Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 5

ILMU FIQH
SOSIOLOGI C 2018

Muhammad Andhika (1188030115)


Muhammad Iqbal (1188030121)
Muhammad Farhan (1188030117)
Sayutee Arboo (1188030109)
Perkembangan Ilmu Fiqh
A. Periode Rasulullah
B. Periode Sahabat
C. Periode Imam Mujtahid dan Pembukuan Ilmu Fiqh
D. Periode Kemunduran
E. Periode Kebangunan Kembali
A. Periode Rasulullah
1. Masa Mekkah dan Madinah
◦ Periode ini dimulai sejak diangkatnya Nabi Muhammad SAW, dari menjadi Nabi hingga wafat. Periode ini singkat. Hanya
sekitar 22 tahun dan beberapa bulan saja. Masa Rasulullah inilah yang mewariskan sejumlah nash-nash hukum baik dari Al-
Qur’an maupun Al-Sunnah.
◦ Pada masa Mekkah diarahkan untuk memperbaiki Akidah lalu setelah Rasulullah hijrah ke Madinah disyariatkanlah hukum
yang meliputi biadng Ilmu Fiqh.
2. Sumber Hukum Masa Rasulullah
a. Al-Quran
Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah tidaklah sekaligus. Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan kejadian/peristiwa dan kasus-
kasus tertentu serta menjelaskan hukum-hukumnya, memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau jawaban terhadap
permintaan fatwa.
Contoh kasus : Menikahi wanita musyrik.

Artinya :” Jangalah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman” (Al-Baqarah: 221)
b. Al-Sunnah
Penjelasan Rasulullah tentang hukum ini sering dinyatakan dalam perbuatan rosul sendiri, atau dalam keputusan Dan
kebijakannya ketika menyelesaikan satu kasus, atau karena menjawab pertanyaan hokum yang diajukan kepadanya, bahkan bias
terjadi dengan diamnya Rasulullah dalam menghadapi perbuatan sahabat yang secara tidak langsung menunjukan kepada
diperbolehkannya perbuatan tersebut. Rasulullah apabila dihadapkan kepada peristiwa-peristawa yang membutuhkan penetapan
hukum, beliau menunggu wahyu. Apabila wahyu tidak turun, beliau berijtihad dengan berpegang teguh pada ajaran islam dan
musyawarah Bersama sahabat. Apabila hasil ijtihadnya salah, maka diperingatkan oleh Allah bahwa ijtihadnya itu salah, serta
ditunjukkaan yang benarnya dengan diturunkan wahyu.
c. Ijtihad Pada Masa Rasulullah
Pada zaman Rasulullah tidak seluas pada zaman sesudah Rasulullah, karena banyak masalah-masalah yang ditanyakan kepada
Rasulullah kemudian langsung dijawab dan diselesaikan oleh Rasulullah sendiri. Ijtihad Rasulullah dan pemberian izin kepada
para Sahabat
B. Periode Sahabat
Pada masa ini dunia Islam sudah meluas, yang mengakibatkan adanya masalah-masalah baru yang timbul, oleh karena itu
tidaklah mengherankan apabila para periode sahabat ini di bidang hukum ditandai dengan penafsiran para sahabat dan ijtihadnya
dalam kasus yang tidak ada nash-nya.
1. Sumber Hukum
Pada periode ini ada usaha yang positif yaitu terkumpulnya ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf dating dari Umar bin
Khatab, atas dasar karena banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’an gugur dalam peperangan. Ide ini disampaikan Umar kepada
Khalifah Abu Bakar. Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang terpencar-pencar
tertulis dalam pelepah-pelepah kurma, kulit-kulit bianatang, tulang belulang. Adapun Hadits pada masa ini belum terkumpul
dalam satu kitab, karena pada saat masa Rasulullah, Rasul selalu meminta untuk menulsikan Al-Qur’an dan melarang
menuliskan Hadist. Engan demikian tidak ada campuran antara Al-Qur’an dan Hadist. Akibat tidak tetulisnya dan tidak
terkumpulnya Hadits dalam satu mushaf pada permulaan Islam, maka ulama-ulama Islam pada periode selanjutnya harus
meneliti keadaan perawi Hadits dari berbagai segi, sehingga menimbulkan pembagian Hadits serta dari berbagai segi, sehingga
menimbulkan pembagian Hadits muncul Ilmu Musthalah Hadits.
2. Ijtihad Sahabat
Bertemunya Islam dengan kebudayaan diluar Jazirah Arab ini mendorong pertumbuhan Fiqh Islam pada periode-periode
selanjutnya. Adapun cara berijtihad para sahabat adalah pertama-tama dicari nash-ny dalam, apabila tidak ada, dicari dalam
Hadits, apabila tidak ditembukan baru berijtihad dengan bermusyawarah diantara para sahabat. Keputusan musyawarah ini
kemudian menajdi pegangan seluruh umat secara formal. Jadi, pada masa sahabat ini sudah ada tiga sumber yaitu Al-Quran, Al-
Sunnah, dan Ijtihad sahabat.

