Anda di halaman 1dari 5

A.

Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh


Sejarah perkembangan ushul fiqh menunjukan bahwa ilmu tersebut tidak berhenti, melainkan
berkembang secara dinamis. Ada beberapa aliran metode penulisan ushul fiqh. Secara umum,
para ahli membagi aliran penulisan ushul fiqh menjadi dua yaitu aliran mutakallimin (Syafi’iyah)
dan aliran fuqaha (Hanafiyah). Dari kedua aliran tersebut lahir aliran gabungan, diuraikan
sebagai berikut:

1. Aliran Mutakallimin (Syafi’iyah)


Alasan penamaan aliran ini bisa dipahami mengingat karya-karya ushul fiqh aliran
Mutakallimin banyak lahir dari kalangan Syafi’iyah. Aliran ini membangun ushul fiqh secara
teoritis murni tanpa dipengaruhi oleh masalah-masalah cabang keagamaan. Begitu pula dalam
menetapkan kaidah, aliran ini menggunakan alasan yang kuat, baik dari dalil naqli, tanpa
dipengaruhi masalah furu’ (masalah keagamaan yang tidak pokok) dan madzhab, sehingga ada
kalanya kaidah tersebut sesuai dengan masalah furu’ dan adakalanya tidak sesuai. Selain itu,
setiap permasalahan yang didukung naqli dapat dijadikan kaidah.
Dalam aliran ini, mereka mempelajari ilmu ushul fiqh sebagai suatu disiplin ilmu yang
terlepas dari pengaruh madzhab atau furu’, faktornya karena::
a. Imam Syafi’I sendiri yang menetapkan bahwa dasar-dasar tasyri’ itu memang gterlepas
dari pengaruh furu’.
b. Mereka berkeinginan untuk mewujudkan pembentukan kaidah-kaidah atas dasar-dasar
yang kuat, tanpa terikat furu’ atau madzhab.
c. Mereka membuat penguat kaidah-kaidah yang telah dibuatnya menggunakan berbagai
macam dalil, tanpa menghiraukan apakah kaidah tersebut memperkuat madzhab atau
melemahkannya.
Aliran Mutakallimin lebih berorientasi kepada hal-hal berikut:
a. Analisis kasus-kasus
b. Formulasi kaidah-kaidah hokum
c. Aplikasi qiyas yang disertai penalaran rasio sejauh mungkin
d. Mengkonstruksi isu-isu fundamental teori hokum tanpa terikat dengan fakta hokum yang
kasuistis dan pikiran hokum madzhab fiqh yang ada
Semua pemikiran mereka dapat dilihat dari hasil karya mereka, dalam bentuk tiga kitab yang
kemudian dikenal dengan sebutan al-Arkan al-Tsalatsah, yaitu sebagai berikut:
a. Kitab al-Mu’tamad, karya Abu Husain Muhammad ibn ‘Ali al-Bashriy
b. Kitab al-Burhan, karya al-Imam al-Haramain
c. Kitab al-Mustashfa min ‘ilm al-Ushul, karya al-Ghazali
d. Al-Mahsul katya fakhr al-Din Muhammad bin Umar al-Razi al-Syafi’i. kitab ini diringkas
oleh dua orang dengan judul:
- Al-Hail oleh Taj al-Din Muhammad bin Hasan al-Armawi
- Al-Tahsil oleh Mahmud bin Abu Bakar al-Armawi
2. Aliran Fuqaha
Aliran ini dianut oleh para ulama madzhab Hanafi. Dinamakan aliran fuqaha karena dalam
sistem penulisannya banyak diwarnai oleh contoh-contoh fiqh. Dalam merumuskan kaidah ushul
fiqh, mereka berpedoman pada pendapat-pendapat fiqh Abu Hanifah dan pendapat-pendapat para
muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh.
Diantara kitab-kitab standar dalam aliran fuqaha ini antara lain:
a. Kitab al-Ushul (Imam Abu Hasan al-Karakhiy)
b. Kitab al-Ushul (Abu Bakar al-Jashash)
c. Ushul al-Syarakhsi (Imam al-Syarakhsi)
d. Ta’shish an-Nadzar (Imam Abu Zaid al-Dabusi)
e. Al-Kasyaf al-Asrar (Imam al0Bazdawi)

