Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH

MATERI KULIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


SYEKH MUHAMMAD NAFIS TABALONG
SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH

 Masa Rasulullah

Pada zaman Rasulullah belum ada ilmu khusus yang mempelajari Ushul Fiqh. Karena pada
masa itu Rasul sendiri yang memberikan fatwa dan menetapkan hukum secara langsung
dengan mengambil nash dari Al Quran atau menjelaskan hukum sesuai sunnahnya.
Disamping itu beliau juga berijtihad dalam menetapkan hukum-hukum tertentu, akan tetapi
ijtihadnya dilakukan secara naluri, artinya dilakukan tanpa melakukan ushul dan kaedah
yang dijadikan pedoman dalam mengistinbatkan hukum.

Masalah seperti dalam ushul fiqh sudah ada sejak zaman Rasulullah dan Sahabat yaitu
seumpama ijtihad, qiyas, nasakh dan takhsis. Contoh ijtihad seperti yang dilakukan Muadz
bin Jabal. Rasulullah Saw bersabda kepada Muadz ; Bagaimana kamu akan memberikan
keputusan apabila ada sebuah permasalahan hukum yang dihadapkan kepadamu, Muadz
menjawab, saya akan memutuskan dengan Al Quran, Rasul bersabda lagi ; Jika kamu tidak
mendapatkan dalam Al Quran, Muadz menjawab : saya akan memutuskan dengan Sunnah
Rasul, Rasul bersabda lagi, Jika tidak terdapat dalam Sunnah, Muadz menjawab ; Saya akan
berijtihad menggunakan pendapat saya. Rasul kemudian menepuk dadanya dan bersabda ;
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepadanya untuk melakukan apa
yang membuat ridha Rasulullah.
SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH
(SAMBUNGAN)

Tentang takhsis seperti ketika Abdullah bin Mas’ud dalam menetapkan ‘iddah wanita
hamil. Dia menetapkan bahwa batas ‘iddahnya berakhir ketika ia melahirkan. Pendapat
tersebut didasarkan pada Surah Ath Thalaq ayat 4 dan 6. Menurutnya ayat
tersebut turun setelah surah Al Baqarah ayat 228. Kasus tersebut terkandung
pemahaman ushul , bahwa nash yang datang kemudian menasakh atau mentakhsis
yang datang terdahulu.

 Masa Tabi’in
Pada masa Tabi’in mengistinbath hukum semakin berkembang. Diantara mereka ada
yang menempuh metode qiyas disamping berpegang pada fatwa sahabat. Pada masa
ini mulai tampak perbedaan mengenai hukum. Perbedaan itu terlihat jelas pada masa
pemuka-pemuka mujtahid, seperti Abu Hanifah menempuh metode qiyas dan
istihsan, Imam Malik berpegang pada amalan orang madinah, menurutnya amalan
mereka lebih dapat dipercaya dari pada hadits ahad. Hal ini menunjukkan pada zaman
Nabi, Sahabat, tabi’in dan sesudahnya mengalami perkembangan pemikiran.
PEMBUKUAN USHUL FIQH

 Ushul Fiqh dikenal sebagai suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri pada abad
kedua hijriyah.

 Tiap mujtahid memiliki kaedah-kaedah istinbath hukum sendiri. Kaedah-kaedah itu


ditulis dan dibukukan oleh murid-muridnya . Sebelum dibukukan , didiskusikan
terlebih dahulu. Karena itu dalam ilmu Ushul Fiqh juga timbul aliran-aliran.

 Orang yang pertama kali menghimpun kaedah-kaedah yang bercerai berai dalam
suatu himpunan yang berdiri sendiri dalam satu kitab secara cermat adalah Imam
Abu Yusuf teman Abu Hanifah.

 Pada penghujung abad kedua dan awal abad ketiga Imam Muhammad bin Idris
Asy Syafi’i tampil berperan dalam membukukan Ushul Fiqh. Perkembangan pesat
dimulai dari masa masa Harun Al Rasyid (170 - 193 H) dan dilanjutkan oleh
putranya Al Ma’mun yang berkembang semakin pesat (198 – 218 H).
TAHAPAN PERKEMBANGAN USHUL FIQH

 Secara garis besar, perkembangan Ushul Fiqh dapat dibagi dalam tiga tahap ; tahap awal (abad 3 H), tahap
perkembangan (abad 4 H) dan tahap penyempurnaan (abad 5 H)

 Tahap Awal (Abad 3 H ) : Dibawah pemerintahan Abbasiyah wilayah Islam semakin meluas ke bagian timur.
Khalifah-khalifah Abbasiyah yang berkuasa dalam abad ini Al Ma’mun (wafat 218 H), Al Mu’tashim (wafat 227 H ), Al
Wasiq (wafat 232 H ) dan Al Mutawakkil (wafat 247 H ). Pada masa ini terjadi suatu kebangkitan ilmiyah di kalangan
Islam, yang dimulai sejak masa pemerintahan khalifah Ar Rasyied. Kebangkitan pemikiran pada masa ini ditandai
dengan timbulnya semangat penerjemahan di kalangan ilmuwan muslim. Salah satu hasil dari kebangkitan berpikir dan
semangat keilmuan Islam ketika itu berkembangnya bidang fiqh yang pada gilirannya mendorong untuk disusunnya
metode berpikir fiqh yang disebut Ushul Fiqh. Kitab Ushul fiqh yang pertama tersusun secara utuh dan terpisah dari
Kitab-kitab Fiqh ialah Ar Risalah karangan Asy Syafi’i.

 Tahap Perkembangan (Abad 4 H ) : Abad 4 H merupakan abad permulaan kelemahan Dinasti Abbasiyah dalam
bidang politik. Pada abad ini Dinasti Abbasiyah terpecah-pecah menjadi daulah - daulah kecil yang masing-masing
dipimpin oleh seorang sultan. Namun demikian, kelemahan bidang politik ini tidak mempengaruhi perkembangan
semangat keilmuan di kalangan para ulama saat itu. Khusus di bidang pemikiran fiqh Islam, abad 4 H ini mempunyai
karakteristik tersendiri dalam kerangka sejarah tasyri’ Islam. Pemikiran liberal Islam berdasarkan Ijtihad Muthlaq
berhenti pada abad ini. Mereka menganggap para ulama terdahulu mereka suci dari kesalahan sehingga seorang Faqih
tidak mau lagi mengeluarkan pemikirannya yang khas. Hal ini ditandai dengan adanya kewajiban menganut suatu
mazhab tertentu dan larangan melakukan perpindahan mazhab.

 Tahap Penyempurnaan (Abad 5-6 H) : Dalam sejarah perkembangan Ilmu Ushul Fiqh pada abad 5 dan 6 H ini
merupakan periode penulisan Kitab Ushul Fiqh terpesat, diantaranya ; Kitab Al Iddaf fi Ushulil Fiqh karya Abul
Qadhi Abu Muhammad Ya’la Muhammad Al Husain Ibnu Muhammad Ibnu Khalf Al Farra (Wafat 458 H/1065 M),
Kitab Al Burhan Fi Ushulil Fiqh karya Abul Ma’ali Abdul Malik Ibnu Abdillah Ibnu Yusuf Al Juwaini Imam Al
Haramain (Wafat 478 H/1094 M). Kitab ini dinilai sebagai salah satu kitab standar Ushul Fiqh. Kitab Al Mustashfa
min Ilmil Ushul karya Abu Hamid Al Ghazali (Wafat 505 H/1111 M) yang juga dikenal sebagai Hujjatul Islam.

Anda mungkin juga menyukai