Anda di halaman 1dari 12

LKPD : ULAMA’ FIQIH DAULAH ABBASIYAH

IMAM ABU HANIFAH

Nama :
Kelas : VIII (Delapan)
Semester : Ganjil

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi Ulama’ Fiqih ( Imam Imam Abu Hanifah) dengan benar.


2. Mengidentifikasi Ulama’ Fiqih ( Imam Malik bin Anas) dengan benar.
3. Mengidentifikasi Ulama’ Fiqih ( Imam Syafi’i) dengan benar.
4. Mengidentifikasi Ulama’ Fiqih t ( Imam Ahmad bin Hanbal) dengan benar.
.

Persiapan
1. Mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di
papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca, atau
dapat juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
2. Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama,
dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk disesuaikan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
3. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang materi sesuai
dengan pokok bahasan.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan

Setelah membaca dan menelaah materi pembelajaran “Kemajuan dalam bidang


ekonomi pada Masa Abbasiyyah,” jawablah pertanyaan berikut:

1. Tulislah nama lengkap Ulama Fiqih (Muhadditsin) Daulah Abbasiyah !


2. Sebutkan peran dan karya- karya Ulama Fiqih !
3. Jelaskan teladan yang dapat kita pelajari dari kegigihan Ulama’ terdahulu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang fiqih !

Penutup
Setelah membaca, menelaah dan mereflesikan materi pembelajaran tentang
“tokoh Ulama’ Fiqih pada Masa Daulah Abbasiyyah,” guru dengan
melibatkan siswa mengambil kesimpulan dan siswa mencatat kesimpulan
tersebut. Guru selanjutnya menutup pembelajaran dan berdoa sejenak.
Materi :
Imam Abu Hanifah merupakan pendiri dari Madzab Fiqih Hanafi. Beliau memiliki
nama asli Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Marzuban. Selain itu, beliau
merupakan seorang ulama Tabi’in generasi setelah sahabat nabi.
Imam Hanafi disebut sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqih berdasarkan
kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (thoharah), sholat, dan seterusnya. Lalu, hal
itu diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud,
dan Imam Bukhari.
Ada yang meriwayatkan bahwa beliau mendapat gelar Abu Hanifah karena berteman erat
dengan tinta. Di segala kesempatan, ia senantiasa membawa dawat atau tinta untuk menulis
atau mencatat ilmu pengetahuan yang diperoleh dari para gurunya.
Abu Hanifah menekuni ilmu fikih di Kufah yang pada waktu itu merupakan pusat
perhatian para ulama fikih yang cenderung rasional. Di antara ilmu-ilmu yang dicintainya
adalah ilmu teologi hingga ia dianggap sebagai salah satu tokoh terpandang dalam bidang
tersebut. Karena ketajaman pemikirannya, ia pun sanggup menangkis serangan golongan
