Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR PERBANDINGAN MADZHAB

(Metode Istinbat Hukum Mazhab Hanafi)

Makalah
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Perbandingan Mazhab

Dosen Pengampu
Zulkifli S.Ag.M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nuratiah Ruslan

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


JURUSAN SYARIAH & EKON OMI BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafatanya Rasulullah saw persoalan umat semakin


berkembang dan tidak mungkin semuanya ada dalam al-Qur'an dan
sunnah,jauh-jauh hari Rasulullah telah memberikan contoh melalui
pembicaraannya dengan Muaz bin Jabal,bahwa penyelesaian persoalan
umat itu berpedoman kepada al-Qur'an dan sunnah,kalau tidak ditemukan
solusinya maka diselesaikan melalui ijtihad yang tentu saja tidak boleh
bertentangan dengan kedua sumber utama tersebut.
Dengan berpedoman kepada pesan ini,para sahabat dan tabi'in kemudian
berijtihad,disaat mereka tidak menemukan dalil dari al-Qur'an atau sunnah
yang secara tegas mengatur suatu persoalan.Ijtihad para sahabat dan
tabi'in inilah kemudian yang melahirkan fiqih.
Mazhab Hanafi didirikan oleh Abu Hanifah yang nama lengkapnya al-
Nu'man ibn Tsabit bin Zuthi (80-150 H) .Ia dilahirkan di kufah,beliau lahir
pada zaman dinasti umayyah tepatnya pada zaman kekuasaan Abdul
malik ibn Marwan.Mazhab hanafi merupakan mazhab yang pertama dari
empat mazhab utama fiqih.Beliau diberi gelar Abu Hanifah,karena di
antara putranya ada yang bernama Hanifah, riwayat lain mengatakan
karna begitu taatnya beliau beribadah kepada Allah,yaitu berasal dari
bahasa Arab Hanif yang berarti condong atau cenderung kepada yang
benar.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi dasar-dasar dalam metode mazhab hanafi ?

2. Bagaimana Sejarah lahirnya mazhab hanafi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah
An-Nu'man bin Tsabit bin Zutha atau yang lebih dikenal Abu Hanifah
adalah seorang ulama pendiri mazhab Hanafi.Lahir di kota Kufah, irak
pada tahun 80 H bertepatan dengan tahun 699 M,wafat di Baghdad
pada 150 H atau tahun 767 M.Tanah kufah menjadi tempat tinggal
terlama bagi Abu Hanifah.Dulunya Abu hanifah adalah seorang
pedangang.Hari-harinya selalu habiskan di pasar membantu sang ayah
berjualan sutra.Setelah sekian lama menjadi pedagang Abu hanifah
akhirnya berpindah ke dunia intelektual atas saran ulama bernama as-
Sya'bi.Kesehariannya sibuk dengan mengaji,menghadiri halakah dari
para ulama di Kufah.Abu hanifah mengambil hadist dari Imam 'Atha'
bin Abi Rabah,Imam Nafi',Imam Qatadah,dan Syekh Hammad bin Abi
Sulaiman.Dari syekh Hammad inilah,Beliau belajar fiqih secara
mendalam dengan transmisi keilmuan yang sampai pada
Rasulullah.Sebab,gurunya itu merupakan murid Ibrahim al-Nakha'i dan
al-Sya'bi yang keduanya adalah murid ulama besar Imam al-
Qadhli.Mereka semua belajar fiqih kepada Abdullah bin Mas'ud dan
Imam Ali bin Abi Thalib gerbang keilmuan baginda Nabi.
Abu hanifah mulai menuntut ilmu dan yang pertama dipelajarinya
adalah ilmu kalam dan mengadakan diskusi dengan ulama-ulama yang
beraliran ilmu kalam,seperti orang yang beraliran
mu'tazilah,Syi'ah,Khawarij dan Muturidiyah.Abu hanifah tidak segan-
segan mencurahkan tenaga, fikiran dan bahkan harta bendanya untuk
membiayai keperluan berdiskusi.Setelah mendalami ilmu kalam
barulah ia mempelajari ilmu fiqih.Abu hanifah mulai menjadi guru sejak
tahun 120 Hijriyah.
Dalam mengajar Abu hanifah menggunakan metode yang ada

