Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dhika Nur Fitriana

NIM : 1193040017
Prodi : Perbandingan Madzhab dan Hukum/ III/ A
Mata Kuliah : Perbandingan Fiqh Muamalah
Dosen : Prof. Dr.H. Juhaya S. Pradja
Dedi Supriyadi, M.Ag.

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

1. Jelaskan secara sistematis tentang konsepsi madzhab berikut unsur-unsurnya


dan gambarkan secara skematis ?

Penjelasan skema tersebut adalah titik adalah konsep, yakni suatu gagasan yang
dilambangkan oleh istilah. Kata mazhab, adalah istilah yang dapat diartikan sebagai
pendapat, atau aliran pemikiran atau £omunitas, yang memiliki pengertian, fungsi,
cakupan, batasan, dan relasi. Hubungan antara dua konsep atau lebih disebut teori.
Sudut yang berisi teori dapat disebut sudut pandang atau perspektif atau mazhab, yang
bertolak dari cara berpikir yang digunakan. Ketika sudut pandang itu digunakan dalam
penelitian, ia disebut pendekatan atau tinjauan.
Gambar tersebut dapat diartikan sebagai besaran bidang, yang dibatasi oleh
empat garis, ialah kompleksitas fiqh sebagai produk pemikiran dalam konteks
pengetahuan ilmiah. Ia memiliki unsur substansi, yakni substansi fiqh yang menjadi
subject matter ilmu fiqh sebagaimana disimbolkan oleh huruf (A-G), yakni simbol fiqh
ibadah, fiqh munakahat, fiqh waratsah, fiqh muamalah, fiqh jinayah, fiqh siyasah, dan
fiqh aqdhiyah. Ia mengandung unsur informasi untuk dideskripsikan dalam bentuk
pernyataan abstrak, misalnya konsep jama' taqdim, konsep muzakki, konsep imamah,
dan sebagainya. Di balik semua konsep itu terdapat asumsi yang dipandang benar
dengan sendirinya meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit. Misalnya, konsep
ikhtilaf terdapat asumsi bahwa manusia itu memiliki persamaan dan perbedaan
berdasarkan kemampuan dan kapasitasnya. Ketika konsep itu dihubungkan dengan
konsep lain, tersusun teori, dalam bentuk kaidah fiqh. Di balik teori itu, terdapat
aksioma yang dipandang benar karena ia bersandar pada teologis atau filosofis. Ketika
teori digunakan untuk memahami gejala yang muncul pada substansi yang dijadikan
sasaran pemahaman atau perbedaan, di situlah perspektif, Dalam konteks ini, mazhab
dimaknai perspektif dan pendekatan yang digunakan oleh imam mazhab. Cara pandang
yang digunakan ialah metode ijtihad, sedangkan hasil ijuhad berbentuk pernyataan
yang melahirkan substansi fiqh.
Madzhab merupakan kata tunggal, yang jamaknya adalah mazhahib,
maksudnya sistem pemikiran atau sebuah pendekatan intelektual. Lafazh mazhab
sering digunakan dalam pengertian khusus yang berkaitan dengan aliran-aliran dalam
hukum Islam. Ada beberapa Mazhab dalam hukum Islam. Dikalangan Mazhab Sunni
misalnya, ada empat Mazhab. Pertama, Mazhab Hanafi ialah Tokoh pendiri Mazhab ini
adalah Abu Hanifah (w. 150 H). Kedua, Mazhab Maliki pendiri ini adalah Mazhab
Imam Malik ibn Anas (w. 179 H). Ketiga, Mazhab Syafi'i ia pendiri Mazhab ini adalah
Muhammad ibn Idris Asy-Syafi'i. Keempat, Mazhab Hanbali, pendiri Mazhab ini
adalah Ahmad ibn Hanbal. Dan ada beberapa Mazhab Syi'ah dan yang paling terkenal
adalah Mazhab Ja'fari, sedangkan pada Syi'ah dua belas, yang populer adalah Mazhab
Syi'ah Zardiyah. Disamping Mazhab di atas, terdapat Mazhab Sunni yang tidak
sepopuler Mazhab Sunni yang empat, bahkan sebagian dari Mazhab tersebut tidak
berkembang lagi. Dan diantara Mazhab tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mazhab Al-Auzai', pendiri Mazhab ini adalah Imam Abu Amr Abdu Ar-Rahman
ibn Muhammad Al-Auzai Al-Dimasyiqi (w. 157 H).
b. Mazhab Ats-Tsauri, pendiri Mazhab ini adalah Abu Abdillah Sufyan ibn Sa'ad Ats-
Tsauri Al-Kufi (w. 161 H).
c. Mazhab Al-Laitsi, pendiri Mazhab ini adalah Abu Al- Harits Al-Laits ibn Sa'ad Al-
Fahmi (w. 175 M). Is adalah ahli fiqh dari Mesir, bahkan Imam Syafi'i pernah
berguru kepadanya.
d. Mazhab Dzahiri, pendiri Mazhab ini adalah Abu Sulaeman Daud IBN Ali Al-Asyfa
Hani yang dikenal dengan nama Abu Dawud Adh-Dhauhiri (w. 270 H)
e. Mazhab Ath-Thabari, pendiri Mazhab ini adalah Abu Ja'far Muhammad ibn Karir
Ath-Thabari (w. 310 H).
Fiqh merupakan produk pemikiran ulama dalam bidang hukum islam, yang merupakan
kreasi luar biasa melalui pendekatan intelektual pada waktu dan kondisi sosia tertentu,
melalui metode perbandingan dapat diketahui langkah-langkah metodologis yang
dijadikan tolak ukur bagi ulama fiqh mengangkat persoalan sosial yang berkaitan
dengan hukum Islam dan dapat mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya kreasi intelektual dibidang hukum Islam sesuai dengan zamannya yang
selalu mengalami perubahan.

