Anda di halaman 1dari 15

MEROKOK DALAM

PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM*
A. Fatwa MUI Indonesia Tentang
Rokok

Perbedaan pendapat tentang bagaimana hukum


merokok dalam pandangan hukum Islam, sampai
sekarang masih menjadi perdebatan yang hangat dan
kontroversial. Perdebatan yang muncul, bermuara dari
tidak terdapatnya ketentuan secara tekstual di dalam
Al-Qur’an mau pun hadis mengenai masalah merokok.
Sehingga, muncullah beberapa pendapat yang
mengatakan bahwa merokok hukumnya boleh ( ma la
yusabu ‘ala fi’lihi wa la yu’aqabu ‘ala tarkihi ). Ada pula
yang berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh
( ma yusabu ‘ala tarkihi wa la yu’aqabu ‘ala fi’lihi ). Dan
ada pula yang mengatakan hukumnya adalah haram
( ma yusabu ‘ala tarkihi wa yu’aqabu ‘ala fi’lihi ).
Argumen dari kalangan yang mengatakan
merokok hukumnya boleh adalah bahwa terhadap
masalah yang tidak diatur di dalam nash, maka harus
kembali kepada kaidah asal yaitu boleh sampai ada
nash yang mengharamkannya ( Al- ashlu fil- asyya’i al-
ibahatu hatta yadullad- dalilu ‘alat- tahrimi ).
Sedangkan kalangan yang mengatakan makruh,
mereka beragumen bahwa merokok tidak diatur secara
khusus di dalam nash, namun merokok merupakan
perbuatan yang mendatangkan beberapa efek negatif
sehingga hukumnya menjadi makruh. Kemudian
kalangan yang mengatakan merokok hukumnya haram
karena unsur- unsur yang timbul dari perbuatan
merokok adalah jelas merupakan unsur- unsur
merugikan terhadap diri sendiri dan orang lain yang
dilarang oleh Allah SWT.
MUI dalam kapasitasnya sebagai lembaga
yang memberikan pandangan, nasihat, mau pun
fatwa bagi ummat Islam di Indonesia, menjawab
permasalahan hukum merokok ini dengan
mengeluarkan fatwa dalam Sidang Ijtima’ Ulama
Komisi Fatwa se- Indonesia ke- III, di Padang
Panjang, Sumatera Barat, tanggal 26 Januari
2009, tentang Fatwa Rokok, bahwa merokok
hukumnya adalah haram, jika dilakukan : 1]. Di
tempat umum. 2]. Oleh anak- anak. 3]. Oleh
wanita hamil ( Himpunan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia, Hukum Merokok, hal.
812-815 ).
Dalam mengambil sikap mengenai
permasalahan ini, hendaknya kita memahami
kembali bahwa Al-Qur’an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW terhenti setelah wafatnya
beliau. Sedangkan perkembangan zaman berjalan
sedemikian pesat, sehingga selalu muncul
masalah- masalah yang tidak terdapat di dalam
Al-Qur’an mau pun hadis.
Jika kita hanya mendasari hukum secara
tekstual, akan banyak sekali masalah yang tidak
terjawab. Dengan demikian, langkah yang tepat
adalah memahami secara global maksud- maksud
dari hukum yang telah ada secara tekstual di
dalam Al-Qur’an mau pun hadis. Dengan langkah
pemahaman yang seperti itu, dan melihat unsur-
unsur larangan Allah SWT dan Rasulullah SAW,
kemudian kita bandingkan dengan dampak-
dampak negatif dari merokok, kita akan sampai
pada kesimpulan bahwa merokok hukumnya
adalah haram.
Jika MUI mengharamkan merokok hanya
dalam tiga hal, demikian itu berdasarkan banyak
pertimbangan, mulai dari pertimbangan ekonomi,
tenaga kerja, dan kebiasaan merokok masyarakat
yang sulit sekali untuk dilepaskan. Oleh karena
itu, difatwakan demikian adalah salah satu
langkah mendidik masyarakat untuk
meninggalkan kebiasaan merokok secara
berangsur- angsur.
B. Semua yang membahayakan,
haram dikonsumsi

