Anda di halaman 1dari 7

Nama : Syahla Aznadillah

NIM : 18610054
TUGAS UAS FIQIH

1. Jelaskan sejarah singkat perkembangan fiqh sampai terbentuknya mazhab fiqh!


I. Sejarah perkembangan fiqih
Periode Risalah
Dimulai sejak kerasulan sampai wafatnya Nabi. Pada periode ini penentuan hukum
mutlak ditangan Nabi, sumber hukumnya adalah Qur’an dan Hadits. Periode ini terbagi
menjadi dua yaitu ; periode Makkah yang banyak fokus pada aqidah, dan periode Madinah
yang lebih fokus pada masalah ibadah dan muamalah.
Periode Khulafaur Rasyidin ( 11 – 41 H )
Dimulai sejak wafatnya Nabi sampai peristiwa tahkim. Sumber hukum periode ini
adalah Qur’an, Hadits, dan Ijtihad yang terbagi atas Ijma’ dan Qiyas. Pada masa ini Ijtihad
adalah upaya yang luas menghadapi persoalan hukum yang semakin kompleks karena
banyaknya umat islam dari berbagai etnis dan budaya. Juga untuk yang pertama kalinya
para fuqaha berbenturan dengan masyarakt yang heterogen yang mendorong para sahabat
untuk berijtihad. Pada Periode ini juga sudah mulai ada perbedaan pendapat diantara
sahabat diantaranya perbedaan memahami Qur’an, perbedaan fatwa karena bedanya
Hadits, dan berbedanya fatwa karena pendapat.
Periode Awal Pertumbuhan Fiqh
Dimulai pada pertengahan abad 1 sampai awal abad 2 H. Berpencarnya Sahabat ke
pelosok negeri menyebabkan munculnya pendapat yang bebeda - beda sesuai dengan
keadaan daerah masing – masing dan meyebabkan terbentukya dua golongan yaitu :
a) Golongan Ahlura’yi, yaitu golongan yang mendahulukan kemaslahatan umum
tanpa terlalu terikat makna harfiah teks hukum. Golongan ini dipelopori oleh Umar
dan Ibnu Mas’ud, dengan pengikutnya diantaranya adalah Ibrahim bin Nakhai,
Alqamah bin Qaisdan, Hasan Basyri, dll.
b) Golongan Ahlul Hadits, yaitu golongan yang berpegang kuat pada Quran dan
Hadits, dipelopori oleh Ibnu Abbas, dan Zaid bin Tsabit. Pengikutnya adalah Sa’id bin
Musayyab, Atha bin Abi Rabi’ah, Amr bin Dinar, dll.
Selanjutnya para pengikut dari para sahabat itu disebut Tabiin yang dijadikan rujukan
menjawab persoalan hukum di zaman dan daerah masing – masing. Sehingga
munculah istilah Fiqh Awzai, Fiqh Alqamah, dll.
Periode Keemasan
Dimulai pada abad ke- 2 sampai pertengahan abad ke- 4 H. Ciri – ciri periode ini
adalah semangat Ijtihad yang tinggi seperti periode sebelumnya. Yang membedakan adalah
meluasnya kebudayaan, gerakan ilmiah diberbagai daerah, pembukuan Hadits, dan
bertambahnya hufadz Quran dan perhatian untuk menunaikanya didorong oleh besarnya
dukungan pemerintah untuk memmajukan berbagai bidang ilmu.
Diawal periode ini pertentangan Ahlul Hadits dengan Ahlura’yi sangat tajam hingga
mendorong semangat Ijtihad masing – masing aliran. Semangat itu juga mendorong lahirnya
madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hambali. Fiqh Taqdiri atau Hipotesis ( membahas persoalan
yang diperkirakan akan terjadi ) mulai marak.
Pertentangan dua golongan itu mereda setelah golongan Ahlura’yi berusaha
membatasi, mensistemisai, dan menyusu kaidah ra’yu yang dapat dipakai mengistimbatkan
hukum sehingga Ahlul Hadits menerima ra’yu menurut pengertian Ahlura’yu dan menerima
ra’yu sebagai salah satu cara menggali hukum. Selain itu, kedua golongan itu juga saling
mengenal.
Periode ini juga memulai penyusunan kitab fiqh dan ushul fqh seperti al-Muwatha
dan ar-Risalah. Selain itu teori ushul fiqh juga mulai bermunculan.
Periode Tahrir, Takhrij, dan Tarjih dalam Madzhab
Dimulai pertengahan abad ke- 4 sampai pertengahan abad ke- 7 H. Tahrir, Takhrij,
dan Tarjih adalah upaya tiap – tiap madzhab mengomentari, menjelaskan,dan mengulas
pendapat imam madzhab. Diperiode ini hampir tidak ada mujtahid mandiri sehingga muncul
fanatik buta. Selain itu juga muncul pernyataan bahwa pintu ijtihad ditutup karena :
§ Dorongan penguasa pada hakim untuk memakai madzhab pemerintah saja.
§ Sikap fanatik buta, kebekuan berfikir, dan taqlid tanpa analisis.
§ Gerakan pembukuan tiapmadzhab sehingga mempermudah memilih madzhab
yang mendorong untuk taqlid.
Periode kemunduran
Dimulai pertengahan abad ke- 7 H sampai munculnya majalah al-Ahkam al’Addliyyah
( hukum perdata kaerajaan turki Usmani ) pada 26 Sya’ban 1293 H. Ada tiga hal yang
menonjol pada periode ini.
§ Banyak pembukuan fatwa. Buku – buku yang disusun disistematisasikan sesuai
dengan kitab fiqh.
§ Produk – produk fiqh diatur kerajaan.
§ Muncul gerakan kodifikasi fiqh islam sebagai madzhab resmi pemerintahan.
Periode Pengodifikasian Fiqh
Dimulai sejak munculnya majalah al Ahkamul Adliyyah hingga sekarang. Ciri – ciri
yang mewarnai periode ini adalah :
§ Muncul upaya pengkodifikasian yang sesuai dengan tuntutan dan situasi zaman.
§ Ada upaya kodifikasi yang tak terikat pada madzhab.
§ Muncul pendapat bahwa pendapat dari berbagai madzhab ialah satu kesatuan
yang tidak bisa dipisah.
II. Sejarah Munculnya Madzhab
Sudah kita ketahui sebelumnya, pada zaman Khulafaur Rasyidin wilayah islam
meluas dan umat islam terdiri dari banyak etnis dan budaya. Persoalan hukum islam pun
makin kompleks. Para sahabat juga bertebaran ke berbagai pelosok negeri dengan metode
fatwanya masing – masing. Mereka berijtihad dengan carsnya masing – masing. Fatwanya
juga diikuti murid – muridnya sehingga jumlah pengikut sahabat dengan fatwa masing –
masing makin banyak dan membentuk aliran – aliran.
Seiring dengan berkembangya zaman, masing – masing aliran itu berkembang
kualitas dan kuantitasnya sehingga menjadi sempurna. Kemudian aliran – aliran itulah yang
disebut sebagai madzhab. Diantara madzhab itu ada yang masih eksis dan ada juga yang
hilang karena tidak mempunyai pengikut.

SUMBER : http://hanafiyesss.blogspot.com/2012/10/sejarah-perkembangan-
ilmu-fiqh.html
2. Jelaskan perbedaan fiqih mazhab Sunni dengan Syi’i!
Ada beberapa macam perbedaan dari fiqih mazhab sunni dan syi’ah, yaitu :

1. RUKUN ISLAM
Rukun Islam Sunni (Ahlussunah waljamaah) ada 5 yaitu :

 Membaca dua kalimah sahadat (syahadatain)


 Mengerjakan Shalat
 Mengerjakan Puasa
 Menunaiakan zakat
 Menunaikan Hajji

Rukun Islam Syi’ah juga 5 tapi berbeda, yaitu :

 Mengerjakan Shalat
 Mengerjakan Puasa
 Menunaikan Zakat
 Menunaikan haji
 Al Wilayah
2. RUKUN IMAN
Rukun Iman Sunni (Ahlussunnah) ada enam:

1. Iman kepada Allah


2. Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
3. Iman kepada Kitab-kitab Nya
4. Iman kepada Rasul Nya
5. Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
6. Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.

Rukun Iman Syiah ada 5 :

1. At-Tauhid
2. An Nubuwwah (kenabian)
3. Al Imamah
4. Al Adlu
5. Al Ma’ad (Kiamat)
3. SYAHADAT

Sunni (Ahlussunnah) mempunyai Dua kalimat syahadat, yakni: “Asyhadu An La Ilaha


Illallah wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”.

Syiah mempunyai tiga kalimat syahadat, disamping “Asyhadu an Laailaha illallah, wa


asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, masih ditambah dengan menyebut dua belas
imam-imam mereka.
4. IMAMAH
Ahlussunnah meyakini bahwa para imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah
imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak
dibenarkan.

Syiah meyakini ada dua belas imam-imam mereka, dan termasuk rukun iman. Karena
itu orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-
orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah orang tersebut kafir dan akan masuk neraka.

5. KHULAFAURRASYIDIN
Ahlussunnah mengakui kepemimpinan khulafaurrosyidin adalah sah. Mereka adalah:
Abu Bakar as shidiq, Umar bin khatab, Utsman bin affan, dan Ali radhiallahu anhum

Syiah tidak mengakui kepemimpinan tiga Khalifah pertama (Abu Bakar, Umar, Utsman),
karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri
membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka). Merekapun meyakini bahwa Abu bakar,
Umar dan Ustman sudah murtad dan keluar dari islam sesudah wafatnya Rasulullah.

6. KEMAKSUMAN PARA IMAM


Ahlussunnah berpendapat khalifah (imam) adalah manusia biasa, yang tidak
mempunyai sifat Ma’shum. Mereka dapat saja berbuat salah, dosa dan lupa, karena sifat
ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi. Sedangkan kalangan syiah meyakini bahwa 12
imam mereka mempunyai sifat maksum dan bebas dari dosa.

7. PARA SAHABAT
Sunni (Ahlussunnah) menghormati para sahabat seperti Abu bakar, Umar dan Ustman
dan melarang mencaci-maki beliau. Sedangkan Syiah mengangggap bahwa mencaci-maki
dan melaknat para sahabat tidak apa-apa, bahkan berkeyakinan, bahwa para sahabat
tersebut telah murtad setelah wafatnya Rasulullah SAW dan tinggal beberapa orang saja.
Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8. SAYYIDAH AISYAH
Sayyidah Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai oleh Ahlussunnah.
Beliau adalah termasuk ummahatul Mu’minin. Sebaliknya Syiah melaknat dan mencaci
maki Sayyidah Aisyah, memfitnah bahkan mengkafirkan beliau.

9. KITAB KITAB HADIST


Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah
Kutubussittah : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan At-Tirmidz, Sunan
Ibnu Majah dan Sunan An-Nasa’i. (kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca
oleh kaum Muslimin sedunia).
Kitab-kitab hadits Syiah hanya ada empat : a) Al Kaafi, b) Al Istibshor, c) Man Laa Yah
Dhuruhu Al Faqih, dan d) Att Tahdziib. (Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab
kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).

10. AL-QUR’AN
Menurut Sunni ( Ahlussunnah) kitab Al-Qur’an yang ada sekarang tetap orisinil dan
tidak pernah berubah atau diubah. Sedangkan syiah menganggap bahwa Al-Quran yang ada
sekarang ini tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11. SYURGA
Menurut Sunni Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul
Nya. dan Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul
Nya. Menurut Syiah, surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam
Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah. Dan neraka diperuntukkan bagi
orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12. RAJ’AH
Aqidah raj’ah tidak ada dalam ajaran Sunni ( Ahlussunnah.) Raj’ah ialah besok di akhir
zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas
dendam kepada musuh-musuhnya.

Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah, dimana diceritakan bahwa nanti diakhir zaman,
Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk
membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain. Setelah mereka
semuanya bai’at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah.
Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang
sampai ribuan kali, sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.

Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri, yang berlainan dengan Imam Mahdi yang
diyakini oleh Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13. NIKAH MUT’AH


Nikah Mut’ah (kawin kontrak),menurut Sunni sama dengan perbuatan zina dan
hukumnya haram. Sementara dalam Syiah nikah Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya
halal. Halalnya nikah Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para
pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin
Abi Thalib.

14. KHAMAR
Khamer (arak) najis menurut Ahlussunnah. Menurut Syiah, khamer itu suci.

15. AIR BEKAS ISTINJAK


Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci, menurut ahlussunnah (sesuai
dengan perincian yang ada). Menurut Syiah air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap
suci dan mensucikan.
16. SEDAKEP
Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah. Menurut
Syiah meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri sewaktu shalat dapat membatalkan
shalat. (jadi shalat kebanyakan umat Islam di Indonesia hukum tidak sah dan batal, sebab
meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).

17. MEMBACA AMIN SESUDAH ALFATIHAH


Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah. Menurut
Syiah mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah dan batal
shalatnya. (Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena
mengucapkan Amin dalam shalatnya).

18. TAQOIYAH
Menurut Sunni Taqiyah mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan isi hati termasuk
perbuatan dusta dan munafik. Menurut Syiah mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan
isi hati (dusta) , untuk melindungi diri dari musuh dan lawan itu merupakan ibadah .

Taqiyah adalah satu rukun dari rukun-rukun Syiah , seperti halnya shalat. Ibnu Babawaih
mengatakan:“Keyakinan kami tentang taqiyah itu adalah dia itu wajib. Barangsiapa
meninggalkannya maka sama dengan meninggalkan shalat.”[Al-I’tiqadat, hal.114].
Muhammad Al-Kulaini berkata: “Bertaqwalah kalian kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam
agama kalian dan lindungilah agama kalian dengan taqiyah, maka sesungguhnya tidaklah
mempunyai keimanan orang yang tidak bertaqiyah. Dia juga mengatakan “Siapa yang
menyebarkan rahasia berarti ia ragu dan siapa yang mengatakan kepada selain
keluarganya berarti kafir.” .”[Al-KafiS 2/371,372 & 218].

SUMBER : http://www.fadhilza.com/2015/07/islam/perbedaan-mendasar-antara-
islam-sunni-dan-syiah.html

3. Seorang suami meninggal dunia dengan meninggalkan harta waris setelah dipotong untuk
mengurus jenazah sebesar 4000 dollar, dan ahli warisnya adalah;
3 istri
2 anak perempuan
2 keponakan laki laki dari jalur suami
1 paman
1 bibi
Berapakah pembagiannya dan siapa saja yang berhak mendapat serta siapa saja yang tidak
berhak?

4. Apakah yang anda ketahui tentang riba?

Definisi riba menurut istilah fuqaha’ (ahli fiqih) ialah memberi tambahan pada hal-hal yang
khusus.

Dalam kamus Lisaanul ‘Arab, kata riba diambil dari kata ‫ر َبا‬. َ Jika seseorang berkata
‫ئ يَ ْرب ُْو َرب ًْوا َو َربًا‬ َّ ‫ َربَا ال‬artinya sesuatu itu bertambah dan tumbuh. Jika orang menyatakan
ُ ‫ش ْي‬
ُُ‫ أ َ ْربَيـْته‬artinya aku telah menambahnya dan menumbuhkannya.
Dalam kitab Mughnil Muhtaaj disebutkan bahwa riba adalah akad pertukaran barang
tertentu dengan tidak diketahui (bahwa kedua barang yang ditukar) itu sama dalam pandangan
syari’at, baik dilakukan saat akad ataupun dengan menangguhkan (mengakhirkan) dua barang
yang ditukarkan atau salah satunya.

SUMBER : https://almanhaj.or.id/4044-riba-pengertian-dan-macam-macamnya.html

5. Berikan pandangan anda tentang perlukah syariat Islam dijadikan sebagai hukum positif
sebuah negara?
Syari’at (hukum Islam) pantas menjadi sumber pembentukan hukum nasional,karena dinilai
mampu mendasari dan mengarahkan dinamika masyarakat Indonesia dalam mencapai cita-
citanya, ia mengandung dimensi yang berakar pada nas qat’i yang bersifat universal dan
berlaku sepanjang masa, di samping itu mengandung pula dimensi yang berakar pada nas
zanni yang merupakan wilayah ijtihad dan adaptif terhadap perkembangan zaman..
Secara garis besar, ragam produk pembaharuan hukum Islam di Indonesia terdapat empat
macam, yaitu: fiqih, fatwa, produk pengadilan, serta peraturan perundang-undangan.
Adapun tema besar dari wacana pembaharuan pemikiran hukum Islam adalah berangkat
dari term ijtihad, yang dalam kontek Indonesia, gerakan ijtihad yang berjalan menunjukkan
adanya metode dan kecenderungan yang beragam.
Melakukan formalisasi hukum Islam di Indonesia menemui kendala, diantaranya: kondisi
obyektif bangsa Indonesia yang pluralistik, jika tidak dicermati dapat menimbulkan kontra
produktif bagi umat Islam sendiri. Kendala lain adalah sulitnya rriemformulasi konsepsi,
strategi dan metode hukum Islam yang tidak bertentangan dengan kesadaran hukum
masyarakat dan karakteristik hukum nasional.
Kendatipun belum terlalu menggembirakan, upaya untuk mewujudkan hukum Islam menjadi
hukum positif di Indonesia telah menunjukkan hasilnya dengan disyahkannya beberapa
undang-undang, seperti: UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, UU.Penyelenggaraan Ibadah
Haji, UU Pengelolaan Zakat, UU Perwakafan, UU Perbankan yang akomodatif terhadap
aktifitas mu’amalah Islam, dan Iain-lain.
M. sularno.2006. Syariat islam dan upaya pembentukan hukum positif di Indonesia.hlm 218

Anda mungkin juga menyukai