Rofi’atul Hasanah
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlotul
Ulama’ Tuban
rofiatulhasanah2003@gmail.com
Abstrak:
Penelitian kepustakaan ini bertujuan untuk menyusun dan mendeskripsikan periodesasi mengenai
perkembangan fiqih era sighar sahabat dan tabi’in. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
kepustakaan (Library Research). Penelitian pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber seperti catatan, buku, ataupun artikel dan penelitian
terdahulu untuk dikaji dan dianalisis. Untuk menjaga ketepatan pengkajian dan mencegah kesalahan
informasi dalam analisis data maka dilakukan pengecekan antar pustaka dan membaca ulang pustaka. Hasil
studi ini adalah menunjukkan bahwa periodesasi perkembangan pada era sighar sahabat dan tabi’in
mengalami perbedaan sudut pandang dalam pembukuan hadis. Sighar Sahabat adalah sahabat yang hidup
pada masa Rasul namun pada masi itu Ia masih kecil. Sedangkan Tabi’in adalah orang Islam awal yang masa
hidupnya setelah Para sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup di masa Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam.
Kata Kunci: Perkembangan fiqih, Sighar Sahabat, Tabi’in
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Klasifikasi perkembangan fiqih ke dalam era sighar sahabat dan tabi'in sebenarnya masih
membingungkan banyak pengamat Kebingungan itu dapat dipahami dengan melihat munculnya
pergolakan-pergolakan yang terjadi selama kekhalifahan Utsman dan Ali, dan memuncak pada
pemerintahan Daulah Ummayah, yang melahirkan agitasi teologis cukup tajam. Karena itu, banyak
pengamat sejarah Islam berkesimpulan bahwa periode ini lebih merupakan masa munculnya
persoalan-persoalan teologis, sedangkan kajian-kajian fiqih tenggelam di bawah perpecahan
kesatuan agama dan negara.
Bahwa pergolakan politik pada masa-masa awal dari pemerintahan Daulah Ummayah telah
melahirkan agitasi teologis adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, tetapi pergolakan itu sendiri
juga membawa pengaruh besar terhadap perkembangan fiqih hingga menghantarkan fiqih menuju
era kodifikasi dan munculnya para aimmah mazhahib (para imam mazhab). Pada pembahasan
"Fiqih Dalam Era Keemasan" akan kita temukan bahwa puncak keemasan perkembangan fiqih dari
masa ke masa memiliki kesinambungan kesejarahan yang bermata-rantai dari satu periode ke
periode berikutnya.
Periode ketiga dari perkembangan fiqih ini bermula ketika peme- rintahan ummat Islam diambil-
alih oleh Muawiyah bin Abi Sufyan (tahun 41 H). Setelah melalui pergumulan politik yang panjang
Jurnal Tarikh Tasyri’| 1
Institut Agama Islam Nahdlotul Ulama’
antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib yang berakhir dengan terbunuhnya Ali dan penyerahan
pemerintahan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah. Periode ketiga ini berlangsung hingga awal
abad kedua Hijriah.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi
yang dibutuhkan dari berbagai sumber seperti catatan, buku, ataupun artikel dan penelitian
terdahulu untuk dikaji dan dianalisis oleh Marjuni dalam Idah Suaidah. Pada penelitian ini, penulis
mengumpulkan informasi terkait perkembangan fikih era sighar sahabat dan tabi’in pada artikel
penelitian dan berbagai buku yang membahas hal tersebut. Informasi yang telah ditemukan
merupakan data yang akan dikelola, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui periodesasi
perkembangan fikih era sighar sahabat dan tabi’in.