3. Aliran gabungan
Pada perkembangan muncul tren untuk menggabungkan kitab ushul fiqh aliran Mutakallimin
dan Hanafiyah. Metode penulisan Ushul Fiqh aliran gabungan adalah dengan membumikan
kaidsh kedalam realitas persoalan-persoalan fiqh. Persoalan hokum yang dibahas imam-imam
madzhab diulas dan ditunjukan kaidah yang menjadi saudaranya.
Karya-karya gabungan lahir dari kalangan Hanafi dan kemudian diikuti kalangan Syafi’iyah.
Dari kalangan Hanafi lahir kitab Badi’ al-Nidzam al-Jami’ bayn Kitabay al-Bazdawi wa al-
Ihkam yang merupakan gabungan antara kitab Ushul karya al-Bazdawi dan al-Ihkam krya al-
Amidi. Kitab tersebut ditulis oleh Mudzaffar al-Din Ahmad bin Ali al-Hanafi. Ada pula kitab
Tanqih Ushul karya Shadr al-Syariah al-Hanafi. Kitab tersebut adalah ringkasan dari kitab al-
Mahshul karya Imam al-Razi, Muntaha al-Wushul (al-sul) karya Imam Ibnu Hajib, dan Ushul al-
Bazdawi. Kitab tersebut ia syarah sendiri dengan judul karya Shadr al-Syariah al-Hanafi.
Kemudian lahir kitab Syarh al-Tawdlih karya Sa’d al-Din al-Taftazani al-Syafii dan Jami’ al-
Jawami’ karya Taj al-Din l-Subki al-Syafi’i.
Tiga aliran tersebut adalah aliran utama dalam Ushul fiqh. Sebenarnya ada pula yang
memasukan Takhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul dan aliran khusus sebagai aliran lain dalam Ushul
fiqh.aliran Takhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul dipandang berwujud berdasarkan dua kitab yang secara
jelas menyebut istilah tersebut, yaitu kitab Takhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul karya al-Isnawi al-
Syafi’I dan Tkhrij al-Furu’ ‘ala al-Ushul karya al-Zanjani al-Hanafi. Sementara itu aliran khusus
adalah aliran yang mengkaji satu pokok bahasan ushul fiqh tertentu secara panjang lebar, seperti
mengenai masalah mursalah sebagaimana dilakukan oleh al-Syatibi dalam al-Muwafaqat atau
oleh Muhammad Thahir ‘Asyur dalam Muqashid al-Syariah.1

B. Tokoh-Tokoh Ushul Fiqh


1
Iyad Hilal, Abu Faiz, A. Saifullah.Studi Tentang Ushul Fiqh.Jakarta:Pustaka Thariqul Izzah,2005,h.43-46
1. Imam Syafi’i
Imam Syafi’I adalah yang pertama kali membukukan ilmu Ushul fiqh. Ia memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang bahasa Arab, sehingga masuk dalam jajaran tokoh ahli bahsa, selain
merupakan ahli hadits yang ternama, ia juga cakap dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan fiqih yang terjadi saat itu.
Penguasaan imam Syafi’I terhadap fiqhahli ra’yi serta pendpat para sahabat dijadikan landasan
dalam menetapkan kaidah-kaidah qiyas dan juga sebagai dasar untuk menetapkan kaidah-kaidah
dalam menggaliu hukum. Dalam hal ini, bukan berarti beliau yang menciptakan seluruh kaidah
tersebut, tetapi hanyalah menganalisis secara mendalam metode penetapan hokum yang telah
dipakai oleh ulama ahli fiqh yang belum sempat dibukukan. Jadi dia bukanlah yang menciptakan
metode penggalian hokum syara’ (ushul fiqh) tersebut, akan tetapi dialah orang yang pertama
kali emnghimpun metode-metode tersebut dalam suatu disiplin ilmu yang hubungan bagian-
bagiannya tersusun secara sistematis.
Pendapat yang menyatakan Imam Syafi’i sebagai pemula dalam membukukan ilmu ushul fiqh ini
adalah pendapat Jumhur fuqaha’, dan tidak ada satu orang pun yang mengingkarinya.
2. Imam Baihaqi
Imam Baihaqi adalah ulam ahli fiqh, ushul fiqh, hadits dan seorang tokoh utama dalam madzhab
Syafi’i. ia dilahirkan di Khasrujard,Baihaq yaitu di Naisabur Persia. Ia mempelajari hadits dan
mendalamai Fiqih madzhab Syafi’I, dan dalam hal akidah mengikuti madzhab Asy’ari. Dalam
pencarian ilmunya ia mendatangi para ulama di Baghdad, Kufah dan Makkah sebelum akhirnya
kembali ke Baihaqi. Imam al-Baihaqi kemudian mengajar di Naysabur, dan menjadi orang
pertama yang menyimpulkan naskah-naskah fiqh Imam Syafi’I dalam kitabnya Al-Mabsuth,
sekaligus menjadi penyebar Fiqh madzhab Syafi’i.
Tidak ada pengikut madzhab Syafi’I yang mempunyai keutamaan melebihi Baihaqi, karena
karyanya dalam mengembangkan madzhab dan pendapat Syafi’i.
3. Imam al-Ghazali
Abu Hamid al-Ghazali yang selanjutnya disebut al-Ghazali, lebih dikenal sebagai hujjat al-islam
wa al-Muslimin, karena dedikasinya yang tinggi dan karya-karyanya dalam mengembangkan
pemikiran islam diberbagai bidang. Lebih dari limapuluh kitab hasil karya dalam katalog kitab
klasik, baik dalam bidang teologi, filsafat, tasawuf maupun ilmu fiqih.
Karyanya dalam ilmu ushul, ada beberapa tipologi yang dikembangkan oleh imam al-Ghazali
dalam dua kitabnya yang pertama, Al-Mankhul mu ta’liqat al-ushul dan Syifaa al-ghalil fi bayani
al-syibhi wa al-mukhayah wa masalik al ta’lil.
Ada beberapa tipologi pemikiran hokum yang dikembangkan oleh al-Ghazali dalam dua
kitabnya yang pertama al-Mankhul dan Syifaa al-Ghalil, tipologi pemikiran hukumnya
mengikuti corak pemikiran hokum gurunya, Imam Haraimain al-Juwaeni. Sedangkan pada al-
Mustasyfa Ghazali menjadi tokoh ushul yang mandiri yang menembakan ilmu ushul yang
filosofis. Karya-karyanya telah banyak diedit oleh para ulama. Diantara karyanya yang telah
diedit, diringks antara lain dalam bidang ushul fiqh. Karya yang sempat diperbanyak antara lain,
al-Mankhul, Syifaa al-Ghalul, dan al-Musytasyfa min Ilm al-Ushul. Factor lain yang emndukung
munculnya gagasan baru ghazali juga karena sudah tidak ada tokoh yang paling berpengaruh
pada Ghazali, Imam Harmain. Dengan demikian kesempatan Ghazali untuk merefleksikan ide-
idenya dalam ushul fiqh menjadi sebuah kenyataan. Pola yang dikembangkan oleh Ghazali
berbeda dengan karya-karya sebelumnya.2

DAFTAR PUSTAKA

2
Saifudin Zuhri. Ushul Fiqih:akal sebagai sumber hukum islam.Bandung:Pustaka Pelajar,2009,h.35-37
zaHilal, Iyad dan Faiz, Abu dan A. Saifullah. 2005. Studi Tentang Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka
Thariqul Izzah.
Zuhri,Saifudin.2009. Ushul Fiqih:akal sebagai sumber hukum islam. Bandung:Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai