Nama :
Kelas : VIII (Delapan)
Semester : Ganjil
Tujuan Pembelajaran
Persiapan
1. Mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di
papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca, atau
dapat juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
2. Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama,
dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk disesuaikan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
3. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang materi sesuai
dengan pokok bahasan.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan
Penutup
Setelah membaca, menelaah dan mereflesikan materi pembelajaran tentang
“tokoh Ulama’ Fiqih pada Masa Daulah Abbasiyyah,” guru dengan
melibatkan siswa mengambil kesimpulan dan siswa mencatat kesimpulan
tersebut. Guru selanjutnya menutup pembelajaran dan berdoa sejenak.
Materi :
Imam Abu Hanifah merupakan pendiri dari Madzab Fiqih Hanafi. Beliau memiliki
nama asli Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Marzuban. Selain itu, beliau
merupakan seorang ulama Tabi’in generasi setelah sahabat nabi.
Imam Hanafi disebut sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqih berdasarkan
kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (thoharah), sholat, dan seterusnya. Lalu, hal
itu diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud,
dan Imam Bukhari.
Ada yang meriwayatkan bahwa beliau mendapat gelar Abu Hanifah karena berteman erat
dengan tinta. Di segala kesempatan, ia senantiasa membawa dawat atau tinta untuk menulis
atau mencatat ilmu pengetahuan yang diperoleh dari para gurunya.
Abu Hanifah menekuni ilmu fikih di Kufah yang pada waktu itu merupakan pusat
perhatian para ulama fikih yang cenderung rasional. Di antara ilmu-ilmu yang dicintainya
adalah ilmu teologi hingga ia dianggap sebagai salah satu tokoh terpandang dalam bidang
tersebut. Karena ketajaman pemikirannya, ia pun sanggup menangkis serangan golongan
khawarij yang doktrin ajarannya sangat ekstrim.
Sebagian besar guru Imam Abu Hanifah dari kalangan thabi’in (golongan yang hidup
pada masa setelah para sahabt nabi). Di antara mereka ialah Imam Atha bin Abi Raba’ah,
Imam Nafi’i Muala Ibnu Umar, dan lain-lain. Adapun orang alim ahli fikih yang menjadi
guru beliau yang paling masyur ialah Imam Hamdan bin Abu Sulaiman. Abu Hanafi berguru
kepada Imam Hamdan sekitar 18 tahun.
Profil Imam Abu HanifahPerbesar
Dikutip dari buku yang sama, menurut pendapat Abu Yusuf, ciri-ciri Abu Hanifah
yaitu berperawakan sedang dengan postur tubuh ideal. Ia juga digambarkan memiliki logat
bicara yang bagus, bagus suaranya saat bersenandung, dan paling bisa memberikan
keterangan kepada orang-orang yang diinginkan.
Beliau memiliki kulit sawo matang, berwajah tampan, berwibawa, dan tidak banyak bicara
kecuali menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Selain itu, Imam Abu Hanifah suka
berpakaian yang baik serta bersih, senang memakai wewangian dan suka duduk di tempat
duduk yang baik. Abu Hanifah juga amat suka bergaul dengan saudara-saudara dan para
kawan-kawannya yang baik, tetapi tidak suka bergaul dengan sembarang orang.
Imam Abu Hanifah adalah seorang yang berani. Beliau berani menyatakan sesuatu hal
yang ada di dalam hatinya serta berani menyatakan kebenaran kepada siapa pun. Selain itu, ia
tidak takut dicela ataupun dibenci dan tidak gentar menghadapi bahaya bagaimanapun
keadaannya.
Penyebaran Mahzab Hanafi
Setelah Abu Hanifah menjadi seorang ulama besar dan terkenal di jazirah
Arabiyah, beliamulai dikenal dengan gelar Imam Abu Hanifah. Pada saat itu, ijtihad dan
buah penyelidikan tentang hukum-hukum keagamaan mulai dikenal dengan sebutan Mazhab
Imam Hanafi.
