Anda di halaman 1dari 2

Nama : Reashiqah Deindha Putri Arief Dimas

NIM : B011201271

Kelas : Hukum Administrasi C

TUGAS 1

- Apakah Negara Indonesia menganut konsepsi Negara Hukum yang bercirikan rechstaat atau Negara
Hukum bercirikan rule of law, atau menganut keduanya ?

Jawab :

Jika melihat sejumlah konstitusi yang dulunya sempat atau pernah diberlakukan di Indonesia, maka
seluruh konstitusi tersebut pasti selalu bertujuan untuk menunjukkan jati diri bangsa Indonesia sebagai
Negara Hukum. Oleh karena itu, Negara Indonesia selalu dipadankan dengan rechtstaat dan rule of law
yang keduanya digunakan untuk mengungkapkan suatu Negara Hukum. Pada zaman dahulu yakni pada
saat sebelum amandemen UUD 1945, secara jelas diungkapkan bahwa Negara Indonesia pada saat itu
menganut rechstaat sesuai yang ada pada UUD 1945 saat itu yang berbunyi “Negara yang
berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)”. Tetapi, hal tersebut tidak berlaku lagi sejak adanya
amandemen terhadap UUD 1945. Setelah amandemen, penerapan prinsip negara hukum di Indonesia
tidak lagi merujuk secara langsung baik terhadap staatrecht maupun rule of law. Perubahan tersebut
dapat dilihat melalui pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Negara Indonesia adalah negara
hukum", dari ayat tersebut kata staatrecht dicoret dan substansi dari kata staatrecht sendiri sudah
masuk didalam ayat yang baru tersebut setelah amandemen.

Oleh karena itu, setelah amandemen Indonesia menjalankan prinsip negara hukum dengan ciri tersindiri
yang mungkin saja berbeda dengan yang diterapkan di berbagai negara lain. Terdapat maksud mengapa
negara Indonesia tidak lagi mengacu pada satu aliran saja yaitu, agar Indonesia bisa melakukan
elaborasi sendiri serta negara Indonesia bisa untuk menggunakan rechstaat maupun the rule of law.
Dengan demikian, Indonesia bisa menganut paham legisme dimana kebenaran itu ada di Undang-
Undang, tetapi juga menganut paham the rule of law bahwa hakim bisa mencari keadilan tersendiri tanpa
tersendera undang-undang, sehingga menjadi lebih fleksibel. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
Negara Indonesia tidak secara tegas menerapkan keduanya tetapi dapat menerapkan keduanya pula.

Adanya kemampuan negara Indonesia melakukan elaborasi tidak berlaku untuk seluruh kebijakan. Untuk
prinsip pada umumnya, seperti adanya upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya pelanggaran
pemerintahan masih didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peradilan
administrasi juga masih digunakan sebagai dasar dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia.
Pelaksanaan prinsip yang tidak berpacu pada satu prinsip saja saat ini memberikan sejumlah hal baik
yang dapat diwujudkan. Seperti misalnya terkait dengan perlindungan hak asasi manusia, dimana setelah
UUD 1945 permasalahan Hak Asasi Manusia dapat lebih diakomodir secara lengkap bahkan dapat
dikatakan lebih lengkap dibanding saat konstitusi sebelumnya.

Terdapat salah satu contoh kasus yang memadukan dua aliran staatrecht dan rule of law yaitu dalam
putusan Mahkamah Agung (MA) memperberat vonis terhadap terdakwa Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dalam
kasus korupsi dan pencucian uang dari 16 tahun menjadi 18 tahun penjara. Selain itu, LHI juga dicabut
hak politiknya serta harus membayar Rp 1 miliar. Putusan MA dapat menjadi bahan rujukan bagi
pengadilan atau yurisprudensi bagi hakim dalam membuat putusan, serta Putusan MA soal hukuman
tambahan yang mencabut hak politik seseorang karena terbukti melakukan kejahatan korupsi bisa
menjadi benchmark (tolak ukur) dan rujukan bagi pengadilan. Putusan MA ini merupakan terobosan yang
luar biasa bagi dunia hukum indonesia. Putusan yang sangat berani mengakhiri kekakuan terhadap
kasus-kasus yang sangat rumit. Putusan MA ini menggandung hakikat hukum progresif yaitu
memberlakukan UU sepanjang itu diyakini memberi rasa keadilan dan menggali keadilan sendiri dari
denyut kehidupan masyarakat jika UU yang ada tidak memberi rasa keadilan.

Anda mungkin juga menyukai