PEMBAHASAN
Fikih pada Masa Sighar Sahabat dan Tabi’in
Setelah masa khalifah yang keempat berakhir, fase selanjutnya adalah masa sighar sahabat dan
tabi’in. Fase ini dipimpin oleh Bani Umayyah (41 H-awal abad II H) dengan pemimpin pertamanya
adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.1 Sahabat yang dikemukakan oleh Muhammad Ajjaj al-Khatib
dalam bukunya Ushul al-Hadis adalah setiap orang muslim yang hidup semasa dengan Rasul,
bergaul serta menimba ilmu (meriwayatkan hadis) dari Rasulullah. Sighar Sahabat adalah sahabat
yang hidup pada masa Rasul namun pada masa itu Ia masih kecil, yang memang pada saat itu
mereka jarang bergaul bersama Nabi, disebabkan tempat tinggalnya jauh dari Nabi. 2 Sedangkan
Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah Para sahabat Nabi
dan tidak mengalami masa hidup di masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan
demikian, Tabi’in tidak harus melihat baginda Rasulullah SAW. Selain itu juga tidak diisyaratkan
harus bertemu dengan sahabat seperti yang dikuatkan oleh ulama hadis. 3 Generasi Tabi’in
mengambil dan penerimaan pelajaran dari sahabat mengenai tafsir Al-Qur’an, hadis. fatwa-fatwa
mereka dan lebih khususnya pengetahuan penetapan hukum serta metode-metode penetapan-
penetapan hukum. Keberadaan Tabi’in ini diisyaratkan dalam Al-Qur’an surat (At-Taubah 100).
1
Abdul majid kon, ikhtisar tasyri’ sejarah pembinaan hukum islam dari masa ke masa. Hal 64-65
2
https://ikhwanmr.blogspot.com/2016/02/tasyrik-pada-masa-sighar-sahabat-dan.html?m=1
3
Munadi usman, pembinaan fikih masa tabi’in. Hal 191
Jurnal Tarikh Tasyri’ | 2
Institut Agama Islam Nahdlotul Ulama’
َّٰن
َو ٱلَّٰس ِبُقوَن ٱَأۡلَّو ُلوَن ِم َن ٱۡل ُم َٰه ِج ِر يَن َو ٱَأۡلنَص اِر َو ٱَّلِذ يَن ٱَّتَبُعوُهم ِبِإۡح َٰس ٖن َّرِض َي ٱُهَّلل َع ۡن ُهۡم َو َر ُض وْا َع ۡن ُه َو َأَعَّد َلُهۡم َج ٖت َتۡج ِري َتۡح َتَها
١٠٠ ٱَأۡلۡن َٰه ُر َٰخ ِلِد يَن ِفيَهآ َأَبٗد ۚا َٰذ ِلَك ٱۡل َفۡو ُز ٱۡل َعِظ يُم
Artinya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar. (At-Taubah: 100).
Fitnah besar yang dihadapi umat pada akhir pemerintahan Ali adalah tahkim (perdamaian) antara
pendukung Ali sebagai khalifah dan pendukung Mu’awiyah sebagai gubernur Damaskus.
Pendukung Ali yang tidak menyetujui tahkim, membelot dan tidak lagi mendukungnya. Mereka
disebut kelompok Khawarij. Kelompok ini disebut-sebut yang merencanakan pembunuhan terhadap
Ali dan Mu’awiyah, namun hanya Ali yang berhasil dibunuh. Mu’awiyah mengambil alih
kepemimpinan di kala umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu Khawarij, Syiah, dan
Sunni.
Pada masa ini banyak sahabat yang sudah wafat. Namun, beberapa orang di antara mereka yang
masih hidup, menjadi guru. Pada masa ini, pemerintahan memperhatikan perkembangan ilmu,
sehingga terlaksanalah pembukuan ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah. Pada masa ini
juga, para cendekiawan muslim mampu memberikan penerangan. Hukum tidak hanya dipandang
secara tekstual, tetapi juga kontekstual berdasarkan situasi dan kondisi perkembangan sosial
masyarakat. Periode ini disebut ‘am al-jama’ah (tahun persatuan) karena bersatunya pendapat
jumhur untuk melegalkan Mu’awiyah sebagai Khalifah.