2
didalam al-Qur'an dengan sungguh-sungguh meyakininya,maka
muncullah murid-murid Abu Hanifah yang kenamaan seperti Imam
Syafi'i.Imam Abu Hanifah tidak meninggalkan karya secara khusus
berupa kitab fiqih,namun ilmu yang dimilikinya tidak terkubur
bersamanya,melainkan berkembang dan tersebar ke seluruh
dunia,berkat usaha murid-muridnya yang mengembangkan
ajarannya.Pengikutnya tersebar di berbagai Negara seperti
Algeria,Tunisia,Tripoli,sebagian Mesir,Irak,Turki,Asia Tengah, Pakistan,
India, Turkistan, Syiria dan Libanon.

B. Metode Istinbath Hukum Mazhab Abu Hanifah


Imam Abu Hanifah merupakan orang pertama yang menggagas
fiqih perkiraan (prediksi),dengan memaparkan masalah-masalah yang
belum terjadi pada masa selanjutnya dan menjelaskan hukum-
hukumnya dengan harapan apabila kasusnya terjadi maka hukumnya
telah ada,sehinggah ilmu fiqih bertambah luas dan
berkembang.Mazhab Abu Hanifah mendasarkan Mazhabnya pada al-
Qur'an,sunnah,ijma,qiyas dan istihsan.Hal ini berdasarkan pernyataan
Imam Abu Hanifah sendiri yang berbunyi :
"Dalam menetapkan hukum suatu peristiwa atau suatu
permasalahan saya mengambil kepada kitab Allah,jika saya tidak
temukan didalamnya,maka saya ambil sunnah Rasulullah.Jika saya
tidak temukan didalam kitab Allah dan sunnah Rasulullah,maka saya
mengambil satu diantaranya pendapat sahabat dan saya tidak
berpindah-pindah kepada pendapat sahabat yang lain.Adapun apabila
telah sampai urusan itu,atau telah datang kepada Ibrahim,asy-
Sya'bi,Ibnu Sirin, al-Hasan,'Atha,Sa'id dan Abu Hanifah dan menyebut
beberapa orang lagi,maka mereka itu orang-orang yang telah
berijtihad,karena itu sayapun berijtihad sebagaimana mereka berijtihad."

3
Di bagian akhir ungkapan Abu Hanifah,dapat disimpulkan bahwa
beliau menggunakan ijtihad dan pikiran,serta bagaimana pula
penggunaan pikiran untuk membuat perbandingan diantara pendapat-
pendapat dan memilih salah satu dari pendapat yang paling kuat.Cara
beliau berijtihad dengan menggunakan pikiran terlihat dari bagaimana
beliau meposisikan al-Qur'an, sunnah,ijma,qiyas dan istihsan.
Selain itu Hasbi ash-Shiddiqy menguraikan dasar pegangan Imam
Hanafi adalah sebagai berikut: "Pendirian Abu Hanifah dan
Hanafiyyah,ialah mengambil dari orang kepercayaan dan lari dari
keburukan,memperhatikan muamalah manusia dan apa yang telah
mendatangkan maslahat bagi urusan mereka.Beliau menjalankan
urusan atas qiyas,apabila qiyas tidak baik dilakukan maka beliau
melakukan atas istihsan selama dapat dilakukannya.Apabila tidak dapat
dilakukannya,beliau kembali kepada 'urf masyarakat.Dan mengamalkan
hadits terkenal yang telah di ijma'kan ulama,kemudian beliau
mengqiyaskan sesutau kepada hadits itu selama qiyas masih dapat
dilakukan.Kemudian kembali kepada istihsan,mana diantara keduanya
yang lebih tepat.
Abu Hanifah banyak menetapkan hukum dengan istihsan,ketika
menetapkan suatu hukum Abu Hanifah mengatakan "astahsin" artinya
saya menganggap baik.Penetapan hukum dengan istihsan ini kemudian
diikuti oleh para sahabat dan pengikutnya.Contoh penggunaan istihsan
yang disabdakan oleh Nabi saw : "Tidaklah seorang hakim mengadili
(suatu perkara) dalam keadaan marah,Nash ini secara literal melarang
pelaksanaan pengadilan dalam keadaan marah,tetapi sebenarnya
mengandung hal-hal yang lebih jauh.Misalnya,tidak boleh melakukan
pengadilan ketika dalam keadaan takut,lapar atau karna pikiran tidak
tenang.Sebab yang dapat dipahami dari nash tadi bukan "marahnya"
tetapi "ketidaktenangan" pikiran sehingga seorang hakim tidak dapat