khawarij yang doktrin ajarannya sangat ekstrim.
Sebagian besar guru Imam Abu Hanifah dari kalangan thabi’in (golongan yang hidup
pada masa setelah para sahabt nabi). Di antara mereka ialah Imam Atha bin Abi Raba’ah,
Imam Nafi’i Muala Ibnu Umar, dan lain-lain. Adapun orang alim ahli fikih yang menjadi
guru beliau yang paling masyur ialah Imam Hamdan bin Abu Sulaiman. Abu Hanafi berguru
kepada Imam Hamdan sekitar 18 tahun.
Profil Imam Abu HanifahPerbesar
Dikutip dari buku yang sama, menurut pendapat Abu Yusuf, ciri-ciri Abu Hanifah
yaitu berperawakan sedang dengan postur tubuh ideal. Ia juga digambarkan memiliki logat
bicara yang bagus, bagus suaranya saat bersenandung, dan paling bisa memberikan
keterangan kepada orang-orang yang diinginkan.
Beliau memiliki kulit sawo matang, berwajah tampan, berwibawa, dan tidak banyak bicara
kecuali menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Selain itu, Imam Abu Hanifah suka
berpakaian yang baik serta bersih, senang memakai wewangian dan suka duduk di tempat
duduk yang baik. Abu Hanifah juga amat suka bergaul dengan saudara-saudara dan para
kawan-kawannya yang baik, tetapi tidak suka bergaul dengan sembarang orang.
Imam Abu Hanifah adalah seorang yang berani. Beliau berani menyatakan sesuatu hal
yang ada di dalam hatinya serta berani menyatakan kebenaran kepada siapa pun. Selain itu, ia
tidak takut dicela ataupun dibenci dan tidak gentar menghadapi bahaya bagaimanapun
keadaannya.
Penyebaran Mahzab Hanafi
Setelah Abu Hanifah menjadi seorang ulama besar dan terkenal di jazirah
Arabiyah, beliamulai dikenal dengan gelar Imam Abu Hanifah. Pada saat itu, ijtihad dan
buah penyelidikan tentang hukum-hukum keagamaan mulai dikenal dengan sebutan Mazhab
Imam Hanafi.
Dikutip dari buku Imam Abu Hanifah ; Antara Ilmu dan Perniagaan oleh Muhammad
Ajib, Lc., MA, Mazhab Ahnaf atau Hanafi memiliki kontribusi besar dalam khazanah fikih
Islam. Persoalan-persoalan fikih disusun sistematis berdasarkan bab-bab dan
memodifikasinya. Imam Abu Hanifah adalah ulama pertama yang melakukan hal tersebut.
Beliau memodifikasinya dalam buku yang tersusun sistematis. Dalam penyusunannya,
buku fiqih diawali kitab thaharah (bersuci), shalat dan ibadah-ibadah lainnya, muamalat, dan
diakhiri dengan kitab mawarits.
Langkah ini kemudian diikuti Malik bin Anas dengan menyusun Al Muwattha’. Belum ada
ulama yang mendahului Abu Hanifah dalam hal ini, sebab sahabat dan tabi’in belum pernah
menyusun ilmu syariah berdasarkan bab-bab atau dalam buku yang sistematis. Mereka hanya
mengandalkan kekuatan hafalan.
Madzhab ini meluas sejak wafatnya Imam Hasan bin Ziyad (W 204 H) dan berakhir
dengan wafatnya Imam Abdullah bin Ahmad bin Mahmud Nasafi (w 710). Masa keemasan
fikih Hanafi terjadi pada abad 3 hingga 7 Hijiriyah.

Karya-Karya Imam Abu Hanifah


Sebagai ulama yang terkemuka dan banyak memberikan fatwa, Imam Abu Hanifah
meninggalkan banyak ide dan buah fikiran. Sebagian ide dan buah fikirannya
ditulisnya dalam bentuk buku, tetapi kebanyakan dihimpun oleh murid-muridnya
untuk kemudian dibukukan. Kitab-kitab yang ditulisnya sendiri antara lain:
1. Kitab al-Sunnah
2. Kitab al-Ra’yu
3. Kitab al-Syurut : yang membahas tentang perjanjian.
4. Kitab al-Fiqh al-Akbar : yang membahas ilmu kalam atau teologi.

Adapun murid-murid Abu Hanifah yang berjasa di Madrasah Kufah dan membukukan fatwa-
fatwanya sehingga dikenal,di dunia Islam, adalah:
1. Abu Yusuf Ya'kub ibn Ibrahim al-Anshary (113-182 H).
2. Muhammad ibn Hasan al-Syaibany (132-189 H).
3. Zufar ibn Huzailibn al-Kufy (110-158 H).
4. Al-Hasan ibn Ziyad al-hu'lu'iy (133-204 H).
Dari keempat murid tersebut yang banyak menyusun buah pikiran Abu Hanifah adalah
Muhammad al-Syaibany yang terkenal dengan al-Kutub al-Sittah (enam kitab), yaitu:
1. Kitab al-Mabsuth
2. Kitab al-Ziyadat
3. Kitab al Jami' al-Shaghir
4. Kitab al Jami' a1-Kabir
5. Kitab al-Sair al-Shaghir
6. Kitab al-Sair al-Kabir
Di samping itu, muridnya yang bernama Abu Yusuf yang menjadi Qadhy al-Qudhat di
zaman Khilafah Harun al-Rasyid, menulis kitab "al-Khardj" yang membahas tentang hukum
yang berhubungan dengan pajak tanah.
Dengan karya-karya tersebut, Abu Hanifah dan mazhabnya berpengaruh besar dalam
dunia Islam, khususnya umat Islam yang beraliran Sunny. Para pengikutnya tersebar di
berbagai negara, seperti Irak, Turki, Asia Tengah, Pakistan, India, Tunis, Turkistan, Syria,
Mesir dan Libanon. Mazhab Hanafi pada masa Khilafah Bani Abbas merupakan mazhab
yang banyak dianut oleh umat Islam dan pada pemerintahan kerajaan Usmani, mazhab ini
merupakan mazhab resmi negara. Sekarang penganut mazhab ini tetap termasuk golongan
mayoritas di samping mazhab Syafi'i.

IMAM MALIK BIN ANAS

Imam Malik adalah imam kedua dari imam empat dalam Islam. Dari segi umur, beliau
lahir 13 tahun sesudah Abu Hanifah.

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn
Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi. Beliau
merupakan imam dar Al-Hijrah. Nenek moyang mereka berasal dari Bani Tamim bin Murrah
dari suku Quraisy. Setelah ditinggal orang yang menjamin kehidupannya, Imam Malik harus
mampu membiayai barang dagangannya seharga 400 dinar yang merupakan warisan dari
ayahnya. Tetapi, karena perhatian beliau hanya tercurah kepada masalah-masalah keilmuan,
beliau tidak memikirkan usaha dagangnya.

Akhirnya beliau mengalami kebangkrutan dan kehidupan bersama keluarganya pun semakin
menderita. Selama menuntut ilmu, Imam Malik dikenal sangat sabar, tidak jarang beliau
menemui kesulitan dan penderitaan.

Karya-karya Imam Malik, Murid-muridnya Serta Penyebaran


dan Perkembangan Mazhabnya.
Di antara karya-karya Imam Malik adalah kitab al-Muwaththa'. Kitab tersebut ditulis
tahun 144 H. atas anjuran khalifah Ja'far al-Manshur. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Abu Bakar al-Abhary, atsar Rasulullah SAW. sahabat dan tabi'in yang tercantum
dalam kitab al-Muwaththa'sejumlah 1.?20 buah. Pendapat Imam Man ibn Anas dapat sampai
kepada kita melalui dua buah kitab, yaitu al-Muwaththa' dan al-Mudawanah al-Kubra.
Kitab al-Muwaththa' mengandung dua aspek, yaitu aspek hadits dan aspek fiqh.
Adanya aspek hadits itu, adalah karena al-Muwaththa' banyak mengandung hadits-hadits
yang berasal dari Rasulullah SAW. atau dari Sahabat dan Tabi'in. Hadits-hadits uu diperoleh
dari sejumlah orang yang diperkirakan sampai sejumlah 95 orang yang kesemuanya dari
penduduk Madinah, kecuali enam orang saja, yaitu: Abu al-Zubair (Makkah), Humaid al-
Ta'wil dan Ayyub al-Sahtiyany (Bashra), Atha` ibn Abdullah (Khurasan), Abd. Karim
(Jazirah), Ibrahim ibn Abi `Ablah (Syam). Demikian menurut al-Qadhy. Hadits-hadits yang
berasal dari keenam orang tersebut tidak banyak jumlahnya. Di antaranya ada yang hanya
satu atau dua hadits saja. Mereka itu ditemui oleh Imam Malik di Madinah dan ada pula yang
ditemuinya di Makkah. Salainnya diperoleh dari orang-orang Madinah. Di antara mereka, ada
yang meriwayatkan sejumlah besar hadits, seperti ibn Syihab al-Zuhry, Nafi' dan Yahya ibn
Sa`ad. Ada yang hanya meriwayatkan kepada Imam Malik satu dua atau tiga buah hadits saja.
Pada Sahabat yang meriwayatkan hadits kepada Imam Malik ini kebanyakan hanyalah
sahabat-sahabat yang lama tinggal di Madinah.
Hadits-hadits yang terdapat dalam al-Muwaththa' ada yang bersanad lengkap, ada
pula yang mursal, ada pula yang muttashil Ian ada pula yang munqathi ; bahkan ada yang
disebut balaghat vaitu suatu sanad yang tidak menyebutkan dari siapa Imam Malik menerima
hadits tersebut. Tegasnya yang dimaksud dengan istilah balaghat itu adalah hadits yang
memuat kata-kata Imam Malik yang berbunyi, "balaghani" atau sebangsanya yang artinya
"telah sampai kepada saya", tanpa menyebutkan dari siapd hadits tersebut diterima oleh Imam
Malik,
Imam Malik mengumpulkan sejumlah besar hadits dalam kitabnya, al-Muwaththa' itu
kemudian memilihnya selama bertahuntahun. Bahkan ada riwayat mengatakan, bahwa Imam
Malik dalan,: al-Muwaththa' telah mengumpulkan 4.000 buah hadits, yang ketika la wafat
tinggal seribu lebih saja. Hadits-hadits itu dipilih oleh Imam Malik setiap tahun, mana yang
lebih sesuai untuk kaum Muslunin dan mana yang paling mendekati kebenaran. Ada yang
meriwayatkan, bahwa hal itu dilakukan Imam Malik selama 40 tahun.
Adapun yang dimaksud kandungan dari aspek fiqh, adalal: karena kitab al-
Muwaththa' itu disusun berdasarkan sistematika dengan bab-bab pembahasan seperti
layaknya kitab fiqh. Ada bab Kitab Thaharah, Kitab Shalat, Kitab Zakat, Kitab Shiyam. Kitab
Nikah dan seterusnya. Setiap Kitab dibagi lagi menjad: beberapa fasal, yang setiap fasalnya
mengandung fasal-fasal yan, hampir sejenis, seperti fasal shalat jama'ah, shalat safar dan sete-
rusnya. Dengan demikian, maka hadits-hadits di dalam al-Muwaththa' itu menyerupai kitab
fiqh.
Kitab al-Mudawwamah al-Kubra merupakan kumpulan risalah yang memuat tidak
kurang dari 1.036 masalah dari fatwa Imam Malik yang dikumpulkan Asad ibn al-Furat al-
Naisabury yang berasal dari Tunis. Asad ibn Furat tersebut pernah menjadi murid Imam
Malik dan pernah mendengar al-Muwaththa' dari Imam Malik. Kemudian la pergi ke Irak.
Al-Muwaththa' ini ditulis Asad ibn al-Furat ketika la berada di Irak.
Mazhab Imam Malik pada mulanya timbul dan berkembang ~ I o kota Madinah,
tempat kediaman beliau, kemudian tersiar ke negeri Hijaz, Perkembangan Mazhab Maliki
sempat surut di Mesir, karena pada masa itu berkembang pula mazhab Syafi'i dan sebagian
penduduknya telah mengikuti mazhab Syafi'i, tetapi pada zaman pemerintahan Ayyubiyah,
mazhab Maliki kembali hidup.
Di antara para Sahabat Imam Malik yang berjasa mengembangkan mazhabnya antara
lain: `Usman ibn al-Hakam al Juzami. Abd Rahman ibn Khalid ibn Yazid ibn Yahya, Abd
Rahman ibn Al-Qasim, Asyhab ibn Abd Aziz, Ibn Abd al-Hakam; Haris ibr. Miskin dan
orang-orang yang semasa dengan mereka.
Oleh karena jasa mereka itu, mazab Maliki dapat tersiar darberkembang serta dikenal
kaum Muslimin hampir di seluru~ negeri. Mazhab Maliki sampai sekarang masih diikuti
sebagiarbesar kaum Muslimin di Maroko, Algers, Tunisia, Tripoli, L~-bia dan Mesir. Masih
tersiar juga di Irak, Palestina, Hijaz darlain-lainnya di sekitar Jazirah Arabia, tetapi tidak
begitu banyak orang mengikutinya.
IMAM SYAFI’I

KOMPAS.com - Imam Syafi'i merupakan seorang mufti besar umat Islam yang juga
pendiri dari mazhab Syafi'i. Ia masih kerabat Rasulullah, dari Bani Muthalib atau keturunan
Al-Muthalib, saudara dari Hasyim yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW. Sebelum
menjadi ahli fikih besar, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik,
pendiri Mazhab Maliki. Imam Syafi'i mengembangkan mazhabnya pada awal abad ke-9,
yang kemudian populer di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i
al-Muththalibi al-Qurasyi. Ia lahir pada tahun 150 H atau 767 M.
Ada perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah terkait tempat lahir Imam Syafi'i. Ada
yang mengatakan di Gaza, ada juga yang berpendapat di Asqalan, dekat Gaza. Ketika
berumur dua tahun, Imam Syafi'i dibawa ke tanah leluhurnya di Mekkah oleh sang ibu,
setelah ayahnya meninggal. Sejak kecil, Imam Syafi'i pandai dalam sastra Arab, di mana ia
mampu menghafal berbagai syair-syair Arab. Berkat bimbingan ibunya, Fatimah, ia mampu
membaca dan menghafal Al Quran. Setelah itu, ia berguru kepada Sufian bin Uyainah, salah
satu ahli hadis di Mekkah.
Imam Syafi'i juga berguru kepada Muslim bin Khalid Al-Zanji, yang merupakan ahli
fikih di Mekkah. Pada 780, ketika berusia 13 tahun, ia berangkat ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik, yang merupakan ahli fikih dan hadis sekaligus pendiri

Murid Imam Syafi'i


1. Ahmad bin Hambal
2. Al-Hasan bin Muhammad
3. Az-Za'farani Ishaq bin Rahawih
4. Harmalah bin Yahya Sulaiman bin Dawud
5. Al-Hasyimi Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalbi
Wafat Di Mesir, Imam Syafi'i diketahui mempunyai beberapa murid, seperti Abu
Yaqub al-Buwaithi, Ismail al-Muzani, dan Rabi’ al-Muradi. Imam Syafi'i juga banyak
merevisi fatwanya dengan yang baru atau lebih dikenal dengan Mazhab Jadid.
Fatwa revisinya tersebut dicantumkan dalam kitab Imam Syafi'i yang berjudul Al-
Umm. Seiring berjalannya waktu, Mazhab Syafi'i menyebar dari Mesir kemudian populer di
kalangan ulama Islam Sunni. Imam Syafi'i menghabiskan sisa hidupnya di Mesir hingga
meninggal pada 204 H atau 821 M.
Karya Imam Syafi'i
1. Al-Umm
2. Al-Risalah
3. Al-Hujjah Musnad al-Shafi'i
4. Al sunan
5. al Ma’thour
6. Jma’ al ilm

Penyebaran dan Perkembangan Mazhabnya.