4
Mun’im a sirry , Sejarah fikih islam. Hal 50
Jurnal Tarikh Tasyri’ | 4
Institut Agama Islam Nahdlotul Ulama’
Ibnu Qayyim mencatat bahwa fiqih periode sighar sahabat dan tabi'ien ini disebarkan
oleh pengikut empat fuqaha sahabat terkemuka, yaitu pengikut Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas. Orang-orang Madinah, misalnya, banyak
mendapat fiqih dari pengikut-pengikut Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar, orang-orang
Mekkah dari Abdullah bin Abbas dan di Irak diwarisi oleh fiqih Ibnu Mas'ud.
Dalam batas-batas tertentu, karena perbedaan teori, formulasi, ke- adaan dan kondisi
masyarakat, mereka sering berbeda dalam satu masa- lah yang sama. Namun persoalannya
tidak hanya sampai di situ, pergolak- an-pergolakan politik sejak terbunuhnya Utsman,
pindahnya markas ke- khilafahan ke Kufah kemudian ke Syam dan berbagai konfrontasi
yang banyak memakan korban jiwa, juga faktor yang harus disebut dari me- luasnya ikhtilaf
pada periode ini.
Ketika untuk pertama kalinya markas kekhalifahan pindah ke Irak (pada masa
pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib), yang di sana ter- dapat Ibnu Mas'ud, Sa'ad bin
Abi Waqqas, Ammar bin Yasir, Abu Mu- sa al-Asy'ari dan Mughirah bin Sya'bah, sudah
muncul ikhtilaf di sekitar kecenderungan pemahaman fiqih ulama Irak. Ikhtilaf ini semakin
mele- bar dan sekaligus meruncing ketika konfrontasi politik antara Ali dan Muawiyah dan
penyelewengan Daulah Ummayah menimbulkan berbagai aliran dan sekte. Pada saat itu
muncul aliran Syi'ah, Khawarij, Jahmiyah, Mu'tazilah dan lain sebagainya yang memecah
belah kesatuan ummat Islam. Sekalipun aliran-aliran ini lebih merupakan sekte teologis,
tetapi juga berpengaruh dalam sejarah perkembangan fiqih. Misalnya, a tara Khawarij dan
Syi'ah, mereka tidak mau menerima hadis kecuali yang diriwayatkan oleh ulama-ulama
mereka sendiri.5
c) Periwayatan Hadis
Selain terjadi perbedaan pemahaman antara fuqaha Irak dan Hijaz dan munculnya
berbagai aliran dan sekte dalam Islam, periode ini juga dikenal dengan banyaknya
periwayatan hadis. Jika pada periode kedua para sahabat melakukan seleksi yang sangat
ketat terhadap penerimaan periwayatan hadis, justru pada periode ini para tabi'ien
menampakkan kesungguhan dalam mencari dan meriwayatkan hadis.
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa seorang sahabat, Jabir bin Abdullah al-Anshari
pernah menceritakan perjalanannya selama satu bulan hanya untuk mendengarkan
Hadis tentang qisas." Dalam Shahih Bukhari, dari Jabir bin Abdullah disebutkan bahwa
ia berjalan satu bulan untuk mendengar satu hadis. Cerita ini dibenarkan oleh Abdul Qadir
5
Mun’im A Sirry, Sejarah fikih islam. Hal 52
Jurnal Tarikh Tasyri’ | 5
Institut Agama Islam Nahdlotul Ulama’
Arnaut, se- orang ahli hadis yang mentahqiq buku Jami'ul Ushul karya agung Ibnu Atsir,
bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari tadi berasal dari Abdullah bin Muhammad bin
'Uqail, ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata: "Saya mendengar kabar ada seorang yang
mendengar hadis dari Nabi Muhammad saw. Saya khawatir akan mati sebelum sempat
mendengar hadis itu.6
6
Mun’im A Sirry, Sejarah fikih islam. Hal 54
Jurnal Tarikh Tasyri’ | 6
Institut Agama Islam Nahdlotul Ulama’
Perbaikan penulisan dilakukan secara berangsur-angsur. Pada masa awal, sebagaimana
yang dilakukan oleh Abu Al-Aswad Al-Du'ali, fathah dilambangkan dengan titik di depan
atas huruf, dhammah berbentuk titik di akhir huruf, dan karsah berbentuk titik di depan
bawah huruf. Perbaikan berikutnya dilakukan oleh Nashr bin Ashim atas perintah Al-Hajjaj
dengan memberikan titik pada suatu huruf untuk membedakan huruf lain. Perbaikan
berikutnya dilakukan Al-Khalil bin Ahmad. Ia mengubah sistem penulisan Al-Du'ali dengan
mengubah fathah menjadi sebuah garis panjang di atas huruf, kasrah menjadi sebuah garis
panjang di bawah huruf, dan dhammah menjadi seperti huruf wau kecil di atas huruf.
Demikian juga lambang tanwin dengan memberikan dua garis; tanwin fathah berupa dua
garis panjang di atas huruf, tanwin kasrah berupa dua garis panjang di bawah huruf, dan
tanwin dhammah seperti dua huruf wau kecil di atas huruf. Perbaikan tulisan Alquran terus
berjalan dengan pesat; misalnya dengan pemberian tanda tasydid, iqlab, ikhfa, dan idgham.
Perkembangan hadis pada masa pasca-masa Khulafaur Rasyidin adalah masa mencari
hadis dari para sahabat dan tabi'in yang telah pindah ke berbagai wilayah setelah terjadi
ekspansi besar-besaran. Masa ini adalah masa pembukuan hadis pertama kali dalam sejarah
yang diinstruksikan oleh Umar bin Abdul Aziz pada awal abad II Hijriah. Berikut ini
suratnya kepada gubernur di Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (w.
117 H).
انُظُر وا َح ِد يث َر ُس وِل هللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلم َفَأْج ُعوُه َأكتب إلي بما يثبت اْلَح ِد يِث َعْن َر ُس وِل هللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
َفِإِّني َخ ِش يْت ِع ْنَدَك ِم َن اْلَح ِد يِث ُد ُرْو َس اْلِع ْلِم َو َذ َهاَب اْلُعَلَم اِء
Lihatlah hadis-hadis Rasulullah yang ada. Tulislah, karena sesungguhnya saya takut
terhapusnya ilmu dan meninggalnya ulama. (HR. Malik dan Muhammad bin Hasan)7
Pembukuan Hadis
Pada periode ketiga ini, penulisan dan pencatatan hadis berlangsung secara formal. Ia
memerintahkan gubernur Madinah saat itu, Abu Bakr Muhammad Amr ibn Hazm, untuk
menulis dan mencatat hadis, yang kemudian mengikuti kebijakannya melalui para ulama di
beberapa daerah. Upaya Khalifah Umar bin Abdul Aziz antara lain :
1) Al-Qur'an telah dihafal oleh ribuan orang, dikumpulkan dan dicatat pada masa Utsman,
namun pembukuan tidak dilarang. Oleh karena itu, Al-Qur'an dan Hadits jelas berbeda dan
tidak dapat dicampuradukkan.
2) Para ulama menyebar ke seluruh penjuru negara-negara Islam setelah memperluas wilayah
mereka, dan meskipun masing-masing dari mereka memiliki pengetahuan, ingatan kuat yang
DAFTAR PUSTAKA
https://ikhwanmr.blogspot.com/2016/02/tasyrik-pada-masa-sighar-sahabat-dan.html?m=1
Khon, Abdul Majid. 2013. Ikhtisar Tarikh Tasyri' Sejarah pembinaan Hukum Islam dari
Masa ke Masa. Jakarta: AMZAH.
Sirry, Mun'im A. 1996. Sejarah Fikih Islam. Surabaya: Risalah Gusti.
Usman, Tgk. Munadi. 2018. "Pembinaan Fikih Masa Tabi'in ." 191.