4
menegakkan keadilan dari pengadilan tadi.
Adapun sebagai dasar yang beliau jadikan dalam mentapkan suatu
hukum diantaranya ialah:
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an ialah sumber hukum utama agama Islam yang memberi
sinar pembentukan hukum Islam itu sendiri hingga akhir zaman.
Segala permasalahan hukum syar‟I merujuk pada al-Qur‟an atau
pada kandungannya.Imam Hanafi memiliki prinsip bahwa Al-Qur‟an
ialah sumber dari seluruh ketentuan syari‟ah. Al-Qur‟an
menjelaskanberbagai ketentuan syari‟ah baik itu setentuan yang
secara langsung dapat dipahami oprasionalnya, maupun yang
memerlukan penjelasan lebih lanjut dari Hadits. Al-Qur‟an sebagai
sumber hukum memiliki peran juga sebagai hukum asal yang
dijadikan rujukan dalam proses kajian analogis, atau legislasi
terhadap berbagai metode kajian hukum yang dirumuskan oleh
para mujtahid.
b. Hadits
Sumber hukum yang kedua yang dipakai oleh imam Hanafi setelah
al-Qur‟an ialah Hadits, ialah segala sesuatu yang datang dari nabi
Muhammad SAW selain dari Al-Qur‟an baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun penetapan yang berkenaan dengan hukum
syara‟.

Dari segi periwayatannya, jumhur ulama ushul fiqh membagi Hadist


menjadi mutawatir dan ahad. Mutawatir sendiri ialah apabila hadits itu
diriwayatkan secara bersambung oleh banyak orang, dan tidak mungkin
mereka sepakat secara berdusta, dan sedangkan ahad ialah hadits
uang diriwayatkan oleh beberapa orang saja yang tidak sampai
sederajat mutawatir.

5
c. Ijma’
Ijma’ merupakan kesepakatan seluruh mujtahid dari pada kaum
Muslimin pada waktu setelah wafatnya Rasulullah SAW, atas
sesuatu hukum syara‟ dalam suatu kasus tertentu. Terdapat dua
macam ijma’ yakni:
i. Ijma’ Sharih yaitu ijma‟ dengan tegas, dimana persetujuan
dinyatakan baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.
ii. Ijma’ Sukuti yaitu ijma‟ yang dengan tegas
persetujuandinyatakan oleh sebagian mujtahid, sedangkan
sebagaian lainnya diam, tidak adanya kejelasan apakah
mereka menyetujuinya ataupun menentangnya. Ijma’ sharih
merupakan hujjah menurut jumhur ulama. Sedangkan ijma’
sukuti hanya ulama-ulama hanafiyah saja yang
menganggapnya hujjah, karena dalam hal ini menurut
pendapat ulama hanafiyah diamnya seorang mujtahid
dianggap meneyetujui apabila masalahnya telah
dikemukakan kepadanyadan telah diberi waktu untuk
membahas dan diamnya dalam hal ini bukan karena takut.
d. Qoul sahabat
Sahabat menurut jumhur ulama ushul ialah mereka yang bertemu
dengan nabi Muhammad SAW dan beriman kepadanya, serta
senantiasa bersama dengan nabi Muhammad SAW selama masa
yang cukup lama, seperti khulafaur rasyidin, ummahatul mu‟minin,
ibnu mas‟ud, ibnu abas, ibnu umar, ibnu al-asy, dan zaid bin jabal.
e. Qiyas
Qiyas menurut ulama ushul fiqh ialah menerangkan hukum sesuatu
yang tidak terdapat nashnya dalam Al-Qur‟an dan hadits kemudian
menimbang dengan membandingkan sesuatu yang sudah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.Adapun penjelasan lain

6
tentang qiyas yakni qiyas sendiri memiliki makna asli yaitu
mengukur atau membandingkan atau menimbang dengan
membandingkan sesuatu. Adapun secara istilah qiyas ini
merupakan sebuah metode menentukan suatu hukum berdasarkan
hukum yang sudah ada karena adanya persamaan illat.
Imam Hanafi menggunakan qiyas apabila dalam al-Qur‟an dan
hadits tidak dinyatakan secara tegas atau gamblang tentang
ketentuan hukum untuk persoalan-persoalan yang tengah
dihadapinya. Imam Hanafi mengaplikasikan qiyas dengan cara
menghubungkan persoalan-persolan (furu‟) tersebut kepada
sesuatu yang telah ditetapkan hukumnya oleh nash, dengan melihat
kesamaan illat, maka hukum furu’ sama dengan hukum ashal.
f. Ishtihsan
Kata ishtihsan merupakakan bentuk masdar yang memilikin arti
menganggap baik sesuatu atau bisa juga diartikan memegang
secara teguh sesuatu yang baik serta menolak sesuatu yang
bertentangan darinya. Sedangkan dalam istilah, istihsan ialah
berpalinf dari dalil syari‟at yang sudah ditetapkan atas suatu
peristiwa atau perilaku menuju ke hukum yang lainnya.
Imam Hanafi banyak menetapkan hukum dengan ishtihsan, tetapi
tidak pernah menjelskan pengerian dan rumusan dari ishtihsan
yang dilakukiannya tersebut. Maka banyak orang yang berpendapat
bahwa ia hanya menetapkan hukum menurut keinginannya saja
tanpa memakai metode.
Sebagaimana ulama hanafiyah menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan ishtihsan ialah qiyas yang wajib beramal dengannya, karena
illatnya didasarkan pada pengaruh hukumnya, illat yang memiliki
pengaruh hukum yang lemah mereka menamakannya dengan qiyas
dan mempunyai pengaruh hukum yang kuat dinamakan dengan

7
ishtihsan. Ihtishan ini seolah-olah suatu cara beramal dengan salah
satu qiyas yang paling kuat dan ini disimpulkan dari permasalahan-
permasalahan yang ada dalam ishtihsan menurut ketentuan-
ketentuan fiqh mereka.Adapun menurut istilah yang di definisikan
oleh Abdullah Wahhab Khalaf, ishtihsan ialah “berpindahnya
seorang mujtahid dari qiyas jail (jelas), kepada qiyas Khafi (samar)
atau dari hukum kulli (umum) kepada hukum juz’I (pengecualian)
dikarenakan adanya dalil yang membenarkan
Ada beberapa karakteristik yang dijadikan pegangan oleh Imam
Abu Hanifah dalam membangun mazhabnya,diantaranya adalah :
1. Menjaga hak-hak fakir miskin.Contoh : Ketentuan wajib zakat pada
pakaian yang terbuat dari emas dan perak,serta tidak diwajibkan
zakat pada orang yang mempunyai hutang.
2. Kemudahan dalam beribadah dan dalam pekerjaan sehari-
hari.Contohnya adalah hukum menghadap kiblat : ketika di malam
gelap atau pada saat susah ketika menentukan arah
kiblat.Seseorang yang shalat dalam kondisi demikian,kemudian dia
sholat sesuai keyakinannya,maka hukum shalatnya sah sekalipun
ternyata ia tidak menghadap kiblat.Dengan syarat dia sudah
berusaha mencari kiblat.
3. Memelihara kehormatan dan perikemanusiaan.Contohnya : bagi
anak-anak perempuan yang sudah mencapai umur untuk mencari
pasangan hidup tanpa ada paksaan dari wali.Perkawinan yang
dilakukan secara paksa terhadap anak perempuan,hukumnya tidak
sah jika ia menolak perkawinan tersebut.
4. Memberikan kuasa penuh kepada pemerintah dan pemimpin-
pemimpin negara.Contoh :Pemerintah,kerajaan atau pemimpin
negara berhak mengendalikan kekayaan negara seperti tanah dan
sebagainya untuk kepentingan umum.

8
5. Mengakui peradaban hidup manusia.Contohnya : Orang yang
menerima wasiat hendaknya menjaga harta anak yatim dan
menjalankan perniagaan dengan harta anak yatim tersebut sesuai
prinsip amanah

C. Kelebihan dan Kekurangan Metode


Istihsan adalah salah metode berpikir dalam menggali dalil-dalil
untuk menentukan kepastian hukum yang belum tertulis dalam Al-
Qur'an dan hadits.Istihsan bersifat responsif terhadap problematika
kehidupan sosial,serta selaras dengan kebutuhan manusia.

1. Kelebihan metode istihsan


a. Istihsan bersifat responsif,karena istihsan
menciptakan,menetapkan hukum baru yang diorientasikan dengan
nilai-nilai intifaiyah (urgensitas) seperti pembolehan mengambil
upah,bayaran bagi pengguna kamar mandi.Sebab tanpa ada uang
ganti,untuk kebersihannya memerlukan biaya.
b. Istihsan bersifat progresif contohnya : Akad salam adalah akad jual
beli yang barangnya belum berwujud,hanya pemesan memberikan
karakter barang yang dipesan.Ini tidak boleh dalam hukum qiyas
tetapi dalam istihsan dibolehkan.Bolehnya menurut istihsan karena
hidup di zaman sekarang telah berubah,seiring dengan zaman juga
gaya hidup manusia atau disebut budaya juga telah berubah.
Istihsan dilandasi dengan nilai-nilai kebaikan,suatu kebaikannya
dapat diterima oleh akal bilamana perbuatan,atau keputusan itu
mengandung nilai manfaat (kebaikan) baik diri atau orang lain,serta
kebaikan menurut agama.

2. Kekurangan metode istihsan

9
Karena Imam Abu Hanifah tidak mencantumkan konsep dasar yang
terperinci,dan batasan-batasan bagi pengguna istihsan, maka
istihsan dapat mengalami kelemahan.
a. Kelemahan pada konsepsi dasar
Konsepsi al-Qur'an,pada ayat al-Qur'an yang diambil dasar hukum
istihsan bukan kalimat perintah berbuat ihsan,tetapi ayat yang
menerangkan tentang orang yang mengikuti ucapan yang baik
maka akan menjadi baik. (Az-Zumar [8]:55).Seharusnya al-Qashah :
77 juga ditempatkan sebagai dasar berbuat ihsan arau istihsan.
b. Tidak ada batasan bagi otoritas pengguna hadits
Istihsan berangkat dari dunia akliyah mulai dari pemikiran-
pemikiran yang dalam dan perenungan.Maka istihsan hanya boleh
digunakan oleh orang yang berilmu dan sholeh.Jika istihsan
dilakukan oleh orang yang berilmu maka istihsan bisa tetap eksis
sebagai hukum yang mampu beradaptasi dengan segala ruang dan
waktu.Karena istihsan dapat merespon problematika kehidupan
dan bergerak kedepan (progresif).Namun demikian istihsan tidak
melalui penjelasan detail baik dari segi konsepsi dasar dan batasan
otoritas pengguna istihsan,karena inilah istihsan dianggap
mempunyai kelemahan.

D. Komentar Ulama Terhadap Metode Istinbat Hukum Mazhab


Hanafi
Metode Imam Abu Hanifah dalam mengajar yaitu menyampaikan
permasalahan kepada muridnya,menanyakan pendapat masing-masing
kepada mereka dan mendiskusikan,maka apabila sepakat kepada suatu
pendapat maka langsung ditulis oleh murid beliau.Abu Hanifah terkenal
dengan metode musyawarah berbeda dengan metode Imam Malik
dimana beliau hanya menyampaikan beberapa permasalahan dan

10
hukum-hukumnya kepada muridnya.
1. Kelompok mazhab maliki mengatakan bahwa istihsan termasuk
metode yang memprioritaskan maslahah daripada qiyas.Artinya,jika
terjadi suatu pertentangan antara maslahah dan qiyas,maka
maslahah lah yang harus didahulukan.
2. Kelompok mazhab Hambali merumuskan istihsan sebenarnya
didasarkan pada tiga pemikiran 1) penyimpangan atas suatu
ketentuan hukum yang semestinya diberlakukan karena adanya
dalil dari nash yang khusus, 2) sesuatu yang dipandang baik
berdasarkan pertimbangan mujtahid.3) Adanya sebuah dalil yang
dalam pandangan mujtahid tidak bisa dididebatkan.
Penilaian ulama terhadap Abu Hanifah diantaranya :
a. Yahya bin Ma'in berkata,"Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh,dia
tidak membicarakan hadits kecuali yang dia hafal dan tidak
membicarakan apa-apa yang tidak hafal".
b. Imam syafi'i berkata,"Barang siapa ingin mutabahir (memiliki ilmu
seluas lautan) dalam masalah fiqih hendaklah dia belajarkepada
Abu Hanifah.
c. Yahya bin Sa'id al-Qotthan berkata,"kami tidak mendustakan Allah
Swt,tidaklah kami mendengar pendapat yang lebih baik dari
pendapat Abu Hanifah,dan sungguh banyak mengambil
pendapatnya.
d. Abdullha ibn mubarok berkata "Aku datang ke kota kufah,aku
bertanya siapakah orang yang paling wara' di kota kufah? Maka
mereka penduduk kufah menjawab Abu Hanifah".Beliau berkata
"Apabila atsar telah diketahui,dan masih membutuhkan
pendapat,kemdian imam Malik berpendapat,Sufyan berpendapat
dan Abu Hanifah berpendapat maka yang paling bagus
pendapatnya adalah Abu Hanifah dan dia orang yang paling faqih

11
dari ketiganya".

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mengistinbatkan suatu hukum Imam Abu Hanifah dalam
suatu permasalahan menggunakan beberapa cara yang menjadi dasar
dalam mazhabnya.Adaoun metode yang digunakan oleh Imam Abu
Hanifah dalam menetapkan hukum adalah memakai dasar yaitu al-
Qur'an,Sunnah,Aqwalul Shahabah,Qiyas,Istihsan dan 'Urf.
Istihsan sebagai metode ijtihad yang dikembangkan oleh Imam
Hanafi mempunyai inti dalam penggalian hukum dengan berpindah
pada suatu hukum dnegan pertimbangan,alasan dan maslahah yang
lebih kuat.metode ini sering digunakan oleh Imam Abu Hanifah dan
Hanafiyah.

B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini , baik itu dari segi penulisan maupun bahasan yang kami
sajikan. Oleh karena itu, kami mohon diberikan sarannya agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan
kita dalam memahami bagaimana mazhab Imam Hanafi.

12
DAFTAR PUSTAKA

USHUL FIQH : Metode Ijtihad Hukum Islam / Agus Miswanto S. Ag. MA


Islam.nu.or.id // hikmah mengenal imam mazhab
Https://doi org./1033367//tribakati.
Https://metode istinbat hukum Imam Abu Hanifah
Man.1 sintang sch.id
IAIN Syekh Nurjati Cirebon

13

Anda mungkin juga menyukai