Ijtihad • Masalah Kemaslahatan


jama’i umum
Ijtihad • Bersifat Pribadi
fardi
Tokoh-Tokoh Fiqh Periode Sahabat
◦ Madinah : Abu bakar Shiddieq, Umar bin Khatab, Ustman Bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-
Asyari, Ubaiy bin Ka’ab
◦ Mekkah : Abdullah bin Abbas, Ikrimah Abu Muhamma Atho bin Abi Rabbah dan Mujahid bin Zuber
◦ Kufah : Abdullah bin Mas’ud, Alqomah bin Qois bin Abillah, Masruk bin al-Adja Al-Hamdani, Al-Qodli Sureh said bin
Zubair, Asya’bi.
◦ Mesir : Abdullah bin Amr bin Ash, Yazid bim Abu Habib dan Alaist bin Sa’ad
◦ Yang ditinggalkan oleh periode sahabat ini adalah:
a) Penafsiran para sahabat tentang ayat-ayat hukum.
b) Sejumlah fatwa sahabat dalam kasus-kasus yang tidak ada nash
c) Terpecahnya umat menjadi tiga golongan yaitu Khawarji, Syiah, ab Jumhur Muslimin atau Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
C. Periode Imam Mujtahid dan Pembukuan
Ilmu Fiqh
1. Sumber Hukum
Ada dua hal penting tentang Al-Qur’an pada masa ini yaitu adanya penghafal Al-Qur’an and Memperbaiki tulisan Al-Qur’an dan
memberi sayakl terhadap Al-Qur’an. Gubernur Irak waktu itu Ziyad bin Abihi meminta kepada Abu Al-Aswad Auali untuk
memberi syakal. Untuk Hadits pun sebagai sumber hukum yang keua pada masa ini mulai dibukukan, antara lain yang sampai
kepada kita kitab al-Muwatho yang disusun oleh Imam Malik padad tahun 140H. Pada masa ini seluruh cara berijtihad yang kita
kenal sudah digunakan, meskipun para ulama disetiap daerah memiliki warna masing-masing dalam berijtihadnya.
Sebab-sebab berkembangnya Ilmu Fiqh pada masa ini :
◦ Wilayah Islam sudah sangat meluas ke Timur sampai ke Tiongkok dan ke Bara sampai ke Andalusia.
◦ Para Ulama pada masa itu telah memiliki sejumlah fatwa dan cara berijtihad yang mereka dapatkan dari periode sebelumnya
◦ Seluruh kaum muslimin pada masa itu mempunyai keinginan yang keras agar segala sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
Syaria’ah Islam.
◦ Periode ini memang dilahirkannya ulama-ulama yang memiliki potensi untuk menjadi mujtahid.
2. Yang diwariskan oleh periode ini kepada periode selanjutnya.
◦ Al-Sunnah yang telah dibukukan.
◦ Fiqh yang telah dibukukan lengkap dengan dalil dan alasannya.
◦ Dibukukannya Ilmu Ushul Fiqh.
◦ Adanya dua aliran yang menonjol pada periode ini yaitu yang terkenal dengan nama Madrasah Al-Hadits dan Madrasah Ar-
Ra’yi.
D. Periode Kemunduran
◦ Periode ini dimulai dari pertengahan abad keempat hijriah sampai akhir abad ketiga belas Hijriah yaitu waktu pemerintahan
Turki Usmani memakai kitab undang-undang yang dinamai Majalah Al-Ahkam Al-Adliyah. Dalam undang-udang tersebut
materi-materi fiqh disusun dengan sistematis dalam satu kitab undang-udang hokum perdata.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran
◦ Politik, misalnya terpecahnya dunia Islam menjadi beberapa wilayah kecil yang masing-masing sibuk saling berebut
kekuasaan, memfitnah, dan berperang sesame muslim yang mengakibatkan ketidakamanan dan ketidaktentraman masyarakat
muslim
◦ Merasa cukup mengikuti mazhab tanpa mengembalikan kepada sumber pokok Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
◦ Tidak menghargai hasil Ijtihad ulama-ulama lain dan merasa pendapat sendiri yang mutlak benar dalam masalah-masalah
ijtihadiyah.
◦ Jatuhnya Cordoba sebagai pusat kebudayaan Islam di Barat tahun 1213M dan kemudian jatuhnya Baghdad sebagai pusat
kebudayaan Islam di Timur tahun 1258M.
2. Klasifikasi Mujtahid
◦ Mujtahid Mutlak atau Mujtahid mustaqil atau Mujtahid fi Syar’I yaitu mujtahid yang mempunyai metodologi yang mandiri dalam
istinbat hukum, mereka ininal Imam-imam Mazhab. Seperti Abu Hanifah, Maliki, Al-Syafi’I, dan Ahmad Ibn Hanbal
◦ Mujtahid Muntasib, yaitu para mujtahid yang mengikuti pendapat Imam mazhab dalam usul atau metode berijtihad, akan tetapi hasil
ijtihadnya adda yang sama dan ada yang berbeda dengan pendapat Imam mazhab.
◦ Mujtahid fi al-Mazhab, yaitu mujtahid yang mengikuti Imam madzhab baik dalam usul maupun furu hanya berbeda dalam
penerapannya. Jadi, hanya memperluas atau mempersempit penerapan sesuatu yang telah ada dalam madzhab, seperti al-Ghozalo dalam
madzhab Al-Syafi’I
◦ Mujtahid fi al-Masail, yaitu mujtahid yang membatasi diri hanya berijtihad dalam hal-hal yang belum diijtihadi oleh imam-imam
mereka, dengan menggunakan metode Imam-imam mereka.
◦ Ahlu Takhrij, yaitu Fuqoha yang kegiatannya terbatas menguraikan dan memperjelas pendapat-pendapat yang samar dan janggal yang
ada dalam mazhabnya, seperti al-Jashosh dalam madzhab Hanafi
◦ Ahli Tarjih, yaitu Fuqaha yang kegiatannya hanya menarjih atau menguatkan pendapat-pedapat yang berbeda yang ada dalam
madzhabnya.
◦ Di samping itu juga bias ditinjau dari sisi lain yaitu:
1. Mujtahid yang mempunyai kemampuan dalam membentuk hokum dengan metodenya yang mandiri
2. Mujtahid yang mempunyai kemampuan berijtihad dalam batas-batas metode ijtiha Imam mazhabnya
3. Mujtahid yang hanya berijtihad dalam hal-hal yang belum diijtihadi oleh imam mazhabnya
E. Periode Kebangunan Kembali
1. Tanda-tanda kemajuan
a. Di bidang perundang-undangan.
Periode ini dimulai dengan masa berlakunya Majalah al-Adliyah yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata Islam pemerintah
Turki Usmani pada tahun 1292H atau tahun 1876M.
b. Di Bidang Pendidikan
Berkembangnya Ilmu-Ilmu Fiqh dibeberapa Perguruan-perguruan tinggi atau lingkungan akademik.
2. Penilaian Dunia Internasional Terhadap Syari’ah Islam.
Pada bulan Agustus 1932 berlangsung Konferensi Perbandingan Hukum Internasional (Comperative International Law
Conference) di Den Haag, Belanda. Dalam Konferensi itu Prof. Dr. Ali Badawi berbicara tentang; Hubungan antara Agama dan
Hukum, sebagai jalan untuk sampai kepada pembicaraan tentang Syari’ah Islam. Pada Agustus 1937, diadakan lagi siding.
Mahmud Syaltut berbicara tentang; Pertanggungjawaban Pidana dan Perdata dalam Islam
◦ Pada akhirnya konferensi memutuskan antara lain:
1. Hukum Islam sebagai salah satu sumber perundang-udangan umum.
2. Hukum Islam berdiri sendiri, tidak mengambil dari Hukum Romawi.
3. Hukum Islam adalah hokum yang hidup dan dapat berkembang.

Anda mungkin juga menyukai