1) Pengertian Mazhab
Kata Mazhab dalam bahasa Arab adalah مذھ ب, berasal dari kata sifat (masdar)
dari Fi’il madhy ذھب, yang artinya menurut bahasa berarti berjalan atau pergi ( ) سا ر
dan bisa juga berarti pendapat ( ()الرأي.
Berdasarkan uraian diatas “Mazhab” dapat dipahami sebagai jalan fikiran atau
das ar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah atau
mengistimbathkan hukum islam berdasarkan kepada al-quran dan al-hadis.
2) Lahirnya Mazhab
Bila diruntut he belahang, mahzab fiqih itu sudah ada sejah zaman sahabat. Misalnya
mazhab Aisyah ra, mazhab Ibn Mas'ud ra, mazhab Ibn Umar. Masing- masing memilihi
haidah tersendiri dalam memahami nash Al-Qur'an Al-Karim dan sunnah, sehinga terhadang
pendapat Ibn Umar tidah selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas'ud atau Ibn Abbas. Tapi
semua itu tetap tidah bisa disalahhan harena masing-masing sudah melahuhan ijtihad.
Di masa tabi'in, hita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh orang yaitu;
Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn
Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuh juga Nafi' maula Abdullah ibn
Umar. Di hota Kufah hita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas'ud, Ibrahim An-Nahha'i guru al-
Imam Abu Hanifah. Sedanghan di hota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri. Dari halangan
tabiin ada ahli fiqh yang juga cuhup terhenal; Ihrimah Maula Ibn Abbas dan Atha' ibn Abu
Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-
A'raj, Alqamah an Nahha'i, Sya'by, Syuraih, Said ibn Jubair, Mahhul ad Dimasyqy, Abu
Idris al-Khaulani.
Di awal abad II hingga pertengahan abad IV hijriyah yang merupahan fase keemasan
bagi itjihad fiqh, yaitu dalam rentang wahtu 250 tahun di bawah Khilafah Abbasiyah yang
berhuasa sejah tahun 132 H.9 Pada masa ini, muncul 13 mujtahid yang madzhabnya
dibuhuhan dan diihuti pendapatna. Mereha adalah Sufyan ibn Uyainah (w.198H) dari
Mehah, Malih ibn Anas (w.179H) di Madinah, Hasan Al- Basri (w.110H) di Basrah, Abu
Hanifah(w.150H) dan Sufyan Ats Tsaury (w.160H) di Kufah, Al-Auza'i (157 H) di Syam,
asy-Syafi'i(w.204H), Laits ibn Sa'ad(w.175H) di Mesir, Ishaq ibn Rahawaih (w.238H) di
Naisabur, Abu Tsaur(w.240H), Ahmad ibn Hanbal(w.241H), Daud Adz Dzhahiri (w.270H)
dan Ibn Jarir At Thabary (w. 310 H), heempatnya di Baghdad
3. Mazhab Syafi’i
Imam Syafi'i lahir di wilayah Gazza, Palestina, pada tahun 150 H/767 M-tahun
yang sama dengan wafatnya Imam Abu Hanifah. Nama lengkapnya ialah Muhammad
bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin as-Saaib bin Ubaid bin Abdi Yazid
bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf al-Muththalibi al-Qurasyi. Meskipun
memiliki kunyah Abu Abdillah, tetapi ia lebih dikenal dengan sebutan Imam Syafi'i.
Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang lebih dikenal dengan nama kunyah-nya
daripada nama aslinya, yakni An-Nu'man bin Tsabit.
Imam Syafi'i sebenarnya tidak pernah berpikir untuk membuat sebuah
mazhab, hukum, atau pendapat-pendapat pribadi khusus yang terpisah dari pendapat
Imam Maliki. Gagasan untuk membuat mazhab fiqh sendiri baru muncul setelah ia
meninggalkan Kota Baghdad pada kunjungannya yang pertama, yaitu pada tahun 184
H. Sebelum itu, ia dianggap sebagai pengikut Imam Maliki. Meskipun demikian,
sejarah mencatat bahwa kemunculan Mazhab Syafi'i melalui proses yang panjang.
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Mazhab Syafi'i ini dibagi menjadi empat
periode, yaitu periode persiapan, periode pertumbuhan yang ditandai dengan lahirnya
mazhab qadim, periode kematangan dan kesempurnaan pada mazhab jadid, dan
periode pengembangan dan pengayaan.
1. Fase Persiapan
Persiapan bagi lahirnya Mazhab Syafi'i berlangsung sejak wafatnya Imam Malik
tahun 179 H, tepatnya ketika Imam Syafi'i berangkat ke Yaman untuk bekerja. Selama
di Yaman, Imam Syafi'i bertemu dengan beberapa tokoh terkemuka, salah satunya
ialah tokoh utama Mazhab Hanafi yang terkenal sebagai fikhur ra'yi, yaitu
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani.70 Selanjutnya, Imam Syafi'i
mengomparasikan berbagai pendapat tokoh dari Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki
untuk mendapatkan sisi positif dan kelebihan berbagai metode ijtihad masing-masing.
Kaidah-kaidah terbaik dari keduanya kemudian diolah dan dirumuskan kembali dalam
suatu tatanan baru yang kemudian diletakkan sebagai dasar Mazhab Syafi'i.
2. Fase Pertumbuhan
3. Fase Kematangan
4. Fase Kesempurnaan
Periode ini berlangsung sejak wafatnya Imam Syafi'i sampai dengan abad ketujuh.
Murid-murid Imam Syafi'i yang telah mencapai derajat mujtahid terus melakukan
istinbath hukum untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul pada masa mereka.
Mereka juga melakukan peninjauan kembali terhadap fatwa-fatwa Imam Syafi'i.
Dalil-dalil yang mendukung setiap fatwa mereka diperiksa kembali untuk menguatkan
suatu hukum. Dalam setiap hal, Imam Syafi'i selalu memberikan dua atau lebih fatwa
yang berbeda, kemudian mereka melakukan tarjih setelah menelusuri dalilnya
masing-masing untuk mendapatkan pilihan terkuat.
Para murid Imam Syafi'i inilah yang kemudian memainkan peran penting
dalam membela, melengkapi, dan menyebarkan Mazhab Syafi'i. Selain ramai dengan
kegiatan istinbath, kajian dan diskusi di antara mereka maupun diskusi dengan ulama
dari mazhab lain, para ulama Syafi'iyah pada periode ini juga banyak menghasilkan
karya tulis. Hampir setiap ulama terkemuka menuangkan ilmunya dalam berbagai
tulisan, berupa kitab, risalah, ta'liq, matan, mukhtashar, ataupun syarh, sesuai dengan
metode penulisan yang berkembang pada masanya. Dengan demikian, semakin lama
semakin kayalah mazhab tersebut dengan kitab-kitab rujukan.
4.Mazhab Hambali
Mazhab Hambali. Mazhab ini didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin
Hilal bin Asad bin Idris bin abdulloh bin Hasan asy-Syaibani al Mawarzi al-Baghdadi, yang
lazim dikenal dengan nama Imam Hambali. Sejak kecil beliau dikenal sebagai sosok yang
nulia dan berpikiran cerdas. Ini yang kemudian beliau optimalkan dalam menimba ilmu
terutama ilmu hadis. Karena yang terakhir ini Imam Ahmad terkenal sebagai Imam ahl as-
sunnah. Ciri khas mazhabnya adalah proporsi dari penggunaan dalil naqli yang lebih besar
ketimbang dalil aqli. Baginya, dalam istimbat hukum, sebisa mungkin harus menggunakan
landasan dalil naqli, meski itu berstatus dho'if. Keyakinan ini ditunjukkan oleh imam Ahmad
dengan pilihannya terhadap hadis mursal dan dhoif ketimbang qiyas.Urutan dalil dalam
istimbat hukum imam Ahmad adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur'an
b. Sunnah shohih
c. Fatwa Sahabat yang disepakati
d. Hadis mursal dan dho'if
e. Qiyas.
Pengaruh mazhab terhadap peradaban dunia
Mazhab memiliki peran yang signifikan dalam pengaruh peradaban dunia terutama
bagi wilayah civilisasi islam.Pengaruh mazhab terhadap peradaba dunia, yaitu
1. Pemahaman keadilan social
Mazhab memperkuat nilai-nilai keadilan social dan perlindungan hak-hak buruh.
Misalnya islam memerintahkan untuk menghargai hak-hak buruh dan menentukan
harga yang tepat untuk jasa mereka. Hal ini telah mempengaruhi pembentukan
system kehakiman dan ekonomi diberbagai negara.
2. Pengaruh system pendidikan
Pengaruh mazhab telah membentuk system pendidikan yang berdaya saing
diberbagai negara. Islam memperkuat nilai-nilai pembelajaran dan pegetahuan
sehingga menjadi individu yang bertanggungjawab terhadap masyarakat. Di
Indonesia, ada sejumlah madrasah yang mengajarkan syariat islam dalam
pendidikannnya.
3. Peran perempuan dalam masyarakat
Mazhab memiliki dampak besar terhadap peran perempuan di masyarakat. Islam
menentukan hhak-hak dan tanggung jawab perempuan dalam masayarakat,
termasuk pengaruh dalam politik dan social. Hal ini mempengaruhi peran dan
status perempuan di berbagai negara yang dikenal sebagai civisasi islam.