PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan penting. Paling tidak,
karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran
keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun dan
kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama yang sedang mengalami modernisasi.
perkembangan fiqih secara sungguh-sungguh telah melahirkan pemikiran Islam bagi
karakterisitik perkembangan Islam itu sendiri.
Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut Islam, dan bahkan secara amat dominan
abad pertengahan mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam dari masa ke masa.
Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalah kesejahteraan fiqih tidak semata-mata
bernilai historis, tetapi dengan sendirinya menawarkan kemungkinan baru bagi perkembangan
Islam berikutnya.
Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian mazhab, latar belakang dan sejarah
awal kemunculan mazhab-mazhab dalam fiqih, dikhusus pada empat mazhab yaitu Mazhab
Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafii dan Mazhab Hambali serta beberapa hal lain yang
berhubungan dengan keempat mazhab tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah LahirnyaMazhab
Secara bahasa, mazhab memiliki dua pengertian, pertama kata mazhab berasal dari kata
zahaba-yazhabu yang memiliki arti telah berjalan, telah berlalu, telah mati. Pengertian kedua
yakni, mempunyai arti suatu yang diikuti dalam berbagai masalah disebabkan adanya pemikiran,
oleh karena itu mazhab berarti yang diikuti atau dijadikan pedoman atau metode.[1]
Secara istilah, Madzhab adalah hasil ijtihad seorang imam (mujtahid) tentang hukum suatu
masalah atau tentang kaidah-kaidah istinbath. Dengan demikian pengertian mazhab adalah:
mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang hukum suatu masalah atau kaidah-kaidah istinbath-
nya.[2]
Dapat penulis simpulkan bahwasannya mazhab diartikan sebagai alur pikir, pendapat,
kepercayaan, ideologi, doktrin, ajaran, paham dan aliran-aliran dalam hukum yang merupakan
hasil ijtihad dari para Imam.
Secara umum, proses lahirnya mazhab yang paling utama adalah faktor usaha para murid
imam mazhab yang menyebarkan dan menanamkan pendapat para imam kepada masyarakat dan
juga disebabkan adanya pembukuan pendapat para imam mazhab sehingga memudahkan
tersebarnya pendapat tersebut di kalangan masyarakat. Karena pada dasarnya, para Imam
mazhab tidak mengakui atau mengklaim sebagai mazhab. Secara umum, mazhab berkaitan
erat dengan nama imam atau tempat.[3]
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta para pengikut mereka,
juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan politik. Mazhab Hanafi mulai
berkembang ketika Abu Yusuf, murid abu Hanifah diangkat menjadi Qadhi dalam pemerintahan
tiga khalifah Abbasyiah: Al-mahdi, Al-hadi dan Al-Rasyid. Al-Kharaj adalah kitab yang disusun
atas permintaan khalifah Al-Rasyid dan kitab ini adalah rujukan pertama rujukan Hanafi.[4]
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-Mansyur dan di khilafah barat
atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika diangkat menjadi qadhi oleh para khalifah Andalusia.
Di Afrika, Al-Muiz Badis mewajibkan seluruh penduduk untuk mengikuti Mazhab Maliki.
Mazhab Syafii membesar di Mesir ketika Shalahuddin al-Ayubi merebut negeri itu. Mazhab
Hanbali menjadi kuat pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil. Waktu itu al-Mutawakkil tidak
mengangkat seorang qadhi kecuali dengan persetujuan imam Ahmad Ibnu hambal. [5]
Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat korelasi pemikiran fiqh dari zaman sahabat, tabiin
hingga munculnya mazhab-mazhab fiqih pada periode berikutnya. Meskipun jumlah mazhab
tidak terbatas kepada empat mazhab besar yaitu: Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali.[6]
Thaha Jabir Fayad Al-Ulwani, menejelaskan bahwa mazhab fiqih islam yang muncul setelah
sahabat dan tabiin berjumlah tiga belas aliran. Tiga belas aliran itu beraliaran Ahli Sunnah. Akan
tetapi, tidak semua aliran tersebut dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbath hukum yang
digunakan, kecuali Sembilan atau sepuluh dari ketiga belas imam tersebut. Diantaranya aliran
tersebut adalah:
1. Abu Said Al-Hasan ibn Yasar Al-Basri (w. 110 H)
2. Abu Hanifah Al-Numan ibn Tsabit Ibn Zuthi (w. 150 H)
3. Al-AuzaI Abu Amr Abdur Rahman Ibn Amr Ibn Muhammad (w. 157H)
4. Sufyan Ibn Said Ibn Masruq At-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits Ibn Sad (w. 175 H)
6. Malik Ibn Anas Albahi (w. 179 H)
7. Sufyan Ibn uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad Ibn Idris As-SyafiI (w. 204 H)
9. Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal (w. 241 H)
10. Daud Ibn Ali Al-Ashbahani Al-Baghdadi ( w. 270 H)
11. Ishaq Ibn Rahawai (w. 238 H)
12. Abu Tsawur Ibrahim Ibn Khalid Al-Kalabi
Mereka itulah yang dikenal dengan imam para mazhab. Inilah mazhab-mazhab fiqih yang
dikenal dikalangan sunni. Selain itu, terdapat pula mazhab-mazhab yang terkenal dalam
kelompok syiah, seperti Mazhab Zaidiyah, Mazhab Imamiyah, Mazhab Ismailiyah dan Mazhab
Abadiyyah.[7]
Secara umum, tiap-tiap Mazhab memiliki ciri khas tersendiri karena para pembinanya
berbeda pendapat dalam menggunakan metode penggalian hukum. Namun perbedaan itu hanya
terbatas dalam masalah-masalah furuq, bukan masalah-maslah prinsipil atau pokok syariat.
Mereka sependapat bahwa semua sumber atau dasar syariat adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Semua hukum yang berlawanan dengan kedua hukum tersebut wajib ditolak dan tidak
diamalkan. Mereka juga saling menghormati satu sama lain, selama yang bersangkutan
berpendapat sesuai dengan garis-garis yang ditentukan oleh syariat islam.[8]
Adapun tujuan secara akademik, sebagai tujuan yang syarat dengan unsur-unsur ilmiah, yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendapat, konsep teori dasar, akidah, kaidah, metode, teknis ataupun
pendekatan yang digunakan oleh tiap-tiap imam Mazhab Fiqih dalam menggali hukum islam dan
menetapkan hukumnya.
2. Untuk mengetahui betapa luasnya pemahaman ilmu fiqih dan betapa kayanya khazanah hukum
islam yang diwariskan oleh para imam Mazhab hamper tidak bias dihindari baik langsung
ataupun tidak langsung sebagai konsep perbandingan Mazhab.[36]
D. Analisis Penulis
Dari paparan diatas dapat penulis analisis bahwasannya perbedaan pendapat para Imam
dalam menetapkan hukum itu diakibatkan karena cara pandang seorang Imam terhadap suatu
masalah serta karena letak geografis tempat tinggal para Imam. Seperti halnya imam Hanafi,
Secara geografis Imam Hanafi lahir di Kuffah (Iraq) yang penduduknya merupakan masyarakat
yang sudah banyak mengenal kebudayaan dan peradaban. Fuqaha daerah ini sering dihadapkan
pada persoalan hidup yang beragam. Untuk mengatasinya, mereka terpaksa memakai ijtihad dan
akal, dikarnakan didaerah tersebut sedikit orang yang menghafal hadis. Berbeda dengan imam
malik yang tinggal dimadinah, beliau dalam menetapkan hukum mengutamakan al-Quran, Hadis
dan kebiasaan masyarakat madinah, sebagaimana kita ketahui dimadinah merupakan tempat para
sahabat Nabi serta kebiasaan masyarakat madinah juga didasarkan pada kebiasaan Nabi dan Para
sahabat sehingga Imam maliki mengambil kebiasaan masyarakat madinah sebagai dasar dalam
memutuskan hukum.
Di Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam, beraqidah sunni dan
bermazhab syafii, hal ini disebabkan karena negara Indonesia bahkan sebagian besar negara
Islam di Asia tenggara telah memiliki ketetapan dari pemerintah untuk menganut hukum salah
satu mazhab fiqh yang empat yaitu mazhab syafii, bukan dalam artian bahwa mazhab lain itu
kurang salih dalam penetapan hukum, tetapi mazhab syafii merupakan mazhab yang pertama
dikenal di Indonesia pada saat masuknya Islam ke indonesia pada Abad ke 13. Perbedaan
mazhab dalam Islam itu bukan suatu keniscayaan tetapi sebagi suatu Rahmat. Dengan
mempelajari perbedaan dan perbandingan mazhab, dapat menimbulkan rasa saling menghormati,
toleransi (tasamuh) dengan yang berbeda pendapat. Ini menandakan bahwa islam menghargai
kebebasan menyatakan pendapat. Pendapat yang muncul bukan dijadikan sebagai ajang
permusuhan atau perselisihan, tetapi sebagai tawaran alternative untuk memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan persoalan dan realita hidup.
Menurut penulis ummat Islam ini butuh untuk bermazhab, dengan bermazhab kita akan
terarah dan terbimbing, memiliki batasan dan akan mempermudah kita dalam melaksanakan
hukum. Para Imam mazhab dalam menetapkan suatu hukum beliau telah mengkaji seluruh Al-
Quran dan hadis kemudian baru mengistinbat kan suatu hukum, bukan menetapkan hukum
dengan menggunakan akal saja. Mungkin bagi sebagian mereka yang anti bermazhab akan
mengatakan, untuk apa kita mengikuti Imam syafii, bukankah yang harus kita ikuti adalah
Rasulullah?. Pertanyaan yang seperti itu adalah pertanyaan yang tidak ilmiah, yang maksudnya
adalah bukan berarti ketika kita mengikuti mazhab syafii kita telah meninggalkan Sunnah
Rasulullah. Karena dalam menetapkan Hukum Imam Syafii juga menggunakan Hadis-hadis
nabi bahkan beliau mengatakan, Apabila ada Hadis yang Sahih maka itulah mazhab saya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Madzhab adalah hasil ijtihad seorang imam (mujtahid) tentang hukum suatu masalah atau
tentang kaidah-kaidah istinbath. Dengan demikian pengertian mazhab adalah: mengikuti hasil
ijtihad seorang imam tentang hukum suatu masalah atau kaidah-kaidah istinbath-nya.
Proses lahirnya mazhab yang paling utama adalah faktor usaha para murid imam mazhab
yang menyebarkan dan menanamkan pendapat para imam kepada masyarakat dan juga
disebabkan adanya pembukuan pendapat para imam mazhab sehingga memudahkan tersebarnya
pendapat tersebut di kalangan masyarakat.
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta para pengikut mereka,
juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan politik.
Secara umum, tiap-tiap Mazhab memiliki ciri khas tersendiri karena para pembinanya
berbeda pendapat dalam menggunakan metode penggalian hukum. Namun perbedaan itu hanya
terbatas dalam masalah-masalah furuq, bukan masalah-maslah prinsipil atau pokok syariat.
Mereka sependapat bahwa semua sumber atau dasar syariat adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Semua hukum yang berlawanan dengan kedua hukum tersebut wajib ditolak dan tidak
diamalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Asy-Syarbani, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Semarang : Amzah, 1991)
Dedi Supriadi Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008).
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek, jilid 2, (Jakarta: UI-Press, 1985).
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, (Bandung : PT. Mizan, 2007).
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta : Pt. Lentera Basritama, 1999).
Note :(judul) sejarah munculnya mazhab fiqih dan geografi tokoh
-judul
-daftar isi
-pendahuluan bab 1
-uraian bab 3
-penutup bab 4
a.kesimpulan
b.saran
c.daftar pustaka
2 elisa (2217048)
4 maifira (2217037)