Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa dinasti Abbasiyah tahun 750 – 1258 M muncul mazhab – mazhab fiqh
yang diantaranya empat imam mazhab yang terkenal yaitu imam Hanafi dari kufah, imam
maliki dari madinah, imam Syafi’i dari gaza, dan Imam Hanbali dari baghdad. Mereka
merupakan ulama fiqh yang paling agung dan tiada tandingannya di dunia dengan kitab-
kitab yang terkenal yang sangat memberi andil dalam pengembangan ilmu fiqh yaitu al-fiqhul
Akbar karangan imam Abu hanifah, kitab Al-Muwattha karangan Imam Maliki, kitab al-umm
karangan Imam Syafi’i Dan Kitab Al- kharraj karangan Imam Hanbali. Pada Masa Ini Ulama
juga Telah Menyusun Ilmu ushul Fiqh yaitu ilmu tentang kaidah – kaidah dalam pengambilan
hukum Islam. Ar- Risalah Karangan Imam Syafi’i Adalah merupakan Kitab Ushul Fiqh yang
paling pertama.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Biografi mazhab Hanafi
2. Menjelaskan Biografi mazhab Maliki
3. Menjelaskan Biografi mazhab Syafi’i
4. Menjelaskan Biografi mazhab Hambali

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah agar kami dan semua
siswa/i mampu memahami tentang biografi 4 mazhab fiqh.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Hanafi


Nama beliau adalah An-Nu’man bin Sabit bin Marzaban yang kelak dikenal dengan
imam besar abu hanifah. Imam abu Hanifah di lahirkan pada tahun 80 H / 699 M pada masa
Khalifah Umayyah, ‘Abdul Malik bin Marwan dan Abu Hanifah merupakan keturunan
bangsa Persia. Sebagai buktinya bahwa beliau keturunan bangsa persia dengan nama
Annu’man,Tsabit, Nu’man, Al-Marzuban, Al Marzuban ialah perkataan persi yang berarti
ketua kaum persi. Ia adalah Pendiri mazhab Hanafi
Beliau diberi gelar Abu Hanifah, karena diantara putranya ada yang bernama Hanifah.
ada lagi menurut riwayat lain beliau bergelar Abu Hanifah, karena begitu taatnya beliau
beribadah kepada Allah SWT, yaitu berasal dari bahasa Arab Hanif yang berarti condong
atau cenderung kepada yang benar. menurut riwayat lain pula, beliau diberi gelar Abu
Hanifah, karena beliau dekat dan eratnya berteman dengan tinta. Hanifah menurut bahasa
Irak adalah tinta.
Mazhab abu Hanifah adalah gambaran yang hidup dan jelas bagi relevansi Hukum
Islam dengan tuntutan masyarakat, beliau mendasarkan hukumnya pada :
a. Al-Qur’an: Alqur’an merupakan sumber pokok hukum islam sampai akhir zaman.
b. Hadits: Hadits merupakan penjelas dari pada Al-Qur’an yang asih bersifat umum.
c. Aqwalus shahabah (Ucapan Para Sahabat): ucapan para sahbat menurut Imam hanafi itu
sangat penting karena menurut beliau para sahabat meupakan pembawa ajaran rasul setelah
generasinya.
d. Qiyas: beliau akan menggunakan Qiyas apa bila tidak ditemukan dalam Nash Al-Qur’an,
Hadits, maupun Aqwalus shahabah. Istihsan: merupakan kelanjutan dari Qiyas. Epnggunaan
Ar-Ra’yu lebih menonjol lagi,istihsan menurut bahasa adalah “menganggap lebih baik”,
menurut ulama Ushul Fiqh Istihsan adalah meninggalkan ketentuan Qiyas yang jelas Illatnya
untuk mengamalkan Qiyas yang bersifat samar.
e. Urf, beliaua mengambil yang sudah diyakini dan dipercayai dan lari dalam kebutuhan srta
memeperhatikan muamalh manusia dan apa yang mendatangkan maslahat bagi mereka.
Beliau menggunakan segala urusan (bila tidak ditemukan dalam Al-Qur’an ,As-Sunnah dan
Ijma’ atau Qiyas ), beliau akan menggunakan Istihsan, jika tidak bisa digunakan dengan
istihsan maka beliau kembalikan kepada Urf manusia.
Selain itu, dasar dasar ilmu hukum tersebut ada pula berapa pendirian terhadap taqlik
yaitu Sebagai seorang ulama, beliau tidak membenarkan seorang bertaklid buta (tidak
mengetahui dasar/dalil yang digunakan). Begitu juga kepada para Ulama beliau
menginginkan seorang bersikap kritis dalam menerima fatwa dalam ajaran agama. Bahakan
beliau pernah berkata “Tidak Halal bagi seorang yang ating fatwa dengan perkataanku,
selam ia belum mengerti dari mana perkataanku”.
Dalam mengistinbathkan hukum, beliau melihat terlebih dahulu kepada kitabullah,
bila tifdak ditemukan dilanjutkan kepada sunnah jika tidak ditemukan pula dalam sunnah
beliau melihat kepada perkataan para sahabat, lalu beliau menggunakan jalan pikiran untuk
mengambil pendapat mana yang sesuai dengan jala pikiran dan ditiggal mana yang tidak
sesuai.
Karya-karya Imam Hanafi
a. Al-Fiqh Al-Akhbar
b. Al Fiqh Al-Ausath
c. Al-‘Alim wa Muta’alim ar-Risalah
d. Al-Atsar
e. Al-Mabsuth
f. Az-Ziyadat
g. Al-Jami’Al-Kabir
h. As-Sair Al-Kabir
i. Al-Jami’ Asa-Shaghir
j. As-Shair Ash-Shaghir

B. Biografi Imam Maliki


Abu Abdullah, Malik bin Anas bin Malik bin Amr al-Asbahi lahir di Madinah pada
tahun 93 H (714 M). Rumah leluhurnya itu di Yaman, namun kakeknya menetap di Madinah
setelah memeluk Islam.
Sebenarnya terdapat perbedaan pendapat tentang kelahirannya, tetapi pendapat yang
paling kuat adalah apa yang disebutkan oleh Imam yahya bin Bakir bahwa beliau mendengar
imam malik berkata: “aku dilahirkan pada 93 H".
Lahir dalam keluarga berada, Imam Malik tidak perlu bekerja untuk mencari nafkah.
Dia sangat tertarik untuk mempelajari Islam, dan akhirnya mengabdikan seluruh hidupnya
untuk mempelajari Fiqh. Imam Malik menerima pendidikan dalam kota yang paling penting
dari pembelajaran Islam, Madinah, dan tinggal di mana keturunan langsung dan pengikut
para sahabat Nabi, sallallahu alayhi wasallam, tinggal.
Dikatakan bahwa Imam Malik mencari lebih dari tiga ratus Tabi'een atau mereka yang
melihat dan mengikuti para sahabat Nabi, sallallahu alayhi wasallam. Imam Malik memegang
hadits Nabi, sallallahu alayhi wasallam, dalam penghormatan sedemikian rupa sehingga dia
tidak pernah diriwayatkan, mengajarkan hadits apapun atau memberi fatwa tanpa terlebih
dahulu bersuci. Ismael bin abi Uwaiss berkata, "Aku bertanya pamanku Imam Malik -
tentang sesuatu. Dia mempersilakan saya duduk, kemudian berwudhu, lalu berkata, 'Laa
Hawla wala quwata illa billah. "Dia tidak memberikan fatwa apapun tanpa mengucapkan kata
tersebut terlebih dahulu."
Juga, Imam Malik melihat fatwa sebagai, tindakan yang tepat, dan penting sensitif
yang dapat memiliki hasil yang jauh ke depan, dan dia sangat berhati-hati memberikan fatwa,
jika ia tidak yakin tentang suatu hal, ia tidak akan berani bicara . Al-Haytham berkata, "Saya
pernah bersama Imam Malik ketika ditanya lebih dari empat puluh pertanyaan dan aku
mendengar dia menjawab," Aku tidak tahu, 'tiga puluh dua dari mereka. "
Namun, ia adalah orang tentang siapa asy-Syafi'ee berkata, "Ketika ulama disebutkan,
Malik adalah seperti bintang di antara mereka." Malik mengatakan bahwa ia tidak duduk
untuk memberikan fatwa, sebelum tujuh puluh ulama Madinah pertama bersaksi
kompetensinya dalam melakukannya. Imam Malik menjadi Imam di Madinah, dan salah satu
Imam yang paling terkenal dari Islam.
Adapun sumber hukum Imam Malik dalam menetapkan hukum Islam adalah
berpegang pada:
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma’ Ahl al-Madinah
d. Fatwa Sahabat
e. Khabar Ahad dan Qiyas
f. Al-Istihsan
g. Al-Mashlahah Al-Mursalah
h. Sadd Al-Zara’i
i. Istishhab
j. Syar’u Man Qablana

