ILMU FIQH
SOSIOLOGI C 2018
Artinya :” Jangalah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman” (Al-Baqarah: 221)
b. Al-Sunnah
Penjelasan Rasulullah tentang hukum ini sering dinyatakan dalam perbuatan rosul sendiri, atau dalam keputusan Dan
kebijakannya ketika menyelesaikan satu kasus, atau karena menjawab pertanyaan hokum yang diajukan kepadanya, bahkan bias
terjadi dengan diamnya Rasulullah dalam menghadapi perbuatan sahabat yang secara tidak langsung menunjukan kepada
diperbolehkannya perbuatan tersebut. Rasulullah apabila dihadapkan kepada peristiwa-peristawa yang membutuhkan penetapan
hukum, beliau menunggu wahyu. Apabila wahyu tidak turun, beliau berijtihad dengan berpegang teguh pada ajaran islam dan
musyawarah Bersama sahabat. Apabila hasil ijtihadnya salah, maka diperingatkan oleh Allah bahwa ijtihadnya itu salah, serta
ditunjukkaan yang benarnya dengan diturunkan wahyu.
c. Ijtihad Pada Masa Rasulullah
Pada zaman Rasulullah tidak seluas pada zaman sesudah Rasulullah, karena banyak masalah-masalah yang ditanyakan kepada
Rasulullah kemudian langsung dijawab dan diselesaikan oleh Rasulullah sendiri. Ijtihad Rasulullah dan pemberian izin kepada
para Sahabat
B. Periode Sahabat
Pada masa ini dunia Islam sudah meluas, yang mengakibatkan adanya masalah-masalah baru yang timbul, oleh karena itu
tidaklah mengherankan apabila para periode sahabat ini di bidang hukum ditandai dengan penafsiran para sahabat dan ijtihadnya
dalam kasus yang tidak ada nash-nya.
1. Sumber Hukum
Pada periode ini ada usaha yang positif yaitu terkumpulnya ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf dating dari Umar bin
Khatab, atas dasar karena banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’an gugur dalam peperangan. Ide ini disampaikan Umar kepada
Khalifah Abu Bakar. Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang terpencar-pencar
tertulis dalam pelepah-pelepah kurma, kulit-kulit bianatang, tulang belulang. Adapun Hadits pada masa ini belum terkumpul
dalam satu kitab, karena pada saat masa Rasulullah, Rasul selalu meminta untuk menulsikan Al-Qur’an dan melarang
menuliskan Hadist. Engan demikian tidak ada campuran antara Al-Qur’an dan Hadist. Akibat tidak tetulisnya dan tidak
terkumpulnya Hadits dalam satu mushaf pada permulaan Islam, maka ulama-ulama Islam pada periode selanjutnya harus
meneliti keadaan perawi Hadits dari berbagai segi, sehingga menimbulkan pembagian Hadits serta dari berbagai segi, sehingga
menimbulkan pembagian Hadits muncul Ilmu Musthalah Hadits.
2. Ijtihad Sahabat
Bertemunya Islam dengan kebudayaan diluar Jazirah Arab ini mendorong pertumbuhan Fiqh Islam pada periode-periode
selanjutnya. Adapun cara berijtihad para sahabat adalah pertama-tama dicari nash-ny dalam, apabila tidak ada, dicari dalam
Hadits, apabila tidak ditembukan baru berijtihad dengan bermusyawarah diantara para sahabat. Keputusan musyawarah ini
kemudian menajdi pegangan seluruh umat secara formal. Jadi, pada masa sahabat ini sudah ada tiga sumber yaitu Al-Quran, Al-
Sunnah, dan Ijtihad sahabat.