Dikutip dari buku Imam Abu Hanifah ; Antara Ilmu dan Perniagaan oleh Muhammad
Ajib, Lc., MA, Mazhab Ahnaf atau Hanafi memiliki kontribusi besar dalam khazanah fikih
Islam. Persoalan-persoalan fikih disusun sistematis berdasarkan bab-bab dan
memodifikasinya. Imam Abu Hanifah adalah ulama pertama yang melakukan hal tersebut.
Beliau memodifikasinya dalam buku yang tersusun sistematis. Dalam penyusunannya,
buku fiqih diawali kitab thaharah (bersuci), shalat dan ibadah-ibadah lainnya, muamalat, dan
diakhiri dengan kitab mawarits.
Langkah ini kemudian diikuti Malik bin Anas dengan menyusun Al Muwattha’. Belum ada
ulama yang mendahului Abu Hanifah dalam hal ini, sebab sahabat dan tabi’in belum pernah
menyusun ilmu syariah berdasarkan bab-bab atau dalam buku yang sistematis. Mereka hanya
mengandalkan kekuatan hafalan.
Madzhab ini meluas sejak wafatnya Imam Hasan bin Ziyad (W 204 H) dan berakhir
dengan wafatnya Imam Abdullah bin Ahmad bin Mahmud Nasafi (w 710). Masa keemasan
fikih Hanafi terjadi pada abad 3 hingga 7 Hijiriyah.
Adapun murid-murid Abu Hanifah yang berjasa di Madrasah Kufah dan membukukan fatwa-
fatwanya sehingga dikenal,di dunia Islam, adalah:
1. Abu Yusuf Ya'kub ibn Ibrahim al-Anshary (113-182 H).
2. Muhammad ibn Hasan al-Syaibany (132-189 H).
3. Zufar ibn Huzailibn al-Kufy (110-158 H).
4. Al-Hasan ibn Ziyad al-hu'lu'iy (133-204 H).
Dari keempat murid tersebut yang banyak menyusun buah pikiran Abu Hanifah adalah
Muhammad al-Syaibany yang terkenal dengan al-Kutub al-Sittah (enam kitab), yaitu:
1. Kitab al-Mabsuth
2. Kitab al-Ziyadat
3. Kitab al Jami' al-Shaghir
4. Kitab al Jami' a1-Kabir
5. Kitab al-Sair al-Shaghir
6. Kitab al-Sair al-Kabir
Di samping itu, muridnya yang bernama Abu Yusuf yang menjadi Qadhy al-Qudhat di
zaman Khilafah Harun al-Rasyid, menulis kitab "al-Khardj" yang membahas tentang hukum
yang berhubungan dengan pajak tanah.
Dengan karya-karya tersebut, Abu Hanifah dan mazhabnya berpengaruh besar dalam
dunia Islam, khususnya umat Islam yang beraliran Sunny. Para pengikutnya tersebar di
berbagai negara, seperti Irak, Turki, Asia Tengah, Pakistan, India, Tunis, Turkistan, Syria,
Mesir dan Libanon. Mazhab Hanafi pada masa Khilafah Bani Abbas merupakan mazhab
yang banyak dianut oleh umat Islam dan pada pemerintahan kerajaan Usmani, mazhab ini
merupakan mazhab resmi negara. Sekarang penganut mazhab ini tetap termasuk golongan
mayoritas di samping mazhab Syafi'i.
Imam Malik adalah imam kedua dari imam empat dalam Islam. Dari segi umur, beliau
lahir 13 tahun sesudah Abu Hanifah.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn
Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi. Beliau
merupakan imam dar Al-Hijrah. Nenek moyang mereka berasal dari Bani Tamim bin Murrah
dari suku Quraisy. Setelah ditinggal orang yang menjamin kehidupannya, Imam Malik harus
mampu membiayai barang dagangannya seharga 400 dinar yang merupakan warisan dari
ayahnya. Tetapi, karena perhatian beliau hanya tercurah kepada masalah-masalah keilmuan,
beliau tidak memikirkan usaha dagangnya.
Akhirnya beliau mengalami kebangkrutan dan kehidupan bersama keluarganya pun semakin
menderita. Selama menuntut ilmu, Imam Malik dikenal sangat sabar, tidak jarang beliau
menemui kesulitan dan penderitaan.
