Anda di halaman 1dari 22

HUKUM MEROKOK Ketika itulah baru bermunculan pendapat-pendapat dari kalangan para ulamak mengenai hukumnya.

Pelbagai risalah/kitab yang ditulis mengenainya. Secara ringkasnya, terdapat 4 pendapat tentang hukum merokok, iaitu: 1. Haram 2. Makruh 3. Boleh 4. Memperincikan hukum Berikut ini adalah perinciannya: 1. Haram Para ulamak dari golongan pertama mengatakannya sebagai haram secara mutlak. Mereka mengharamkannya atas sebab-sebab berikut: 1. Asap dan bau rokok adalah keji. Firman Allah Taala: (Al-Araf:157) 2. Rokok mengakibatkan kematian sebahagian penghisapnya. Firman Allah Taala: (Al-Nisaa:29) 3. Membelanjakan wang untuk rokok merupakan suatu pembaziran. Kerana rokok tidak membawa sebarang faedah. Firman Allah Taala: (Al-Isra:26) 4. Rokok mengandungi kemudaratan yang diakui oleh para doktor. Sabda Rasulullah s.a.w.: "Tidak boleh memberi mudarat dan tidak memudaratkan." (HR Malik, Daruquthni & Jamaah) 5. Asap dan bau rokok adalah kotor/tidak bersih. Sabda Rasulullah s.a.w.: Allah itu bersih dan Dia cintakan kebersihan" (HR al-Bazzar) 6. Merokok dapat menyakiti orang yang bersebelahan atau berhampiran dengannya. Sabda Rasulullah s.a.w.: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan dan akhirat, janganlah menyakiti jirannya." (HR Bukhari & Muslim) 2. Makruh

Para ulamak yang berpendapat bahawa rokok itu makruh adalah dengan beberapa alasan, antaranya ialah:

1. Merokok memudaratkan kesihatan, lebih-lebih lagi jika ia dihisap dengan banyak. Manakala yang menghisap sedikit, jika dihimpun-himpun akan menjadi banyak juga.

2. Mengurangkan harta, sekalipun tidak sampai ke peringkat membazir.Padahal, jika duit itu digunakan untuk perkara-perkara yang bermafaat adalah lebih baik lagi. 3. Bau dan asap rokok yang tidak enak boleh menganggu dan menyakiti orang lain. Sama seperti orang yang memakan bawang mentah, petai, jering dsbnya. 4. Masyarakat memandang rendah orang yang menghisap rokok. 5. Melalaikan seseorang dari mengerjakan ibadah secara sempurna. 6. Orang yang ketagihan rokok, fikirannya menjadi tidak keruan apabila tidak dapat merokok dalam jangka waktu tertentu. Syeikh Abu Sahal Muhamad bin al-Waiz al-Hanafi mengatakan bahawa kemakruhan merokok disabitkan dengan dalil yang pasti (qathI), sedangakan keharamannya disabitkan dengan dalil yang zhanni (tidak pasti). 3. Boleh Semuanya itu pada asalnya adalah halal. Sedikitpun tidak haram. TETAPIIa akan bertukar menjadi haram seandainya: a. Ada dalil yang mengharamkannya. Seperti daging babi, asalnya adalah halal, tetapi sebab ada ayat al-Quran yang mengharamkannya, maka ia bertukar menjadi haram. Jadi, babi itu haram dimakan bukan sebab dirinya itu haram, tetapi sebab al-Quran mengharamkannya. b. Di bawah satu dalil atau kaedah umum yang membawa kepada hukum haram. Seperti, ada ayat al-Quran yang secara umum melarang membunuh jiwa. Jadi, kalau kita memakan racun yang boleh membawa maut, maka haram hukumnya. Asal racun itu adalah halal, tetapi oleh kerana ayat suatu ayat umum yang melarang membunuh jiwa, maka racun itu bertukar menjadi haram dimakan. c. Diqiyaskan dengan kepada sesuatu yang haram, yang illahnya bersekutu pada keduanya. Contohnya, dadah. Mana ada di dalam al-Quran yang menyatakan secara jelas tentang haramnya dadah. Tetapi, ia diqiyaskan dengan khamar yang secara jelas diharamkan oleh al-Quran. Khamar diharamkan kerana memabukkan. Kerana memabukkan itulah yang disebutkan sebagai illah (penyebab hukum berlaku). Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahawa setiap perkara yang ada illah itu adalah haram hukumnya. Dadah, ada atau tidak illah tersebut (memabukkan)? Sudah tentu ada! Maka dadah juga dihukumkan haram seperti arak. Dalil yang digunakan untuk mengharamkan rokok dilalahnya (petunjuk hukum) bersifat zhanni (tidak pasti). Perkataan keji di dalam ayat yang diberi adalah tidak tepat jika memasukkan asap rokok ke dalam sebahagian dari maksud `keji yang dikehendakki oleh al-Quran. Begitu juga dengan membunuh jiwa. Ia tidaklah secara yakin berlaku kepada semua perokok dan dalam semua keadaan. Mengenai kemudaratan merokok pula, tidaklah semua yang memudaratkan itu haram hukumnya. Ada mudarat yang tidak haram. Kemudaratan adalah sesuatu yang besifat nisbi ada yang haram dan ada yang makruh. Tentang hujah mengatakan ia menyakitkan/mengganggu, sama seperti memudaratkan. Tidak semuanya haram, ada juga menyakitkan itu hanya makruh sahaja. Samalah halnya

dengan hujah lain yang diketengahkan, yaitu: kebersihan dan pembaziran. Tidak semuanya haram, kerana di sana ada yang makruh sahaja hukumnya. Komentar : Mengingat mudharatnya yang sangat jelas, nampaknya pendapat 1 dan 2, lebih hati-hati Tarjih 1. Dr. Yusof al-Qardhawi lebih cenderung kepada hukum haram merokok.. 2. Para ulamak Hijaz juga cenderung kepada hukum haram merokok. 3. Syeikh Mahmud Syaltut cenderung kepada hukum haram merokok. 4. Syeikh Abu Sahal Muhamad bin al-Waizh al-Hanafi condong kepada hukum makruh. 5. Syeikh Abdul Ghani al-Nabilisi mengatakan boleh 6. Syeikh Athiyah Saqr condong kepada pendapat yang memperincikan hukum merokok. http://soni69.tripod.com/fiqh/fiqh_ahkaim_merokok.htm Muqaddimah Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad Dary Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Agama adalah nasihat, Kami berkata: Untuk Siapa ya Rasulullah? Beliau bersabda: Untuk Allah, untuk KitabNya, untuk RasulNya, untuk para imam kaum muslimin, dan orang-orang umum dari mereka. (HR. Muslim. Lihat Imam an Nawawi, Riyadhus Shalihin, Bab Fi An Nashihah, hal. 72, hadits no. 181. Maktabatul Iman, Manshurah,Tanpa tahun. lihat Juga Arbain an Nawawiyah, hadits no. 7, Lihat juga Imam Ibnu Hajar al Asqalany, Bulughul Maram, Bab At targhib fi Makarimil Akhlaq, hal. 287, hadits. No. 1339. Darul Kutub al Islamiyah. 1425H/2004M) Inilah nasihatku untuk diriku sendiri, dan saudaraku kaum muslimin, juga para dai, atau imam mesjid, yang masih terbelenggu dengan candu rokok .. untuk mereka yang mencari ketenangan dengan merokok, padahal seorang mumin mencari ketenangan melalui dzikir dan shalat untuk mereka yang tengah mencari kejelasan dan kebenaran . Untuk merekalah risalah ini dipersembahkan Rokok, siapa yang tidak kenal dengan benda satu ini. Ia telah menyatu dalam kehidupan sebagian manusia. Baik orang awam, atau kaum intelek, miskin atau kaya, pedesaan atau kota , pria bahkan wanita, priyai atau kiayi. Kehidupan mereka seperti dikendalikan oleh rokok. Mereka sanggup untuk tidak makan berjam-jam, tetapi pusing jika berjam-jam tidak merokok. Mengaku tidak ada uang untuk bayar sekolah, tetapi koq selalu ada uang untuk membeli rokok. Sungguh mengherankan! Tulisan ini diturunkan dalam rangka menyelamatkan umat manusia, khususnya umat Islam, dari bahaya rokok, serta bahaya para propagandis (pembela)nya dengan ketidakpahaman mereka tentang nash-nash syari (teks-teks agama) dan qawaidusy syariyyah (kaidah-kaidah syariat). Atau karena hawa nafsu, mereka memutuskan hukum agama karena perasaan dan kebiasaannya sendiri, bukan karena dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah, serta aqwal (pandangan) para ulama Ahlus Sunnah yang mutabar (yang bisa

dijadikan rujukan). Lantaran mereka, umat terus terombang ambing dalam kebiasaan yang salah ini, dan meneladani perilaku yang salah, lantaran menemukan sebagian para dai hobi dengan rokok. Padahal para dai adalah pelita, lalu, bagaimana jika pelita itu tidak mampu menerangi dirinya sendiri? Wallahul Mustaan! Mereka beralasan tidak saya temukan dalam Al Quran dan Al Hadits yang mengharamkan rokok. Sungguh, ini adalah perkataan yang mengandung racun berbahaya bagi orang awam, sekaligus menunjukkan keawaman pengucapnya, atau kemalasannya untuk menelusuri dalil. Sebab banyak hal yang diharamkan dalam Islam tanpa harus tertera secara manthuq (tekstual/jelas tertulis) dalam Al Quran dan As Sunnah. Kata-kata rokok jelas tidak ada dalam Al Quran dan As Sunnah secara tekstual, sebab bukan bahasa Arab, nampaknya anak kecil juga tahu itu. Nampaknya, orang yang mengucapkan ini tidak paham fiqih, bahwa keharaman dalam Al Quran bisa secara lafaz (teks tegas mengharamkan) atau keharaman karena makna/pengertian/maksud. Nah, secara lafaz memang tidak ada tentang haramnya rokok, tetapi secara makna/pengertian/maksud, jelas sangat banyak dalilnya. Orang yang mengucapkan kalimat seperti ini ada beberapa kemungkinan, pertama, ia benar-benar tidak tahu alias awam dengan urusan syariat, jika demikian maka ucapan tidak saya temukan dst itu bisa dimaklumi. Kedua, ia telah mengetahui adanya ayat atau hadits yang secara makna mengharamkan apa pun yang dapat merusak diri sendiri dan orang lain termasuk rokok, tetapi ia memahaminya sesuai selera dan hawa nafsunya sendiri, tidak merujuk kepada pandangan para Imam dan Ulama yang mendalam. Ketiga, ia sudah mengetahui dalilnya tetapi ia sembunyikan dari umat, atau ia pura-pura tidak tahu, maka ini adalah sikap dusta dan kitmanul haq (menyembunyikan kebenaran) yang dikecam dalam agama. Sejak zaman sahabat, umat telah ijma (sepakat) bahwa Anjing adalah haram dimakan, namun adakah ayat atau hadits secara jelas yang menyatakan Anjing haram di makan? Tidak ada! Tetapi kenapa Islam mengharamkan? Karena kita memiliki qawaid al fiqhiyyah fi at tahrim (kaidah-kaidah fiqih dalam mengharamkan), maqashid syariah (esensi syariat) yang mafhum secara tersirat, serta qarinah (korelasi/petunjuk isyarat) tentang haramnya sesuatu walau tidak secara jelas disebut nama barangnya atau perbuatannya. Nah, kaidah-kaidah inilah yang nampaknya luput dari mereka dalam perkara rokok ini. Dikhawatiri dari pandangan sebagian dai yang terlalu tekstual dan kaku ini, nanti-nanti ada umat yang mengatakan bahwa memonopoli barang dagangan adalah halal, karena tidak ada ayat atau hadits secara terang tentang monopoli, Joget ala ngebor Inul juga halal, karena tidak ada ayat atau hadits yang membahas tentang goyangnya Inul! Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Ada lagi yang berkata, Bukankah para kiayi juga merokok? Bukankah mereka ahli agama? Jawaban kami: Hanya Rasulullah yang mashum (terpelihara dari kesalahan), sedangkan selainnya (walau ulama atau kiayi) bisa saja salah. Kebenaran bukan dilihat dari orangnya, tapi lihatlah dari perilakunya, sejauh mana kesesuaian dengan Al Quran dan As Sunnah. Kami amat meyakini dan berbaik sangka, para kiayi yang merokok pun sebenarnya membenci apa yang telah jadi kebiasaan mereka, hanya saja karena sudah candu, mereka sulit meninggalkannya. Akhirnya, tidak sedikit di antara mereka yang mencari-cari

alasan untuk membenarkan rokok. Sungguh, Ahlus Sunnah adalah orang yang berani beramal setelah adanya dalil, bukan beramal dulu, baru cari-cari dalil dan alasan. Imam Malik Radhiallahu Anhu berkata: Perkataan seluruh manusia bisa diterima atau ditolak, hanya perkataan penghuni kubur ini (yakni Rasulullah) yang wajib diterima (tidak boleh ditolak). Imam Hasan al Banna Rahimahullah berkata: Setiap manusia bisa diambil atau ditinggalkan perkataan mereka, begitu pula apa-apa yang datang dari para salafus shalih sebelum kita yang sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, kecuali hanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam (yang perkatannya wajib diterima tidak boleh ditolak, pen) .. (Al imam Asy Syahid Hasan al Banna, Majmuah Ar Rasail, hal.306. Maktabah at Taufiqiyah, Kairo. Tanpa tahun) Memang keteladanan hanya ada pada diri Rasulullah Shallallahu Alaih wa Sallam. Dan untuk para dai hati-hatilah, sebab Allah Taala berfirman: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An Nahl (16): 116) Dari Abdullah bin Amr bin al Ash Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallah Alaihi Wa Sallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara begitu saja dalam diri manusia, tetapi dicabutnya ilmu melalui wafatnya para ulama. Sehingga orang berilmu tidak tersisa, lalu manusia menjadikan orang bodoh menangani urusan mereka. Mereka ditanya lalu menjawab dengan tanpa ilmu. Akhirnya, mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, lihat Syaikh Fuad Abdul Baqi, Al luLu wal Marjan, Kitabul ilmi, hal. 457, hadits no. 1712. Darul Fikri, Beirut . 1423H/2002M) Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah diambilnya ilmu (agama) dari kalangan ashaghir. (HR. Abdullah bin al Mubarak, dalam kitab Az Zuhd, dengan sanad hasan) Siapakah Ashaghir? Berkata Abdullah bin al Mubarak Rahimahullah, yaitu orang yang Qillatul ilmi (sedikit ilmunya). Ya, sedikit ilmunya tetapi banyak gayanya! Lidahnya menjulur melebihi pengetahuannya. Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat majelisnya denganku pada hari kiamat nanti adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian. Dan sesungguhnya yang paling saya benci dan paling jauh dariku adalah yang banyak omongnya (ats tsartsarun), bermulut besar (al mutasyaddiqun), dan al mutafaihiqun. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami telah tahu ats tsartsarun dan al mutasyaddiqun, tetapi apakah al mutafaihiqun? Rasulullah menjawab: Yaitu al Mutakabbirun (orang

yang merasa besar, sok berilmu). (HR. Imam At Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan. Imam an Nawawi, Riyadhush Shalihin, Bab Husn al Khuluq, hal. 187, hadits no. 629. Maktabatul Iman, Al Manshurah) Berikut ini akan kami paparkan adillatusy syariyyah (dalil-dalil syara) dari Al Quran dan As Sunnah tentang haramnya rokok, yang tidak ada keraguan di dalamnya, berserta kaidah-kaidah fiqhiyyah yang telah disepakati para ulama mujtahidin, dan kami paparkan pula pandangan ulama dunia tentang rokok. Wallahul Mustaan!

1.Dalil dari Al Quran Allah Azza wa Jalla berfirman: Dan Janganlah kalian menjerumuskan diri kalian dengan tangan kalian sendiri ke dalam jurang kerusakan. (QS. Al Baqarah (2): 195) Dan Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri .. (QS. An Nisa (4): 29) Perhatikan dua ayat ini, tidak syak (ragu) lagi, merokok merupakan tindakan merusak diri si pelakunya, bahkan tindakan bunuh diri. Para pakar kesehatan telah menetapkan adanya 3000 racun berbahaya, dan 200 diantaranya amat berbahaya, bahkan lebih bahaya dari Ganja (Canabis Sativa). Mereka menetapkan bahwa sekali hisapan rokok dapat mengurangi umur hingga beberapa menit. Wallahu Alam bis Shawab. Pastinya, umur manusia urusan Allah Taala, namun penelitian para pakar ini adalah pandangan ilmiah empirik yang tidak bisa dianggap remeh. Al Ustadz Muhamad Abdul Ghafar al Hasyimi menyebutkan dalam bukunya Mashaibud Dukhan (Bencana Rokok) bahwa rokok bisa melahirkan 99 macam penyakit. Lancet, sebuah majalah kesehatan di Inggris menyatakan bahwa merokok itu adalah penyakit itu sendiri, bukan kebiasaan. Perilaku ini merupakan bencana yang dialami kebanyakan anggota keluarga, juga bisa menurunkan kehormatan seseorang. Jumlah yang mati karena rokok berlipat ganda. Majalah ini menyimpulkan, asap rokok lebih bahaya dari asap mobil. Perhatikan dua ayat di atas, ia menggunakan sighat lin nahyi wa lin nafyi (bentuk kata untuk pengingkaran/larangan) yang bermakna jauhilah perbuatan merusak diri atau mengarah pada bunuh diri. Dalam kaidah Ushul Fiqh disebutkan al Ashlu fi an Nahyi lil Haram (hukum asli dari sebuah larangan adalah haram). Seperti kalimat wa laa taqrabuz zinaa .. (jangan kalian dekati zina) artinya mendekati saja haram apa lagi melakukannya. Maksudnya, ada dua yang diharamkan dalam ayat ini yakni 1. Berzina, dan 2. perilaku atau sarana menuju perzinahan. Ini Sesuai kaidah Ushul Fiqh, Ma ada ilal haram fa huwa haram (Sesuatu yang membawa kepada yang haram, maka hal itu juga haram). Begitu pula ayat Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri, artinya, yang haram yaitu 1. Bunuh diri, dan 2. Perilaku atau sarana apapun yang bisa mematikan diri sendiri. Imam Asy Syaukani berkata dalam Kitab tafsirnya, Fat-hul Qadir, tentang maksud ayat An Nisa 29 di atas:

Artinya: Maksud firmanNya Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri adalah Wahai muslimun, janganlah kalian saling membunuh satu sama lain, kecuali karena ada sebab yang ditetapkan oleh syariat. Atau, janganlah bunuh diri kalian dengan perbuatan keji dan maksiat, atau yang dimaksud ayat ini adalah larangan membunuh diri sendiri secara hakiki (sebenarnya). Tidak terlarang membawa maksud ayat ini kepada makna-makna yang lebih umum. Dalilnya adalah Amr bin al Ash berhujjah (berdalil) dengan ayat tersebut, ketika ia tidak mandi wajib (mandi junub) dengan air dingin pada saat perang Dzatul Salasil. Namun, Nabi Shaliallahu Alaihi wa Sallam mendiamkan (tanda setuju) hujjah (alasan) yang yang dipakai olenya. Ini ada dalam Musnad Ahmad, Sunan Abu daud, dan lain-lain. Demikian dari Imam Asy Syaukani Rahimahullah. (Lihat juga Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Azhim, Jilid 1, hal. 480. Toha Putera Semarang, dengan naskah berbahasa Arab yang disesuaikan dengan naskah dari Darul Kutub Al Mishriyah) Dalam ayat lain Allah Taala juga berfirman: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (QS. Al Isra (17): 27) Tidak ragu pula, hobi merokok merokok tindakan tabdzir (pemborosan) dan penyia-nyiaan terhadap harta. Mereka tidak mendapatkan apa-apa dari rokok kecuali ketenangan sesaat, bahaya penyakit yang mengancam jiwa, dan terbuangnya uang secara sia-sia. Bahkan, Allah Taala menyebut mereka sebagai saudara-suadara syaitan. Berkata Imam Asy Syaukany tentang tafsir ayat ini: Bahwa orang yang berbuat mubadzir (pemboros) diumpamakan seperti syaitan, dan setiap yang diumpamakan dengan syaitan maka baginya dihukumi sebagai syaitan, dan setiap syaitan adalah ingkar (terhadap Allah, pen), maka orang yang mubadzir adalah orang yang ingkar. (Imam Asy Syaukany, dalam Fat-hul Qadir-nya) Sebagian ulama seperti Imam Asy Syaukany ini- ada yang mengatakan bahwa berlebihan dalam berinfak juga termasuk tabdzir (pemborosan)[1], maka apalagi berlebihan dalam merokok! Berpikirlah wahai manusia! Maka, haramnya rokok adalah muwafaqah bil maqashid asy Syariah (sesuai dengan tujuan syariat) yang menghendaki terjaganya lima hal asasi (mendasar), yaitu agama, nyawa, harta, akal, dan keturunan. Imam al Qarafi al Maliki menambahkan menjadi enam, yaitu kehormatan. Allah Taala juga menyebut tentang ciri-ciri orang yang beriman yakni orang yang: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya (QS.Al Muminun (23): 8)

Kesehatan adalah anugerah dari Allah yang harus dijaga, itu adalah amanah dari Allah Taala yang tidak boleh dikhianati. Dalam hadits disebutkan, Laa Imanan liman laa amanata lahu (tidak ada iman bagi orang yang tidak menjaga amanah). Seharusnya, seorang muslim yang baik berhati-hati dengan perkara amanah ini, sebab akan menjatuhkannya dalam kategori kemunafikan. Wal Iyadzubillah! Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang ayat ini: Yaitu jika diberi amanah ia tidak mengkhianatinya, bahkan ia menunaikannya kepada pihak yang memberinya. (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Azhim, Jilid 3, hal. 239) Itulah orang yang beriman, ia menjaga amanah. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak menjaga amanah? Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Tanda orang munafik ada tiga: jika bicara ia dusta, jika janji ia ingkar, jika diberi amanah ia khianat. (HR. Bukhari dan Muslim, Lihat Imam an Nawawi, Riyadhus Shalihin, Bab al Amr bi AdaI al Amanah, hal. 77, hadits no. 199, dan juga Bab al Wafa bil Ahdi wa Injaz bil Wadi, hal. 201, hadits no. 687. Maktabatul Iman, Manshurah. Lihat juga kitabnya Syaikh Fuad Abdul Baqi, Al LuLu wal Marjan, Bab Bayan Khishal al Munafiq, hadits no. 38. Darul Fikr, Beirut . Lihat juga Imam Ibnu Hajar al Asqalany, Bulughul Maram, Bab at Tarhib min Masawi al Akhlaq, hal. 279, hadits no. 1296. Cet. 1, Darul Kutub al islamiyah. 1425H/2004M) Demikianlah dalil-dalil Al Quranul Karim yang amat tegas dan jelas tentang larangan merusak diri sendiri dan berbuat mubadzir, mengkhianati amanah kesehatan, yang semua itu telah dilakoni oleh aktifitas merokok. Bagian ini telah kami paparkan juga beberapa hadits, dan pandangan para ulama terdahulu kita. Alhamdulillah

2. Dalil-dalil dari As Sunnah Al Muthahharah Selain beberapa hadits di atas, ada lagi beberapa hadits lain yang memperkuat larangan merokok bagi seorang muslim. Kami hanya akan menggunakan hadits-hadits yang maqbul (bisa diterima periwayatannya) yaitu yang shahih atau hasan, ada pun hadits yang mardud (tertolak/tidak boleh digunakan khususnya dalam masalah aqidah dan hukum) yaitu hadits dhaif, tidak akan kami gunakan. Nasalullaha as salamah wal afiyah Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa SallamI bersabda: Di antara baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. (HR. Imam At Tirmidzi, ia berkata hasan. Bulughul Maram, Bab Az Zuhd wal Wara, hal. 277, hadits no. 1287. Darul Kutub al Islamiyah)

Ya, tanda baiknya kualitas Islam seseorang adalah ia meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat. Rokok tidak membawa manfaat apa-apa, kecuali ancaman bagi kesehatan dan jiwa dan pemborosan. Ada pun ketenangan dan konsentrasi setelah merokok, itu hanyalah sugesti. Hendaknya bagi seorang muslim yang sadar dan faham agama merenungi hadits yang mulia ini. Dari Abu Shirmah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang memudharatkan (merusak) seorang muslim yang lain, maka Allah akan memudharatkannya, barang siapa yang menyulitkan orang lain maka Allah akan menyulitkan orang itu. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, ia menghasankan. Bulughul Maram, hal. 282, hadits no. 1311) Ada istilah perokok pasif yaitu orang yang tidak merokok namun tanpa disengaja (baik ia sudah menghindar atau belum) ia menghirup juga asap rokok. Bahkan menurut penelitian, perokok pasif mendapatkan dampak yang lebih berbahaya, sebab selain ia mendapatkan racun dari asap rokok, juga mendapat racun dari udara yang ditiupkan si perokok yang telah bercampur dengan asapnya. Inilah mudharat (kerusakan) yang telah dibuat oleh para perokok aktif kepada orang lain. Jelas Rasulullah amat melarangnya, bahkan ia mendoakan agar Allah Taala membalas perbuatan rusak orang tersebut. Berkata Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya, Al Muhalla, Maka barangsiapa yang menimbulkan mudharat pada dirinya sendiri dan pada orang lain berarti ia tidak berbuat baik, dan barangsiapa yng tidak berbuat baik berarti menentang perintah Allah untuk berbuat baik dalam segala sesuatu. (Al Muhalla, Jilid 7, hal. 504-505) Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Alaihis Shalatu was Salami bersabda: Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia telah menjadi bagian kaum itu. (HR. Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Hibban menshahihkannya. Bulughul Maram, hal 277, hadits no. 1283. Hadits ini juga dishahihkan para Ahli Hadits seperti Syaikh Syuaib al Arnauth, Syaikh al Albany, dan Syaikh Ahmad Syakir Rahimahumullah) Dalam sejarahnya, rokok pertama kali dilakukan oleh suku Indian ketika sedang ritual penyembahan dewa-dewa mereka. Kami yakin perokok saat ini tidak bermaksud seperti suku Indian tersebut, namun perilaku yang nampak dari mereka merupakan bentuk tasyabbuh bil kuffar (penyerupaan dengan orang kafir) yang sangat diharamkan Islam. Dan perlu diketahui, bahwa Fiqih Islam menilai seseorang dari yang terlihat (nampak), adapun hati atau maksud orangnya, kita serahkan kepada Allah Taala. Allah Taala berfirman: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra (17): 36) Demikian, kami cukupkan dulu dalil-dalil dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sebenarnya seluruh keterangan di atas kami kira- sudah mencukupi, namun ada baiknya kami

tambahkan beberapa hal untuk lebih meyakinkan lagi.

3. Qawaid al Fiqhiyyah (Kaidah-kaidah fiqih) Dalam fiqih ada kaidah-kaidah yang biasa digunakan para Ulama mujtahid (ahli ijtihad) untuk membantu menyimpulkan dan memutuskan sebuah hukum, baik untuk keputusan haram atau halalnya sesuatu benda atau perbuatan. Dalam menentukan haramnya rokok ini ada beberapa kaidah yang menguatkan, di antaranya: Ma ada ilal haram fa huwa haram atau Al Washilah ilal haram fa hiya haram (Sesuatu atau sarana yang membawa kepada keharaman, maka hukumnya haram). Merusak diri sendiri dengan perbuatan yang bisa mengancam kesehatan dan jiwa, jelas diharamkan dalam syariat, tanpa ragu lagi. Maka, merokok atau perilaku apa saja yang bisa merusak diri dan mengancam jiwa, baik cepat atau lambat, adalah haram, karena perilaku tersebut merupakan sarananya. Laa Dharara wa Laa Dhirar (janganlah kalian rusak (melakukan dharar) atau merusak orang lain). Sebenarnya kaidah ini adalah bunyi hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah. Merokok selain merusak diri sendiri, juga merusak kesehatan orang lain di sekitarnya (perokok pasif). Keduanya (yakni merusak diri sendiri dan merusak orang lain) sama-sama dilarang oleh syariat. Ada pun bagi pelakunya ia mengalami dharar mali (kerusakan pada harta, karena ia menyia-nyiakannya), dharar jasady (kerusakan tubuh, karena membahayakan kesehatan bahkan jiwa), dharar nafsi (merusak kepribadian-citra diri). Jika berbahaya bagi kesehatan saja sudah cukup untuk mengharamkan, apalagi jika sudah termasuk menghamburkan uang dan menurunkan harga diri. Tentu lebih kuat lagi pengharamannya. Darul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih (Menghindari kerusakan, harus didahulukan dibanding mengambil manfaat). Kita tahu, para perokok katanya- merasa tenang dan konsentrasi ketika merokok. Baik, taruhlah itu manfaat yang ada, namun ternyata dan terbukti bahwa mudharatnya sangat jauh lebih besar, maka menurut kaidah ini walau rokok punya manfaat, ia tetap wajib ditinggalkan, dalam rangka menghindari kerusakan yang ditimbulkannya. Faktanya, manfaatnya tidak ada, hanya sugesti dan mitos.

4. Alasan Mereka dan Bantahannya Mereka beralasan bahwa hukum asal segala sesuatu (urusan dunia) adalah mubah (boleh) kecuali ada dalil syariat yang mengharamkannya. Nah, kami tidak menemukan dalil pengharamannya. Alasan ini sudah terjawab secara tuntas dan rinci dari uraian di atas. Telah kami paparkan beberapa ayat, beberapa hadits, yang mengarah pada haramnya rokok (atau apa saja yang termasuk membahayakan kesehatan dan jiwa, dan mubadzir), beserta pandangan para Imam umat Islam. Ucapan kami tidak menemukan dalil pengharamannya bukan berarti tidak ada dalilnya. Sebab, tidak

menemukan bukan berarti tidak ada. Hal ini, tergantung kejelian, kemauan, dan yang paling pentingkesadaran manusianya. Memang, masalah ilmu dan kebenaran, bukan tempatnya bagi orang malas dan pengekor hawa nafsu dan emosi. Mereka beralasan bahwa, Kami pusing jika tidak merokok, jika merokok, kami kembali tenang dan konsentrasi. Alasan ini tidak layak keluar dari mulut orang Islam yang baik, apalagi dai. Ucapan ini justru telah membuka kedok, bahwa orang tersebut telah ketergantungan dengan rokok, yang justru memperkuat keharamannya. Bahkan menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab, rokok telah menjadi berhala bagi orang ini, sehingga ia tidak layak menjadi imam shalat. Itu menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab. Bagi kami, ia masih boleh menjadi imam shalat, sebab Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhu pernah shalat menjadi makmum di belakang ahli maksiat, yaitu seorang gubernur zhalim di Madinah, Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafy. Ya, ajaib memang. Jika, memang mengaku muslim (tidak usahlah mumin kalau masih berat), seharusnya ia berdzikir kepada Allah Taala supaya pikiran tenang, hati khusyu dan konsentrasi, bukan dengan merokok! Karena hanya dengan mengingat Allah Taala hati menjadi tenang. Wallahul Mustaan! Allah Taala berfirman: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Radu (13): 28) Alasan lainnya adalah, Bagi kami merokok adalah makruh saja, makruhkan tidak berdosa. Jawaban ini hanya keluar dari orang yang wahnun fid din (lemah dalam beragama), tidak wara, mempermainkan fiqih, dan mutasahil (menggampang-gampangkan). Jika benar itu makruh, maka tahukah Anda apa itu makruh? Ia diambil dari kata karaha (membenci), makruh artinya sesuatu yang dibenci, siapa yang membenci? Allah Taala! Muslim yang baik, yang mengaku Allah Taala adalah kekasihnya, ia akan meninggalkan hal yang dibenci kekasihnya. Kekasih model apa yang hobi melakukan sesuatu yang dibenci olah sang kekasih? Dahulu, kami pun sekadar memakruhkan rokok, sebagaimana pendapat Imam Hasan al Banna dan Syaikh Said Hawwa Rahimahumallah. Namun, apa yang kami yakini itu, dan apa yang difatwakan oleh dua ulama ini adalah pandangan lama ketika sains belum berkembang, penemuan tentang bahaya rokok tidak separah seperti yang terkuak sekarang. Kami yakin, jika dua ulama ini berumur panjang dan diberi kesempatan untuk melihat perkembangan bahaya rokok, niscaya mereka akan merubah pendapatnya. Sebab mereka berdua adalah ulama yang terkenal open mind (pikiran terbuka), tidak jumud (statis/diam di tempat), mereka selalu terus mencari kebenaran. Sesungguhnya, perubahan pendapat atau ijtihad yang disebabkan perubahan kondisi, tempat, dan

peristiwa, dalam sejarah khazanah fiqih Islam bukanlah hal yang aneh.*2+ Imam Ahlus Sunnah, Asy Syafii Radhiallahu Anhu ketika masih tinggal di Baghdad ia memiliki Qaul Qadim (pendapat lama), namun ketika ia hijrah ke Mesir dan wafat di sana, lantaran perubahan kondisi, tempat, dan juga kematangan usia dan ilmu, ia merubahnya menjadi Qaul Jadid (pendapat baru). Contoh lain sangat banyak dan bukan di sini tempatnya. Yang pasti, kami telah merevisi apa yang kami yakini dahulu. Sebab para ahli telah menegaskan betapa bahayanya rokok bagi penghisapnya dan orang di sekitarnya, cepat atau lambat. Dahulu dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, para pakar mengatakan bahaya rokok hanya ini dan itu. Namun sekarang ketika ilmu pengetahuan sudah maju, rahasia yang dahulu tertutup menjadi terbuka, racun yang dahulunya tersembunyi sekarang diketahui. Maka, tidak ragu lagi, bahwa saat ini kurang tepat jika rokok dihukumi makruh, melainkan haram. Masalahnya, adakah kesadaran dalam diri kita untuk merubah kebiasaan yang sudah mentradisi? Sungguh, bersegera menuju kebenaran adalah lebih utama dari pada berlama-lama dalam kesalahan.

5. Pandangan Ulama Dunia Tentang Rokok Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Ali Asy Syaikh berkata, Saya pernah ditanya tentang hukum tembakau yang sering dihisap oleh orang yang belum paham tentang haramnya rokok. Maka kami jawab, bahwa kami kalangan para ulama dan syaikhSyaikh kita yang dahulu, para ahli ilmu, para imam dawah, ahli Najd (daerah antara Makkah dan Madinah), dahulu sampai sekarang menghukumi bahwa rokok itu haram, berdasarkan dalil yang shahih, dan akal yang waras, serta penelitian para dokter yang masyhur. Lalu Syaikh menyebut dalil-dalil tersebut, beliau juga mengatakan bahwa haramnya rokok telah difatwakan oleh para ulama dari kalangan madzhab yang empat. Syaikh Abdurrahman bin Sadi (Ulama tafsir terkenal) berkata, Perokok, penjualnya, dan orang yang membantunya, semuanya haram. Tidak halal bagi umat islam memperolehnya, baik untuk dihisap atau untuk dijual. Barangsiapa yang memperolehnya, hendaknya ia bertaubat dengan taubat nasuha dari semua dosa. Sebab rokok ini masuk kepada dalil keumuman nash (teks Al Quran) yang menunjukkan haram baik lafazh atau makna..dst. Syaikh Musthafa al Hamami dalam An Nahdhatu al Ishlahiyah bekata tentang keanehan para perokok, Tembakau dan rokok adalah perkara yang hampir sama. Keduanya memiliki daya tarik dan pengaruh yang kuat bagi para pecandunya, sehingga begitu menakjubkan, seolah-olah tidak ada daya tarik yang melebihi rokok. Kita saksikan bersama, betapa gelisahnya para penghisap rokok jika dia ingin merokok, sedangkan ia tidak punya uang. Maka ia akan mencari temannya yang merokok untuk mengemis walau satu batang. Hal ini kami ceritakan, karena kami melihatnya sendiri. Yang lucu, pengemis rokok itu orang yang berkedudukan tinggi, tetapi karena kuatnya dorongan untuk merokok membuat dirinya menjual harga dirinya untuk mengemis rokok walau satu batang!

Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Fauzan hafizhahullah dalam Al Ilam bi Naqdi Kitab al Halal wal Haram, berkata setelah ia menjelaskan haramnya rokok, Begitulah intisari nasihat dari dokter tentang bahaya rokok, yang kami ketengahkan setelah fatwa para ulama tentang bahaya rokok. Apakah pantas bagi mereka yang sudah memahami berbagai macam fatwa ulama ini dan pandangan para dokter ahli, mereka masih ragu tentang haramnya rokok dan enggan meninggalkannya? Tidaklah yang demikian itu melainkan suatu ketakabburan tanpa alasan. Syaikh Yusuf al Qaradhawy hafizhahullah berkata dalam Al Halal wal Haram fil Islam, Kami mengatakan bahwa rokok, selama hal itu telah dinyatakan membahayakan, maka hukumnya haram. Lebih-lebih jika dokter spesialis sudah menetapkan hal itu kepada orang tertentu. Sekali pun tidak jelas bahayanya terhadap kesehatan, tetapi yang jelas hal itu termasuk membuang uang untuk yang tidak bermanfaat, baik untuk agama atau urusan dunia. Dalam hadits dengan tegas Rasulullah melarang membuang-buang harta. Keharamannya lebih kuat lagi, jika ternyata sebenarnya ia amat memerlukan uang itu untuk dirinya atau keluarganya. Inilah fatwa Syaikh al Qaradhawy saat kitabnya ini baru dibuat yakni tahun 1960-an. Dalam Hadyu al Islam Fatawa Muashirah jilid 1, tahun 1988, Darul Marifah Ia lebih panjang lagi menjelaskan tentang haramnya rokok setelah ia membandingkan seluruh alasan yang membolehkan, memakruhkan, dan mengharamkan. Dengan dalil yang ada, serta maksud dalil tersebut, beserta keterangn para dokter, Ia semakin mantap tentang haramnya rokok. Di bawah ini akan kami sebutkan para ulama dunia (juga dalam negeri) yang mengharamkan rokok selain yang telah kami sebut di atas. Mereka adalah: - Syaikh Abul Ala al Maududi (Pakistan) - Syaikh Said Ramadhan al Buthy (Terakhir ia menetap di Swedia, dideportasi) - Syaikh Sayyid Quthb (Mesir, pengarang Tafsir Fi Zhilalil Quran) - Syaikh Muhammad Quthb (Adik Sayyid Quthb, tinggal di Mekkah) - Syaikh Abdullah Nashih Ulwan (Mesir) - Syaikh Mahmud Syaltut (Mufti Mesir, ia sebenarnya seorang perokok, dengan kesadaran ia fatwakan bahwa rokok haram) - Syaikh Musthafa al Maraghi (Rektor al Azhar, Mesir) - Syaikh Abdul Halim Mahmud (Rektor al Azhar, mufti Mesir) - Syaikh Ahmad Syakir (Ahli Hadits Mesir)

- Syaikh Musthafa as Sibai (Siria) - Syaikh Abdul Halim Abu Syuqqah (Ahli Fiqih, Mesir) - Syaikh Fathi Yakan (Libanon) - Syaikh Abdurrazzaq Afifi (Anggota Komisi tetap fatwa Saudi Arabia) - Syaikh Musthafa az Zarqa (Ahli Fiqih, Siria) - Syaikh Muhammad nashirudin al Albany (Ahli Hadits, Jordania) - Syaikh Abdullah Azzam (Palestina) - Syaikh al Hajj Amin Husaini (mufti Palestina) - Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (Ahli hadits, Siria) - Syaikh Salman al Audah (Saudi Arabia) - Syaikh Safar al Hawaly (Saudi Arabia) - Syaikh Aidh al Qarny (Saudi Arabia) - Syaikh Umar Sulaiman Asyqar (Ahli tafsir, Kuwait) - Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait) - Syaikh Abdul Majid Az Zindani (Rektor Universitas Al Iman di Shana, Yaman) - Syaikh Abdul Karim Zaidan (Ahli Fiqih, Irak) - Syaikh Ali Al Khafif (Ahli Fiqih,Mesir) - Syaikh Mutawalli asy Syarawi (Ahli Tafsir, Mesir) - Syaikh Jad al haq (Rektor Al Azhar, Mesir) - Syaikh Manna Khalil Qattan (Ketua Mahkamah Tinggi, Saudi Arabia) - Syaikh Ali Ash Shabuni (Ahli Tafsir, Saudi Arabia)

- Syaikh Abdul Aziz bin Baz (Mufti Saudi Arabia, ketua Lembaga Ulama Besar) - Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin (Saudi Arabia, anggota lembaga Ulama Besar) - Syaikh Bakr Abu Zaid (Anggota lembaga Ulama Besar Saudi Arabia) - Syaikh Abdurrahman al Jibrin (Idem) - Syaikh Hammud al Uqla - Syaikh Hammud at Tuwaijiri (Saudi Arabia) - Syaikh Ibrahim Jarullah (Saudi Arabia) - Syaikh Yahya an Najmi - Syaikh Muqbil bin Hadi al WadiI (Yaman) - Syaikh Rabi bin Hadi al Madkhaly (Saudi Arabia) - Syaikh Zaid bin Hadi al Madkhaly (Saudi Arabia) - Syaikh Falih al Harby (Saudi Arabia) - Syaikh Ibrahim ar Ruhaily (Yaman) - Syaikh Salim Ied al Hilaly - Syaikh Shalih al Munajjid - Syaikh Ibrahim Syaqrah - Syaikh Ali Hasan al Halaby - Syaikh Ubaid al Jabiri

Demikianlah tulisan ini, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menambah wawasan Ilmiah Islamiah, serta pertimbangan yang penting untuk siapa saja yang menghendaki kebaikan dunia dan akhirat.

Al faqir Ila Rahmati Rabbihi Sumber : Ust.Farid Numan http://www.facebook.com/notes/majelis-quran/dalil-dalil-syari-tentang-haramnya-rokok-besertajawaban-untuk-para-dai-pembela-/374085703740 Fatwa Haram Merokok 20082009 HIMPUNAN FATWA HARAM MEROKOK 1. Fatwa Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Merokok haram hukumnya berdasarkan makna dari zahir ayat Al-Qurr17;an dan As-Sunnah serta iktibar (logik) yang benar. Allah berfirman (yang bermaksud), Dan janganlah kamu mencampakkan dirimu sendiri dalam kebinasaan. (Al-Baqarah: 195). Maknanya, janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat di atas bermaksud merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan. Sedangkan dalil dari As-Sunnah adalah hadis sahih dari Rasulullah Sollallahu r16;alaihi Wasallam bahwa beliau melarang membazirkan harta. Makna membazirkan harta adalah memperuntukkannya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebagaimana dimaklumi bahwa memperuntukkan harta dengan membeli rokok adalah termasuk pengperuntukan harta pada hal yang tidak bermanfaat, bahkan peruntukan harta kepada hal-hal yang mengandung kemudaratan. Dalil yang lain, Rasulullah Sollallahu r16;alaihi Wasallam bersabda, Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain. (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340). Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam syariat, baik bahayanya terhadap badan, akal, ataupun harta. Sebagaimana dimaklumi pula merokok adalah berbahaya terhadap badan dan harta. Adapun dalil dari iktibar (logik) yang benar yang menunjukkan keharaman rokok adalah kerana dengan perbuatan itu perokok mencampakkan dirinya ke dalam hal yang menimbukan bahaya, rasa cemas, dan keletihan jiwa. Orang yang berakal tentu tidak rela hal itu terjadi pada dirinya sendiri. Alangkah tragisnya keadaannya, dan demikian sesaknya dada si perokok bila tidak menghisapnya. Alangkah berat ia melakukan puasa dan ibadah-ibadah lainnya kerana hal itu menghalagi dirinya dari merokok. Bahkan, alangkah berat dirinya berinteraksi dengan orang-orang saleh kerana tidak mungkin mereka membiarkan asap rokok mengepul di hadapan mereka. Oleh itu anda akan melihat perokok demikian tidak selesa bila duduk dan berinteraksi dengan orang-orang saleh. Semua iktibar itu menunjukkan merokok hukumnya diharamkan. Oleh itu, nasihat saya untuk saudarasaudara kaum muslimin yang masih didera oleh kebiasaan menghisap rokok agar memohon pertolongan Allah dan tekad untuk meninggalkannya. Ini kerana di dalam tekad yang tulus disertai dengan memohon

pertolongan Allah, mengharap pahala dari-Nya dan menghindari siksaan-Nya, semua itu adalah amat membantu di dalam usaha meninggalkan hal tersebut. Jawapan Atas Berbagai Dalihan Jika ada orang yang berdalih, Sesungguhnya kami tidak menemukan nas, baik di dalam kitabullah ataupun sunnah Rasulullah Sollallahu r16;alaihi Wasallam perihal haramnya rokok. Maka, jawapan atas kenyataan ini kita nyatakan nas-nas Al-Qurr17;an dan sunnah terdiri dari dua jenis; 1. Jenis yang dalil-dalilnya bersifat umum seperti Adh-Dhawabith (ketentuan-ketentuan) dan kaedahkaedah yang mencakup perincian yang banyak sekali hingga hari kiamat. 2. Jenis yang dalil-dalilnya memang diarahkan kepada suatu itu sendiri secara langsung. Bagi jenis pertama, ayat Al-Qurr17;an dan dua hadis yang kami sebutkan di atas yang menunjukkan keharaman merokok secara umum meskipun tidak diarahkan secara langsung kepadanya. Manakala bagi jenis kedua, ialah fiman Allah (yang bermaksud), Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging haiwan) yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-Maidah: 3). Dan firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dari amalan syaitan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu. (Al-Maidah: 90). Jadi, baik nas-nas itu termasuk jenis pertama atau kedua, ia bersifat keharusan bagi semua hamba Allah kerana dari sisi pengambilan dalil menunjukkan hal itu. Sumber: Program Nur alad Darb, dari Fatwa Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, dari kitab Fatwa-Fatwa Terkini 2. 2. Syeikh Muhammad bin Ibrahim Rokok haram kerana di dalamnya ada racun. Al-Qurr17;an menyatakan, r0;Dihalalkan atas mereka apaapa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk (kotoran).r1; (al-Ar17;raf: 157). Rasulullah juga melarang setiap yang memabukkan dan melemahkan, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Ummu Salamah ra. Merokok juga termasuk melakukan pembaziran yang tidak bermanfaat. Selanjutnya, rokok dan bau mulut perokok mengganggu orang lain, termasuk pada jamaah solat. 3. Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rokok haram kerana melemahkan dan memabukkan. Dalil nas tentang benda memabukkan sudah cukup jelas. Hanya saja, penjelasan tentang mabuk itu sendiri perlu penyesuaian. 4. Ulamak Mesir, Syria, Saudi Rokok haram iaitu terlarang, dengan alasan membahayakan. Di antara yang mendokong dalil ini ialah Syeikh Ahmad as-Sunhawy al-Bahuty al-Anjalaby dan Syeikh Al-Malakiyah Ibrahim al-Qaani dari Mesir, An-Najm al-Gazy al-Amiry as-Syafir17;i dari Syria, dan ulamak Mekkah Abdul Malik al-Ashami. 5. Dr Yusuf Qardhawi

Rokok haram kerana membahayakan. Demikian disebut dalam bukunya r16;Halal & Haram dalam Islamr17;. Menurutnya, tidak boleh seseorang membuat bahaya dan membalas bahaya, sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah. Qardhawi menambahkan, selain berbahaya, rokok juga mengajak penikmatnya untuk membazir masa dan harta. Padahal lebih baik harta itu digunakan untuk yang lebih berguna, atau diinfaqkan bila memang keluarganya tidak memerlukan. 6. SyariahOnline.com Keharaman rokok tidaklah berdasarkan sebuah larangan yang disebutkan secara mutlak dalam nas AlQuran Al-Kariem atau pun As-Sunnah An-Nabawiyah. Keharaman rokok itu disimpulkan oleh para ulamak semasa ini setelah dipastikannya fakta setiap batang rokok itu mengandung lebih dari 4000 jenis racun berbahaya. Oleh kerana racun itu merosak tubuh manusia yang sebenarnya amanah Allah SWT untuk dijaga dan dipelihara, maka merokok itu termasuk melanggar amanat itu dan merosak larangan. Namun banyak orang yang menganggap hal itu terlalu mengada-ada, sebab buktinya terdapat jutaan orang di muka bumi ini yang setiap hari merokok dan buktinya mereka masih bernafas iaitu tidak langsung mati secara mendadak. Kerana itulah kita masih menemui rokok di sekeliling kita dan ternyata rokok masih bertahan. Bahkan mampu memberikan pulangan kepada pemerintah melalui cukainya. Sehingga tidak pernah muncul keinginan baik dari pembuat undang-undang untuk melarang rokok. Ini merupakan salah satu ciri ketidak-sampaian maklumat kepada masyarakat atau memang masyarakat tidak prihatin. Di negara yang sudah maju, maklumat berkaitan tidak dianggap penting. Dan kedua jenis masyarakat ini memang sama-sama tidak tahu apa yang terbaik buat mereka. Di dalam hukum Islam, apabila sesuatu itu telah dipastikan yang ia membahayakan kesihatan, maka menggunakannya adalah diharamkan. Inilah bentuk ketegasan hukum Islam yang sudah menjadi ciri khas. Maka khamar itu tetap haram meski hanya seteguk ditelan untuk sebuah malam yang dingin menusuk. Demikian pula para ulamak ketika menyedari kewujudan lebih 4000 racun dalam batang rokok dan mengetahui akitab-akibat yang diderita para perokok, mereka pun sepakat untuk mengharamkannya. Sayangnya, umat Islam masih lagi menganggap sekiranya tidak ada ayat yang tegas atau hadits yang eksplisit yang mengharamkan rokok, maka mereka masih menganggap rokok itu halal, atau makruh paling minima. 7. Ustaz Ahmad Sarwat , Konsultan eramuslim.com Pada peringkat permulaan, tidak ada ulamak yang mengharamkan rokok. Mereka hanya memakruhkannya yang dasarnya amat berbeza dengan dasar pengharaman yang dibuat sekarang ini. Dahulu para ulamak hanya menganggap bau mulut perokok agak kurang sedap yang mengganggu orang lain semasa bergaul. Akibatnya si perokok kurang disukai dan dikatakan hukumnya makruh tahrim (makruh terlarang). Sebahagian ulamak di negara kita yang menghisap rokok, bila ditanyakan tentang hukum rokok, mereka terus menjawab rokok itu tidak haram, tetapi hanya makruh sahaja.

Mengapa mereka menganggap demikian? Mereka menganggapnya demikian kerana kajian secara jelas tentang nikotin dan zat beracun dalam sebatang rokok kurang jelas dan penelitian dan fakta belum ditemui ketika itu. Maka hukum rokok hanya sekedar makruh lantaran membuat mulut berbau busuk serta mengganggu pergaulan. 8. Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia (yang ke 37, Tahun 1995) MFKM ke 37 memutuskan rokok adalah haram berdasarkan hujjah yang hamper sama dengan fatwa di atas, malah Majlis Fatwa Sedunia yang berpengkalan di Arab Saudi juga menghukum haram merokok atas maklumat terkini mengenai rokok. Penelitian Terbaru Seandainya para ulamak tersebut tidak hanya terpaku pada naskah lama dan mengikuti perkembangan terbaru di Negara umat Islam yang agak maju, sudah tentu pandangan mereka berubah 360 darjah. Apalagi bila mereka membaca penelitian terbaru tentang lebih 200 jenis racun berbahaya terdapat dalam sebatang rokok, sudah pasti mereka beubah pandangan dan bersetuju rokok mendatangkan mudarat yang amat besar kepada penghisapnya dan orang di sekeliling. Malah mereka akan bersetuju dan menerima rokok bukan sekadar makruh akibat bau busuk mulut perokok tetapi haram, lantaran ia telah banyak meragut manusia. Statistik menunjukkan kadar kematian disebabkan menghisap rokok lebih tinggi daripada akibat peperangan dan kemalangan jalanraya. Badan kesihatan dunia WHO melaporkan di Amerika, sekitar 346 ribu orang meninggal setiap tahun disebabkan rokok, dan tidak kurang dari 90% daripada 660 orang yang terkena penyakit kanser di salah satu rumah sakit Shanghai di Cina disebabkan rokok. Penelitian juga menyebutkan 20 batang rokok sehari akan menyebabkan berkurangnya 15% hemoglobin, yakni zat asasi pembentuk darah merah. Seandainya para ulamak mengetahui penelitian terakhir tentang rokok mengandungi lebih kurang 4.000 elemen-elemen dan setidaknya 200 di antaranya dinyatakan berbahaya bagi kesihatan, pastilah pandangan mereka akan berubah. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar adalah bahan hidrokarbon yang bersifat lekit dan melekat pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu menyebabkan kanser paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Kesan racun pada rokok ini membuat penghisap asap rokok mengalami risiko 14 kali lebih besar kemungkinan terkena kanser paru-paru, mulut, dan tenggorokan berbanding mereka yang tidak merokok. Perokok juga berkemungkinan 4 kali lebih besar untuk terkena kanser esophagus dari mereka yang tidak menghisapnya. Di samping mereka juga berisiko 2 kali lebih besar untuk terkena serangan jantung berbanding dengan yang tidak merokok.

Rokok juga meningkatkan risiko keparahan bagi penderita pneumonia dan jantung gagal serta tekanan darah tinggi. Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak akan membantu, kerana perokok cenderung menyedut asap rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama untuk mengikuti keenakan zat adiktif. Tidak ada seorang pun yang menyangkal semua fakta di atas, kerana ia hasil penelitian ilmiah. Bahkan pengusaha rokok pun mengiakan hal tersebut, dan menuliskan pada kotak rokok amaran begini: MEROKOK MEMBAHAYAKAN KESIHATAN. Kalau pengeluar rokok sendiri sudah menyatakan bahaya produknya berbahaya dan mendatangkan penyakit, bagaimana mungkin perokok masih mau mengingkarinya? Walau pun hampir jumhur para ulamak menghukumkan rokok sebagai haram ada ulamak yang menghukumkan harus dan memperincikan hokum tetapi tidak mewakili pandangan ulamak ramai. Di samping itu mereka juga kekurangan maklumat tentang kandungan rokok dan kesan kesihatan yang serius kepada perokok dan orang di sekeliling. Secara ringkas diperturunkan pendirian beberapa ulamak terkemuka mengenai kedudukan rokok dalam Islam:1. Dr. Yusof al-Qardhawi lebih cenderung kepada hukum haram merokok. 2. Para ulamak Hijaz juga cenderung kepada hukum haram merokok. 3. Syeikh Mahmud Syaltut cenderung kepada hukum haram merokok. 4. Syeikh makruh. Abu Sahal Muhamad bin al-War17;izh al-Hanafi condong kepada hukum

5. Syeikh Abdul Ghani al-Nabilisi mengatakan Harus. 6. Syeikh merokok. Athiyah Saqr cenderung kepada pendapat yang memperincikan hukum

http://smashamsuddiniah.wordpress.com/2009/08/20/fatwa-haram-merokok/ Jawapan

Sebelum saya memasuki jawapan, suka saya mengingatkan bahawa pemerintah kerajaan Islam silam, Sultan Murad ke-4 (memerintah 1623-1640 m) sangat kuat memusuhi rokok, sehinggakan beliau pernah melaksanakan undang-undang bunuh bagi penjual-penjual rokok dan perokok aktif di dalam Negara. Adapun dari sudut hukumnya ; sebagai asasnya, para ulama berbeza pandangan dalam menentukan hukumannya berdasarkan berbezanya tanggapan masing-masing terhadap keburukan (mudarat) yang terhasil dari rokok. Hakikatnya, dalam hal ini, sebarang fatwa mestilah dirujuk kepada ahl az-zikr dalam halnya, ahli az-zikr dalam hal rokok adalah doktor perubatan (selain ulama) yang mampu mengenalpasti impak buruk dari rokok kepada tubuh dan kehidupan. Maka sebarang fatwa ulama yang

tidak dibuat berlandaskan maklumat lengkap dari para doctor perubatan atau pakar kimia adalah kurang tepat dan tidak sepatutnya dijadikan pegangan. Secara ringkasnya ulama terbahagi kepada 2 kumpulan dalam hukum rokok. Ia seperti berikut : 1) Haram : Ulama kontemporari yang mengatakan demikain adalah Dar Al-Ifta Mesir, Lajnah Fatwa Saudi, Lajnah Fatwa Azhar, Seluruh ahli persidangan Mencegah rokok (persidangan di Madinah pada 2-5 Mac 1982) , Dr Yusof Al-Qaradawi, Syeikh Mahmud Syaltut, Syeikh Sayyed Sabiq, Syeikh Ahmad Syurbasi, Mufti Mesir Syeikh Ali Jumaat, Syeikh Atiyyar Saqar. ( Akhbar al-Jumhuriyyah, 22 Mac 1979 ; Fatawa Muasiroh, 1/667; Al-Fatawa li Muhd Syaltut, Yasalunaka oleh Syurbasi dan Fiqh As-Sunnah Ulama silam yang mengatakan haram pula adalah Syeikh muhd alauddin haskafi al-hanafi, syeikh sulaiman alBujairimi as-Syafie, Syeikh Mustafa ar-Rihbani, Syeikh Ibrahim al-Laqqani al-Maliki dan ramai lagi. (Alhukm as-Syarir fi at-Tadhin, Kumpulan Ulama, Kementerian Kesihatan Sedunia, 1988, hlm 2526)Kumpulan ini semakin kuat mengharamkan apabila terdapat maklumat yang menyebut terdapat unsur arak dan racun di dalam rokok, maka ia adalah seperti darah dan bangkai yang diharamkan kerana unsur kotor dan racun (seperti nikotin, tar, alcohol methnol, karbon monoksida, ammonia dan lain-lain ) yang terkandung di dalamnya. ( Abu Ubaidah al-Mashur, At-taliqat al-hisan dzayl tahqiq al-Burhan, hlm 28 ; Dr Abd Sabur as-Shahin, As-Sajayir Halalun am Haramun,hlm 34-35) Pada tahun 1962, Fakulti Perubatan Diraja Britain mengesahkan kesan buruk rokok terhadap kesihatan, pada tahun 1964 Fakulti Kedoktoran Amerika mengeluarkan satu kajian setebal 387 halaman dan diterbitkan kandungannya di akhbar yang menyebut Merokok memudaratkan kesihatan secara pasti, ia juga menyebut rokok menjadi penyebab pelbagai penyakit membunuh ( Rujuk Mahmud Nazim, At-Tibbun An-Nabawi Wal Ilmi al-Jadid, 1/346) Maka dengan kenyataan-kenyataan ini Allah SWT menyuruh kita agar merujuk kepada ahli dalam sesuatu ilmu sebagaimana erti firman Allah SWT Maka hendaklah kamu bertanya kepada yang berpengalaman ( Al-Furqaan : 59 ) Justeru, pandangan pakar perubatan dalam hal ini tidak boleh diketepikan oleh para ulama dalam membuat sebarang fatwa. Selain keburukan dari sudut kesihatan, ia juga boleh memudaratkan hubungan kemasyarakatan dengan sebab baunya yang kuat dan busuk. Hal ini tidak dibenarkan oleh Islam berdasarkan sabda Nabi SAW ertinya : Tiada boleh memberi mudarat dan membalas mudarat ( Riwayat Malik, 1/122; Ad-Dar Qutni, 4/228; Al-Hakim 2/66 ; Sohih kata Hakim, dan di atas syarat Muslim kata az-zahabi, Albani : Ia punyai banyak jalan yang menguatkan satu sama lain sehingga naik ke darjat Sohih) Hadith lain pula menyebut : Sesiapa yang memakan dari pokok ini , berkata bawang merah, bawang putih maka janganlah mendekati masjid-masjid kami, sesungguhnya (bau yang busuk) itu menyakiti Malaikat sebagaimana ia menyakiti manusia (Riwayat AlBukhari, KItab al-Azan, no 807 ; Muslim, Kitab Masajid wa Mawadi as-Solat, no 876) 2) Kumpulan yang Memfatwakan Harus atau Melihat secara tafsil (terperinci) Ulama yang dipihak ini adalah Syeikh Abd Ghani an-Nablusi, Syeikh Muhd Amin Ibn Abidin, Syeikh Hasanain Makhluf (berpendapat hukumnya secara terperinci menurut keadaan ), Syeikh Hasan Makmun. Antara dalil mereka adalah asal segala sesuatu yang tidak mudarat adalah halal dan beberapa dalil yang lain. Bagaimanapun, kesimpulan dalil mereka adalah lemah kerana ia bersandarkan pandagan mereka tanpa maklumat berkenaan keburukan dari sudut perubatan pada zaman itu. Hasilnya mereka memberikan fatwa hanya berdasarkan bau asap rokok yang busuk dan menggangu, justeru, sudah tentu bau yang busuk sahaja tidak mampu menyebabkannya menjadi haram. Jelaslah pandangan mereka tidak mengambil kira maklumat baru perubatan. Justeru, pada hemat dan kajian saya, hukum yang lebih tepat adalah Haram merokok kerana

mudarat yang pelbagai dari sudut kesihatan tubuh sendiri, orang lain, dan baunya yang mengganggu orang lain. Malah kaedah Islam menyebut : Ad-Darar Yudfa Bi Qadaril Imkan ; ertinya : Kemudaratan hendaklah ditolak sedaya upaya dan kemampuan (Al-Madkhal Al-Fiqhil Am, Syeikh Mustafa Az-Zarqa, 2/992) Cuma Syeikh Al-Qaradawi di dalam Fatawanya (Fatawa muasiroh, 1/667) menjelaskan hukumnya berkata ( dengan pindaan ) :a- Sekiranya seorang perokok cuba sedaya upaya memberhentikan tabiat rokoknya, bagaimanapun ia gagal, maka ia patut terus mencuba dan diberikan uzur setakat yang ia gagal. Perlulah ia menghalang dari menyebarkan tabiatnya kepada orang lain. b- Walaupun ianya haram, tapi tidaklah haramnya besar seperti zina, mencuri dan lain-lain dosa besar. Setiap perkara haram ada tahapnya di sisi Shariah, ada yang dikira dosa besar dan ada yang kecil. Dosa hasil rokok bolehlah di katakan termasuk dalam dosa kecil. Bagaimanapun perlu diingat, Ibn Abbas r.a menegaskan bahawa dosa kecil pasti menjadi besar apabila berterusan atau kesannya benar-benar memudaratkan. Kesimpulan Al-Qaradawi, rokok adalah haram secara pasti bagi yang belum merokok, dan makruh bagi seisap yang telah terjebak sehingga sukar untuk keluar darinya. Apa yang pasti, segala jenis usaha bagi memberhentikan aktiviti buruk ini mesti dicari segera. Wallahu alam.

http://www.disease-disease.co.uk/ruling-on-smoking-bydr-hamid-jamie.html

Anda mungkin juga menyukai