Anda di halaman 1dari 6

RESUME PEKAN 12

MAZHAB DALAM HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH

REASHIQAH DEINDHA PUTRI ARIEF DIMAS


B011201271
HUKUM ISLAM C

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
1. Sejarah Lahirnya Mazhab
Hukum Islam tumbuh dan mengalami perkembangan yang pesat pada periode ketiga dari
sejarah pertumbuhan hukum islam, yang ditandai dengan munculnya ahli-ahli Hukum Islam
kenamaan yang berpikiran bebas menyusun pendapatnya yang dikenal sebagai pendiri
mazhab, tetapi karena ada perbedaan pendapat maka timbullah berbagai mazhab. Perbedaan
pendapat tersebut muncul karena adanya perbedaan pendapat mengenai kedudukan sumber-
sumber hukum islam dan karena perbedaan pendapat mengenai pemahaman Bahasa dalam
nash-nash Al-Quran.

Istilah mazhab sendiri pada mulanya muncul dimasa sahabat, dimana masa itu telah
banyak dianut dan diikuti oleh umat islam. Mazhab yang ada saat itu seperti mazhab mazhab
Aisyah ra., mazhab Abdullah bin Umar, mazhab Abdullah bin Mas’ud dan lain-lain,
kemudian populer pada masa tabi’in (era setelah sahabat), dimana pada masa itu telah
dikenal beberapa aliran dari mazhab, misalnya mazhab aliran Madinah dan mazhab aliran
Kufah (Lihat Wahbah Az-zuhaely, 1989: 28).

Mazhab berkembang pada sekitar abad kedua sampai abad keempat hijriyah dikarenakan
waktu itu telah disepakati bahwa ada tiga puluh orang mujtahid yang telah mendewankan
mazhabnya. Perselihan dan perdebatan-perdebatan muncul dimasa sahabat dikarenakan
adanya perbedaan faham dan perbedaan nash yang mereka terima. Perbedaan penerimaan
tersebut karena pengetahuan mereka dalam soal hadis tidak bersamaan dan karena perbedaan
tentang maslahat yang menjadi dasar bagi penetapan hukum, dan juga karena berlainan
tempat. Sehingga, timbul perselisihan dalam hal uru’ walaupun mereka sepakat dalam hal
ushl (dasar).

Tteapi, seiring perkembangannya perbedaan pendapat yang tadinya terbatas hanya terkait
kecenderungan dan prinsip-prinsip Bahasa, menjadi meluas dan tidak lagi terbatas dan sudah
melampaui sebab-sebab yang lain, bahkan mengenai pokok bahasan. Sehingga, perselisihan
tidak terbatas lagi dalam masalah furu’iyah, tetapi terjadi pula dalam soal ushuliyah. Oleh
karena itu, timbul fatwa-fatwa yang menyebabkan para pemuka tasyrf’ pecah dalam beberapa
golongan atau aliran yang masing-masing mempunyai dasar aliran yang berbeda dengan
lainnya dan masing-masing mempunyai hukum furu’ yang di istinbathkan dari dasar-dasar
yang mereka yang yakini dan pegangi.

Setelah Rasulullah wafat, sebagian sahabat Rasul berpendapat bahwa khalifah harus
dipegang oleh Keluarga Rasul, walaupun juga memberikan bai’at (janji dan dukungan)
kepada Abu Bakar dan Umar. Sehingga, timbul perdebatan-perdebatan mengenai masalah
dibidang fiqh yang sudah dipengahuri oleh persoalan politik, misalnya dalam hal
pemerintahan. Adapun mazhab yang timbul karena persoalan politik seperti Syi’ah, Zaidiah
dan Iamiyah, Khawarij. Sedangkan, mazhab yang timbul karena persoalan teologi, yaitu
antara lain; Ahlusunnah wal jama’ah (sunni), Mu’tazilah, Murji’ah, Najariyah, Jabariyah,
Musyabbihah, dan Syi’ah serta
Khawarij termasuk juga di dalamnya, namun yang mengkhusus kepada persoalan fiqh yaitu
mazhab Sunni. Pada mulanya mazhab Sunni ini banyak jumlahnya, akan tetapi hanya empat
saja yang berkembang. Hal ini dikarenakan pengikutpengikut mazhab tersebut berkurang
bahkan hilang sama sekali. Sedangkan mazhab Sunni yang berkembang dan dianut oleh umat
Islam hingga saat ini, yaitu hanya mazhab yang empat yaitu, “Abu Hanifah, Malik, Syafi’i,
dan Ahmad bin Hambal” (dalam Musthafa Muhammad, 1976: 384).

Setelah Rasulullah wafat, lahirlah pula para pemikir Islam yang menekuni bidang hukum.
Mereka berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk menyumbangkan segala
keampuhan dan kemampuan demi kemajuan Islam. Dari hasil ijtihad itu mereka
menghasilkan buah pikiran yang pada akhirnya memiliki pengaruh sendiri-sendiri, sesuai
dengan bobot hasil ijtihadnya serta karakteristik yang mereka miliki. Pengaruh itu
adakalanya kecil. Adapun yang kecil lama-kelamaan hilang ditelan oleh keadaan. Dari jalan
pikiran yang ditempuh oleh para mujtahid itu maka lahirlah mazhab, yaitu jalan fikiran,
faham dan pendapat yang ditempuh
oleh seorang imam mujtahid di dalam menetapkan hukum Islam dari Alquran dan hadis.
Sudah berabad-abad lamanya, dunia Islam telah mengenal tokohtokoh mujtahid dan tokoh
imam mazhab, seperti imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali, yang kemudian populer
dengan sebutan empat imam-imam Mazhab
2. Uraikan secara singkat 4 Imam Mazhab Sunni
 Mazhab Hanafi
adalah kumpulan pendapat dari imam Abu Hanifah dengan pengikutnya
mengenai berbagai macam persoalan hukum, dan menjadi suatu mazhab yang
dipertalikan dengan nama tokoh pendirinya yakni Abu Hanifah. Abu Hanifah
adalah ahli hukum yang sangat taat agama, awalnya beliau belajr Fiqih pada umama
Syiah kemudian menninggalkannya dan Menyusun pendapatnya sendiri. Metode
Abu Hanifah yakni lebih banyak menggunakan qias daripada hadis. Hal tersebut
beralasan karena pada masa itu hadis belum dikumpulkan, diseleksi, dan dibukukan.
Tetapi, bukan berarti beliau tidak menggunakan hadis, ia menggunakan tapi terbatas
pada hadis mashur saja dan hadis ahad sama sekali tidak dipakai.

Dari penjelasan diatas, diketahui bahwa Mazhab Hanafi adalah mazhab yang
memiliki sifat istimewa karena banyak memakai prinsip qias sesudah Al-Quran,
tetapi ijma dan istihsan juga dipakai walau tidak sebanyak Al-Quran dan qias, oleh
karena itu Mazhab ini sering disebut Mazhab Rationalistis. Mazhab Hanafi lahir di
Kufah, yang dipelopori oleh Abu Hanifah al-Nu’man bin Sabit atau dengan sebutan
imam Ala’zham (imam besar). Banyak sekali pendapat imam Abu Hanifah yang
telah
dibukukan oleh murid-muridnya, di antaranya Abu Yusuf Ya’kub Ibn Ibrahim al-
Anshary AL-Kufi, Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani, Zufaz ibn Huzdail ibn
Qais al-Kufi, Al-hasan ibn Ziyad al-Lu’lul.

 Mazhab Maliki
adalah suatu mazhab yang dpertalikan dengan nama Imam Malik Ibnu Annas yang
dianggap sebagai tokoh pendirinya. Imam Malik dilahirkan di Madinah pada tahun 93
H/713 M dan meninggal pada tahun 179 H/795 M. Malik memiliki pendapat berbeda
dengan Abu Hanifah, karena ia lebih mengutamakan penggunaan hadis daripada qias,
lebih mengutamakan pendapat umum ulama daripada qias. Lalu, Malik juga lebih
banyak membukukan pendapatnya di Madinah dan Mazhab Maliki ini merupakan hasil
penelitiannya sendiri. Disamping itu, Malik juga menggunakan metode baru yang tidak
dikenal pada masahab Hanafi yakni metode Muslahat-mursalah. Sehinga urutan dari
sumber hukum Mazhab ini yakni Al-Quran sebagai dasar utama, Hadis sebagai
pelengkap dari sumber pertama, Ijma yakni penduduk Madinah, dan Qias & Mslahat-
Mursalah sebagai karya akal dalam memecahkan masalah. Mazhab ini berpengaruh di
Afrika Barat, sebagian Mesir dan Sudan, adapula kitab induk dari mazhab ini yakni Al-
Mudawanah yang dihimpun oleh Asad Ibn Furat.

 Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i dipertalikan dengan nama imam Muhammad Idris As Syafi’i. Beliau
dilahirkan di Ghaza Palestina pada tahun 150 H/767 M dan meninggal di Mesir pada
tahun 204 H/820 M. Beliau merupakan ahli Bahasa Arab dan pengetahuan hukumnya
diperoleh melalui pendapat Abu Hanifah dan diskusi dengan murid Abu Hanifah. Beliau
memiliki banyak jasa dalam pengembangan Hukum Islam, seperti membina Ilmu Ushul
Fiqih, membina sistematik menemukan dalil syariat, menyempurnakan system seleksi
hadis untuk menemukan hadis sahi dan tercapailah puncak perkembangan hukum Islam
yang tidak pernah dicapai sebelum dan sesudahnya.

Mazhab ini menggunakan hadis yang bagaimanapun juga daripada qias dan ijma asal saja
hadis tsb benar kebenarannya. Syafi’I juga menggunakan ijma secara berimbang dengan
qias. Mazhab ini juga mempunyai daerah pengaru yang sangat luas dikarenakan factor
pendapat-pendapat beliau yang ditulis dan disusun sendiri dengan dibantu muridnya serta
karena aktivitas Imam Syafi’i sendiri menyiarkan mazhabnya di irak dan Mesir yang
kemudian dilanjutkan oleh pengikut-pengikutnya sehingga dapat mendesak pengaruh
mazhab lain. Daerah pengaruhnya adalah : sebagian Mesir, sebagian Afrika Utara, Afrika
Selatan, sebagian India dan Pakistan, Arabia Selatan. Srilangka, Malaysia dan merupakan
mazhab yang dominan di Indonesia serta sangat banyak ulama-ulama terkenal yang
belajar kepadanya.

 Mazhab Hambali
Mazhab ini dipertalikan dengan nama imam Ahmad Ibn Hambal sebagai tokoh
pnedirinya. Ibn Hambal dilahirkan di Bagdad (Irak) pada tahun 164 H/780 M dan
meninggal dunia pada tahun 241 H/855 M. Dari karyanya juga “Al-Musnad” diketahui
beliau banyak mencurahkan perhatiannya kepada hadis daripada fiqih. Alirannya sendiri
berpegang teguh kepada ayat-ayat Al-Quran baik dipahami secara tersurat maupun
tersirat, kemudian hadis digunakan sebagai juru penerangan Al-Quran, oleh karena itu
mazhab ini disebut juga Mazhab Fundamentalis. Qias dan kesimpulan akal lain seperti
Istihsan dan Istishlah hamper tidak dipakai oleh Mazhab ini.

Bilamana kita perhatikan tentang pembahasan tentang Mazhab Ahlul Sunnah wal Jamaah,
maka nampak kepada kita bahwa di antara keempat mazhab tersebut sesungguhnya tidak ada
perbedaan yang prinsipil/mendasar. Perbedaannya hanya menyangkut tentang pernilaian
terhadap sumber-sumber hukum Islam dan cara memetik aturanaturan hukum dari sumber-
sumber yang ada.

Anda mungkin juga menyukai