Penyebaran mazhab Syafi'i ini antara lain di Irak, lalu berkembang dan tersiar
ke Khurasan, Pakistan, Syam, Yaman, Persia, Hijaz, India, daerah-daerah Afrika dan
Andalusia sesudah tahun 300 H. Kemudian mazhab Syafi'i ini tersiar dan berkembang, bukan
hanya di Afrika, tetapi ke seluruh pelosok negara-negara Islam, baik di Barat, maupun di
Timur, yang dibawa oleh para muridnya dan .pengikut-pengikutnya dari satu negeri ke negeri
lain, termasuk ke Indonesia. Kalau kita melihat praktik ibadah dan mu'amalah ummat Islam
di Indonesia, pada umumnya mengikuti mazhab Syafi`i. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor:
1. Setelah adanya hubungan Indonesia dengan Makkah dan di antara kaum
Muslimin Indonesia yang menunaikan ibadah haji, ada yang bermukim
di sana dengan maksud belajar ilmu agama. Guru-guru mereka adalah ulamaulama
yang bermazhab Syafi'i dan setelah kembali ke Indonesia, mereka
menyebarkannya.
2. Hijrahnya kaum Muslimin dari Hadhramaut ke Indonesia adalah merupakan sebab
yang penting pula bagi tersiarnya mazhab Syafi'i di Indonesia. Ulama dari Hadh-
ramaut adalah bermazhab Syafi'i.
3. Pemerintah kerajaan Islam di Indonesia, selama zaman Islam mengesahkan dan
menetapkan mazhab Syafi'i merijadi haluan hukum di Indonesia. Keadaan ini
diakui pula oleh pemerintah Hindia Belanda, terbukti pada masa-masa akhir dari
kekuasaan Belanda di Indonesia, kantor-kantor kepenghuluan dan Pengadilan
Agama, hanya mempunyai kitab-kitab fiqh Syafi'iyyah, seperti Kitab al-Tuhfah, al-
Majmu`, al-Umm dan lain-lain.
4. Para pegawai jawatan dahulu, hanya terdiri dari ulama ` mazhab Syafi'i, karena
belum ada yang lainnya.

IMAM AHMAD
BIN HANBAL

KOMPAS.com - Imam Hambali atau yang bernama asli Ahmad bin Hanbal adalah ahli hadis
yang berasal dari Turkmenia. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai cendekiawan yang sangat
berpengaruh, khususnya dalam dunia Islam Sunni. Karya terbesarnya adalah Al-Musnad,
yaitu kitab hadis Nabi yang terkenal dan kedudukannya menempati posisi yang diutamakan.
Selain itu, Imam Hambali juga mengemukakan dan mengembangkan Mazhab Hambali.
Awal kehidupan
Nama lengkap Imam Hambali adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal
bin Asad bin Idris. Ia lahir pada tahun 780 di Turkmenia. Imam Hambali merupakan putra
dari seorang perwira tentara Abbasiyah. Ketika baru berusia 15 tahun, ia sudah menguasai
Alquran dan hafal setiap surat di dalamnya. Imam Hambali juga mulai mempelajari ilmu
hadis di usia remaja. Untuk mendalami hadis lebih lanjut, ia pergi merantau ke Suriah, Hijaz,
Yaman, dan negara-negara Arab lainnya. Usai mendalami ilmu hadis, Imam Hambali belajar
di Baghdad. Ia kemudian belajar ilmu fikih di bawah bimbingan Abu Yusuf, hakim agung di
era Abbasiyah. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai melakukan perjalanan ke
Irak, Suriah, dan Arab, guna mengumpulkan hadis-hadis Nabi Muhammad. Kala itu, total
hadis yang berhasil dihafal telah berjumlah ratusan. Dengan keahlian ini, Imam Hambali pun
dikenal sebagai ahli hadis terkemuka. Setelah banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan
melakukan perjalanan, ia kembali ke Baghdad untuk melanjutkan belajar bersama gurunya,
Imam Syafi'i.

Ahli hadis sekaligus ahli fikih


Diriwayatkan bahwa Imam Hambali mendapatkan gelar Al Hafidh, yaitu gelar untuk
ulama yang sudah hafal lebih dari 100.000 hadis. Pasalnya, selama hidupnya, Imam Hambali
diperkirakan telah menghafal setidaknya 750.000 hadis. Pencapaian itu melebihi Muhammad
al-Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj, dan Abu Dawud al-Sijistani. Selain itu, Imam Hambali
disebut sebagai ahli fikih yang sederajat dengan gurunya, Imam Syafi'i, Laits, dan Abu
Yusuf. Hal ini sangat mungkin, karena sepanjang hidupnya, Imam Hambali belajar kepada
ratusan ulama dari berbagai negeri, mulai dari Mekkah, Kufah, Baghdad, Yaman, dan masih
banyak lainnya.

Adapun beberapa karya tulis lain yang dihasilkan Imam Hambali adalah sebagai berikut:
1. Kitab at-Tafsir
2. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
3. Kitab at-Tarikh
4. Kitab Hadits Syu'bah
5. Kitab al-Muqaddam wa al-mu'akkhar fi al-Qur'an
6. Kitab Jawabah al-Qur'an
7. Kitab al-Manasik al-Kabir
8. Kitab al-Manasik as-Saghir
9. Kitab Ushul as-Sunnah
10. Kitab al-'Ilal
11. Kitab al-Manasik
12. Kitab az-Zuhd
13. Kitab al-Iman
14. Kitab al-Masa'il
15. Kitab al-Asyribah
16. Kitab al-Fadha'il
17. Kitab Tha'ah ar-Rasul
18. Kitab al-Fara'idh
19. Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah

Perkembangan dan Penyebaran Mazhabnya.


Ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu dari Imam Ahmad ibn Hanbal antara
lain adalah: Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibn Abi al-Dunya dan Ahmad ibn Abi Hawarimy.
Imam Ahmad ibn Hanbal menurut Shubhiy Mahmasaniy secara mapan mengajarkan
ajaran keagamaannya adalah di Baghdad. Kalau terbukti bahwa pengikut Imam Ahmad ibn
Hanbal ini tidak sebanyak imam-imam mazhab yang lainnya, kiranya dapat dimengerti,
karena untuk masyarakat yang sudah kompleks kehidupannya seperti di Baghdad bahkan di
Irak pada umunya, tentu tidak semudah masyarakat yang masih sederhana seperti di Madinah
atau di Hijaz pada umumnya untuk dapat menerima hadits sebagai sumber hukum dalam
menghadapi kehidupan. Mazhab Hanbali termasuk paling sedikit jumlah pengikutnya.
Sampai dengan tahun 1968 tidak lebih dari 10 juta orang.
Tersiarnya mazhab Hanbali, tidak seperti tersiarnya mazhab lainriya. Mazhab ini mulai
tersebar di kota Baghdad tempat kediaman Imam Ahmad ibn Hanbal, kemudian berkembang
pula ke negari Syarri, Oleh karena para sahabat Imam Ahmad ibn Hanbal sebagian berada di
Baghdad, maka berkembanglah mazhabnya dengan pesat di negeri ini yang disebarluaskan
oleh murid-muridnya. Mazhab ini tidak berkembang keluar negeri Irak, melainkan pada abad
keempat Hijriyah. Kemudian berkembang ke Mesir pada abad ketujuh HijriyS-dan pada saat
sekarang, pengikutnya makin sedikit.
Di antara ulama yang telah berjasa mengembangkan mazhabnya adalah: al-Atsram Abu
Bakar Ahmad ibn Haniy al-Khurasaniy, Ahmad ibn Muhammad ibn al-Ha aj al-Marwaniy,
Ibn Ishaq al-Harby-l al-Qasim Umar ibn Abi All al-Husaen al-Khiraqiy, Abd. Aziz ibn Ja'far
dan sebagai penerus mereka yaitu Muwaffaqu al-Din, Ibn Qudamah dan Syamsu al-Din ibn
Qudamah al-Maqdisiy. Keduanya adalah tokoh yang memperbaharui, membela,
mengembangkan dan membuka mata manusia untuk memperhatikan ajaran-ajaran mazhab
Hanbali, terutama dalam bidang mu'amalah, Sekarang mazhab Hanbali adalah mazhab resmi
dari pemerintah Saudi Arabia dan mempunyai pengikut yang tersebar di Jazirah
Arab, Palestina, Syria dan Irak

Anda mungkin juga menyukai