Dalam syari’at Islam ada kaidah


umum yang menetapkan bahwa seorang
muslim tidak halal mengkonsumsi
makanan atau minuman yang
mematikan, baik cepat atau lambat,
seperti racun dengan segala jenisnya.
Demikian pula makanan dan minuman
yang membahayakan atau menyakiti.
Selain itu, juga makanan atau minuman
yang apabila dikonsumsi dengan banyak
akan menimbulkan penyakit. Yang
demikian itu karena seorang muslim
bukanlah milik dirinya sendiri ( seperti
kata pepatah Banjar : kuyang- kuyang,
hantu- hantu, orang- orang, aku- aku
atau nafsi- nafsi. Dan kebebasan
seseorang dibatasi oleh kebebasan orang
lain atau hurriyyatul- mar’i mahdudatun
bihurriyyati ghairihi ).
Dia adalah milik ummat dan agamanya.
Kehidupan, kesehatan, harta, dan segala
ni’mat Allah SWT adalah titipan. Karena itu,
dia tidak boleh mengabaikannya.
Allah SWT berfirman : Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu
( QS. An- Nisa : 29 ). Allah SWT juga
berfirman : Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan ( QS. Al- Baqarah : 195 ).
Rasulullah SAW juga bersabda : Tidak
boleh membuat bahaya diri sendiri dan
membahayakan orang lain ( HR. Ibnu Majah,
dalam Muhammad bin Shalih Al-
‘Usaimin, Syarhu Riyadhish- Shalihin,
jilid : VI, hal. 466 ).
Sesuai dengan prinsip ini, kami katakan
bahwa merokok, karena telah terbukti
membahayakan perokoknya, ia haram
hukumnya. Terlebih lagi pernyataan akan
bahayanya itu disampaikan oleh dokter
spesialis. Kalau sekiranya bahaya ini tidak
terbukti pun, merokok merupakan tindakan
membuang- buang uang untuk hal- hal yang
tidak bermanfa’at bagi dunia mau pun
agamanya. Padahal Allah SWT membenci
penghamburan harta.
Larangan ini semakin kuat bila perokok
dalam keadaan membutuhkan uang itu
untuk nafkah diri dan keluarganya ( DR.
Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam
Islam, hal. 120-121, baca juga Luthfi
Assyaukanie, Politik, HAM, Dan Isu- isu
Teknologi Dalam Fikih Kontemporer,
Sekali lagi, Hukum Rokok, hal. 189-
191 ).
Syari’at Islam yang membawa misi
rahmatan lil’alamin memiliki maksud dan tujuan
untuk mendatangkan kemaslahatan ( kebaikan )
bagi ummat manusia dan menolak kemudharatan
( dharar atau bahaya ). Tujuan dan maksud
syari’at ini dikenal dengan sebutan maqashidusy-
syari’ah. Dalam konsep maqashidusy- syariah,
ada enam pokok dalam kehidupan yang wajib
dijaga dan dilindungi yang dikenal dengan istilah
Adh- dharuriyyatus-sittah, yaitu perlindungan dan
pemeliharaan terhadap agama, jiwa, harta, akal,
keturunan, dan kehormatan atau hifzud- din,
wan- nafsi, wal- mali, wal- ‘aqli, wan- nasali, wal-
a’radhi ( Abdul Hamid Hakim, Al- Bayan, hal.
121-122, Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu
Ushulil Fiqhi, hal. 200 ).
Demi terjaga hal ini, maka Islam
mengharamkan perbuatan yang
membahayakan atau melanggar enam hal
pokok tersebut dan mensyari’atkan hukumannya.
Pelanggaran terhadap salah satunya dianggap
suatu kriminal yang patut dikenai sanksi yang
tegas, demi terjaganya kemashlahatan publik.
Dengan demikian, Islam melarang dan
mengecam keras segala bentuk
kemudharatan. Mengingat hal ini, maka para
ulama besar berfatwa bahwa merokok itu
hukumnya haram. Mereka berargumentasi
dengan berbagai dalil, baik naqli mau pun
aqli, di antaranya :
Pertama, merokok menimbulkan
kemudharatan ( bahaya ) terhadap
kesehatan si perokok dan orang lain. Allah
SWT telah telah melarang kita untuk berbuat
kemudharatan. Dalam hal ini merokok
berbahaya bagi kesehatan si perokok dan
orang sekitarnya. Memang rokok ada
manfa’atnya, tapi lebih besar mudharatnya,
dan merokok bisa menyebabkan berbagai
penyakit, bahkan banyak angka kematian
disebabkan karena merokok.
Kedua, merokok menimbulkan bau
kurang sedap, sehingga mengganggu orang
lain. Menurut ulama, merokok termasuk
katagori khabais ( keburukan ) yang dilarang
