Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lailia Lutfiaturohma

NIM : 126201213222
Kelas : PAI 4E
Kelompok : 5

1. Fiqh perbandingan mazhab dalam studi keislaman dikenal juga dengan istilah
(‫ارن‬---‫ه المق‬---‫ )الفق‬al-fiqh al-muqāran. Kata Fiqh dalam bahasa arab berarti
pemahaman, sebagaimana pengertian yang terdapat pada surat Huud ayat
91 “‫ ”َقاُلوا َي ا ُشَع ْيُب َم ا َن ْف َقُه َك ِثيًر ا ِمَّم ا َت ُق وُل‬Mereka berkata, Wahai Syu’aib! Kami tidak
banyak mengerti (memahami) tentang apa yang engkau katakan itu…” Dalam
kamus al muhith disebutkan al fiqh adalah “‫ وَغ َلَب على‬، ‫ والِفْط َن ُة‬،‫ والَفْه ُم له‬، ‫الِع ْلُم بالشيِء‬
)1(”‫ ِع لِم الديِن لَش َر ِفه‬mengetahui sesuatu dan memahami dengannya, kepandaian,
dan melingkupi pengetahuan agama dengan keutamaan-keutamaannya.
Menurut Imam asy Syafi’i fiqh adalah “‫ب من أدلتها‬--‫ة المكتس‬--‫األحكم الشرعية العملي‬--‫العلم ب‬
)2(”‫ التفصيلية‬mengetahui hukum-hukum syari’at yang terkait dengan amalan-
amalan praktis yang diperoleh dari dalil-dalil syari’at yang terperinci.

2. - Hukum amaliyah baik yang disepakati maupun yang masih di perselisihkan


antara para mujtahid dengan membahs cara berijtihad mereka, dan sumber –
sumber hukum yang dijadikan dasar oleh mereka dalam menetapkan hukum
– Dalil – dalil yang dijadikan dasar oleh para mujtahid, baik dari Al-Qur’an
maulun Al- sunnah, atau dalil- dalil lain yang diakui oleh syara’

-Hukum – hukum yang berlaku di negara di mana para muqarin hidup, baik
hukum nasional atau positif maupun hukum internasional

3. Pertama, Mendapatkan pengetahuan tentang metodologi ilmiah serta


kesungguhan para ilmuwan fiqih Islam dalam menetapkan suatu hukum.
Dengan demikan para pengkaji fiqih perbandingan akan menghormati dan
menghargai para ulama fiqih, dan menjauhkan diri dari fanatisme.
Kedua, Mengetahui latar belakang lahirnya fatwa para ilmuan fiqih, terutama
dalam aspek sosial kemasyarakatan, budaya dan perubahan situasi dan
kondisi. Dengan demikian para pengkaji fiqih perbandingan akan memiliki
wawasan yang memadai jika dihadapkan dengan suatu permasalahan
dengan latar belakang yang serupa.
Ketiga, Mengetahui dalil-dalil syari’at yang menjadi dasar bagi penetapan
hukum para ilmuwan fiqih, dan mengetahui sebab-sebab mereka berbeda
pendapat. Dengan demikian para pengkaji fiqih perbandingan akan memiliki
sikap yang toleran atas perbedaan fiqih dalam masyarakat karena adanya
dalil syari’at yang mendasari pendapat-pendapat tersebut. wallahu a’lam
bisshowab
4. Syekh Usamah kemudian memberikan empat kaidah yang harus selalu
diingat untuk menyikapi perbedaan fikih.
a. Pertama an tuzakka wa an tuqaddam wa an tudfa‘a mâ ittafaqa ‘alaih
(memilah, mengedepankan dan menyampaikan segala hal yang telah
disepakati), dengan sikap ini maka kita akan mengarah pada
pendapat terbanyak dan menjadi umat yang solid atas suatu perkara.
b. Kedua, lâ inkâr fî mukhtalaf fîh (tidak boleh mengingkari pendapat yang
berbeda), jika ada perbedaan pendapat ulama atas sesuatu dan ada
saudara kita yang mengambil pendapat satu di antara pendapat ulama
tersebut maka tidak boleh kita ingkari alias kita harus akui dan hormati
sikapnya tersebut, sebab setiap pendapat itu ada ilmu dan
petunjuknya.
c. Ketiga, anna al-khurûj min al-mukhtalaf ahabb (sesungguhnya keluar
dari perbedaan itu lebih diutamakan). Maka jika kita dihadapkan pada
suatu keadaan yang di situ menimbulkan perbedaan sikap/ pendapat
maka sebaiknya memilih untuk tidak melakukan hal tersebut
d. Keempat anna man ibtuliyya bi shayy’ minhu falyuqallid man ajâzahu
(sesungguhnya barangsiapa yang tidak dapat keluar dari keadaan
yang mengharuskan ia harus melakukan hal tersebut maka bertaqlid
saja pada pendapat yang membolehkan untuk melakukan hal
tersebut), artinya jika kita berada pada kondisi yang sebenarnya tidak
ingin melakukan namun sebab tidak ada pilihan maka kita cukup
bertaqlid pada pendapat ulama yang membolehkan hal tersebut.

5. -Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama dalam


pengambilan hukum. Karena Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang
merupakan petunjuk kepada ummat manusia dan diwajibkan untuk
berpegangan kepada Al-Qur’an.
-Al-Hadits/Sunnah Sumber kedua dalam menentukan hukum ialah sunnah
Rasulullah ٍ SAW. Karena Rasulullah yang berhak menjelaskan dan
menafsirkan Al-Qur’an, maka As-Sunnah menduduki tempat kedua setelah
Al-Qur’an.
=Al-Ijma’ Yang disebut Ijma’ ialah kesepakatan para Ulama’ atas suatu hukum
setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Karena pada masa hidupnya Nabi
Muhammad SAW seluruh persoalan hukum kembali kepada Beliau. Setelah
wafatnya Nabi maka hukum dikembalikan kepada para sahabatnya dan para
Mujtahid.

6. 1. Hanafi Mazhab Hanafi atau Hanafiah didirikan oleh Nu'man bin Tsabit atau
yang lebih terkenal dengan nama Abu Hanifah. Ia wafat 767 masehi.
Pemikiran hukumnya bercorak rasional. Mazhab ini berasal dari Kufah,
sebuah kota yang telah mencapai kemajuan yang tinggi di Iraq. Sehingga
persoalan yang muncul banyak dipecahkan melalui pendapat, analogi, dan
qiyas khafi. Karyanya yang terkenal adalah Fiqh Al-Akbar.
2. Mazhab Maliki atau Maliki adalah mazhab yang didirikan oleh Malik bin
Anas atau yang biasa dikenal dengan nama Imam Malik. Imam Malik wafat
pada 797 Masehi. Sepanjang hidupnya Malik tidak pernah meninggalkan
Madinah, kecuali untuk keperluan ibadah haji. Pemikiran hukumnya banyak
dipengaruhi sunnah yang cenderung tekstual.
3. Mazhab Syafi'i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-syafi'i.
Ia wafat pada 767 masehi. Selama hidup Beliau pernah tinggal di Baghdad,
Madinah, dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah konvergensi atau
pertemuan antara rasionalis dan tradisionalis.

7. - Madzhab Hanafî merupakan salah satu pelopor madzhab-madzhab besar


fiqih dalam Islam dimana tokoh pendiri dan pencetusnya adalah Imam Abu
Hanifah. Abu hanifah memiliki nama lengkap Abu Hanifah an-Nu’man bin
Tsabit bin Zutha, ia dilahirkan di Kuffah pada tahun 80 H.4 berbagai
pandangan terkait dirinya yang muncul dari para fuqaha dan kalangan
ushuliyyin menyebutkan bahwa Abu Hanifah seorang tokoh imam besar fiqih
di Iraq dan sering disebut sebagai bapaknya ashãbu ar-ra’yi (rasionalitas).
- Sebaran Geografis Pengikut Madzhab Syafi’i37 Beliau bernama Abu
Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Ustman bin Syafi’ bin Saib
bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf.
Dilahirkan di Gaza pada tahun 150 H, wafat di Mesir tahun 204 H.38
dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, serta kondisi yatim turut serta
memberi dampak besar kepada sifat-sifat terpuji dirinya. Dengan
keyakinan yang kuat kepada Allah SWT, tatkala kondisi umur yang masih
kecil Imam Syafi’i dibawa oleh orang tuanya menuju Makkah untuk
menuntut ilmu agama kepada para masyaikh masyhur. Kecerdasan dan
kekuatan hafalannya sudah dimulai tatkala usia kanakkanak. Beliau hafal
al-Qur’an belum genap menginjak usia tujuh tahun, dimana beliau
muraja’ah bacaannya kepada seorang ulama ternama Mekkah bernama
Ismã’îl bin Qusthanthin pada tahun 170 H
- Sebaran Geografis Pengikut Madzhab Hanbalî Imam Ahmad bin Hanbal
bernama Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin
Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan. Dilahirkan di Baghdad lalu banyak
menghabiskan waktunya disana sampai meninggal disana. Lahir pada
bulan Rabiul Awwal tahun 164 H adapun meninggal pada hari Jum’at 12
Robiul Awwal tahun 241 H. beliau memiliki perjalanan studinya dalam
menimba ilmu hadist dan ilmu agama lainnya ke beberapa negara;
Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Kuffah, Bashrah dan Jazirah.
Referensi
1. Udin Supriadi, ISLAM DAN MADZHAB: ANALISIS DISTRIBUSI
PENGIKUT MADZHABMADZHAB MU’THABARAH DI BERB, vol,19,
Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam,2020, hal 4-30
2. Bakhrul huda, Menyikapi Perbedaan Pendapat Fiqh, Artikel, hal 4-4
3. https://sigitsuhandoyo.blogspot.com/2021/09/pengertian-tujuan-
manfaat-mempelajari.html

Anda mungkin juga menyukai