0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
70 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas pandangan hukum Islam terkait merokok. Terdapat perdebatan tentang status hukum merokok, antara boleh, makruh, dan haram. MUI mengeluarkan fatwa bahwa merokok haram jika dilakukan di tempat umum, anak-anak, dan wanita hamil. Alasan larangan karena merokok membahayakan kesehatan dan mengganggu orang lain, serta termasuk israf dan dapat menimbulkan kerusakan.
Dokumen tersebut membahas pandangan hukum Islam terkait merokok. Terdapat perdebatan tentang status hukum merokok, antara boleh, makruh, dan haram. MUI mengeluarkan fatwa bahwa merokok haram jika dilakukan di tempat umum, anak-anak, dan wanita hamil. Alasan larangan karena merokok membahayakan kesehatan dan mengganggu orang lain, serta termasuk israf dan dapat menimbulkan kerusakan.
Dokumen tersebut membahas pandangan hukum Islam terkait merokok. Terdapat perdebatan tentang status hukum merokok, antara boleh, makruh, dan haram. MUI mengeluarkan fatwa bahwa merokok haram jika dilakukan di tempat umum, anak-anak, dan wanita hamil. Alasan larangan karena merokok membahayakan kesehatan dan mengganggu orang lain, serta termasuk israf dan dapat menimbulkan kerusakan.
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM* A. Fatwa MUI Indonesia Tentang Rokok
Perbedaan pendapat tentang bagaimana hukum
merokok dalam pandangan hukum Islam, sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang hangat dan kontroversial. Perdebatan yang muncul, bermuara dari tidak terdapatnya ketentuan secara tekstual di dalam Al-Qur’an mau pun hadis mengenai masalah merokok. Sehingga, muncullah beberapa pendapat yang mengatakan bahwa merokok hukumnya boleh ( ma la yusabu ‘ala fi’lihi wa la yu’aqabu ‘ala tarkihi ). Ada pula yang berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh ( ma yusabu ‘ala tarkihi wa la yu’aqabu ‘ala fi’lihi ). Dan ada pula yang mengatakan hukumnya adalah haram ( ma yusabu ‘ala tarkihi wa yu’aqabu ‘ala fi’lihi ). Argumen dari kalangan yang mengatakan merokok hukumnya boleh adalah bahwa terhadap masalah yang tidak diatur di dalam nash, maka harus kembali kepada kaidah asal yaitu boleh sampai ada nash yang mengharamkannya ( Al- ashlu fil- asyya’i al- ibahatu hatta yadullad- dalilu ‘alat- tahrimi ). Sedangkan kalangan yang mengatakan makruh, mereka beragumen bahwa merokok tidak diatur secara khusus di dalam nash, namun merokok merupakan perbuatan yang mendatangkan beberapa efek negatif sehingga hukumnya menjadi makruh. Kemudian kalangan yang mengatakan merokok hukumnya haram karena unsur- unsur yang timbul dari perbuatan merokok adalah jelas merupakan unsur- unsur merugikan terhadap diri sendiri dan orang lain yang dilarang oleh Allah SWT. MUI dalam kapasitasnya sebagai lembaga yang memberikan pandangan, nasihat, mau pun fatwa bagi ummat Islam di Indonesia, menjawab permasalahan hukum merokok ini dengan mengeluarkan fatwa dalam Sidang Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se- Indonesia ke- III, di Padang Panjang, Sumatera Barat, tanggal 26 Januari 2009, tentang Fatwa Rokok, bahwa merokok hukumnya adalah haram, jika dilakukan : 1]. Di tempat umum. 2]. Oleh anak- anak. 3]. Oleh wanita hamil ( Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Hukum Merokok, hal. 812-815 ). Dalam mengambil sikap mengenai permasalahan ini, hendaknya kita memahami kembali bahwa Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW terhenti setelah wafatnya beliau. Sedangkan perkembangan zaman berjalan sedemikian pesat, sehingga selalu muncul masalah- masalah yang tidak terdapat di dalam Al-Qur’an mau pun hadis. Jika kita hanya mendasari hukum secara tekstual, akan banyak sekali masalah yang tidak terjawab. Dengan demikian, langkah yang tepat adalah memahami secara global maksud- maksud dari hukum yang telah ada secara tekstual di dalam Al-Qur’an mau pun hadis. Dengan langkah pemahaman yang seperti itu, dan melihat unsur- unsur larangan Allah SWT dan Rasulullah SAW, kemudian kita bandingkan dengan dampak- dampak negatif dari merokok, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa merokok hukumnya adalah haram. Jika MUI mengharamkan merokok hanya dalam tiga hal, demikian itu berdasarkan banyak pertimbangan, mulai dari pertimbangan ekonomi, tenaga kerja, dan kebiasaan merokok masyarakat yang sulit sekali untuk dilepaskan. Oleh karena itu, difatwakan demikian adalah salah satu langkah mendidik masyarakat untuk meninggalkan kebiasaan merokok secara berangsur- angsur. B. Semua yang membahayakan, haram dikonsumsi
Dalam syari’at Islam ada kaidah
umum yang menetapkan bahwa seorang muslim tidak halal mengkonsumsi makanan atau minuman yang mematikan, baik cepat atau lambat, seperti racun dengan segala jenisnya. Demikian pula makanan dan minuman yang membahayakan atau menyakiti. Selain itu, juga makanan atau minuman yang apabila dikonsumsi dengan banyak akan menimbulkan penyakit. Yang demikian itu karena seorang muslim bukanlah milik dirinya sendiri ( seperti kata pepatah Banjar : kuyang- kuyang, hantu- hantu, orang- orang, aku- aku atau nafsi- nafsi. Dan kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain atau hurriyyatul- mar’i mahdudatun bihurriyyati ghairihi ). Dia adalah milik ummat dan agamanya. Kehidupan, kesehatan, harta, dan segala ni’mat Allah SWT adalah titipan. Karena itu, dia tidak boleh mengabaikannya. Allah SWT berfirman : Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ( QS. An- Nisa : 29 ). Allah SWT juga berfirman : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ( QS. Al- Baqarah : 195 ). Rasulullah SAW juga bersabda : Tidak boleh membuat bahaya diri sendiri dan membahayakan orang lain ( HR. Ibnu Majah, dalam Muhammad bin Shalih Al- ‘Usaimin, Syarhu Riyadhish- Shalihin, jilid : VI, hal. 466 ). Sesuai dengan prinsip ini, kami katakan bahwa merokok, karena telah terbukti membahayakan perokoknya, ia haram hukumnya. Terlebih lagi pernyataan akan bahayanya itu disampaikan oleh dokter spesialis. Kalau sekiranya bahaya ini tidak terbukti pun, merokok merupakan tindakan membuang- buang uang untuk hal- hal yang tidak bermanfa’at bagi dunia mau pun agamanya. Padahal Allah SWT membenci penghamburan harta. Larangan ini semakin kuat bila perokok dalam keadaan membutuhkan uang itu untuk nafkah diri dan keluarganya ( DR. Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam, hal. 120-121, baca juga Luthfi Assyaukanie, Politik, HAM, Dan Isu- isu Teknologi Dalam Fikih Kontemporer, Sekali lagi, Hukum Rokok, hal. 189- 191 ). Syari’at Islam yang membawa misi rahmatan lil’alamin memiliki maksud dan tujuan untuk mendatangkan kemaslahatan ( kebaikan ) bagi ummat manusia dan menolak kemudharatan ( dharar atau bahaya ). Tujuan dan maksud syari’at ini dikenal dengan sebutan maqashidusy- syari’ah. Dalam konsep maqashidusy- syariah, ada enam pokok dalam kehidupan yang wajib dijaga dan dilindungi yang dikenal dengan istilah Adh- dharuriyyatus-sittah, yaitu perlindungan dan pemeliharaan terhadap agama, jiwa, harta, akal, keturunan, dan kehormatan atau hifzud- din, wan- nafsi, wal- mali, wal- ‘aqli, wan- nasali, wal- a’radhi ( Abdul Hamid Hakim, Al- Bayan, hal. 121-122, Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushulil Fiqhi, hal. 200 ). Demi terjaga hal ini, maka Islam mengharamkan perbuatan yang membahayakan atau melanggar enam hal pokok tersebut dan mensyari’atkan hukumannya. Pelanggaran terhadap salah satunya dianggap suatu kriminal yang patut dikenai sanksi yang tegas, demi terjaganya kemashlahatan publik. Dengan demikian, Islam melarang dan mengecam keras segala bentuk kemudharatan. Mengingat hal ini, maka para ulama besar berfatwa bahwa merokok itu hukumnya haram. Mereka berargumentasi dengan berbagai dalil, baik naqli mau pun aqli, di antaranya : Pertama, merokok menimbulkan kemudharatan ( bahaya ) terhadap kesehatan si perokok dan orang lain. Allah SWT telah telah melarang kita untuk berbuat kemudharatan. Dalam hal ini merokok berbahaya bagi kesehatan si perokok dan orang sekitarnya. Memang rokok ada manfa’atnya, tapi lebih besar mudharatnya, dan merokok bisa menyebabkan berbagai penyakit, bahkan banyak angka kematian disebabkan karena merokok. Kedua, merokok menimbulkan bau kurang sedap, sehingga mengganggu orang lain. Menurut ulama, merokok termasuk katagori khabais ( keburukan ) yang dilarang dalam Al-Qur’an : Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ( QS. Al- A’raf : 157 ). Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya Allah itu Maha Baik. Dia tidak menerima kecuali yang baik saja ( HR. Muslim, dalam Muhammad bin Shalih Al- ‘Usaimin, Syarhu Riyadhish- Shalihin, jilid : II, hal. 474 ). Allah SWT juga melarang kita mengganggu sesama muslim dan menyakiti mereka. Dan bau rokok itu sangat mengganggu orang lain, sebagaimana firman- Nya : Dan orang- orang yang menyakiti orang- orang yang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata ( QS. Al- Ahzab : 58 ). Ketiga, merokok dapat menimbulkan kerusakan dan malapetaka seperti polusi, kebakaran dan sebagainya. Allah SWT melarang kita untuk berbuat kerusakan, sebagaimana firman- Nya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah ( Allah ) memperbaikinya ( QS. Al- A’raf : 56 ). Allah SWT juga mengingatkan bahwa berbagai kerusakan dan bencana di muka bumi ini akibat ulah manusia, sebagaimana firman- Nya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari ( akibat ) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar ), ( QS. Ar- Rum: 41 ). Keempat, merokok termasuk perbuatan penghamburan ( israf ) dan pemborosan ( tabzir ). Perbuatan ini dilarang dan dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana firman- Nya : Dan janganlah kamu menghambur- hamburkan ( hartamu ) secara boros. Sesungguhnya pemboros- pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan ( QS. Al- Isra’ : 26-27 ). Hal senada juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW : ...Dan sesungguhnya Allah membenci untuk kamu 3 hal : suka gossip, banyak bertanya, dan menyia- nyiakan harta ( HR. Bukhari dan Muslim dari Mughirah bin Syu’bah, dalam Mukhtarul Ahadis An- Nabawiyyah, hal. 40 ). Kelima, merokok menghamburkan harta tanpa ada manfa’atnya. Seorang muslim diperintahkan untuk meninggalkan hal- hal yang tidak bermanfa’at bagi dirinya. Rasulullah SAW bersabda : Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya ( HR. Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abi Hurairah RA, dalam Muhammad bin Shalih Al- ‘Usaimin, Syarhu Riyadhish- Shalihin, jilid : I, hal. 509 ). Pengharaman rokok juga berdasarkan qiyas terhadap pengharaman khamar dalam Al-Qur’an. Khamar diharamkan karena mengandung kemudharatan ( mudhirrun ), begitu juga halnya dengan merokok. Tidak hanya itu, merokok merupakan jalan menuju kepada narkoba. Orang yang mengkonsumsi narkoba berawal dari merokok. Lalu meningkat kepada narkoba. Dengan demikian, merokok dapat menjerumus seseorang kepada malapetaka ( konsumsi barang haram ). Menurut kaidah fikih : Sesuatu wasilah ( jalan ) yang bisa menuju kepada yang haram, maka hukumnya juga haram. Untuk mencegah hal ini, maka merokok pun diharamkan berdasarkan sadduz- zari’ah sebagai salah satu dalil istinbath hukum yang populer dalam ilmu Ushulul- Fiqh. Secara logika sehat ( dalil aqli ) pun menunjukkan keharaman rokok dengan adanya kemudharatan yang terkandung dalam asap rokok, mengganggu orang lain dan boros. Ditinjau dari aspek mana pun, merokok tidak ada untung dan manfa’atnya. Yang ada hanya membakar uang cuma-cuma dan berteman dengan bermacam penyakit mematikan. Berdasarkan dalil- dalil Al-Qur’an, hadis, qiyas, dan dalil naqli di atas, maka para ulama besar telah menfatwakan keharaman merokok. C. Penutup
Walau pun telah ada
peringatan bahaya rokok di bungkusan rokok dan iklan promosinya, yaitu : Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin, namun peringatan ini tidak akan efektif bila tidak ada suatu aturan yang mengatur tentang larangan merokok di tempat umum. Wallahu a’lam bish- shawab.