Metode Fiqh Madzhab Maliki


Metode fiqhnya diambil berdasarkan:
1. Nashul Kitab (ayat Al Qur’an yang jelas artinya, yang tidak dapat dipalingkan artinya
kepada arti yang lain)
2. Dzaahirul Kitab (umum, ayat Al Qur’an yang jelas artinya, yang tidak dapat dipalingkan
artinya kepada arti yang lain)
3. Dalilul Kitab (mafhum mukholafah dari suatu ayat Al Qur’an)
4. Mafhum muwafaqah dari suatu ayat Al Qur’an
5. Tanbihul Kitab, terhadap illat (sesuatu yang menjadi tujuan ditetapkannya hukum,
dengan kata lain ‘illat merupakan pemicu/dasar/latar belakang disyari’atkannya hukum)
6. Nash-nash Sunnah (matan hadist yang jelas artinya yang tidak dapat dipalingkan artinya
kepada arti yang lain)
7. Dzahirus Sunnah (matan hadits yang dapat ditakwilkan artinya, pemalingan suatu lafadz
dari maknanya yang dzahir kepada maknanya yang lain karena adanya dalil yang
menunjukkan bahwa makna itulaah yang dikehendaki oleh lafadz tersebut.)
8. Dalilus Sunnah (mafhum mukholafah dari suatu matan hadits, pengertian yang dipahami
berbeda daripada ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun Nafi (meniadakkan))
9. Mafhum Sunnah (mafhum muwafaqoh dari suatu matan hadits,
10. Tanbihus Sunnah
11. Ijma’
12. Qiyas, selama beliau tidak menemukan hadist (meskipun mursal) atau tidak
menemukan fatwa sahabat Nabi SAW
13. Amalu Ahlil Madinah, praktek hukum dari suatu masalah yang dilakukan oleh ulama’
madinah
14. Qaul Shahabi, pendapat atau fatwa para shahabat nabi SAW, tentang suatu kasus yang
belum dijelaskan hukumnya secara tegas didalam al-quran dan sunnah
15. Istihsan
16. Muraa’atul Khilaaf
17. Saddud Dzaraa’i
C. Biografi Imam Syafi’i
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Syafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-
Syafi`i (bahasa Arab: ‫ )محمد بن إدريس الشافعي‬yang akrab dipanggil Imam Syafi'i lahir di Gaza,
Palestina, 150 H / 767 dan wafat di Fusthat, Mesir 204H / 819M. Beliau adalah seorang mufti
besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari
Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara
dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar
bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju
Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720
hadis pilihan juga beliau hafal dengan lancar hanya dalam waktu 9 hari saja, Imam Syafi’i
juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun,
kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga
mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya
inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi
mufti kota Mekkah.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar
saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-
murid Imam Hanafi di sana.

Karya Tulis Imam Syafi'i :


1. Kitab al-Risalah, tentang ushul fiqh.
2. Kitab al-Umm, sebuah kitab fiqh yang didalamnya dihubungkan pula sejumlah kitabnya.
3. Kitab al-Musnad, berisi hadist-hadist yang terdapat dalam kitab al Umm yang dilengkapi
dengan sanad-sanadnya.
4. Al-Imla’
5. Al-Amaliy.
6. Harmalah (dinisbahkan pada muridnya yang bernama Harmalah ibn Yahya).
7. Mukhtashar al-Muzaniy (dinisbahkan kepada Imam Syafi’i).
8. Mukhtashar al-Buwaithiy (dinisbahkan kepada Imam Syafi’i).
9. Kitab Ikhtilaf al-Hadist (penjelasan Imam Syafi’i tentang hadist-hadist Nabi SAW).

Secara sederhana, dalil-dalil hukum yang digunakan Imam Syafi’i dalam Istinbāţ
hukum, antara lain :
1. Alquran dan sunnah
2. Ijmak
3. Menggunakan al-Qiyas dan at-Takhyir bila menghadapi ikhtilaf.
Sedangkan manhaj atau langkah-langkah ijtihad Imam Syafi’i, seperti yang dikutip
DR. Jaih Mubarok dari Ahmad Amin dalam kitabnya Duha al-Islam, yaitu sebagai berikut :
rujukan pokok adalah Alquran dan sunnah. Apabila suatu persoalan tidak diatur dalam
Alquran dan sunnah, hukumnya ditentukan dengan qiyas. Sunnah digunakan apabila
sanadnya sahih. Ijmak diutamakan atas khabar mufrad. Makna yang diambil dari hadis adalah
makna zahir. Apabila suatu lafaz ihtimal (mengandung makna lain), maka makna zahir lebih
diutamakan.hadis munqati’ ditolak kecuali jalur Ibn Al-Musayyab. As-Asltidak boleh
diqiyaskan kepada al-asl. Kata “mengapa” dan “bagaimana” tidak boleh dipertanyakan
kepada Alquran dan sunnah, keduanya dipertanyakan hanya kepada al-Furu’
Menurut Rasyad Hasan Khalil, dalam istinbath hukum Imam Syafi’i menggunakan lima
sumber, yaitu:
1. Nash-nash
2. Ijmak
3. Pendapat para sahabat.
4. Qiyas.
5. Istidlal.

