MATA KULIAH STUDI HUKUM ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2023 MADZHAB HANAFI
NAMA BUKU : FIQIH EMPAT MADZHAB
PENULIS : KH. M. Ali Maghfur Syadzili Iskandar PENERBIT : MAFA Surabaya TAHUN TERBIT : 2022
Madzhab Hanafi adalah salah satu aliran termasuk dalam hukum
Islam yaitu Fiqih, yang muncul paling awal diantara empat madzhab lain. Pencetus madzhab ini adalah Abu Hanifah, Nu’man bin Tsabit (Imam Hanafi), keturunan bangsa Persia lahir di Kufah pada tahun 80 H/ 699 M dan wafat di Baghdad Pada tahun 150 H/ 767, dan seorang ulama mujtahid (ahli ijtihad) pada bidang fiqih lalu berkembang pesat di bangsa Irak. Pada saat kecil Nu’man bin Tsabit pernah diajak oleh ayahnya untuk berziarah kepada Ali Bin Abi Thalib yang masih terbilang kerabatnya. Pemberian gelar Abu Hanifah kepada Nu’man bin Tsabit karena beliau bersungguh-sungguh dalam hal beribadah. Kata Hanif sendiri dalam Bahasa arab memiliki makna “suci” atau “lurus”. Setelah menjadi ulama mujtahid, Nu’man bin Tsabit dipanggil dengan julukan Imam Abu Hanifah dan madzhab dinamakan Madzhab Hanafi. Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama yang rajin dan teliti dalam bekerja, serta fasih berbahasa. Pembicaraanya selalu memiliki makna dan hikmah, teguh dalam memegag prinsip, berani menyatakan yang benar dan salah di hadapan siapapun dan memiliki kepribadian yang mulia. Walaupun putra dari saudagar yang kaya raya, Abu Hafinah amat menjauh kemewahan dalam hidupnya. Begitupun Ketika beliau menjadi pedagang yang kaya, hartanya berlipat-lipat disedekahkan dari pada digunakan untuk hidupnya sendiri. Beliau juga senang bergaul dan mempunyai banyak teman. Dari saat muda, Abu Hanifah sudah menunjukkan rasa cinta yang mandala pada ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan hukum islam. Abu Hanifah gemar berguru kepada ulama yang terkenal, sehingga Abu Hanifah memiliki banyak guru. Beberapa gurunya kebanyakan dari para tabi’in (periode setelah sahabat rasul), yakni Imam Atha’ bin Abi Rabab yang wafat pada tahun 114 H, Imam Nafi’ Maula bin Amr yang wafat pada tahun 117 H, dan Imam Hamad bin Abi Sulaiman, seorang tokoh fiqih yang terkenal di masanya dan wafat pada tahun 120 H.Gurunya yang lain adalah imam Muhammad al-Baqir, imam Adi bin Tsabit, imam Abdurrohman bin Hammaz, Imam Amr bin Dinar, Imam Mansyur bin Mu’tamir, Imam Syu’bah al-Hajjaj, Imam Ashim bin Abun Najwad, Imam bin Kuhail, Imam Qatadah, Imam Robi’ah bin Abdurrohman serta masih banyak lagi dari golongan ulama mekah dan Madinah Abu Hanifah berguru kepada Imam Hammad bin Ali Sulaiman kurang lebih selama 18 tahun. Dari Imam Hammad, Abu Hanifah mempelajari fiqih ulama Irak yang merupakan saripati dari fiqih Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud (Ibnu Mas’ud) serta fatwa- fatwa Nakha’i. dari sinilah Abu Hanifah mempelahari metode fiqih, yakni fiqih Umar yang berlandaskn pada kemaslahatan dan fiqih Ali yang berdasarkan pada istinbat (pengalian hukum) damn pencarian hakikat syara’ ( hukum islam).kemudian ilmu Abdullah bin Mas’ud yang berdasar pada takhrij (pengeluaran riwayat) dan Ibnu Abas tentang Al-Qur’an dan pendalamannya. Minatnya mendalam terhadap ilmu fiqih, kecerdasan, ketekunan dan kesungguhan dalam belajar, mengantarkan Abu Hanifah menjadi seorang yang ahli di bidang fiqih. Kehebatannya diakui oleh ulama pada masanya, termasuk Imam Hammad bin Abi Sulaiman yang statusnya adalah guru Abu Hanifah. Beliau sering mempercayakan tugas kepada Abu Hanifah untuk memberi fatwa dan Pelajaran Ilmu fiqih kepada murid Hammad yang lain. Imam Syafi’i menyatakan bahwa Abu Hanifah adalah bapak sekaligus pemuka seluruh ulama fiqih. Imam Khazaz bin Syara’ juga mengakui keunggulan Abu Hanifah dibidang fiqih apabila dibandingkan dengan ulama yang lain pada masanya. Setelah Hammad bin Abi Sulaiman wafat, beliau lah yang menggantikan kedudukannya sebagai pengajarannya, beliau mengarahkan kepada pencarian hakikat serta inti persoalan dan pengenalan terhadap illat (alasan) serta hukum-hukum yang berada di balik teks yang tertulis dari al-Qur’an maupun Hadits. Beliau mengajarkan metode qiyas (persamaan) dan urf (kebiasaan) sebagai dasar