Anda di halaman 1dari 9

kelompok 2 USHUL FIQH I

Andri Saputra : 2201190281

Egi Juniarti : 201190292

Sejarah Perkembangan Ushul Fiqh


Latar Belakang dan Historis Ushul Fiqh

Kemunculan ilmu ushul fiqh tidak terlepas dari dinamika pemikiran hukum
Islam abad ke-2 H, khususnya berkenaan dengan diskursus metode istinbath
hukum Islam. Sebagian ulama mengkhawatirkan terabaikannya ruh at-tasyri‘
atau maqashid al-syari‘ah, sementara kelompok ulama yang lain mengandalkan
pemahaman literal dalam memahami nas Al-Qur’an dan Sunah. secara substantif
ushul fiqh pada dasarnya telah tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya kegiatan
ijtihad, yakni sejak masa sahabat. Hanya saja pada masa sahabat ushul fiqh
masih bersifat praktis-terapan, seperti ketika sahabat akan mengeluarkan fatwa
atau akan mengambil keputusan hukum dalam proses peradilan.

Sejarah Perkembangan
Ushul Fiqh I
Aliran Ahl al-Hadits dan Ahl al-Ra'yi .2

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa ilmu ushul fiqh mulai


terkodifikasi dan tersusun sistematis pada era imam mazhab, yakni pada awal-
pertengahan abad ke-2 Hijriyah. Latar belakang kemunculan ilmu ushul fiqh
adalah lantaran dinamika ijtihad yang berkembang saat itu menimbulkan
kegalauan lantaran kebebasan berijtihad nyaris tanpa kendali, mengiringi
pesatnya perkembangan zaman dan penyebaran Islam ke wilayah-wilayah di
luar Hijaz (Mekah dan Madinah). Terlebih ketika persoalan-persoalan
keagamaan mulai bercampur aduk dengan persoalan-persoalan politik dan pada
periode Dinasti Abbasiyah dunia Islam mulai bersentuhan dengan pemikiran
filsafat. Saat itu terjadi “kompetisi” ijtihad yang “tidak sehat”. Masing-masing
tokoh ulama menciptakan kerangka dan pola berijtihad sendiri-sendiri.

Sejarah Perkembangan
Ushul Fiqh I
Keragaman pola pendekatan dalam berijtihad selanjutnya mengerucut pada dua
aliran yang dikenal dengan kelompok ahl alhadis di Hijaz dan kelompok ahl al-
ra’yi di Irak. Di antara kedua aliran tersebut kemudian saling mencela dan saling
menyalahkan. Ahl al-ra’yi mencela ahl al-hadits sebagai tidak menggunakan
akallogika secara memadai dalam berijtihad, demikian pula sebaliknya ahl al-
hadits mencela dan menyalahkan ahl arlra’yi sebagai terlalu mendewa-dewakan
logika dan penalaran dalam beragama, terlalu banyak berkhayal dan berasumsi
dalam berijtihad. Situasinya kemudian diperkeruh oleh para murid atau pengikut
masing-masing aliran yang secara fanatik membela tokoh dan aliran yang
dianutnya sehingga suasana menjadi semakin kacau.

Sejarah Perkembangan
Ushul Fiqh I
Aliran Mutakallimin dan Ahnaf .3
Pesatnya dinamika ijtihad dan ilmu ushul fiqh menyebabkan lahirnya dua corak dalam
proses penyusunan dan pembakuan teori ilmu ushul fiqh, yakni aliran mutakallimin dan
aliran ahnaf. Corak pemikiran ushul fiqh mutakallimin didasarkan pada metode istinbath
hukum yang dilakukan oleh kebanyakan ulama ushul fiqh. Di samping al-Syafi’i sendiri
sebagai pendiri ilmu ushul fiqh, ikut tergabung di dalam aliran ini adalah para ulama dari
Mazhab Maliki, Hanbali, Syi’ah Imamiyah, Zaidiyah, dan Abadiyah. Dengan
menggunakan kerangka berpikir induktif, aliran mutakallimin membangun metode
berpikir rasional-sistematik sebagai parameter dalil, yang kepadanya semua produk
ijtihad dapat dilandaskan. Adapun corak pemikiran ushul fiqh ahnaf meletakkan dasar-
dasar hukum operasional dalam dataran cabang (furu‘) sebagai landasan operasional
ushul fiqhnya. Pola istinbath hukum seperti ini banyak digunakan oleh ulama-ulama
Hanafiyah, sebagaimana tercermin dalam penisbatan dan penanaman ahnaf bagi aliran
pemikiran ini.

Sejarah Perkembangan
Ushul Fiqh I
Ulama-ulama Ushul Fiqh .4
Ilmu ushul fiqh mengalami transmisi keilmuan secara berkesinambungan dan
perkembangannya yang lebih mapan terjadi pada rentang abad ke-5 sampai ke-6
Hijriyah, ditandai dengan lahirnya ulama-ulama ushul fiqh seperti :
Abu al-Husain al-Basri (w. 463 H), Imam al-Haramain al-Juwaini (w. 487 H), Imam al-
Gazali (w. 505 H), Fakhr al-Din ar-Razi (w. 606 H), dan Saif al-Din al-Amidi (w. 631
H). Mereka ini adalah kelompok ulama ushul dari kalangan Syafi’iyyah. Muncul pula
tokoh-tokoh dari kalangan Hanafiyah seperti al-Karkhi (w. 260 H), al-Jashshash (w. 370
H), al-Bazdawi (w. 483 H), dan al-Sarakhsi (w. 490 H)
Dinamika dan perkembangan ilmu ushul fiqh dari waktu ke waktu. Imam al-Syafi’i,
yang dikatagorikan sebagai peletak batu pertama dalam sejarah ushul fiqh, menulis
tentang ushul fiqh dengan sistematika yang masih sederhana, namun muatannya sangat
padat dan berbobot.

Sejarah Perkembangan
Ushul Fiqh I
Semenjak dirancang sebagai kerangka teoretis yang sistematis, ilmu ushul fiqh telah
mengalami perubahan demi perubahan secara evolutif. Sebagai contoh, al-Baqillani
mengintegrasikan ilmu kalam kedalam ilmu ushul fiqh, sedangkan al-Gazali dalam kitab
Tahafut al-Falasifah memasukkah ilmu mantiq sebagai bagian dalam pembahasan ushul
fiqh. Imam al-Syathibi di dalam kitab al-Muwafaqat menyatakan bahwa apabila materi
yang tertulis di dalam ushul fiqh tidak bisa dijadikan sandaran di dalam masalah-masalah
fiqh atau adab-adab Islam, atau tidak bisa menopang keduanya, maka penyebutannya di
dalam ushul fiqh hanya sia-sia belaka.42 Begitu juga al-Isnawi (772 H) pernah
menyatakan bahwa sebagian masalah yang berhubungan dengan bahasa sebenarnya
kurang tepat jika diletakkan pada pembahasan ushul fiqh, bahkan permasalahan tersebut
hanya akan menambah rumit pembahasan di dalam ilmu ushul fiqh. Kemudian pada
abad ke-15 H sampai sekarang ini, bermunculan kitab-kitab ushul fiqh yang sistematika
pembahasannya menggunakan pola pendekatan baru dan model studi komparatif
(muqaranah) guna mempermudah dalam memahami Alquran dan atau Sunah. Sudah
barang tentu pembaruan ilmu ushul fiqh akan terus berjalan seiring dengan dinamika
sains dan peradaban umat manusia.

Sejarah Perkembangan
Ushul Fiqh I

Anda mungkin juga menyukai