D. Biografi Imam Hambali


Pendiri Mazhab Hambali ialah Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal
Azzdahili Assyaibani. Beliau lahir di Bagdad pada tahun 164 H. dan wafat tahun 241 H.
Ahmad bin Hanbal adalah seorang imam yang banyak berkunjung ke berbagai negara untuk
mencari ilmu pengetahuan, antara lain Siria, Hijaz, Yaman, Kufah dan Basrsh. Dan beliau
dapat menghimpun sejumlah 40.000 hadis dalam kitab Musnadnya.
Corak pemikirannya tradisionalis, selain berdasarkan pada Al Quran, sunnah, dan
ijtihad, Beliau juga menggunakan hadits Mursal dan Qiyas jika terpaksa. Selain sebagai
seorang ahli hukum, beliau juga seorang ahli hadist. Karyanya yang terkenal adalah Musnad
Ahmad, kumpulan hadis-hadis Nabi SAW.
Mazhab Hambali merupakan mazhab fiqih dengan pengikut terkonsentrasi di wilayah
Teluk Persia dengan jumlah pengikut sebanyak 41 juta jiwa. Negara-negara dengan pengikut
terbanyak mazhab ini adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Beliau sangat hati-hati dalam melahirkan fatwa apabila tidak ada nas atau asar
sahabat. Kemungkinan besar karena sangat hati-hatinya beliau menjalankan fatwa itulah yang
menyebabkan lambatnya mazhab beliau tersiar di daerah-daerah yang jauh, apalagi murid-
murid beliau pun sangat berhati-hati pula. Mula-mula mazhab itu tersiar di Bagdad, kemudian
berangsur-angsur keluar ke daerah-daerah lain. Sekarang yang terbanyak pengikutnya ialah
Hijaz, apalagi sesudah Raja Ibnu Sa’ud menetapkan bahwa mazhab Hanbali menjadi mazhab
resmi bagi pemerintah Saudi Arabia. Di mesir tidak tampak mazhab ini kecuali pada abad ke-
7 H. Hingga sekarang tidak banyak rakyat Mesir yang mengikuti mazhab ini.

Adapun sumber hukum dan metode istinbath Imam Ahmad ibn Hanbal dalam
menetapkan hukum adalah:
1. Nash dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih.
Apabila beliau telah mendapati suatu nash dari Al-Qur’an dan dari Sunnah Rasul
yang shahihah, maka beliau dalam menetapkan hukum adalah dengan nash itu.
2. Fatwa para sahabat Nabi SAW
Apabila ia tidak mendapatkan suatu nash yang jelas, baik dari Al-Qur’an maupun
dari hadits shahih, maka ia menggunakan fatwa-fatwa dari para sahabat Nabi yang tidak
ada perselisihan di kalangan mereka. Apabila terdapat perbedaan di antara fatwa para
sahabat, maka Imam Ahmad ibn Hanbal memilih pendapat yang lebih dekat kepada Al-
Qur’an dan Sunnah.
3. Hadits Mursal dan Hadits Dha’if
Apabila ia tidak menemukan dari tiga poin di atas, maka beliau menetapkan
hukum dengan hadits mursal dan hadits dha’if. Dalam pandangan Imam Ahmad ibn
Hanbal, hadits hanya dua kelompok yaitu, hadits shahih dan hadits dha’if.
4. Qiyas
Apabila Imam Ahmad ibn Hanbal tidak mendapatkan nash dari hadits mursal dan
hadits dha’if, maka ia menganalogikan / menggunakan qiyas. Qiyas adalah dalil yang
digunakan dalam keadaan dharurat (terpaksa)
5. Sadd al-dzara’I, yaitu melakukan tindakan preventif terhadap hal-hal yang negatif.
Daerah yang Menganut Mazhab Hambali

Kitab-Kitab Imam Hambali


Kitab-kitab Imam Hambali selain seorang ahli mengajar dan ahli mendidik, ia juga`seorang
pengarang. Beliau mempunyai beberapa kitab yang telah disusun dan direncanakannya, yang
isinya sangat berharga bagi masyarakat umat yang hidup sesudahnya. Di antara kitab-
kitabnya adalah sebagai berikut:
1. Kitab Al-Musnad.
2. Kitab Tafsir al-Qur’an.
3. Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh.
4. Kitab al-Muqqodam wa al-Muakhkar fi al-Qur’an.
5. Kitab Jawabul al-Qur’an
6. Kitab al-Tarikh
7. Kitab Manasiku al-Kabir
8. Kitab Manasiku al-Shagir
9. Kitab Tha’atu al-Rasul
10. Kitab al-‘illah
11. Kitab al-Shalah

Ada beberapa ulama yang mengikuti jejak langkah Imam Ahmad yang menyebarkan
mazhab Hambali, diantaranya :
1. Muwaquddin Ibnu Qudaamah al Maqdisi yang mengarang kitab Al Mughni.
2. Syamsuddin Ibnu Qudaamah al Maqdisi pengarang Assyarhul Kabiir.
3. Syaikhul Islam Taqiuddin Ahmad Ibnu Taimiyah pengarang kitab terkenal Al
Fataawa.
4. Ibnul Qaiyim al Jauziyah pengarang kitab I’laamul Muwaaqi’in dan Atturuqul
Hukmiyyah fis Siyaasatis Syar’iyyah.Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qaiyim adalah dua
tokoh yang membela dan mengembangkan mazhab Hambali.

Awal perkembangannya, mazhab Hambali berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir


dalam waktu yang sangat lama. Pada abad XII mazhab Hambali berkembang terutama
pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz As Su’udi. Dan masa sekarang ini menjadi
mazhab resmi pemerintahan Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh
Jazirah Arab, Palestina, Siria dan Irak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendiri mazhab Hanafi ialah : Nu’man bin Tsabit bin Zautha. Seorang keturunan
bangsa Ajam dari Persia. Dilahirkan pada masa sahabat, yaitu pada tahun 80 H = 699 M.
Beliau wafat pada tahun 150 H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi’i R.A. Beliau lebih
dikenal dengan sebutan : Abu Hanifah An Nu’man.Abu Hanifah adalah seorang mujtahid
yang ahli ibadah.
Dikatakan bahwa Imam Malik mencari lebih dari tiga ratus Tabi'een atau mereka yang
melihat dan mengikuti para sahabat Nabi, sallallahu alayhi wasallam. Imam Malik memegang
hadits Nabi, sallallahu alayhi wasallam, dalam penghormatan sedemikian rupa sehingga dia
tidak pernah diriwayatkan, mengajarkan hadits apapun atau memberi fatwa tanpa terlebih
dahulu bersuci. Ismael bin abi Uwaiss berkata, "Aku bertanya pamanku Imam Malik -
tentang sesuatu. Dia mempersilakan saya duduk, kemudian berwudhu, lalu berkata, 'Laa
Hawla wala quwata illa billah. "Dia tidak memberikan fatwa apapun tanpa mengucapkan kata
tersebut terlebih dahulu."
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Syafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i
(bahasa Arab: ‫افعي‬dd‫د بن إدريس الش‬dd‫ )محم‬yang akrab dipanggil Imam Syafi'i lahir di Gaza,
Palestina, 150 H / 767 dan wafat di Fusthat, Mesir 204H / 819M. Beliau adalah seorang mufti
besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari
Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara
dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Pendiri Mazhab Hambali ialah Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal
Azzdahili Assyaibani. Beliau lahir di Bagdad pada tahun 164 H. dan wafat tahun 241 H.
Ahmad bin Hanbal adalah seorang imam yang banyak berkunjung ke berbagai negara untuk
mencari ilmu pengetahuan, antara lain Siria, Hijaz, Yaman, Kufah dan Basrsh. Dan beliau
dapat menghimpun sejumlah 40.000 hadis dalam kitab Musnadnya.

B. Kritik dan Saran


Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan kita tentang
biografi 4 mazhab ulama fiqh yang terkenal di umat Islam. Penulis menyadari sebagai
manusia biasa penulis tidaklah sempurna. Tentu makalah ini masih ada kurangnya. Oleh
karena itu penulis minta kritik dan saran yang membangun kepada para pembaca. Agar
makalah berikutnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, T. M. Hasbi, Prof. Dr. 1980. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Hanafi, Ahmad, MA. 1995. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Yanggo, Huzaemah Tahido, Dr. 1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos.
Haswir, MAg. dan Muhammad Nurwahid, MAg. 2006. Perbandingan Mazhab, Realitas
Pergulatan Pemikiran Ulama Fiqih. Pekanbaru: Alaf Riau.
M. Zein, Satria Effendi, Prof. Dr. H. MA. 2005. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana.

Mubarok, Jaih, Dr. 2002. Modifikasi Hukum Islam: Studi Tentang Qawl Qadim dan Qawl
Jadid. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai