Anda di halaman 1dari 28

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

FIKIH

Kelompok 3
Rizqi Nur Mentari 1222080087
Shidiq Nur Apriyanto 1222080094
Shintya Nurfaadillah 1222080097
Subject
1. Periode Rasulullah

2. Periode Khulafaurrasyidin

3. Periode Tabi’in

4. Periode Hukum Islam Zaman Pembentukan Madzhab Serta Pembukuan Hadits Dan Fikih

5. Periode Tahrir, Takhrij dan Tarjih Dalam Mazhab Ilmu Fiqih

6. Periode Hukum Islam Taqlid Dan Kemunduran

7. Periode Kebangkitan Kembali


Periode Rasulullah
01 Periode Rasulullah
Periode Rasulullah ini dibagi menjadi dua masa yaitu:

Periode Mekkah dan periode Madinah.

Pada periode Mekkah, diarahkan untuk memperbaiki akidah,karena akidah


yang benar inilah yang menjadi pondasi hidup.
Sedangkan pada periode Madinah disyariatkan hukum yang meliputi
keseluruhan bidang ilmu fiqh
Sumber Hukum Islam Pada Masa Rasulullah

01 Alqur’an 02 As- Sunnah

03
Ijtihad Pada Masa Rasulullah
Al- QUR’AN
Al-qur’an diturunkan kepada Rasulullah tidaklah
sekaligus,berbeda dengan turunnya Taurat kepada Nabi
Musa.Alqur’an turun sesuai dengan kejadian atau peristiwa
dan kasus-kasus tertentu serta menjelaskan hukum-
hukumnya,memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaaan
atau jawaban terhadap permintaan fatwa.
AS-SUNNAH
As-sunah berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditegaskan dalam Al-Qur’an.Seperti sholat dijelaskan cara-
caranya dalam As-sunah.Disamping itu juga menjadi penguat
bagihukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Al-
Qur’an.Adapula hadist yang memberi hukum
tertentu,sedangkan prinsip-prinsipnya telah ditetapkan dalam
Al-Qur’an.
Ijtihad Pada Masa Rasulullah

Ijtihad pada zaman Rasulullah ini tidak seluas pada zaman


sesudah Rasulullah, karena banyak masalah-masalah yang
ditanyakan kepada Rasulullah kemudian langsung dijawab
dan diselesaikan oleh Rasulullah sendiri.
Periode
Khulafaurrasyidin
02 Periode Khulafaurrasyidin
Pada masa ini dunia islam sudah meluas, yang mengakibatkan ada masalah-
masalah baru yang timbul, oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila
pada periode sahabat ini di bidang hukum ditandai dengan penafsiran para
sahabat dan ijtihadnya dalam kasus yang tidak ada nash-nya. Disamping itu
juga terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan yaitu pecahnya masyarakat
islam menjadi beberapa kelompok yang bertentangan secara tajam.
Sumber Hukum

Pada periode sahabat ini ada usaha positif yaitu


terkumpulnya ayat-ayat Alqur’an dalam satu
mushaf. Adapun hadits pada masa ini belum
terkumpul dalam satu kitab.
Sumber Hukum

ALQUR’AN HADITS IJTIHAD

Adapun cara berijitihad para sahabat adalah pertama-tama dicari


nash-nya dalam Alqur’an, apabila tidak ada, dicari dalam hadits,
apabila tidak ditemukan baru berijitihad dengan bermusyawarah
diantara para sahabat
Periode
Tabi’in
Periode Tabi’in
Era ini masyarakat Muslim semakin maju
dan berkembang sehingga menimbulkan
banyak persoalan dan kasus yang belum
pernah terjadi sebelumnya yang
membutuhkan putusan hukum
Periode Tabi’in

Memiliki 3 Faktor Utama Perkembanagan,


Perudang-undangan & ekspansinya

1) Meluasnya ruang lingkup dan penerapan


fikih serta meningkatnya
ketidaksepakatan.

2) Penyebaran Narasi Hadis

3) Munculnya kaum Tradisionalis dan


Rasionalis
Periode Hukum Islam Zaman
Pembentukan Madzhab Serta
Pembukuan Hadits Dan Fikih
Periode Hukum Islam Zaman Pembentukan Madzhab
Serta Pembukuan Hadits Dan Fikih

Pada era ini studi fiqh dan ḥadīth dikodifikasi dan menjadi disiplin yang
diajarkan dan dipelajari. Buku disusun dan ditulis oleh para ahli hukum,
para mujtahid besar, dan ulama besar Hadits meletakkan dasar
mazhab pemikiran mereka masing-masing.
Oleh karena itu, disebut Zaman Keemasan Fiqih, Era Kodifikasi
Periode Tahrir, Takhrij, dan
Tarjih dalam Mazhab Fiqih
Periode Tahrir, Takhrij, dan Tarjih dalam Mazhab
Fiqih

Dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 hijriah
Tahrir, Takhrij, dan Tarjih adalah upaya tiap-tiap mashab mengomentari, menjelaskan, dan
mengulas pendapat imam mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya semangat ijtihad
dikalangan ulama fiqih. Ulama fiqihlebih banyak berpegang pada hasil ijtihad yang telah
dilakukan oleh imam mazhab mereka masing-masing, sehingga mujtahid muztaqill (mujtahid
mandiri) tidak ada lagi.
Periode kemunduran Fiqih
Periode kemunduran Fiqih

Dimulai pertengahan abad ke-7 hijriah sampai munculnya majalah AlAhkam al’Addiyah (hokum perdata
kerajaan Turki Usmani) pada 26 Sya’ban 1293 H. Perkembangan fiqih pad aperiode ini merupakan
lanjutan dari perkembangan fiqih yang semakin menurun pada periode sebelumnya. Periode ini dalm
sejarah perkembangan fiqih dikenal juga dengan periode taqlid secara membagi buta. Pada masa ini,
ulama fiqih lebih banyak memberikan penjelasan terhadap kandungan kitab fiqih yang telah disusun
dalm mazhab masing-masing. Penjelasan yang dibuat bisa berbentuk mukhtasar (ringkasan) dari buku-
buku yang muktabar (terpandang) dalam mazhab atau hasyiah dan takrir (memperluas dan mempertegas
pengertian lafal yang di kandung buku mazhab), tanpa menguraikan tujuan ilmiah dari kerja hasyiah dan
takrir tersebut.
Periode kebangkitan Kembali
Periode kebangkitan Kembali

01 Perundang-undangan

02 Pendidikan

03
Penulisan Buku-buku dalam Bahasa Indonesia dan
Penerjamahan.
Di bidang Perundang-undangan

Periode ini dimulai dengan masa berlakunya Majalah al- Ahkam al-Adliyah yaitu Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Islam pemerintah Turki Usmani pada tahun 1292 H atau
tahun 1876 M. Baik bentuk maupun isi dari Kitab Undang-undang tersebut berbeda
dengan bentuk dan isi kitab fiqh dari satu madzhab tertentu. Bentuknya adalah bentuk
dan isi madzhab tertentu saja. Meskipun warna Hanafi sangat kuat.
Di Bidang Pendidikan

Di perguruan-perguruan tinggi Agama di Mesir, Pakistan maupun di Indonesia dalam cara


mempelajari fiqh tidak hanya di pelajari satu madzhab tertentu, tetapi juga dipelajari
madzhab- madzhab yang lain secara muqoronah atau perbandingan, bahkan Juga
dipelajari sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Romawi.
Di Bidang Penulisan Buku-buku dalam Bahasa
Indonesia dan Penerjamahan.

Pemikiran kembali tentang fiqh sedang tumbuh dan Tampaknya pemikiran-pemikiran itu
seperti alur ijtihadnya Umar, Abdullah bin Mas’ud, dan Abu Hanifah. Yaitu berpegang
teguh kepada dalil-dalil kulli, prinsip-prinsip umum dan semangat ajaran, gelang yang
selebihnya bisa mengambil dari fiqh atau dengan ijtihad sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi. Alternatif ini rupanya yang terbaik dalam menghadapi masalah-
masalah yang bukan saja ruang lingkupnya sangat luas, tetapi juga sangat rumit dan tidak
realistis apabila hanya dihadapi dengan materi fiqh yang ada, tetapi juga tidaklah Islami
apabila melemparkan fiqh secara keseluruhan.
Do You Have Any Question?
Thanks

Anda mungkin juga menyukai