hukum dan penggunaan istihsan (pertimbangan yang lebih bagus) apabila keduanya tidak dapat digunakan. Selain ilmu fiqih, Abu Hanifah juga mendalami Hadits, dan tafsir karena keduanya sangat erat berkaitan dengan fiqih. Pengetahuan lain yang dimiliki Abu Hanifah adalah sastra Arab dan ilmu hikmah. Karena penguasaannya yang mendalam terhadap hukum-hukum Islam, Abu Hanifah diangkat menjadi (pemberi fatwa) di kota Kufah menggantikan Imam Ibrahim an Naba’i, sehingga kepopulerannya sebagai ahli fiqih terdengar sampai ke pelosok negeri. Berbeda dengan para gurunya saat itu. Abu Hanifah selalu memberikan penekanan terhadap murid-muridnya untuk senantiasa berfikir kritis setiap pembelajaran. Beliau tidak ingin muridnya hanya menerima segala pembelajaran dengan mentah-mentah. Bahkan tidak jarang Abu Hanifah berdiskusi sampai berdebat dengan muridnya sendiri dalam membahas suatu masalah. Meski begitu beliau tetap disegani dan dicintai oleh muridnya. Imam Abu Hanifah terkenal dengan sikap keras dan tegasnya apabila menyangkut dengan Bid’ah. Sebab itu, beliau juga selalu mengingatkan dan menekankan kepada setiap muridnya untuk selalu tidak mudah percaya dengan segala informasi, melainkan harus selalu memegang teguh sunnah Rasulullah. Madzhab Hanafi memiliki tujuh hal pokok, dalam metode Istinbat (penggalian hukum) 1. Kitab Allah, menjadi sumber dari segala sumber hukum islam. 2. Sunnah Rasulullah, sebagai jalan untuk memperjelas Al- Qur’an juga perincian mujmal-nya. 3. Fatwa-fatwa dari para sahabat, karena merekalah yang menyampaikan risalah dan saksi diturunkanya Al-Qur’an dan hadis dan para keterununan Rasulullah yang nantinya akan menjadi pewaris. 4. Qiyas (persamaan hukum) diperlukan apabila teks didalam Al-Qur’an dan hadis serta fatwa para sahabat tidak ada. Qiyas sendiri memiliki arti menyamakan hukum suatu persoalan dengan persoalan lainnya. 5. Istihsan adalah pertimbangan atau pertimbangan yang keluar gk diliat apa. Jangan pakai kesekatan para “mujtahid’. 6. Ijma’ sedang tidak baik-baik saja. Karena beberapa suatu masalah tertentu. Kawasan tentang suatu hukum dan oleh. praktek sholat pada tempatnya. 7. ‘Urf, artinya adat atau kebiasaan orang Islam pada suatu masalah tertentu yang tidak dijelaskan oleh nash Al-Qur’an, Hadis atau belum ada pada praktek para sahabat. Dasar diatas lah yang kemudian dinamai dengan “Dasar Mazhab Hanafi”. Beliau akan mengatakan qiyas dengan tegas apabila hukumnya tidak ada didalam Al-Qur’an, hadis Shahih ataupun keputusan sahabat, terutama Al-Khulafa’ al-Rasyidin (Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib). Terdapat beberapa kitab yang ditulis sendiri oleh Abu Hanifah yakni: 1. Al-Faraid khusus membahas tentang waris dan pembagiannya dimata hukum islam. 2. Asy-Syurut membahas tentang perjanjian. 3. Al-Fiqh al-Akbar yang membahas tentang teologi kemudian diberi sebuah penjelasan oleh Imam Abu Mansur Muhammad al- Maturidi dan Imam Abu al-Muntaha al-Maula Ahmad bin Muhammad al-Maghnisawi. Selain itu juga terdapat beberap faktor yang menunjang tumbuh kembang Madzhab Hanafi yaitu: 1. Murid Abu Hanifah menyebarluaskan pendapat dan menjelaskan prinsip dasar dari Madzhab Hanafi. 2. Adanya generasi penerus yang mengembangkan metode istinbat menurut ‘illah hukum lalu mencocokan dengan peristiwa pada masa lalu, kemudian menyusun kembali kaidah fiqh tentang permasalahan yang serupa. 3. Tersebarnya dibeberapa negara yang memiliki kebiasaan berbeda lalu menghasilkan keputusan hukum menurut Madzhab Hanafi, karena telah diakui sebagai madzhab resmi Daulah (pemerintahan) Abbasiyah. Madzhab Hanafi mampu bertahan selama lebih dari 500 tahun. Madzhab ini tersebar dengan luas di negara yang berada pada kuasa Daulah Abbasiyah seperti Kerajaan Turki Usmani (Kerajaan Ottoman), daerah Asia Tengah (Anatolia), India dan wilayah Transoknia (Turkistan, Asia Tengah). Juga pernah menyebar di Syuriah dan Mesir, bahkan sempat menjadi madzhab resmi kedua negara pada masa itu.
Wayang adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang berbentuk pertunjukan bayangan yang diolah menjadi berbagai jenis seperti wayang kulit, wayang wong, wayang golek dan lainnya