ ِع ْندَ ُه ْم ِم ْن َها‬
‫ط ُر ُق‬ َ ‫فَ َم ْن اَد َْر َكتْهُ ه ِذ ِه اْآل َيةُ َو ِع ْندَهُ ِم ْن َها‬
ُ َّ‫ فَا ْست َ ْق َب َل الن‬:َ‫ قَال‬،‫ش ْي ٌء فَالَ َي ْش َربُ َو َلَ َي ِب ْي ُع‬
‫ مسلم‬.‫سفَ ُك ْوهَا‬ َ َ‫اْل َم ِد ْينَ ِة ف‬
Dari Abu Sa’id, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Hai
manusia, sesungguhnya Allah membenci khamr, dan mudah-mudahan Ia akan
menurunkan suatu ketentuan padanya. Oleh karena itu barangsiapa masih
mempunyai sedikit dari padanya, maka hendaklah ia menjualnya dan
memanfaatkannya”. Abu Sa’id berkata : Maka tidak lama kemudian Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah (telah) mengharamkan khamr, maka
barangsiapa sampai kepadanya ayat ini [QS. Al-Maidah : 90], padahal ia masih
mempunyai sedikit dari padanya, maka ia tidak boleh meminumnya, dan tidak
boleh menjualnya”. Abu Sa’id berkata, “Lalu orang-orang sama pergi menuju ke
jalan-jalan Madinah sambil membawa sisa khamr yang ada pada mereka, lalu
mereka menuangkannya”. [HR. Muslim]
‫ ا َِّن اْلخ َْم َر‬:َ‫ت فَقَال‬
ٍ ‫ فَ َجا َء ُه ْم آ‬،‫ضيْخِ زَ ْه ٍو َو ت َ ْم ٍر‬
ِ َ‫ب ِم ْن ف‬ َّ َ‫عبَ ْيدَة َ َو اُب‬
ٍ ‫ي بْنَ َك ْع‬ ُ ‫ ُك ْنتُ ا َ ْس ِقى اَبَا‬:َ‫َع ْن اَن ٍَس َقال‬
‫ احمد و البخارى و مسلم‬.‫ فَا َ ْه َر ْقـت ُ َها‬،‫َس فَا َ ْه ِر ْق َها‬ ُ ‫ قُ ْم َيا اَن‬:َ‫ط ْل َحة‬
َ ‫ فَقَا َل اَب ُْو‬.‫ت‬
ْ ‫ُح ِر َم‬
Dari Anas, ia berkata : Saya pernah menuangkan (minuman) kepada Abu
‘Ubaidah dan Ubay bin Ka’ab, (yang dibikin) dari perasan kurma segar dan
kurma kering, lalu ada seseorang datang kepada mereka, kemudian berkata,
“Sesungguhnya khamr telah diharamkan”. Lalu Abu Thalhah berkata,
“Berdirilah hai Anas, lalu buanglah”. Kemudian saya pun menuangkan
(membuang) minuman tersebut”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
1. Segala Yang Memabukkan Hukumnya Haram
‫ احمد و البخارى و مسلم‬.‫ت َو اْل َخ ْم ُر يَ ْو َمئِ ٍذ اْلبُس ُْر َو الت َّ ْم ُر‬
ْ ‫ ا َِّن اْل َخ ْم َر ُح ِر َم‬:َ‫َع ْن اَن ٍَس قَال‬
Dari Anas, ia berkata, “Sesungguhnya khamr itu (telah) diharamkan, dan pada
saat itu khamr (dibuat dari) kurma segar dan kurma kering”. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim]
Dari Ibnu ‘Umar, bahwa ‘Umar RA berkata (berkhutbah) di mimbar Nabi SAW,
“Amma ba’du, hai manusia, sesungguhnya telah turun ketetapan haramnya
khamr, dan khamr itu (terdiri) dari lima macam, yaitu dari anggur, kurma kering,
madu gandum, sya’ir (gandum Belanda), dan khamr itu suatu minuman yang
menutupi akal”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
.‫ َو اَنَا ا َ ْن َهى َع ْن ُك ِل ُم ْس ِك ٍر‬:‫زاد احمد و ابو داود‬
Imam Ahmad dan Abu Dawud menambah : Rasulullah SAW bersabda, “Dan aku
melarang segala minuman yang memabukkan”.
‫ الجماعة اَل البخارى و ابن ماجه‬.‫ َو ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم‬،‫ ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر خ َْم ٌر‬:َ‫ي ص قَال‬
َّ ِ‫ع َم َر ا َ َّن النَّب‬
ُ ‫َع ِن اب ِْن‬
Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi SAW pernah bersabda, “Setiap (minuman) yang
memabukkan itu khamr, dan setiap (minuman) yang memabukkan itu haram”.
[HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Ibnu Majah]
‫ مسلم و الدارقطنى‬.‫ ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َخ ْم ٌر َو ُك ُّل خ َْم ٍر َح َرا ٌم‬:‫و فى لفظ‬
Dan dalam lafadh yang lain (dikatakan), “Setiap (minuman) yang memabukkan
itu khamr, dan setiap khamr itu haram”. [HR. Muslim dan Daruquthni]
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang bit’i, yaitu
minuman keras yang terbuat dari madu, dan penduduk Yaman biasa
meminumnya. Lalu Nabi SAW menjawab, “Setiap minuman yang memabukkan,
maka minuman itu haram”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Musa RA, ia berkata : Saya berkata, “Ya Rasulullah, berilah kami
fatwa tentang dua minuman yang biasa kami membuatnya di Yaman, yaitu bit’i,
minuman dari madu yang dilarutkan (dibiarkan) sehingga menjadi keras dan
mizr, minuman dari gandum dan sya’ir yang dilarutkan sehingga menjadi keras.
Abu Musa berkata : Lalu Rasulullah SAW memberi jawaban singkat yang
mencakup, pada akhir-akhir jawabannya. Beliau bersabda, “Setiap minuman
yang memabukkan itu haram”. [HR Ahmad, Bukhari dan Muslim]
‫ ابو داود‬.‫ ُك ُّل ُمخ َِم ٍر َخ ْم ٌر َو ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم‬:َ‫َّاس َع ِن النَّ ِبي ِ ص قَال‬
ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعب‬
Dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Setiap minuman yang
menutupi (akal) itu khamr, dan setiap minuman yang memabukkan itu haram”.
[HR. Abu Dawud]
2. Minum khamr walaupun sedikit, hukumnya tetap haram
‫ احمد و ابن ماجه و الدارقطنى و صححه‬.‫ َما ا َ ْسك ََر َكثِي ُْرهُ فَقَ ِل ْيلُهُ َح َرا ٌم‬:َ‫ع َم َر رض َع ِن النَّ ِبي ِ ص قَال‬
ُ ‫َع ِن اب ِْن‬
Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Minuman yang dalam jumlah
banyak memabukkan, maka sedikitpun juga haram”. [HR. Ahmad, Ibnu Majah
dan Daruquthni, dan dia menshahihkannya].
Dan Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi meriwayatkan seperti itu dari Jabir.
‫ النسائى و الدارقطنى‬.ُ‫ي ص نَ َهى َع ْن قَ ِل ْي ِل َما ا َ ْسك ََر َكثِي ُْره‬ ٍ َّ‫س ْع ِد ب ِْن ا َ ِبى َوق‬
َّ ‫اص ا َ َّن النَّ ِب‬ َ ‫َع ْن‬
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, bahwa Nabi SAW melarang meminum meskipun
sedikit dari minuman yang (dalam kadar) banyaknya memabukkan”. [HR. Nasai
dan Daruquthni]
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, bahwa Nabi SAW didatangi
suatu qaum, lalu mereka berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami (biasa)
membuat minuman keras, lalu kami meminumnya di pagi dan sore hari. Lalu
Nabi SAW bersabda, “Minumlah, tetapi setiap minuman yang memabukkan itu
haram”. Kemudian mereka berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami
mencampurnya dengan air”. Nabi SAW menjawab, “Haram (walaupun) sedikit
dari minuman yang (dalam kadar) banyaknya memabukkan”. [HR. Daruquthni]
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Setiap minuman yang
memabukkan itu haram, dan minuman yang dalam jumlah banyaknya
memabukkan, maka segenggam darinya pun haram”. [HR. Ahmad, Abu Dawud
dan Tirmidzi, dan Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan"]
3. Ada segolongan orang yang merubah nama khamr dengan nama yang lain
sehingga mereka menganggap halal dan meminumnya.
َ ُ‫طائِفَةٌ ِم ْن ا ُ َّمتِى اْل َخ ْم َر بِاس ٍْم ي‬
‫ احمد‬.ُ‫س ُّم ْو َن َها اِيَّاه‬ َ ‫ لَت َ ْست َِحلَّ َّن‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬
ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ت قَال‬
ِ ‫ام‬
ِ ‫ص‬ ُ ‫َع ْن‬
َّ ‫عبَادَة َ ب ِْن ال‬
Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh akan
ada segolongan dari ummatku yang menghalalkan khamr dengan menggunakan
nama lain”. [HR. Ahmad]
Dari Ibnu Muhairiz dari salah seorang shahabat Nabi SAW beliau bersabda,
“(Akan) ada sekelompok manusia dari ummatku yang minum khamr, dan mereka
menamakannya dengan nama lain”. [HR. Nasai]
َ ُ‫َاس ِم ْن ا ُ َّمتِى اْلخ َْم َر َو ي‬
‫ احمد‬.‫س ُّم ْونَ َها بِ َغي ِْر اس ِْم َها‬ َّ ِ‫َع ْن اَبِى َمالِكٍ اَْلَ ْشعَ ِري ِ اَنَّهُ َس ِم َع النَّب‬
ٌ ‫ لَيَ ْش َربَ َّن اُن‬:ُ‫ي ص يَقُ ْول‬
‫و ابو داود‬
Dari Abu Malik Al-Asy’ariy, bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Sungguh
akan ada sekelompok manusia dari ummatku yang minum khamr, dan mereka
menamakannya dengan nama lain”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
4. Khamr yang telah diharamkan oleh Allah tidak boleh dijual ataupun
dihadiahkan.
Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata : Rasulullah SAW pernah mempunyai seorang
kawan dari Tsaqif dan Daus, lalu ia menemui beliau pada hari penaklukan kota
Makkah dengan membawa satu angkatan atau seguci khamr untuk dihadiahkan
kepada beliau, lalu Nabi SAW bersabda, “Ya Fulan, apakah engkau tidak tahu
bahwa Allah telah mengharamkannya ?”. Lalu orang tersebut memandang
pelayannya sambil berkata, “Pergi dan juallah khamr itu”. Lalu Rasulullah SAW
pun bersabda, “Sesungguhnya minuman yang telah diharamkan meminumnya,
juga diharamkan menjualnya”. Lalu Rasulullah SAW menyuruh (agar ia
membuang)nya, lalu khamr itu pun dibuang dibathha’. [HR. Ahmad, Muslim dan
Nasai]
Dari Abu Hurairah RA, bahwa pernah ada seorang laki-laki menghadiahkan
kepada Rasulullah SAW seguci khamr, ia menghadiahkannya kepada beliau pada
tahun diharamkannya khamr, lalu Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya khamr
telah diharamkan”. Lalu orang itu bertanya, “Apa tidak boleh aku menjualnya
?”. Jawab Nabi SAW, “Sesungguhnya minuman yang diharamkan meminumnya,
juga diharamkan menjualnya”. Orang itu bertanya (lagi), “Apakah tidak boleh
aku pergunakan untuk mengungguli kedermawanan orang Yahudi ?”. Nabi SAW
menjawab, “Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan, maka haram (pula) untuk
dipergunakan mengungguli kedermawanan orang Yahudi”. Orang itu bertanya
(lagi), “Lalu harus aku gunakan untuk apa ?”. Nabi SAW bersabda, “Tuangkan
saja di Bathha’ “. [HR. Al-Humaidi di dalam musnadnya - dalam Nailul Authar
juz 8, hal 191]
َ‫املَ َها َو اْل َمحْ ُم ْولَة‬
ِ ‫َار َب َها َو َح‬
ِ ‫َص َرهَا َو ش‬ ِ ‫ َع‬:ً‫س ْو ُل هللاِ ص ِفى اْل َخ ْم ِر َع ْش َرة‬
ِ ‫اص َرهَا َو ُم ْعت‬ ُ ‫ لَ َعنَ َر‬:َ‫َع ْن اَن ٍَس قَال‬
:5 ‫ الترمذى و ابن ماجه فى نيل اَلوطار‬.ُ‫ي لَ َها َو اْل ُم ْشت ََراة َ لَه‬ َ ‫ساقِيَ َها َو بَائِ َع َها َو آ ِك َل ث َ َم ِن َها َو اْل ُم ْشت َِر‬
َ ‫اِلَ ْي ِه َو‬
174
Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat tentang khamr sepuluh
golongan : 1. yang memerasnya, 2. pemiliknya (produsennya), 3. yang
meminumnya, 4. yang membawanya (pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6.
yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang makan harganya, 9. yang
membelinya, 10. yang minta dibelikannya”. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah -
dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
‫ساقِ َي َها َو بَائِ ِع َها َو‬
َ ‫َار ِب َها َو‬ ِ َ‫ لُ ِعن‬:ٍ‫ت اْل َخ ْم َرة ُ َع َلى َع ْش َرةِ ُو ُج ْوه‬
ِ ‫ت اْلخ َْم َرة ُ ِب َع ْينِ َها َو ش‬ ِ َ‫ لُ ِعن‬:َ‫ع َم َر َقال‬
ُ ‫َع ِن اب ِْن‬
‫ احمد و ابن ماجه فى نيل اَلوطار‬.‫ام ِل َها َو اْل َمحْ ُم ْولَ ِة اِلَ ْي ِه َو آ ِك ِل ثَ َمنِ َها‬ ِ ‫َص ِرهَا َو َح‬ ِ ‫اص ِرهَا َو ُم ْعت‬ ِ ‫ُم ْبت َا ِع َها َو َع‬
174 :5
Dari Ibnu ‘Umar ia berkata, “Telah dilaknat khamr atas sepuluh hal : 1. khamr
itu sendiri, 2. peminumnya, 3. yang menuangkannya, 4. penjualnya, 5.
pembelinya, 6. yang memerasnya, 7. pemilik (produsennya), 8. yang
membawanya, 9. yang minta diantarinya, 10. yang memakan harganya”. [HR.
Ahmad dan Ibnu Majah - dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
5. Khamr tidak boleh dijadikan cuka.
‫ احمد و مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه‬.َ‫ َل‬:َ‫سئِ َل َع ِن اْل َخ ْم ِر يُت َّ َخذ ُ َخالًّ فَقَال‬ َّ ِ‫َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن النَّب‬
ُ ‫يص‬
Dari Anas, bahwa Nabi SAW ditanya tentang khamr yang dijadikan cuka, lalu
beliau menjawab, “Tidak boleh”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan
Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
‫ احمد و‬.َ‫ َل‬:َ‫ اَفَالَ نَجْ عَلُ َها َخالًّ؟ قَال‬:َ‫ قَال‬.‫ ا َ ْه ِر ْق َها‬:َ‫ قَال‬،‫ي َع ْن ا َ ْيت ٍَام َو ِرث ُ ْوا خ َْم ًرا‬ َ َ‫ط ْل َحة‬
َّ ِ‫سأ َ َل النَّب‬ ُ ‫َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن اَبَا‬
‫ابو داود‬
Dari Anas, bahwa Abu Thalhah bertanya kepada Nabi SAW tentang beberapa
anak yatim yang mewarisi khamr, beliau SAW menjawab, “Tuangkanlah !”. (Abu
Thalhah) bertanya, “Apakah tidak boleh kami jadikan cuka ?”. Jawab beliau,
“Tidak”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
.َ‫ َل‬:َ‫ اَتُت َّ َخذ ُ َخالً؟ قَال‬:‫ي ص‬
ُّ ِ‫سئِ َل النَّب‬ ْ ‫ فَلَ َّما ُح ِر َم‬.‫ط ْل َحةَ فَا ْشت ََرى لَهُ َخ ْم ًرا‬
ُ ‫ت‬ َ ‫َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن يَتِ ْي ًما َكانَ فِى ِحجْ ِر ا َ ِبى‬
‫احمد و الدارقطنى‬
Dari Anas bahwa seorang anak yatim berada (dalam asuhan) Abu Thalhah, lalu
ia (Abu Thalhah) membelikan khamr untuknya. Ketika khamr telah diharamkan,
Nabi SAW ditanya, “Bolehkah khamr itu dijadikan cuka ?”. Nabi SAW menjawab,
“Tidak”. [HR. Ahmad, dan Daruquthni]
6. Boleh minum perasan kurma atau anggur selama tidak menjadi
khamr (belum rusak).
ْ ‫ب فَن‬
،‫َط َر ُح ُه َما‬ ٍ ‫ضةً ِم ْن زَ ِب ْي‬ َ ‫سقَاءٍ فَنَأ ْ ُخذ ُ قَ ْب‬
َ ‫ضةً ِم ْن ت َْم ٍر َو قَ ْب‬ َ ‫س ْو ِل هللاِ ص فِى‬ ُ ‫ ُكنَّا نَ ْنبُذ ُ ِل َر‬:‫ت‬ ْ َ‫شةَ رض قَال‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
‫ ابن ماجه‬.ً‫غد َْوة‬ ُ ُ‫غد َْوة َ فَ َي ْش َربُهُ َع ِشيَّةً َو نَ ْنبُذُهُ َع ِشيَّةً فَ َي ْش َربُه‬
ُ ُ‫صبُّ َعلَ ْي ِه اْل َما َء فَنَ ْنبُذُه‬ ُ َ‫ث ُ َّم ن‬
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami pernah membuatkan minuman Rasulullah
SAW dalam suatu wadah, kami mengambil segenggam kurma dan segenggam
anggur lalu kami tuangkan air. Kami membuatnya pada pagi hari kemudian
diminum pada sore hari dan (jika) kami membuatnya pada sore hari lalu diminum
pada pagi hari. [HR. Ibnu Majah]
‫غذْ َوةً فَ َي ْش َربُهُ َع ِشيًّا َو‬
ُ ُ‫سقَاءٍ ي ُْوكَى ا َ ْعالَهُ َو لَهُ َع ْزَلَ ُء نَ ْنبُذُه‬ ُ ‫ ُكنَّا نَ ْنبُذُ ِل َر‬:‫ت‬
َ ‫س ْو ِل هللاِ ص‬ ْ َ‫شةَ رض قَال‬ َ ‫َع ْن َعا ِئ‬
‫ احمد و مسلم و ابو داود و الترمذى‬.ً‫غذْ َوة‬ ُ ُ‫نَ ْنبُذُهُ َع ِشيًّا فَ َي ْش َربُه‬
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami (biasa) membuat minuman untuk Rasulullah
SAW di wadah (minuman) yang tertutup (bagian) atasnya dan mempunyai
pelepas (untuk membuka). Kami membuatnya di pagi hari lalu beliau (Nabi SAW)
meminumnya di sore hari dan (jika) kami membuat di sore hari maka (Nabi SAW)
meminumnya di pagi hari”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi]
‫صبَ َح يَ ْو َمهُ ذ ِلكَ َو اللَّ ْيلَةَ الَّ ِتى‬
ْ َ‫س ْو ُل هللاِ ص يُ ْنبَذ ُ لَهُ ا َ َّو َل اللَّ ْي ِل فَيَ ْش َربُهُ اِذَا ا‬ ُ ‫ َكانَ َر‬:َ‫َّاس رض قَال‬ ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعب‬
‫ احمد و مسلم‬. َّ‫صب‬ َ َ‫سقَاهُ اْل َخد ََّام اَ ْو ا َ َم َر ِب ِه ف‬
َ ‫ش ْي ٌء‬
َ ‫ي‬ ْ ‫ت َِج ْي ُء َو اْلغَدَ َو اللَّ ْيلَةَ اَْلُ ْخ َرى َو اْلغَدَ اِلَى اْل َع‬
َ ‫ فَ ِاذَا بَ ِق‬،‫ص ِر‬
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW dibuatkan minuman
pada malam (hari yang) pertama, lalu beliau meminumnya ketika pagi harinya,
dan malam berikutnya dan pagi harinya (hari kedua), dan malam berikutnya lagi
serta pagi harinya sampai waktu ‘ashar (hari ketiga). Lalu apabila masih ada
sisanya diberikan kepada pelayan atau beliau menyuruh (membuangnya), lalu
dibuang”. [HR. Ahmad dan Muslim]
Dari hadist di atas dapat kita ambil penjelasan bahwa sungguh sangat
merugilah orang-orang yang dalam kesehariannya selalu mengkonsumsi minuman
keras atau khamar.karena mereka termasuk pelaku dosa besar dan di laknat oleh
Allah SWT.
Adapun hukum orang yang menganggap minuman khamr halal adalah
kafir berdasarkan kesepakatan umat Islam. Menurut Umar .a dan Ali r.a apabila
seorang non muslim menjual khamr, maka tempat dan hasil penjualannya harus
dirusak dan resikonya ditanggung sendiri oleh pemiliknya.
Apabila khamr berubah dengan sendirninya menjadi cuka maka hukumnya
adalah halal menurut ijma’ sahabat. Akan tetapi apabila berubah kembali rasa,
warna, baunya seperti khmar kembali maka hukumya menjadi haram.
E. Had Meminum Minuman Keras
Bagi orang yang suka meminum atau mengkonsumsi minuman keras maka
akan mendapatkan had atau hukuman yaitu di jilid atau didera sebanyak 40
sampai 80 kali seperti dalam sabda nabi SAW:
َ‫ فَلَ َّما َكان‬.‫ َو فَعَلَهُ اَب ُْو بَ ْك ٍر‬:َ‫ قَال‬، َ‫ب اْل َخ ْم َر فَ ُج ِلدَ ِب َج ِر ْيدَتَي ِْن نَحْ َو ا َ ْربَ ِعيْن‬ َ ِ‫ي ص اُت‬
َ ‫ي ِب َر ُج ٍل قَدْ ش َِر‬ َّ ‫َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن النَّ ِب‬
ُ ‫َف اْل ُحد ُْو ِد ثَ َمانِيْنَ فَا َ َم َر ِب ِه‬
‫ احمد و مسلم و ابو داود‬.‫ع َم ُر‬ ُّ ‫ اَخ‬: ٍ‫من ْبنُ َع ْوف‬ َّ ُ ‫اس فَقَا َل َع ْبد‬
ِ ْ‫الرح‬ َ َّ‫َار الن‬
َ ‫ع َم ُر ا ْستَش‬
ُ
‫و الترمذى و صححه‬
Dari Anas RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah dihadapkan kepada beliau
seorang laki-laki yang telah minum khamr. Lalu orang tersebut dipukul dengan
dua pelepah kurma (pemukul) sebanyak 40 kali. Anas berkata, “Cara seperti itu
dilakukan juga oleh Abu Bakar”. Tetapi (di zaman ‘Umar) setelah ‘Umar minta
pendapat para shahabat yang lain, maka ‘Abdur Rahman bin ‘Auf berkata,
“Hukuman yang paling ringan ialah 80 kali. Lalu ‘Umar pun menyuruh supaya
didera 80 kali”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya]
ِ ‫ي ص َجلَدَ ِفى اْل َخ ْم ِر ِباْل َج ِر ْي ِد َو‬
‫ احمد و البخارى و مسلم‬. َ‫ َو َجلَدَ اَب ُْو َب ْك ٍر اَ ْر َب ِعيْن‬:‫الن َعا ِل‬ َّ ‫َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن النَّ ِب‬
Dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW pernah memukul (orang) karena minum
khamr dengan pelepah kurma dan sandal. Dan Abu Bakar mendera 40 kali. [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim]
ِ ‫س ْو ُل هللاِ ص َم ْن َكانَ فِى اْلبَ ْي‬
‫ت اَ ْن‬ ُ ‫ فَا َ َم َر َر‬،‫َاربًا‬ ِ ‫ان ا َ ِو اب ِْن النُّ ْع َم‬
ِ ‫ان ش‬ ِ ‫ ِج ْي َء ِبالنُّ ْع َم‬:َ‫ث قَال‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫ع ْقبَةَ ب ِْن اْل َح‬ ُ ‫َع ْن‬
‫ احمد و البخارى‬.ِ‫ض َر ْبنَاهُ ِبالنِ َعا ِل َو اْل َج ِر ْيد‬ َ ‫ فَ ُك ْنتُ فِ ْي َم ْن‬،ُ‫َيض ِْرب ُْوه‬
َ َ‫ ف‬،ُ‫ض َر َبه‬
Dari ‘Uqbah bin Al-Harits, ia berkata, “Nu’man atau anaknya Nu’man pernah
dihadapkan (kepada Nabi SAW) karena minum khamr, lalu Rasulullah SAW
menyuruh orang-orang yang di rumah itu supaya memukulnya, maka aku
(‘Uqbah) termasuk salah seorang yang memukulnya. Kami pukul dia dengan
sandal dan pelepah kurma”. [HR. Ahmad dan Bukhari]
َ ‫س ْو ِل هللاِ ص َو فِى ِإ ْم َر ِة اَ ِبى َب ْك ٍر َو‬
‫صد ًْرا ِم ْن ِإ ْم َر ِة‬ ُ ‫ب فِى َع ْه ِد َر‬
ِ ‫ار‬
ِ ‫ش‬َّ ‫ ُكنَّا نُؤْ تَى ِبال‬:َ‫ب ب ِْن َي ِز ْيدَ قَال‬
ِ ِ‫َع ِن السَّائ‬
‫ َحتَّى اِذَا‬، َ‫ع َم َر فَ َجلَدَ ِف ْي َها ا َ ْر َب ِعيْن‬ َ َ‫ َحتَّى َكان‬،‫ع َم َر فَنَقُ ْو ُم اِلَ ْي ِه نَض ِْربُهُ ِبا َ ْي ِد ْينَا َو ِن َعا ِلنَا َو ا َ ْر ِد َي ِتنَا‬
ُ ‫صد ًْرا ِم ْن ِإ ْم َر ِة‬ ُ
‫ احمد و البخارى‬. َ‫سقُ ْوا َجلَدَ ث َ َما ِنيْن‬
َ َ‫َعت َ ْوا فِ ْي َها َو ف‬
Dari Saib bin Yazid, ia berkata, “Pernah dihadapan seorang peminum khamr
kepada kami di zaman Rasulullah SAW, juga di zaman pemerintahan Abu Bakar
dan di permulaan pemerintahan ‘Umar, lalu kami berdiri menghampiri dia
(peminum khamr itu), maka kami pukul dia dengan tangan-tangan kami, dengan
sandal-sandal kami dan dengan selendang-selendang kami sehingga pada
permulaan pemerintahan ‘Umar RA, ia memukul peminum khamr itu sebanyak 40
kali, sehingga apabila mereka melampaui batas dalam minum khamr itu dan
durhaka (mengulangi lagi), ia dera sebanyak 80 kali”. [HR. Ahmad dan Bukhari]
‫ َو‬،ِ‫َّاربُ ِب َي ِده‬ ِ ‫ َف ِم َّنا الض‬:َ‫ فَقَا َل اَب ُْو ه َُري َْرة‬،ُ‫ اِض ِْرب ُْوه‬:َ‫ب فَقَال‬َ ‫ي ص ِب َر ُج ٍل قَدْ ش َِر‬ َ ِ‫ اُت‬:َ‫َع ْن ا َ ِبى ه َُري َْرة َ قَال‬
ُّ ‫ي النَّ ِب‬
‫ َلَ ت ُ ِع ْيب ُْوا‬،‫ َلَ تَقُ ْولُ ْوا ه َكذَا‬:َ‫ قَال‬،ُ‫ اَ ْخزَ اكَ هللا‬:‫ض اْلقَ ْو ِم‬
ُ ‫ف قَا َل َب ْع‬ َ ‫ فَلَ َّما ا ْن‬،‫َّاربُ ِبث َ ْو ِب ِه‬
َ ‫ص َر‬ ِ ‫ َو الض‬،‫َّاربُ ِبنَ ْع ِل ِه‬ِ ‫الض‬
َ ‫ش ْي‬
‫ احمد و البخارى و ابو داود‬. َ‫طان‬ َّ ‫َعلَ ْي ِه ال‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Pernah dihadapkan seorang laki-laki yang telah
minum khamr kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW bersabda, “Pukullah dia”. Abu
Hurairah berkata, “Maka diantara kami ada yang memukulnya dengan
tangannya, ada yang memukulnya dengan sandal dan ada pula yang memukul
dengan pakaiannya”. Kemudian setelah selesai sebagian kaum itu ada yang
berkata, “Semoga Allah menjadikan engkau hina (hai peminum khamr)”. Maka
sabda Nabi SAW, “Jangan kalian berkata begitu, jangan kalian minta bantuan
syaithan untuk menghukum dia”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Abu Dawud]
ُ ُ‫ فَلَ َّما َكانَ زَ َمن‬. َ‫س ْو ِل هللاِ ص فِى اْل َخ ْم ِر بِنَ ْعلَي ِْن ا َ ْربَ ِعيْن‬
‫ع َم َر َجعَ َل بَدَ َل ُك ِل‬ ُ ‫علَى َع ْه ِد َر‬
َ َ ‫ ُج ِلد‬:َ‫س ِع ْي ٍد قَال‬
َ ‫َع ْن اَبِى‬
‫ احمد‬.‫طا‬ ً ‫س ْو‬
َ ‫نَ ْع ٍل‬
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Peminum khamr di zaman Rasulullah SAW didera
dengan dua sandal sebanyak 40 kali. Kemudian di zaman pemerintahan ‘Umar,
masing-masing sandal itu diganti dengan cambuk”. [HR. Ahmad]
Dari Hudlain bi Mundzir, ia berkata, “Aku pernah menyaksikan Walid
dihadapkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan, setelah selesai shalat Shubuh dua rekaat.
Kemudian ‘Utsman bertanya, “Apakah aku akan menambah kalian ?”. Lalu ada
dua orang yang menjadi saksi atas Walid, salah satu diantara keduanya itu
adalah Humran, (ia berkata) bahwa Walid benar-benar telah minum khamr,
sedang yang satu lagi menyaksikan, bahwa ia melihat Walid muntah khamr. Lalu
‘Utsman berkata, “Sesungguhnya dia tidak akan muntah khamr jika dia tidak
meminumnya”. Lalu ‘Utsman berkata, “Hai ‘Ali, berdirilah, deralah dia”. Maka
‘Ali pun berkata, “Hai Hasan, berdirilah, deralah dia”. Lalu Hasan berkata,
“Serahkanlah pekerjaan yang berat kepada orang yang dapat menguasainya
dengan tidak berat”. Seolah-olah ia pun merasakan keberatan itu. Lalu ia
berkata, “Hai ‘Abdullah bin Ja’far, berdirilah, deralah dia”. Lalu ia pun
menderanya, sedang ‘Ali sendiri menghitung, hingga sampai 40 kali. Lalu ia
berkata, “Berhenti”, lalu ia berkata, “Nabi SAW mendera sebanyak 40 kali, Abu
Bakar juga 40 kali, sedang ‘Umar mendera 80 kali. Namun semuanya itu adalah
sesuai dengan sunnah (Rasul). Dan inilah yang paling saya senangi”. [HR.
Muslim]
‫ َو اِذَا َهذَى ا ْفت ََرى َو َعلَى اْل ُم ْفت َِرى‬،‫سك ََر َهذَى‬
َ ‫ َو اِذَا‬،‫سك ََر‬ َ ‫ اِنَّه ُ اِذَا ش َِر‬:َ‫ب اْل َخ ْم ِر قَال‬
َ ‫ب‬ ُ ‫َع ْن َع ِلي ٍ رض فِى‬
ِ ‫ش ْر‬
‫ الدارقطنى و مالك بمعناه‬.ً‫ث َ َمانُ ْونَ َج ْلدَة‬
Dari Ali RA tentang orang yang minum khamr, ia berkata, “Sesungguhnya jika
dia minum khamr, maka ia mabuk. Dan jika mabuk, ia berkata tidak karuan. Dan
jika berkata-kata tidak karuan, ia berdusta. Sedang orang yang berdusta harus
didera sebanyak 80 kali”. [HR. Daruquthni dan juga Malik semakna dengan itu]
Tentang jumlah pukulan bagi peminum khamar, ulaman berbeda pendapat,
sebab Rasulullah pun tidak menyebutkan atau memberi batasan tentang bilangan
pukulannya. Tidak seperti had zina ghair muhshan atau had qadzaf. Imam abu
hanifah, imam malik, dan ahmad bin hanbal berpendapat bahwa had atau
hukuman bagi peminum khamar adalah 80 kali pukulan jilid. Mereka beralasan
bahwa para sahabat, setelah bermusyawarah menetapkan secara ijma had atau
hukuman bagi peminum khamar adalah sebanyak 80 kali.

Adapun Hadist Nabi SAW dalam cerita Al-walid bin uqbah yaitu:
ِ ‫سنَأ ْ ُخذ ُ ِم ْنهُ ِباْل َح‬
ُ‫ق ا ِْن شَا َء هللا‬ ُ َّ‫ قَدْ ا َ ْكث َ َر الن‬: َ‫ار اَنَّهُ قَا َل ِلعُثْ َمان‬
َ :َ‫ فَقَال‬،ِ‫اس ِفى اْ َلو ِل ْيد‬ ِ ْ‫ع َب ْي ِد هللاِ ب ِْن َعدِى ب ِْن ا‬
ِ ‫لخ َي‬ ُ ‫َع ْن‬
ُ‫ َو َيت ََو َّجه‬. َ‫ اَ ْربَ ِعيْن‬:‫ و فى رواية عنه‬،‫ مختصار من البخارى‬. َ‫ فَ َجلَدَهُ ث َ َما ِنيْن‬،ُ‫ ث ُ َّم دَ َعا َع ِليًّا فَا َ َم َرهُ ا َ ْن يَجْ ِلدَه‬،‫تَعَالَى‬
َ ُ‫س ْوطٍ لَه‬
ِ َ‫ط َرف‬
‫ الشافعى فى‬.‫ان‬ َ ِ‫ب َجلَدَ ب‬ َّ ‫اْل َج ْم ُع بَ ْي َن ُه َما ِب َما َر َواهُ اَب ُْو َج ْعفَ ٍر ُم َح َّمدُ ْبنُ َع ِلي ٍ ا َ َّن َع ِل‬
َ ‫ي بْنَ اَبِى‬
ٍ ‫طا ِل‬
‫مسنده‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Adi bin Khiyar, sesungguhnya dia pernah berkata kepada
‘Utsman, “Banyak orang yang keberatan tentang masalah Walid itu”. Lalu
‘Utsman berkata, “Baiklah, kami akan mengambil darinya dengan benar, insya
Allah”. Kemudian ia memanggil ‘Ali seraya menyuruhnya untuk mendera Walid,
maka ‘Ali mendera Walid sebanyak 80 kali. [Diringkas dari Bukhari]. Dan dalam
satu riwayat lain oleh Bukhari juga, “Ali mendera 40 kali”. Dan dapat
dikompromikan antara kedua riwayat itu dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali, sesungguhnya ‘Ali bin Abu Thalib mendera
Walid dengan satu cemeti berujung dua. [HR. Syafi'i dalam musnadnya]
Artinya
“Nabi telah mendera (peminum khamar) empat puluh kali,abu baker
menderanya 40 kali dan umar menderanya 80 kali,dan semua ini adalah sunnah
sedangkan yang paling saya senangi adalah 80 kali dara,” (HR muslim)

Sementara imam syafi’I dan abu dawud dan para ulama-ulama dzariyah
berpendapat bahwahad bagi peminum minuman keras ialah 40 kali pukulan dera.
Tetapi imam atau hakim dapat menambah 40 kali, sehingga menjadi 80 kali
pukulan dera. Karena tmbahan 40 kali merupakan tazkir hak imam. Jika perlu bias
di tambah jika tdak maka cukup 40 kali dera.

Alat yang digunakan untuk mendera adalah pelepah kurma, sandal, atau
dengan keduanya, sekali tempo dengan tangan. Disepakati bahwa dua orang saksi
lelaki yang tidak fasik diterima sebagai saksi dalam peristiwa pelanggaran minum
khamr, dan jarak antara persaksian mereka dan minumnya orang tadi tidak lebih
dari satu bulan.
Bila seorang saksi memberi kesaksian atas minumanya, sedangkan yang
lain memberi kasaksian bahwa ia melihatnya muntah khamr, mka dikenai had.
Demikian keputusan sahabat Umar di hadapan para sahabat. Ulama sepakat
bahwa peminum khamr, bila ia mengulang-ulang minum khamr, dijatuhi
hukuman setiap kali minum tapi tidak dibunuh.
F. Cara Pengendalian Minuman Keras dan Hikmahnya
Minum minuman keras sudah selayaknya diberantas karena dampak
negatif yang dapat ditimbulkan selain kerena dalam ajaran agama tertentu minum
minuman keras adalah perbuatan yang dilarang. Cara yang paling tepat dalam
memberantas suatu masalah adalah dengan cara mencari sumber permasalahan
tersebut. Sehingga apabila sumber permasalahan tersebut terselesaikan maka
masalah-masalah lain tidak akan timbul atau muncul kembali. Begitu pula dengan
pemberantasan minum minuman keras di Sidemen. Motif seseorang menjadi
alcoholic tentu berbeda-beda, sehingga untuk mencari tahu sumber
permasalahnnya diperlukan suatu konseling. Namun perkembangan konseling
sebenarnya sangat lambat sampai peminum itu sendiri benar-benar menganbil
keputusan untuk berhenti minum.
Salah satu faktor yang menghambat adalah kerena alkohol bersifat aditif
sehingga peminum yang berusaha untuk berhenti akan mengalami sindrom putus
obat yaitu keadaan yang sangat tidak menyanangkan dari tubuh akubat
kekurangan zat aditif. Biasanya cairan infus, magnesium dan glukosa sering
diberikan untuk mencegah beberapa gejala putus obat dan untuk menghindari
dehidrasi atau bisa juga dengan pembarian benzodiazepin selama beberapa hari
untuk menenangkan dan membantu mencegah gejala putus obat. Obat-obatan
anti-psikosa umumnya diberikan untuk sejumlah kecil pecandu dengan halusinasi
alkoholik. Setelah masalah medis darurat berhasil diatasi, program detoksikasi
dan rehabilitasi harus dimulai. Pada tahap pertama pengobatan, alkohol sama
sekali tidak digunakan. Kemudian seorang pecandu harus mengubah perilakunya.
Tanpa bantuan, sebagian besar pecandu akan kambuh dalam beberapa hari atau
beberapa minggu. Seorang alcoholic dapat dikatakan sembuh dari pengaruh
minuman keras tidak hanya dilihat dari berhentinya ia minum minuman keras,
namun juga dari kesembuhan tubuhnya yang telah rusak akibat minum minuman
keras, caranya mengatasi tekanan hidup, serta cara mengatasi rasa percaya diri dan
rasa bersalah.
Adapun hikmah di haramkan meminum minuman keras ialah sbb:
a. Menjaga kesehatan badan dan mental. Karena minuman keras sangat berbahaya
bagi peminumnya mapun akibatny pada orang lain. Minuman keras juga bias
merusak jaringan syaraf pada tubuh manusia terutama syarf otak. Dan dengan di
haramkannya minuman keras maka manusia akan menghindarinya. Sehingga akan
terhindar dari bahaya yang di atas.
b. Menghindari dari lahirnya kejahatan social. Karena orang mabuk sering
melakukan kejahatan. Dan dengan menjauhi minuman keras maka kehidupan
masyarakat akan tentram dan damai.
c. Menjaga generasi penerus agar lebih baik.
d. Melindungi kehormatan, banyak bukti akibat minum minuman keras terjadi
tindakan kekerasan dan pemerkosaan terhadap wanita
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan penjelasan diatas kita dapat menarik beberapa


kesimpulan yaitu:
1. Yang dimaksud dengan minuman keras ialah segala jenis minuman yang
memabukan, sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadaran bagi yang
meminumnya.
2. Hukum minum minuman keras atau khamar ialah haram, dan bagi orang yang
menkonsumsinya, penjual, pengedar yang masi dalam golongan minuman keras
adalah termasuk pelaku dosa besar.
3. Bagi orang yang suka meminum atau mengkonsumsi minuman keras maka akan
mendapatkan had atau hukuman yaitu di jilid atau didera sebanyak 40 sampai 80
kali
4. dan adapun hikmah di haramkan minuman keras agar tubuh kita selalu sehat
jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA

Djariadin Laburunci Buton. (2014) Minuman Keras [Online]. Tersedia:


http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.com/2014/11/makalah-minuman-
keras-khamr.html.[19 November 2014 ]
Losaries, Imam. (2013). Makalah Minuman-minuman Keras, [Online].
Tersedia: http://software-comput.blogspot.com/2013/04/makalah-minum-
minuman-keras.html. [19 November 2014]
Manuel, Franklin. (2013). Contoh Makalah Minuman Keras, [online].
Tersedia: http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-
minuman-keras.html. [19 November 2014]
Redaksi3. (2013). Minuman Keras, [Online]. Tersedia: http://guetau.com/
informasi/kesehatan-lainnya/minuman-keras.html. [19 November 2013]

http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.com/2014/11/makalah-
minuman-keras-khamr.html
MAKALAH
ALKOHOL
KELOMPOK 7 (KONTRA)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam


disusun oleh

Anjali Widhiyani A 171 064


Irena Katrin A 171 079
Lely Fitria A 171 082
Nisrina Arden Tamami A 171 091
Sony Saefulloh A 171 101

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Adab Terhadap Orang Tua" ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas pendidikan agama dengan judul "ALKOHOL DALAM OBAT YANG
TIDAK DIPERBOLEHKAN DALAM ISLAM". Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalahini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
bisadiperbaiki.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat-obatan yang mengandung alkohol masih banyak

diperbincangkan oleh masyarakat tentang status kehalalannya. Hal ini dipicu oleh

anggapan sebagian kalangan yang menyamakan antara alkohol dengan khamr,

padahal dalam kenyataannya ada beberapa perbedaan antara keduanya. Yang

jelas, alkohol bukanlah satu-satunya zat yang memabukkan, karena ada zat lain

yang juga bisa memabukkan.

Pengobatan dengan menggunakan alkohol ini banyak dilakukan

umpamanya untuk antiseptik. Bahkan alkohol merupakan jenis antiseptik yang

cukup berpotensi. Cara kerjanya adalah menggumpalkan protein, struktur penting

sel yang ada pada kuman, sehingga kuman mati. Begitu juga Povidon Iodin (

Betadine ) yang kadang dicampur dengan solusi alkohol, biasanya digunakan

untuk pembersih kulit sebelum tindakan operasi. Selain itu, alkohol sering

digunakan juga sebagai obat kompres penurun panas atau untuk campuran obat

batuk.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alkohol dalam Obat Batuk


Batuk merupakan salah satu penyakit yang cukup sering dialami banyak
kalangan. Sehingga batuk diidentikan sebagai reaksi fisiologik yang normal.
Batuk terjadi jika saluran pernafasan kemasukan benda-benda asing atau karena
produksi lendir yang berlebih. Benda asing yang sering masuk ke dalam saluran
pernafasan adalah debu. Gejala sakit tertentu seperti asma dan alergi merupakan
salah satu sebab kenapa batuk terjadi. Obat batuk yang beredar di pasaran saat ini
cukup beraneka ragam. Baik obat batuk berbahan kimia hingga obat batuk
berbahan alami atau herbal. Jenisnya pun bermacam-macam mulai dari sirup,
tablet, kapsul hingga serbuk (jamu). Terdapat persamaan pada semua jenis obat
batuk tersebut, yaitu sama-sama mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai
pereda batuk. Akan tetapi terdapat pula perbedaan, yaitu pada penggunaan bahan
campuran/penolong. Salah satu zat yang sering terdapat dalam obat batuk jenis
sirup adalah alkohol.
Temuan di lapangan diketahui bahwa sebagian besar obat batuk sirup
mengandung kadar alkohol. Sebagian besar produsen obat batuk baik dari dalam
negeri maupun luar negeri menggunakan bahan ini dalam produknya. Beberapa
produk memiliki kandungan alkohol lebih dari 1 persen dalam setiap volume
kemasannya, seperti Woods’, Vicks Formula 44, OBH Combi, Benadryl,
Alphadryl Expectorant, Alerin, Caladryl, Eksedryl, Inadryl hingga Bisolvon.

Fungsi Alkohol dalam Obat Batuk Menurut Pakarnya

Menurut pendapat salah seorang pakar farmasi Drs Chilwan Pandji Apt
Msc, fungsi alkohol itu sendiri adalah untuk melarutkan atau mencampur zat-zat
aktif, selain sebagai pengawet agar obat lebih tahan lama. Dosen Teknologi
Industri Pertanian IPB itu menambahkan bahwa berdasarkan penelitian di
laboratorium diketahui bahwa alkohol dalam obat batuk tidak memiliki efektivitas
terhadap proses penyembuhan batuk, sehingga dapat dikatakan bahwa alkohol
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan frekuensi batuk yang kita
alami.
Sedangkan salah seorang praktisi kedokteran, dr Dewi mengatakan, “Efek
ketenangan akan dirasakan dari alkohol yang terdapat dalam obat batuk, yang
secara tidak langsung akan menurunkan tingkat frekuensi batuknya. Akan tetapi
bila dikonsumsi secara terus menerus akan menimbulkan ketergantungan pada
obat tersebut.”
Berdasarkan informasi tersebut sebenarnya alkohol bukan satu-satunya
bahan yang harus ada dalam obat batuk. Ia hanya sebagai penolong untuk
ekstraksi atau pelarut saja. [1]
Bedakan Antara Alkohol Pelarut dan Khomr
Sebagaimana telah diketahui tadi bahwa fungsi alkohol dalam obat
semacam obat batuk adalah sebagai solvent (pelarut). Oleh karenanya,
sebagaimana penjelesan kami yang telah lewat mengenai alkohol, mohon alkohol
yang bertindak sebagai solvent (pelarut) ini dibedakan baik-baik dengan alkohol
pada khomr. Karena kedua alkohol ini berbeda.
Perlu kita ketahui terlebih dahulu, khomr adalah segala sesuatu yang
memabukkan. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫َح َرام م ْس ِكر َوك ُّل خ َْمر م ْس ِكر ك ُّل‬

“Setiap yang memabukkan adalah khomr. Setiap yang memabukkan pastilah


haram.”[2]

Yang jadi illah (sebab) pengharaman khomr adalah karena memabukkan.


Khomr diharamkan karena illah (sebab pelarangan) yang ada di dalamnya yaitu
karena memabukkan. Jika illah tersebut hilang, maka pengharamannya pun
hilang. Karena sesuai kaedah “al hukmu yaduuru ma’a illatihi wujudan wa
‘adaman (hukum itu ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)”. Illah dalam
pengharaman khomr adalah memabukkan dan illah ini berasal dari Al Qur’an, As
Sunnah dan ijma’ (kesepakatan ulama kaum muslimin).”[3]

Inilah sebab pengharaman khomr yaitu karena memabukkan. Oleh


karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khomr itu diharamkan karena alkohol
yang terkandung di dalamnya. Walaupun kami akui bahwa yang jadi patokan
dalam menilai keras atau tidaknya minuman keras adalah karena alkohol di
dalamnya. Namun ingat, alkohol bukan satu-satunya zat yang dapat menimbulkan
efek memabukkan, masih ada zat lainnya dalam minuman keras yang juga
sifatnya sama-sama toksik (beracun). Dan sekali lagi kami katakan bahwa Al
Qur’an dan Al Hadits sama sekali tidak pernah mengharamkan alkohol, namun
yang dilarang adalah khomr yaitu segala sesuatu yang memabukkan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari keseluruhan penjelasan diatas kita dapat menarik beberapa


kesimpulan yaitu:
Yang dimaksud dengan minuman keras ialah segala jenis minuman yang
memabukan, sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadaran bagi yang
meminumnya.
Hukum minum minuman keras atau khamar ialah haram, dan bagi orang
yang menkonsumsinya, penjual, pengedar yang masi dalam golongan minuman
keras adalah termasuk pelaku dosa besar.
DAFTAR PUSTAKA

Manuel, Franklin. (2013). Contoh Makalah Minuman Keras, [online].


Tersedia: http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-
minuman-keras.html. [19 November 2014]
Redaksi3. (2013). Minuman Keras, [Online]. Tersedia: http://guetau.com/
informasi/kesehatan-lainnya/minuman-keras.html. [19 November 2013]
MAKALAH
ALKOHOL
KELOMPOK 8 (KONTRA)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam


disusun oleh

Anjali Widhiyani A 171 171


Irena Katrin A 171 079
Lely Fitria A 171 082
Nisrina Arden Tamami A 171 091
Sony Saefulloh A 171 101

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
KATA PENGATAR

ALKOHOL

KELOMPOK 2 PRO

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

disusun oleh

Agus Gustiana A 171 057

Debi Permata A 171 069

Devira Lukita A 171 071

Muhamad Akmal Akbar A 171 085

Sheli Meliani Suryati A 171 096

Tyagita Dwi Lestari A 171 106

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Agama Islam yang berjudul “ALKOHOL”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi

penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana

mestinya.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Budaya minum minuman keras memang sudah ada sejak dulu, tidak hanya di
Bali, di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia mengenal apa yang disebut
dengan minuman keras. Di belahan Eropa terdapat berbagai jenis minuman keras
yang memiliki berbagai nama tergantung dari bahan, kegunaan serta kadar alkohol
dari minuman itu sendiri, seperti anggur, wiski, tequila, bourbon dan lain-lain. Di
daerah Amerika Latin dimana sebagian besar penduduknya merupakan campuran
antara keturunan Indian-Spanyol-Portugis, juga terdapat minuman keras berupa
jägermeister, dan chianti. Begitu pula dengan di Jepang terdapan minuman keras
yang khas yaitu sake. Semakin lama hal tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan nilai terhadap minuman keras di masyarakat, minuman keras yang
secara hukum maupun agama dianggap hal yang tidak baik menjadi sesuatu yang
dianggap lumrah dan wajar untuk dilakukan. Akibat kebiasaan minum tersebut
maka timbulah dampak-dampak terutama yang bersifat negatif dalam hal sosial,
ekonomi dan terutama adalah kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dampak
yang ditimbulkan misalnya mulai dari meningkatnya kasus kriminal terutama
perkelahian remaja, sehingga meresahkan warga masyarakat sekitar, timbulnya
kesenjangan antara kaum peminum tua dan peminum remaja atau antara peminum
daerah satu dengan yang lain, dan kemiskinan yang semakin bertambah.
Kebiasaan minum tersebut juga tentunya berdampak terhadap kesehatan
masyarakat di daerah tersebut, bahkan jika diperhatikan bentuk fisik dari para
peminum mulai berubah, perut mereka menjadi buncit dengan kantung mata
hitam pertanda sering minum miniman keras dan kurang tidur.
Allah mengutus nabi Muhammad SAW untuk membawa wahyu dari-Nya agar
disampaikan kepada seluruh manusia sebagai petunjuk kehidupan manusia.
Kehidupan yang ditunjukkan oleh Allah melalui wahyu tersebut adalah kehidupan
yang mulia, dan untuk menjaga kemuliaan manusia setelah diciptakan dalam
keadaan sebaik-baiknya. Orang yang enggan mengikuti petunjuk hidup Allah ini
akan terjerumus ke dalam kehinaan yang sehina-hinanya, “Telah Kami ciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk, kemudian kami kembalikan kepada tempat
yang serendah-rendahnya” (Q.S. At-Thin : 5-6).
Salah satu faktor yang menjadikan manusia lebih mulia dibandingkan dengan
makhluk lainnya adalah karena ia mendapat karunia akal. Sebab itu untuk
memelihara kemuliaan manusia ini, Allah sangat memperhatikan kesehatan akal.
Sebagai bukti perhatian itu, khamar (minuman keras) yang menyebabkan
kerusakan akal atau menyebabkan fungsi akal terganggu dan diharamkan oleh
Allah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan


alkohol dalam sedian obat itu hukumnya haram, kecuali dalam keadaan
yang sangat darurat. Dan pada kasus ini, tidaklah dalam keadaan yang
terdesak atau darurat, maka dianjurkan untuk memilih alternatif atau
pilihan obat yang lain selain elixir yang mengandung alkohol. Karena,
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak akan menyebabkan mabuk
dan hilangnya kesadaran diri dan dalam keadaan tidak sadarkan diri
tersebut, dapat membuat kita menjadi jauh dengan Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakkiah.1992. Ilmu Pendidikan Islam. Cetakan III. Jakarta : Bumi


Aksara
Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.2012. melalui https://www.kbbi.web.id/

Anda mungkin juga menyukai