1
BAB TEMA HALAMAN
1 Pengantar 3
2 Pendahuluan ( Historis & 3 Madzhab ) 10
3 Para Ulama yang Membolehkan Maulid 16
4 Para Ulama yang Tidak Membolehkan Maulid 24
5 Para Ulama Yang Bersikap Pertengahan 32
6 Dalil-dalil yang melarang & Membolehkan 41
7 Maulid Nabi & Kaidah-kaidah Fikih (kesamaran) 45
8 Maulid Nabi & Tinjauan Ilmu Kaidah Usul Fikih 56
9 Maulid Nabi & Fikih Dakwah Bil hikmah 63
10 Maulid Nabi & Tinjauan Ilmu Maqosid Syari’ah 68
11 Tarjih (Memilih Pendapat yang lebih kuat) 82
12 Maulid Nabi & Fikih Ikhtilaf 88
13 Penutup 102
2
• احلمد هلل وكفى والصالة والسالم على رسول هللا املصطفى و على آلو و صحبو اجملتىب أما بعد 3
• Ada Kaidah Keilmuan yang sering diucapkan oleh para Ulama yaitu : “Al istidlaal qoblal ‘itiqod”.
Mengkaji Dalil sebelum berkeyakinan”. Agar keyakinan tumbuh berdasarkan kajian dalil yang benar
sehingga diharapkan sampai kepada hakikat kebenaran. Jika sebaliknya “Berkeyakinan sebelum
mengkaji dalil” maka kajian dalil apapun akan diarahkan kepada Pembenaran keyakinan”. Yang akan
berdampak pada menolak kebenaran jika tidak sesuai dengan keyakinan. Maka yang demikian
dinamakan mencari PEMBENARAN dan manusia Takkan pernah sampai kepada HAKIKAT Kebenaran.
PRO-KONTRA PERINGATAN MAULID NABI dan Hari Besar ISLAM lainnya sesungguhnya sebuah masalah
yang diperdebatkan yang selalu muncul dan selalu saja dipertanyakan bahkan dipermasalahkan oleh
sebagian kalangan. Untuk itulah dengan memohon Taufik Allah Ta’ala Al-Faqir Berusaha mengkaji
masalah ini dengan perlahan dan teliti berdasarkan Pendapat dan Pandangan Para Ulama serta
Timbangan Beberapa disiplin ILMU SYARI’AT yang sangat penting dalam memahami Nash & Masalah
agama yaitu Tinjauan Ilmu Usul Fikih, Kaidah Fikih, Maqosid Syari’ah serta Fikih Dakwah Bilhikmah.
Dengan Harapan Masalah ini dapat difahami oleh Ummat ISLAM dengan benar dan Proporsional.
Melalui Kitab Al-Qoulul Jaliy fil ihtifal Bil Maulidinnabi Hal 9-17-Syeikh Muh.Anwar
6
yaitu, Manusia Berkumpul pada hari kelahiran NABI atau pada hari lain
mengingat kembali sifat-sifat NABI baik dalam bentuk syair ataupun pujian,
sya’ir) yang berisi pujian kepada NABI, ungkapan Rasa Cinta kepada-nya,
ULAMA
Kitab Hukmul Ihtifal bil maulidinnabawi bainal Mujiziin wal maa-ni’iin Hal. 5-6
DR. Abdul Fattah Bin Soleh Quddais Al-yafi’i
Berdasarkan Penelitian Penulis, Secara Umum Sebab-Sebab PERSELISIHAN 8
1. Tidak Adanya Nash yang Secara Tegas dan jelas yang MEMERINTAHKAN
PENULIS
10
11
MADZHAB INI ADALAH PARA ULAMA yang berpendapat bahwa hal baru
yang diada-adakan di dalam Agama bisa dikatakan terpuji atau tercela
(BID’AH HASANAH-BID’AH SAYYI’AH), yang menjadi timbangannya
adalah IJTIHAD, kajian, dan Istinbath / menyimpulkan kandungan
makna NASH-NASH SYARI’AT, Isyarat-isyarat Nash yang mengarah
kepada suatu amalan, juga dilakukan dengan KIYAS baik dengan Al-
1
Qur’an ataupun Hadist, jika hasil kajian tersebut menghasilkan
keserupaan dengan Hukum MUBAH, maka dihukumi MUBAH, Jika
HARAM maka dihukumi HARAM, Para Ulama kelompok ini membagi
BID’AH kedalam 5 HUKUM Yaitu : Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh,
Haram. ( Kitab Mafhumul Bid’ah wa atsaruhu fi ithirobi Fatawa
mu’asiroh Hal. 69. Syeikh DR Abdul Ilah ibnul Husein Al-’Arfaj)
12
PARA ULAMA MADZHAB MUWASSI’IN (LONGGAR) DALAM MEMAKNAI BID’AH
Syafi’i) Imam Qorofi & Imam Zarqoni (Madzhab Maliki), Imam Ibnul Jauzi (
Madzhab Hambali) & Imam Ibnu Abidin (Madzhab Hanafi) mereka ini
adakan pada Zaman Kita adalah apa yang dilakukan setiap Tahun saat
serta mengutusnya sebagai RAHMAT bagi ALAM Semesta“. (Kitab Al-Baits „ala
inkaril Bidai‟ wal hawadist hal.21, Melalui kitab Alqoulul Jaliy Fil Ihtifal bil
masyhur diketahui oleh para penduduk Mekkah, yang mana setiap tahun
besar dan lebih besar dari hari Raya yang demikian sampai hari ini dan
aku berhaji pada Tahun 772.H ( Hukmul ihtifal bil maulidinnabi bainal
Dan Begitu juga apa yang diada-adakan Sebagian Manusia (BID‟AH) yang
menyerupai Kaum Nasrani pada moment kelahiran Nabi ISA Alaihissalam,
yang demikian mereka lakukan (Maulid NABI) karena didorong oleh rasa cinta
1 dan Mengagungkan Nabi. Bisa Jadi Allah memberikan Pahala kepada mereka
karena kecintaan mereka dan karena hasil IJTIHAD Mereka, bukan karena
Bid‟ahnya yaitu menjadikan kelahiran Nabi sebagai IED (Hari Raya/Perayaan)
meskipun manusia berselisih pendapat tentang kapan kelahirannya.
Yang demikian (MAULID NABI) Tidak dilakukan oleh Salafussolih padahal jika
mereka mau mereka bisa melakukannya dan tidak ada penghalangnya,
2 sekiranya hal ini (MAULID) adalah kebaikan yang murni atau lebih banyak
kebaikannya maka Pasti Salafussolih sudah melakukannya karena Mereka itu
lebih mencintai Rasulullah Shollallahu alaihi wassalam dari pada kita.
Sumber : Kitab Iqtido Sirotol Mustaqiim Hal. 341 Imam Ibnu Taimiyah
26
2. IMAM AL-FAKAHANI AL-MALIKI (WAFAT TAHUN 731 H)
adalah bid‟ah yang makruh, akan tetapi tidak diharamkan, akan tetapi jika
diharamkan, lalu berkata “ Aku tidak tau bahwa maulid Nabi bersandar
para Ulama yang menjadi Teladan di dalam Agama yang berpegang teguh
pada Asar para Pendahulu yang demikian (MAULID NABI) Adalah BID‟AH
pada Bulan ROBIUL AWAL yaitu MAULID yang berisi bid‟ah dan hal-hal
maulidinnabi hal.45 )
30
6. IMAM SYAUKANI (WAFAT TAHUN 1225 H)
Menurut Pengamatan Penulis, ada beberapa Ulama dan Tokoh yang bersikap
menyebutkan dua sisi positif negatif maulid” atau antara sunnah dan bid‟ah,
atau menjadikan maulid sebagai sarana saja bukan Ibadah. Serta mengajak
PENULIS
34
dilakukan oleh Salafussolih dari generasi pertama, akan tetapi Maulid itu bisa
( Hukmul ihtifal bil maulidinnabi bainal Mujiziin wal mani'in hal. 11)
35
( Al-Insoof fiima qiila fil maulid minal guluw wa ihjaaf hal 43-46 )
37
5. SYEIKH NABULISI
disyari‟atkan
islam karena tidak ada dalilnya, akan tetapi jika hanya dijadikan
DALIL “
Penulis Kitab “ Hukmul ihtifal bil maulid anbawi bainal mujizin wal mani‟in ini
tidak apa-apa, yang terpenting jangan sampai masalah MAULID INI dan yang
membelakangi, sebagaimana terjadi pada banyak orang sungguh hal ini sangat
Hukmul ihtifal bil maulid annabawi bainal mujizin wal mani‟in hal. 56
41
42
2. MASALAH-MASALAH yang belum ada Nashnya tidak juga ada IJMA” Ulama yang
menjelaskan Hukumnya baik hukum mengerjakannya maupun Meninggalkannya, Maka
jenis ini para ULAMA MUJTAHID diperbolehkan berijtihad berdasarkan ILMU dan
MAQOSID (tujuan Syari‟at) secara UMUM
Umum atau Dalil-dalil yang lain baik yang disepkati (al-qur‟an, Sunnah,
dll ) Maka Pendapatnya yang berisi HUKUM tersebut tidak bisa dihukumi
Dan Begitu juga apa yang diada-adakan Sebagian Manusia (BID‟AH) yang
menyerupai Kaum Nasrani pada moment kelahiran Nabi ISA Alaihissalam,
yang demikian mereka lakukan (Maulid NABI) karena didorong oleh rasa cinta
4 dan Mengagungkan Nabi. Bisa Jadi Allah memberikan Pahala kepada mereka
karena kecintaan mereka dan karena hasil IJTIHAD Mereka bukan karena
Bid‟ahnya yaitu menjadikan kelahiran Nabi sebagai IED (Hari Raya/Perayaan)
meskipun manusia berselisih pendapat kapan kelahirannya. (IBNU TAIMIYAH)
Syeikh Sayyid Muhammad Bin Alwi Berkata : “ Kita mengatakan dalam setiap
peringatan, berkumpulnya manusia pada Moment-moment keislaman yaitu
Bahwa Peringatan dan Perkumpulan ini dengan cara yang biasa dilakukan
6 adalah Hanya SEBUAH KEBIASAAN SAJA & BUKAN IBADAH”.apakah masih
bisa diingkari oleh orang yang mengingkarinya dan mengkritiknya? Yang
menjadi MUSIBAH BESAR adalah jika masalah ini tidak bisa difahami dengan
pemahaman yang benar” ( Al-Mafahim yajibu an-tusohhah hal. 308.)
1. Imam Ibnu Taimiyah & Syeikh Said Ramadhan Al-Buthiy Mengatakan Bahwa
IBADAH
IBADAH
CATATAN PENTING 54
1. Jika Masalah Maulid adalah Masalah IJTIHADIYAH maka berlaku Kaidah “la
Inkaro Fi masail Ijtihadiyah” Tidak boleh ada pengingkaran dalam Masalah-
masalah IJTIHADIYAH
2. Jika Masalah MAULID adalah Masalah IBADAH berlakulah Kaidah “ Al-Aslu Fil-
ibadah alhazor” Asal Ibadah itu hukumnya dilarang sampai ada dalil yang
memerintahkannya (Tauqifiyah)
3. Jika MAULID hanya merupakan kebiasaan saja maka berlakulah Kaidah Fikih “
Al‟aadah Muhakkamah” Adat dan kebiasaan bisa menjadi Hukum jika tidak
bertentangan dengan Syari‟at
4. Jika MAULID hanya sebagai Sarana Dakwah saja, Maka Berlaku pula Kaidah
“Al-Wasail tabi‟atun lihukmil Maqosid” Sarana itu mengikuti Tujuannya, Jika
Tujuannya Dakwah maka Sarana Dakwahnya Diperbolehkan (PENULIS)
CATATAN PENTING 55
Dari Kholid Bin Walid bahwa beliau masuk bersama Rasulullah kedalam
Rumah Maimunah, maka Rasul dibawakan daging biawak panggang, lalu
Rasul mengulurkan tangannya ingin mengambil, maka beberapa istrinya
mengabarkan bahwa daging tersebut “Daging biawak”, maka Rasul kembali
menarik tangannya tidak jadi memakannya. Maka Kholid Bertanya Apakah
yang demikian (daging Biawak itu) Haram wahai Rasulullah? Rasul Bersabda
“TIDAK”. Akan tetapi di kampung kaumku tidak ada, maka aku agak jijik
4
memakannya”.maka kholidpun memakannya yang mana Rasulullah
melihatnya”. (HR Bukhori 5537, Muslim 1945)
Hadist ini menunjukkan dua hal.
1. Jika Rasul mau melakukan sesuatu lalu meninggalkannya maka hal
tersebut tidak lantas menujukkan KEHARAMAN
2. Sesuatu yang dianggap kotor belum tentu DIHARAMKAN
( Qowaid Usul Fikih Wa Tatbiiqotuha hal. 366)
60
DALIL KETIGA HADIST SOHIH RIWAYAT ABU DAUD
HADIST SOHIH RIWAYAT ABU DAUD NO. 4698, dari Abu Dzar & Abu
Hurairoh keduanya berkata : “ adalah Rasulullah biasa duduk
dihadapan Para Sahabatnya dimasjid, ketika datang orang Asing ia
tidak tau mana Rasulullah diantara sahabatnya, sehingga bertanya-
tanya, maka Kami mengusulkan agar beliau dibuatkan dukan (Bangku
5 dari Tanah) agar orang asing yang datang bisa segera mengetahui
beliau (Karena duduk dibangku tersebut) , maka kami membuatkan
kursi tersebut, maka Rasulpun duduk disitu sedangkan kami duduk di
bawah di sisinya”. Hadist ini menunjukkan apa yang ditinggalkan
RASUL karena tidak terfikirkan sebelumnya (Qowaid Usulul Fiqh wa
tatbiqotuha hal. 367)
7 KANDUNGAN MAKNA JIKA NABI MENINGGALKAN SESUATU 61
Syeikh Sofwan Bin Adnan Daudi Berkata : Memperingati MAULID NABI tidak
pernah dilakukan oleh SAHABAT & TABI’IN yang demikian tidak menunjukkan
KEHARAMAN bahkan BOLEH MELAKUKANNYA akan tetapi tanpa dibakukan
(Mengkhususkan) Harinya karena tidak adanya kepastian sejarah kapan NABI
dilahirkan secara pasti (12 Rabiul Awal masih Diperselisihkan Ulama) akan
tetapi harus terbebas dari hal-hal yang DIHARAMKAN dan kita tidak
menjadikannya HARI RAYA (IED) karena HARI RAYA KAUM MUSLIMIN
DITETAPKAN BERDASARKAN DALIL, tidak ditetapkan dengan Kiyas, yang mana
Acara peringatannya terbatas pada “ Membacakan SIROHNYA, Akhlak NABI,
dan Sifat-sifat NABI, yang tidak lebih dari itu dan tanpa Gulluw kepada NABI “ (
Qowaid Usul Fikih Wa Tatbiqootuha hal. 368-369)
63
KAIDAH FIKIH DALAM DAKWAH 64
مسائل االجتهاد ال يسوغ فيها اإلنكار إال ببيان احلجة و إيضاح احملجة
Masalah-Masalah I J T I H A D I Y A H tidak boleh
1
mengingkarinya, kecuali hanya sekedar menjelaskan Hujjah
dan menjelaskan jalan yang benar
Syeikh Fauzan Hafizohullah ditanya : Jika memperingatkan MASALAH BID’AH yang telah
mengakar akan menimbulkan FITNAH apakah DIAM lebih utama, atau WAJIB
memperingatkan meskipun terjadi FITNAH ?
BELIAU MENJAWAB : “ Tergantung Situasi dan kondisinya, apabila bisa menyebabkan
munculnya Mudorot yang lebih besar daripada maslahatnya maka kita harus melakukan
yang mudorotnya lebih kecil, akan tetapi bukan diam tidak menjelaskan yakni
mendakwahkan dengan Nasehat yang baik (Mauizoh hasanah) dan mengajarkan
manusia sedikit-demi sedikit (Bertahap). apabila kita menunjukkan pengingkaran
melahirkan mafsadat /kerusakan yang lebih besar maka kita jangan menunjukkan
pengingkaran sedari awal, akan tetapi AJARKAN MANUSIA ILMU, KABARKAN DAN
MENJELASKAN ILMUNYA KEPADA MANUSIA sehingga mereka MENINGGALKAN
KEMUNGKARAN DENGAN SUKA RELA, jika para audiensnya orang bodoh maka mulailah
dengan Hikmah dan Kelembutan “. ( Al- muntaqo min fatawa syeikh Solih Al-Fauzan
J1/172-173-diringkas )
68
DEFINISI & HUJJIYAH MAQOSID SYARI’AH 69
Hadist ini menunjukkan disunnahkannya puasa pada hari senin pada setiap
pekannya karena pada hari yang berkah ini Allah memberikan 3 NIKMAT kepada
kaum Muslimin yaitu : KELAHIRAN NABI, DIUTUSNYA NABI, & DITURUNKANNYA
AL-QUR‟AN tidak diragukan bahwa yang demikian adalah NIKMAT ALLAH YANG
10
BESAR yang telah dikhususkan pada hari senin. Maka hari ini menjadi HARI
KEBAHAGIAAN & KEGEMBIRAAN yang mana kita PATUT BERSYUKUR KEPADA
ALLAH dan syukur kepada Allah itu dengan melaksanakan Ibadah kepada-Nya (
Taudihul Ahkam Syarah Bulugul Marom J2/238 Syekh Abdurrahman Al-Bassam)
KEDUA : MAQOSID PUASA SENIN KAMIS & MAULID NABI 74
ب
ٌّ ف ُم ْستَ َح ْ وج ِم َن
ِ َاْلِال
ُ اَ ْْلُُر
1 KELUAR ( MENGHINDARI ) DIRI DARI PERSELISIHAN
HUKUMNYA DISUNNAHKAN ( DIANJURKAN )
Kita boleh punya Madzhab tentang Maulid, akan tetapi kita juga
harus menghargai Madzhab Para ulama. Bagaimana mungkin
manusia tidak menghargai Pendapatnya Imam Abu Syaamah
gurunya Imam Nawawi? Bagaimana mungkin manusia tidak
menghargai pendapatnya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani yang telah
11 dijuluki sayyidul muhaddisin ? Bagaimana Mungkin Manusia tidak
menghargai pendapatnya imam Suyuthi ??? Bagaimana Mungkin
manusia tidak menghargai Pendapatnya Imam Ibnu Taimiyah yang
telah dijuluki syeikhul Islam ? Sesungguhnya yang pandai
menghargai pendapat para ulama hanyalah para ulama saja. (
PENULIS )
KAIDAH MENGHINDARI PERSELISIHAN / KHILAF 100
Suatu Ketika IMAM MALIK sedang berada di dalam majlis ilmu ditanya
tentang masalah hukum waris, lalu beliau berfatwa dengan pendapat
Sahabat ZAID BIN SABIT, lalu seseorang menyela “ Kalau Pendapatnya
ALI BIN ABI THOLIB & IBNU MAS‟UD Bagaimana? ..Maka imam malik
menunggu majlis sepi dan bertanya kepada Orang yang menyela tadi : “
Anda dari mana? Dari IRAK, IMAM MALIK BERKATA : “ Adab anda
12 dimana? Sesungguhnya Ali Bin Abi Tolib & Ibnu Mas‟ud sahabat yang
tidak diragukan lagi, dan penduduk kami (madinah) memegang
Pendapatnya ZAID BIN TSABIT. Jika anda berada di antara suatu KAUM
maka jangan sekali-sekali anda menyinggung hal yang mereka tdk ketahui
/ tidak biasa, karena akan berakibat mereka akan bersikap dgn sesuatu
yang anda tidak sukai “. (Kitab Min akhbarissalafissolih hal. 68 Syeikh
Abu Yahya Zakaria)
MENGHINDARI PERSELISIHAN 101
Ulama Kita… ( P E N U L I S )
104
(PENULIS)
106
NO JUDUL KITAB PENULIS
1 Hukmul Ihtifal Bil Maulid annabawi Abdul Fattah Bin Solih Quddais
2 Al-qoulul Jali fil ihtifal bil maulidinnabi Syeikh Muh.Anwar Mirsal
3 Iqtidho sirotol Mustaqiim Imam Ibnu Taimiyah
4 Tuhfatul Maudud bi ahkamil maulud Imam Ibnul Qoyyim
5 Al-Maqosid asyyar’iyyah ta’rifuha, amsilatuha DR Nuruddin Mukhtar Alkhodimi
6 Mafahim yajibu antusohah Assayyid Muhammad Bin Alwi
7 Al-Asas Fi Fiqhil Khilaf DR Abu Umamah Nawwar bin Syalli
8 Min Akhbarissalafissolih Abu Yahya zakaria bin gulam qodir
9 Mafhumul bid’ah wa atsaruhu fi tirobil fatawa DR Abdul ilah bin Husein Al-arfaj
10 Al-Qowaid Al-fiqhiyyah almusytamilah alattarjih DR Abdurrahman bin Azzaz
11 Al-Istihsan Wasilatuhu bil ijtihad al-maqosidi DR Ilyas dardur
12 Al-Bayan Annabawi ‘an fadli ihtifal bimauliddinabi DR Mahmud Ahmad Azzayin
13 Al-Inshoof fiima qiila fil maulid Syeikh Abu Bakar Al-Jazairiy
14 Mi’yarul Bid’ah DR Muh. Husein Al-jizani
15 Qowaid wa dhowabith fiqhiddakwah Syeikh Abid bin Abdullah
107
18 Al-muntaqo min fatawa syeikh Fauzan Syeikh Adil Bin Ali Bin Ahmad