Anda di halaman 1dari 7

MASAILUL FIQIYAH PERSPEKTIF ULAMA TENTANG HUKUM

ROKOK

Yudhi Setiawan Majid

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah

Email: yudhisetiawan959@gmail.com

ABSTRAK

Dalam Islam, pandangan mengenai merokok beragam. Beberapa ulama


memandang merokok sebagai haram (dilarang), yang lain memandangnya sebagai
makruh (diharapkan untuk dihindari), sementara yang lain mungkin
membolehkannya atau memandangnya sebagai hal yang harus dihindari bila
merusak kesehatan. Keputusan akhir tentang merokok seringkali tergantung pada
penafsiran pribadi dan fatwa yang diikuti oleh individu. Penting untuk
mempertimbangkan pandangan beragam ini dan menjaga kesehatan sebagai
prinsip umum dalam Islam.

Kata Kunci : perspektif ulama tentang hukum rokok


A. PENDAHULUAN
Prinsip Kesehatan Salah satu prinsip penting dalam Islam adalah menjaga
kesehatan tubuh sebagai amanah dari Allah. Merokok dapat merusak
kesehatan, dan ini dapat bertentangan dengan prinsip tersebut. Prinsip
Hukum Syar'i Ulama mendasarkan pandangan mereka pada hukum syar'i
Islam. Beberapa ulama menganggap merokok sebagai haram karena
merusak tubuh, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum syar'i.
Pengaruh Sosial Ulama juga memperhatikan pengaruh merokok pada
masyarakat. Rokok dapat mempengaruhi individu dan lingkungannya
dengan cara yang negatif, seperti menciptakan ketergantungan dan
membuang-buang harta. Penelitian Ilmiah Beberapa ulama mungkin
mempertimbangkan penelitian ilmiah tentang dampak merokok pada
kesehatan sebagai dasar bagi pandangan mereka. Seiring dengan
meningkatnya pemahaman tentang bahaya merokok, pandangan ulama
bisa berubah. Fatwa dan Konsensus Ulama merujuk pada fatwa (pendapat
hukum) dan konsensus dalam pengambilan keputusan. Terdapat perbedaan
pendapat di antara ulama, dan sejumlah fatwa telah dikeluarkan yang
berkisar dari membolehkan merokok hingga mengharamkannya. Dengan
berbagai pertimbangan ini, ulama mengembangkan pandangan mereka
tentang rokok dan memberikan panduan kepada umat Islam. Namun,
penting untuk diingat bahwa pandangan individu dapat bervariasi, dan
setiap muslim dapat memilih untuk mengikuti pandangan yang mereka
yakini sesuai dengan ajaran Islam.
B. PEMBAHASAN
Analisa Tentang Hukum
Merokok Kajian tentang masalah rokok sebenarnya telah dibahas oleh
ulama terdahulu, namun pada masa itu penelitian mengenai masalah yang
ditimbulkan oleh rokok belum bisa dipahami secara mendalam. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan alat dan fasilitas keilmuan. Munawwir dalam
buku Kamus Arab menjelaskan, rokok dalam fikih klasik sering disebut
dengan istilah hasyisy atau dukhan. Secara etimologi, hasyisy artinya
rumput atau rumput kering, sedangkan dukhan artinya asal dan tembakau.
Mengenai hukum merokok, ada berbagai pandangan ulama yang berbeda-
beda. Seperti penjelasan di bawah ini:
1. Ulama yang Mengharamkan Rokok

Mengutip buku Fatwa-Fatwa Kontemporer oleh Yusuf Qardhawi,


di antara ulama yang Mengharamkan rokok adalah Ahmad as-Sanhri al-
Bahti al Hanbali, dari Mazhab Maliki adalah Ibrahim al-Laqqani, Makki
bin Faruh al-Makki, Sa'ad bin al-Balkhi al-Madanidari Turki dan lainnya.
Mereka yang Mengharamkan rokok berdasarkan pada alasan sebagai
berikut:

 Memabukkan
Memabukkan di sini menurut mereka adalah segala sesuatu yang
menutup akal, walaupun hanya sebatas tidak ingat. Mereka menganggap
rokok dapat membuat pikiran menjadi kacau, menghilangkan
pertimbangan akal dan menjadikan nafas sesak karena teracuni sehingga
disebut memabukkan.
 Melemahkan Badan
Segala sesuatu yang dapat melemahkan badan dan cenderung
untuk membahayakan maka hukumnya haram. Seperti hadits Rasulullah
SAW dari Ummu Salamah, "Bahwa Rasulullah SAW melarang segala
sesuatu yang memabukkan dan melemahkan." (HR. Imam Ahmad)
 Menimbulkan Mudarat
Menurut ulama tersebut, mudarat ini terbagi menjadi dua hal,
yakni:

Kemudaratan yang membahayakan bagi anggota tubuh karena


dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti sakit paru-paru, kanker
dan lainnya. Kemudaratan ini dapat timbul sekita atau secara bertahap.

Kemudaratan yang terjadi terhadap harta benda karena rokok


identik dengan menghambur-hamburkan uang. Menghamburkan harta
benda sangat dilarang dalam Islam seperti termasuk di Al-Qur'an surat Al-
Isra ayat 26-27:
‫ ِاَّن اْلُمَب ِّذ ِرْيَن َك اُنْٓو ا ِاْخ َو اَن الَّش ٰي ِط ْيِن‬. ‫َو ٰا ِت َذ ا اْلُقْر ٰب ى َح َّقٗه َو اْلِم ْس ِكْيَن َو اْبَن الَّسِبْيِل َو اَل ُتَب ِّذ ْر َتْب ِذ ْيًرا‬
‫َۗو َك اَن الَّش ْيٰط ُن ِلَر ِّبٖه َك ُفْو ًرا َك ُفوًرا‬

Artinya: Dan berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga)


kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya para
pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya.

2. Ulama yang Memakruhkan

Dr. Tahir ul-Qadri: Ulama Sunni yang mengeluarkan fatwa yang


memakruhkan merokok dalam beberapa situasi dan mengatakan bahwa
merokok harus dihindari sebisa mungkin.

Kembali mengutip buku Fatwa-Fatwa Kontemporer, golongan-


golongan yang memakruhkan rokok ini berdasarkan argumen:

 Merokok tidak lepas dari bahaya, lebih-lebih jika terlalu banyak


melakukannya.
 Mengurangkan harta kalau tidak sampai pemborosan atau
menghambur-hamburkan uang.
 Bau asapnya mengganggu dan menyakiti orang lain yang tidak
merokok.
 Menurunkan harga diri.
 Dapat melalaikan seseorang dari ibadah yang sempurna.
 Bagi yang sudah terbiasa merokok, akan menyebabkan
 kacaunya pikiran apabila tidak menghisap rokok.
 Dapat mengganggu orang lain yang ada disekelilingnya.
3. Ulama yang Memperbolehkan
tokoh seperti Syekh Yusuf al-Qaradawi dan Sayyid Sadiq al-Shirazi.

Ulama yang memperbolehkan merokok mengacu pada dalil surat


Al-Baqarah ayat 29:

‫ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق َلُك ْم َّم ا ِفى اَاْلْر ِض َجِم ْيًع‬

Artinya: Dialah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi


untukmu (QS. Al Baqarah:29) Golongan ini mengemukakan pendapat
tentang hukum merokok adalah mubah jika hukumnya tidak diterangkan
secara jelas dalam Al-Qur'an. Golongan ini menyangkal pendapat jika
rokok dapat memabukkan, menghilangkan akal dan melakukan
pemborosan.
KESIMPULAN
Dalam Islam, pandangan mengenai merokok beragam. Beberapa
ulama memandang merokok sebagai haram (dilarang), yang lain
memandangnya sebagai makruh (diharapkan untuk dihindari), sementara
yang lain mungkin membolehkannya atau memandangnya sebagai hal
yang harus dihindari bila merusak kesehatan. Keputusan akhir tentang
merokok seringkali tergantung pada penafsiran pribadi dan fatwa yang
diikuti oleh individu. Penting untuk mempertimbangkan pandangan
beragam ini dan menjaga kesehatan sebagai prinsip umum dalam Islam
DAFTAR PUSTAKA
"Al-Majmu' Sharh al-Muhadhdhab" oleh Imam An-Nawawi Fatwa dari
Lembaga Fatwa Majelis Ulama Indonesia
"Fiqh al-Islam" oleh Sayyid Sabiq
"Fiqh al-Muamalat" oleh Syekh Yusuf al-Qaradawi
"Iqtisaduna" oleh Sayyid Muhammad Baqir al-Sadr
"Al-Halal wal Haram fil Islam" oleh Yusuf al-Qaradawi

Anda mungkin juga menyukai