dalam Al-Qur’an : Yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang munkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk ( QS. Al- A’raf : 157 ).
Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya
Allah itu Maha Baik. Dia tidak menerima
kecuali yang baik saja ( HR. Muslim, dalam
Muhammad bin Shalih Al- ‘Usaimin,
Syarhu Riyadhish- Shalihin, jilid : II,
hal. 474 ).
Allah SWT juga melarang kita mengganggu
sesama muslim dan menyakiti mereka. Dan bau rokok
itu sangat mengganggu orang lain, sebagaimana
firman- Nya : Dan orang- orang yang menyakiti orang-
orang yang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan
yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka
telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata ( QS.
Al- Ahzab : 58 ).
Ketiga, merokok dapat menimbulkan kerusakan
dan malapetaka seperti polusi, kebakaran dan
sebagainya. Allah SWT melarang kita untuk berbuat
kerusakan, sebagaimana firman- Nya : Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
( Allah ) memperbaikinya ( QS. Al- A’raf : 56 ).
Allah SWT juga mengingatkan bahwa berbagai
kerusakan dan bencana di muka bumi ini akibat ulah
manusia, sebagaimana firman- Nya : Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari ( akibat ) perbuatan
mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar ),
( QS. Ar- Rum: 41 ).
Keempat, merokok termasuk perbuatan
penghamburan ( israf ) dan pemborosan ( tabzir ).
Perbuatan ini dilarang dan dibenci oleh Allah SWT,
sebagaimana firman- Nya : Dan janganlah kamu
menghambur- hamburkan ( hartamu ) secara boros.
Sesungguhnya pemboros- pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan ( QS. Al- Isra’ : 26-27 ). Hal
senada juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW : ...Dan
sesungguhnya Allah membenci untuk kamu 3 hal :
suka gossip, banyak bertanya, dan menyia- nyiakan
harta ( HR. Bukhari dan Muslim dari Mughirah bin
Syu’bah, dalam Mukhtarul Ahadis An-
Nabawiyyah, hal. 40 ).
Kelima, merokok menghamburkan harta tanpa
ada manfa’atnya. Seorang muslim diperintahkan untuk
meninggalkan hal- hal yang tidak bermanfa’at bagi
dirinya. Rasulullah SAW bersabda : Sebagian tanda dari
baiknya keislaman seseorang ialah dia meninggalkan
sesuatu yang tidak berguna baginya ( HR. Tirmizi dan
Ibnu Majah dari Abi Hurairah RA, dalam Muhammad
bin Shalih Al- ‘Usaimin, Syarhu Riyadhish-
Shalihin, jilid : I, hal. 509 ).
Pengharaman rokok juga berdasarkan qiyas terhadap
pengharaman khamar dalam Al-Qur’an. Khamar diharamkan
karena mengandung kemudharatan ( mudhirrun ), begitu juga
halnya dengan merokok. Tidak hanya itu, merokok merupakan
jalan menuju kepada narkoba. Orang yang mengkonsumsi
narkoba berawal dari merokok. Lalu meningkat kepada
narkoba. Dengan demikian, merokok dapat menjerumus
seseorang kepada malapetaka ( konsumsi barang haram ).
Menurut kaidah fikih : Sesuatu wasilah ( jalan ) yang bisa
menuju kepada yang haram, maka hukumnya juga
haram.
Untuk mencegah hal ini, maka merokok pun
diharamkan berdasarkan sadduz- zari’ah sebagai salah satu
dalil istinbath hukum yang populer dalam ilmu Ushulul- Fiqh.
Secara logika sehat ( dalil aqli ) pun menunjukkan
keharaman rokok dengan adanya kemudharatan yang
terkandung dalam asap rokok, mengganggu orang lain dan
boros. Ditinjau dari aspek mana pun, merokok tidak ada
untung dan manfa’atnya. Yang ada hanya membakar uang
cuma-cuma dan berteman dengan bermacam penyakit
mematikan.
Berdasarkan dalil- dalil Al-Qur’an, hadis, qiyas, dan dalil
naqli di atas, maka para ulama besar telah menfatwakan
keharaman merokok.
C. Penutup

Walau pun telah ada


peringatan bahaya rokok di
bungkusan rokok dan iklan
promosinya, yaitu : Merokok
dapat menyebabkan kanker,
serangan jantung,
impotensi, dan gangguan
kehamilan dan janin, namun
peringatan ini tidak akan efektif
bila tidak ada suatu aturan yang
mengatur tentang larangan
merokok di tempat umum.
Wallahu a’lam
bish- shawab.

Anda mungkin juga menyukai