2. Pilih satu metode istinbat hukum dari mazhab-mazhab fikih baik sunni maupun
syi’i tentang riba dengan contohnya?

Metode Istinbath Mazhab Hambali


1. Riwayat Hidup Ahmad ibn Hambal
Mazhab Hambali sering diidentikkan dengan tokoh penggagasnya, yaitu
Ahmad ibn Hambal. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Hambal ibn Hilal ibn Usd
ibn Idris ibn Abdullah ibn Hayyan ibn Abdullah ibn Anab ibn Auf ibn Qasith ibn
Mazin ibn Syaiban. Ia lahir di Baghdad Irak pada tahun 164 H (780 M) dan wafat
pada tahun 241 H (855 M). Jasadnya dimakamkan di
Bab Harb. Sekarang, tempat ini sering dikunjungi para peziarah yang dikenal
dengan Al-Harbiyah. Ayahnya menjabat Walikota Sarkhas dan merupakan salah
seorang pendukung pemerintahan Abbasiyah. Ahmad ibn Hambal adalah seorang
ilmuwan ahli figh? yang gigih meluruskan akidah Islam yang dianggap telah
diselewengkan oleh kaum Mu'tazilah yang menguasai pemerintahan Al-Ma'mun ibn
Harun Ar-Rasyid tahun 198 H. Bahkan, dijadikan sebagai mazhab resmi negara.
Aliran Mu'tazilah pada saat itu dipimpin oleh Qadhi Al-Qudhah Ahmad ibn Dawud,
karena persamaan ideologi tokoh ini yang sangat dekat dengan khalifah Al-Ma'mun,
terutama berkaitan tentang kedudukan Al-Quran sebagai makhluk ciptaan Allah.
Kebijakan ini mendapatkan reaksi yang keras dari aliran figh ahli sunnah, termasuk
Ahmad ibn Hambal. Karena perbedaan ini, Ahmad ibn Hambal dipenjara dan
diintimidasi pada tahun 218 H.
Pada tahun 277 H, Al-Mu'tashim digantikan Al-Wasiq, Kebijakan politik
pada masa ini lebih lunak daripada dua orang khalifah pendahulunya. Al-Wasig
hanya meminta agar Ahmad ibn Hambal tidak terlalu menentang kemakhlukan Al-
Quran. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 232 H. Bahkan, peristiwa mihnah yang
berlangsung sejak tahun 218 H sampai 233 H telah berakhir karena Al-Mutawakil
adalah salah seorang khalifah Abasiyah yang tidak mendukung ideologi Mu'tazilah,
tetapi pendukung ahli sunnah.
2. Guru Ahmad ibn Hambal
Ahmad ibn Hambal sering melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk
menuntut ilmu. Pada tahun 183 H, ia pergi ke Kutah, tahun 186 H ke Bashrah, tahun
197 H ke Mekah. Negara dan kota yang pernah disinggahinya adalah Syam (Syiria),
Yaman, Maroko, Aljazair, Persia, dan Khurasan. Di samping menuntut ilmu, ia
mengumpulkan hadis-hadis Nabi yang ia pelajari sejak usianya masih 16 tahun.
Gurunya antara lain:
a. Sufyan ibn Uyainah,
b. Ibrahim ibn Saad:
c. Yahya ibn Said Al-Qaththan:
d. Husyaim ibn Basyir:
e. Mu'tamar ibn Sulaeman:
f. Ismail ibn Atiyah:
g. Wagi ibnu Al-Jarrah, h. Abdu Ar-Rahman Al-Mahdi:
h. Imam Asy-Syafi'i
(Imam Syafi'i adalah salah seorang gurunya yang memiliki peran besar terhadap
pembentukan keilmuan Imam Ahmad ibn Hambal. Ia selalu mengikuti kuliah Imam
Asy-Syafi'i dalam kajian figh dan ushul figh sejak tahun 195 H sampai dengan 197
H ketika Imam Asy-Syafi'i di Baghdad ataupun dalam perjalanannya."
3. Murid Ahmad ibn Hambal
Murid-murid yang belajar pada Imam Ahmad Ibn Hambal adalah para ulama
yang pada kemudian hari menyebarkan pikiran-pikirannya di berbagai pelosok dunia
Islam, antara lain:
a. Abdullah ibn Ahmad, putra Ahmad ibn Hambal (w. 290 H),
b. Abdullah ibn Said Al-Washyi,
c. Ahmad ibn Hasan At-Tirmidzi,
d. Ahmad ibn Saleh Al-Misri,
e. Hasan ibn Sabah Al-Wasiti,
f. Ishak ibn Hambal,
g. Abu Dawud As-Sijastani, penulis kitab Al-Sunan,
h. Abu Bakar Al-Mawardzi,
i. Muhammad ibn Ismail At-Tirmidzi:
j. Al-Hasan ibn Ali Al-Iskafi:
k. Al-Hasan ibn Muhammad Al-Anmati.Z
Di samping para ulama tersebut, "mazhab Hambali dikembangkan oleh ulama-
ulama besar, antara lain:
a. Ibn Qudamah (w. 620 H), pengarang kitab Al-Mughni:
b. Syamsuddin ibn Oudamah (w. 682 H), pengarang kitab Asy-Syarhu Al-Kabir,
c. Tagiyuddin Ahmad ibn Taimiyah (w. 728 H), pengarang kitab Majmu Al-
Fatawa Ibn Taimiyah:
d. Ibn Oayyim Al-Jauziyah (w. 751 H), pengarang kitab I'lamul Muwaggin dan
kitab Ath-Thurug Al-Hukmiyah fi Siyasah Al-Syariyyah.
4. Dasar-dasar Ijtihad Mazhab Hambali
Dalam bidang figh, mazhab ini berbeda dari mazhab pendahulunya, seperti
mazhab Hanafi dan Maliki. Mazhab ini lebih cenderung dipengaruhi oleh mazhab
Syafi'i dalam ijihad fighnya. Itulah sebabnya, Ahmad Amin berpendapat bahwa
Ahmad ibn Hambal bukanlah ahli figh, melainkan lebih cenderung sebagai ahli
hadis. Pandangan ini dikemukakan juga oleh Ath-Thabari.“
Menurut Ibnu Oayyim dalam kitab I'lam Al-Muwagin, dasar-dasar pemikiran
Ahmad Ibn Hambal dalam memutuskan hukum didasarkan pada hal-hal berikut.
a. Nash Al-Ouran dan hadis marfu. Selama ada teks nash, Ahmad ibn Hambal
mengesampingkan dasar hukum mana pun, termasuk ijma dan giyas, kecuali
dalam keadaan sangat memaksa dan sangat memerlukannya serta tidak
ditemukan dalam nash Al-Ouran dan hadis sekalipun hadis dhaif.
b. Fatwa para sahabat.
c. Jika terjadi perbedaan di kalangan para sahabat, Ahmad ibn Hambal memilih
pendapat yang lebih dekat dengan teks nash Al-Ouran dan hadis.
d. Hadis mursal dan hadis dhaif.
Berdasarkan penelitian Mushtafa Zaid,? di samping dasar ijtihad, fatwa yang
dilakukan Ahmad ibn Hambal banyak menggunakan metode istihslah sekalipun
tidak sepopuler Imam Malik. Pada perkembangan selanjutnya, pengikut Ahmad ibn
Hambal menegaskan bahwa metode ini tidak masuk sebagai dalil dan mereka
memasukkan metode ini dalam kelompok qiyas secara umum.

3. Jelasan konsep jual beli on line disertasi analisa rukun dan syarat jual beli tentang
kehalalan dan keharamannya dalam perspektif mazhab-mazhab fikih?

Dalam fiqh muamalah islam, jual beli secara online ada kesamaan dengan jual beli
barang pesanan yang disebut salam. Dimana penjual menjual sesuatu yang tidak dilihat
zatnya, hanya ditentukan dengan sifat barang itu ada didalam pengakuan (tanggungan)
si penjual. Sedangkan ulama Syafi’yah dan Hanabilah mendefenisikannya sebagai
berikut, akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri tertentu dengan membayar
harganya terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kemudian dalam suatu
majelis akad.
Sebagaimana umumnya jual beli, dalam jual beli salam juga berlaku demikian yakni
rukun dan syarat jual beli harus terpenuhi agar transaksi jual beli ini dapat dikatakan
sah menurut syariat Islam, adapun rukun salam menurut jumhur ulama, ada tiga yaitu:
a) Sighat, yaitu ijab dan qabul
b) Aqiddani, yakni orang yang melakukan transaksi, yang dimaksud adalah orang
yang memesan dan menerima pesanan.
c) Objek transaksi yakni harga dan barang yang dipesan.

Dan syarat nya yaitu :


a) Uangnya dibayar ditempat akad, jadi uang dibayarkan terebih dahulu.
b) Barangnya menjadi utang bagi penjual
c) Barang dapat diberikan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan/disepakati,
berarti pada waktu yang telah disepakati
d) barang yang dijanjikan harus sudah ada, oleh karena itu jual beli salam barang yang
belum pasti hukumnya tidak sah dan menjadi haram.
e) Barang tersebut hendaklah jelas ukuranya, takarannya, ataupun jumlahnya, sesuai
dengan kebiasaan yang berlaku bagi barang yang diperjual belikan.
f) Diketahui dan disebut sifat-sifat barangnya dengan jelas, agar tidak ada keraguan
yang dikemudian hari dapat menjadikan perselisihan
4. Jelaskan tentang konsep upah bagi pekerja dalam bidang muamalah dalam
perspektif mazhab-mazhab fikih disertai contoh dan ukuran upah itu seperti apa?

Konsep Upah Dalam Ekonomi Islam, yakni ini Upah berasal dari kata al-ajru
yang berarti al-iwadlu (ganti), upah atau imbalan .Konsep upah muncul dalam kontrak
ijrah, yaitu pemilikan jasa dari seseorang ajr (orang yang dikontrak tenaganya) oleh
mustajir (orang yang mengontrak tenaga). Ijrah merupakan transaksi terhadap jasa
tertentu yang disertai dengan kompensasi. Kompensasi atas imbalan tersebut berupa
al-ujrah (upah). Dasar Hukum Ijarah. Jumhur ulama berpendapat bahwa ijarah
disyariatkan berdasarkan Al-Quran,Sunnah.
Beberapa pendapat Imam Mazhab fiqh Islam sebagai berikut:
1. Para ulama dari golongan Hanafiyyah berpendapat, bahwa al-ija’rah adalah suatu
transaksi yang memberi faedah pemilikan suatu manfaat yang dapat diketahui
kadarnya untuk suatu maksud tertentu dari barang yang disewakan dengan adanya
imbalan.
2. Ulama Mazhab Malikiyyah mengatakan, selain al-ija’rah dalam masalah ini ada
yang diistilahkan dengan kata al-kira’, yang mempunyai arti bersamaan, akan
tetapi untuk istilah al-ija’rah mereka berpendapat adalah suatu akad atau perjanjian
terhadap manfaat dari al-Ada’mi (manusia) dan benda-benda bergerak lainnya,
selain kapal laut dan binatang, sedangkan untuk al-kira’ menurut istilah mereka,
digunakan untuk akad sewa-menyewa pada benda-benda tetap, namun demikian
dalam hal tertentu, penggunaan istilah tersebut kadang-kadang juga digunakan.
3. Ulama Syafi`iyyah berpendapat, al-ija’rah adalah suatu akad atas suatu manfaat
yang dibolehkan oleh sya’ra’ dan merupakan tujuan dari transaksi tersebut, dapat
diberikan dan dibolehkan menurut sya’ra’ disertai sejumlah imbalan yang
diketahui.
4. Hambaliyyah berpendapat, al-ija’rah adalah aqad atas suatu manfaat yang
dibolehkan menurut sya’ra’ dan diketahui besarnya manfaat tersebut yang
diambilkan sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan adanya iwa>dah.

5. Jelaskan tentang konsep barang jaminan dalam perspektif mazhab-mazhab fikih


dan dihubungkan dengan konsep fidusia?
Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis
formal diakui sejak berlakunya Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia. Sebelum Undang-undang ini dibentuk, lembaga ini disebut dengan bermacam-
macam nama. Fidusia dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan istilah “penyerahan
hak milik secara kepercayaan”. Dalam terminologi Belanda sering disebut juga dengan
istilah lengkapnya berupa Fiduciare Eigndoms Overdracht (FEO), sedangkan dalam
bahasa Inggrisnya secara lengkap sering disebut dengan istilah Fiduciary Transfer of
Ownership. Pengertian fidusia itu sendiri adalah hak jaminan atas benda bergerak baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima jaminan fidusia kreditur
lainnya.

6. Konsep ekonomi adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya, islam


menawarkan dengan sistem bagi hasil, apakah konsep ini bisa meraih keuntungan
lebih besar dari konsep riba atau prosentase yang keuntungannya lebih stabil ?

Perbankan di Indonesia mengenal dua sistem, yaitu bank konvensional dan bank
syariah. Keduanya memiliki aturan dan kebijakan berbeda terkait pengelolaan
keuangan nasabah, termasuk pemberian bunga.
Bunga biasanya digunakan untuk bank konvensional, sedangkan pada bank
syariah disebut sebagai bagi hasil. Bunga dan bagi hasil tersebut diterapkan sebagai
balas jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah dan sejumlah nominal yang
harus dibayarkan nasabah kepada bank jika nasabah memiliki pinjaman kepada bank.
Sistem bunga pada bank konvensional sering kali dikategorikan sebagai riba,
yaitu pengambilan tambahan (premium) sebagai syarat yang harus dibayarkan oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman selain pinjaman pokok.
Oleh karena itu bank syariah menggunakan pendekatan lainnya yaitu bagi hasil
dengan kebijakan yang sedikit berbeda, di antaranya sebagai berikut, melansir situs
resmi Bank Muamalat.

Bunga Bagi Hasil


Penentuan besarnya rasio bagi hasil
Penentuan tingkat suku bunga
dibuat pada waktu akad dengan
dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
pedoman harus selalu untung
untung rugi

Besarnya prosentase berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan


pada jumlah uang (modal) yang pada jumlah keuntungan yang
dipinjamkan diperoleh

Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada keuntungan


yang dijanjikan tanpa proyek yang dijalankan sekiranya itu
pertimbangan apakah proyek tidak mendapatkan keuntungan maka
yang dijalankan oleh pihak kerugian akan ditanggung bersama
nasabah untung atau rugi oleh kedua belah pihak

Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat


meningkat sekalipun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah
keuntungan berlipat pendapatan

Selain itu, ada beberapa istilah bunga di bank konvensional, mulai dari bunga flat,
bunga efektif, bunga anuitas, dan bunga mengambang.

o Bunga flat, yaitu sistem pembayaran bunga bersama cicilan pokok sama setiap
bulannya karena penghitungan dilakukan di awal. Biasanya sistem bunga flat ini
dipakai untuk pembayaran pinjaman jumlah kecil atau kendaraan.
o Bunga efektif, yaitu besar bunga dihitung berdasarkan nilai pokok yang belum
dibayarkan di setiap akhir periode angsuran. Jadi, makin lama suku bunga makin kecil
seiring sisa hutang pokok berkurang.
o Bunga anuitas, sistem ini menerapkan komposisi atau porsi yang berbeda-beda tiap
periodenya. Penghitungan bunga di awal akan sangat besar sedangkan cicilan pokok
kecil, makin lama bunga menurun dengan cicilan pokok makin besar.
o Bunga mengambang, yang mana besaran bunga mengikuti suku bunga pasar. Jika
suku bunga pasar naik maka bunga makin besar begitu pula sebaliknya.
Seperti halnya bunga, bagi hasil memiliki beberapa skema, di antaranya profit sharing,
gross profit sharing, dan revenue sharing.

 Profit sharing, sistem ini dilakukan dengan berbagi keuntungan yang didapat dari
suatu usaha, yaitu selisih antara pendapatan dari usaha setelah dikurangi biaya lainnya,
atau singkatnya, laba bersih.
 Gross profit sharing, sistem ini didapat dari membagikan keuntungan laba kotor dari
usaha.
 Revenue sharing, sistem ini menggunakan pendapatan usaha saja yang dijadikan
dasar penghitungan bagi hasil.

Anda mungkin juga menyukai