KOMPAS.com - Imam Syafi'i merupakan seorang mufti besar umat Islam yang juga
pendiri dari mazhab Syafi'i. Ia masih kerabat Rasulullah, dari Bani Muthalib atau keturunan
Al-Muthalib, saudara dari Hasyim yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW. Sebelum
menjadi ahli fikih besar, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik,
pendiri Mazhab Maliki. Imam Syafi'i mengembangkan mazhabnya pada awal abad ke-9,
yang kemudian populer di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i
al-Muththalibi al-Qurasyi. Ia lahir pada tahun 150 H atau 767 M.
Ada perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah terkait tempat lahir Imam Syafi'i. Ada
yang mengatakan di Gaza, ada juga yang berpendapat di Asqalan, dekat Gaza. Ketika
berumur dua tahun, Imam Syafi'i dibawa ke tanah leluhurnya di Mekkah oleh sang ibu,
setelah ayahnya meninggal. Sejak kecil, Imam Syafi'i pandai dalam sastra Arab, di mana ia
mampu menghafal berbagai syair-syair Arab. Berkat bimbingan ibunya, Fatimah, ia mampu
membaca dan menghafal Al Quran. Setelah itu, ia berguru kepada Sufian bin Uyainah, salah
satu ahli hadis di Mekkah.
Imam Syafi'i juga berguru kepada Muslim bin Khalid Al-Zanji, yang merupakan ahli
fikih di Mekkah. Pada 780, ketika berusia 13 tahun, ia berangkat ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik, yang merupakan ahli fikih dan hadis sekaligus pendiri
IMAM AHMAD
BIN HANBAL
KOMPAS.com - Imam Hambali atau yang bernama asli Ahmad bin Hanbal adalah ahli hadis
yang berasal dari Turkmenia. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai cendekiawan yang sangat
berpengaruh, khususnya dalam dunia Islam Sunni. Karya terbesarnya adalah Al-Musnad,
yaitu kitab hadis Nabi yang terkenal dan kedudukannya menempati posisi yang diutamakan.
Selain itu, Imam Hambali juga mengemukakan dan mengembangkan Mazhab Hambali.
Awal kehidupan
Nama lengkap Imam Hambali adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal
bin Asad bin Idris. Ia lahir pada tahun 780 di Turkmenia. Imam Hambali merupakan putra
dari seorang perwira tentara Abbasiyah. Ketika baru berusia 15 tahun, ia sudah menguasai
Alquran dan hafal setiap surat di dalamnya. Imam Hambali juga mulai mempelajari ilmu
hadis di usia remaja. Untuk mendalami hadis lebih lanjut, ia pergi merantau ke Suriah, Hijaz,
Yaman, dan negara-negara Arab lainnya. Usai mendalami ilmu hadis, Imam Hambali belajar
di Baghdad. Ia kemudian belajar ilmu fikih di bawah bimbingan Abu Yusuf, hakim agung di
era Abbasiyah. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai melakukan perjalanan ke
Irak, Suriah, dan Arab, guna mengumpulkan hadis-hadis Nabi Muhammad. Kala itu, total
hadis yang berhasil dihafal telah berjumlah ratusan. Dengan keahlian ini, Imam Hambali pun
dikenal sebagai ahli hadis terkemuka. Setelah banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan
melakukan perjalanan, ia kembali ke Baghdad untuk melanjutkan belajar bersama gurunya,
Imam Syafi'i.
Adapun beberapa karya tulis lain yang dihasilkan Imam Hambali adalah sebagai berikut:
1. Kitab at-Tafsir
2. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
3. Kitab at-Tarikh
4. Kitab Hadits Syu'bah
5. Kitab al-Muqaddam wa al-mu'akkhar fi al-Qur'an
6. Kitab Jawabah al-Qur'an
7. Kitab al-Manasik al-Kabir
8. Kitab al-Manasik as-Saghir
9. Kitab Ushul as-Sunnah
10. Kitab al-'Ilal
11. Kitab al-Manasik
12. Kitab az-Zuhd
13. Kitab al-Iman
14. Kitab al-Masa'il
15. Kitab al-Asyribah
16. Kitab al-Fadha'il
17. Kitab Tha'ah ar-Rasul
18. Kitab al-Fara'idh
19. Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah