Anda di halaman 1dari 6

BIOGRAFI IMAM HANAFI

Imam Hanafi adalah seorang ulama yang dikenal dalam bidang ilmu fikih. Ia bahkan disebut-sebut
sebagai tokoh pertama yang menyusun kitab fikih. Selain itu, Imam Hanafi adalah pendiri dari Mazhab
Hanafi, yang berkembang di kalangan umat Muslim Sunni di kawasan Afghanistan, Irak, Persia, Mesir,
Turki, China, Rusia, dan sebagian Afrika Barat. Mazhab Hanafi juga sempat berkembang di Maroko,
tetapi tergeser oleh Mazhab maliki.

Pendidikan

Imam Hanafi lahir di Kufah, Irak, pada tanggal 5 september tahun 699 dengan nama lengkap Abu
Hanifah bin Nu'man bin Tsabit Al-Taimi Al-Kufi. Ia lahir di keluarga yang telah memeluk Islam, dan sejak
kecil kerap mendampingi sang ayah berdagang kain sutra. Oleh karena itu, ia kerap melakukan
perjalanan ke berbagai wilayah dan pernah belajar di Mekah serta Madinah di masa mudanya. Imam
Hanafi dikenal sebagai anak yang cerdas. Bukti kecerdasannya dapat dilihat ketika ia mampu menghafal
Alquran serta ribuan hadis. Ia kemudian tumbuh mengikuti jejak sang ayah, menjadi pedagang. Di
samping itu, ia juga terus memperdalam ilmu agamanya. Dalam perjalanannya, Imam Hanafi memilih
untuk fokus pada bidang fikih dan terus memperdalam ilmunya dengan berguru kepada salah satu
syaikh ternama di Kufah, yaitu Syaikh Hammad bin ABu Sulaiman.

Kiprah

Imam Hanafi berguru kepada Syaikh Hammad selama 18 tahun. Setelah gurunya itu meninggal, ia
ditunjuk untuk menggantikan sebagai ulama. Selama menjadi ulama, diketahui bahwa Imam Hanafi
sudah menyelesaikan sebanyak 600.0000 perkara tentang fikih. Berkat wawasannya yang luas, Hanafi
dijuluki sebagai Imam Al-A'dzhom oleh masyarakat dan selalu dijadikan rujukan oleh para ulama pada
masa itu. Imam Hanafi kemudian mendirikan Mazhab Hanafi, yang merupakan salah satu mazhab fikih
dalam Islam Sunni. Mazhab ini diamalkan dan berkembang di berbagai kawasan, seperti Afghanistan,
Persia, Mesir, dan beberapa daerah lainnya. Imam Hanafi cukup dikenal atas penggunaan rasionalitas
(ra'yi) dalam metode pengambilan fatwanya.Dasar-dasar metodologi yang digunakan Hanafi dalam
membuat suatu hukum fikih adalah Alquran, Sunnah, pendapat para Sahabat Nabi, Ijmak, Qiyas, dan
Istihsan. Sepanjang hidupnya, Imam Hanafi diketahui memiliki ratusan murid.

Wafat

Pada tahun 763, Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur sedang mencari seorang hakim yang dapat menegakkan
keadilan di Irak. Khalifah pun segera mengutus orang untuk bertemu Imam Hanafi dan menawarkan
posisi hakim tersebut karena dinilai sangat cocok untuknya. Sewaktu tawaran tersebut ditolak, khalifah
murka dan kemudian mengurung Imam Hanafi di dalam penjara. Imam Hanafi wafat di Bagdad pada
tahun 776 M ketika masih dipenjara. Disebutkan bahwa ia dipukul hingga meninggal. Tetapi ada riwayat
lain yang menyatakan bahwa ia mengonsumsi makanan yang telah diracun. Meninggalnya Imam Hanafi
menjadi kehilangan yang amat besar bagi umat Islam. Bahkan salat jenazahnya dilakukan sebanyak
enam gelombang, di mana masing-masing gelombang diikuti sebanyak 50.000 jamaah
Kitab-kitab atau karya imam Hanafi

Menurut Ash' Shiddieqy, Imam Hanafi tidak menulis bukunya sendiri, melainkan murid-muridnya yang
menuliskannya. Muridnya yang pertama kali menulis kitab atau buku Imam Hanafi adalah Abu Yusuf.
Salah satu bukunya berjudul Risalah Al-Charadj, kitab tersebut menjelaskan dan menguraikan tentang
perihal upeti. Sayangnya kebanyakan buku yang ditulis Abu Yusuf tidak diturunkan dan kurang diketahui.

Sementara murid Imam Hanafi yang lain, Muhammad Ibn Al-Hasan menulis lebih banyak buku terkait
mazhab Hanafi dan menjadi pegangan utama para penganut mazhab Hanafi. Buku-buku tersebut antara
lain:

Al-Djami'ul Kabier As-Sijarul Kabier

Al-Djami'ush Shaghier As-Sijarush Shagier

Al-Mabsuth Az-Zijadat

Keenam buku yang ditulis oleh Muhammad Ibn Al-Hasan juga dikenal sebagai Kitab Dhâhirur Riwâjah
oleh para penganut mazhab Hanafi. Keenam buku tersebut kemudian dikumpulkan lagi oleh Al-Hakim As
Sjahid dalam karyanya yang berjudul Al-Kâfi.

KItab-kitab mazhab Hanafi lainnya yang terkenal antara lain:

Al-Mudjarrad, Adâbul Qadli, Al-Chishâl, An-Nafaqat, Al-Charâj, Al-Farâid, Al-Wasith, Al-Hadid, Al-Djâmi,
Itsbatul Qiyas, Idjtihâdur Ra'ji, Al-Auqâf, Ichtilâful Fuqahâ, Sjarah Musykil, Al hâdist, Sjarah Ma'ânil Atsar

Dasar-dasar yang digunakan oleh Imam Hanafi dalam menetapkan hukum adalah Al-Qur'an, sunah
Rasulullah saw., fatwa dari sahabat, qiyas, ihtisan, ijma', dan urf. Dasar-dasar tersebut dikenal sebagai
dasar Madzab Hanafi. Beberapa karya tulis Imam Hanafi adalah Al-Faraid (membahas masalah waris),
Asy-Syurut (membahas perjanjian), dan Al-Fiqh Al-Akbar (membahas ilmu kalam).

Nilai-nilai yang dapat dipelajari atau di ambil dari imam hanafi yaitu :

 Harus berakhlaq dan berbuat baik kepada orang lain


 Harus benar-benar mempelajari apa yang kita geluti sehingga ilmu kita berguna bagi orang lain
 Rajin belajar dan mencari ilmu semenjak muda

IMAM MALIK

Kehidupan

Malik bin Anas lahir di Madinah pada 93 H atau 711 M dengan nama lengkap Abdullah Malik bin Anas
bin Malik bin ‘Amr bin al-Harrits. Ia adalah putra dari Anas bin Malik dan Aliyah binti Shurayk al-Azdiyya.
Keluarganya berasal dari suku al-Asbahi Yaman, tetapi kakek buyutnya memindahkan mereka ke
Madinah setelah Islam masuk pada 623 M. Selama tinggal di Madinah, Malik menghabiskan waktunya
untuk menghafal Alquran. Ia belajar bacaan dari gurunya yang bernama Abu Suhail Nafi bin Abd ar-
Rahman. Selain itu, ia juga belajar di bawah bimbingan berbagai ulama terkenal, termasuk Hisham bin
Urwah dan Ibn Shihab al-Zuhri. Selama menjalani bimbingan, Malik dikenal sebagai anak yang sangat
cerdas. Ia pernah dibacakan 31 hadis Rasulullah dan mampu mengulanginya dengan baik, tanpa
kesalahan.

Wafat

Pada tanggal 10 Rabi'ul Awwal 179 H, Imam Malik mulai jatuh sakit. Ia kemudian wafat di usia 83 atau 84
tahun di Madinah pada 795 M. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman Al-Baqi di seberang
Masjid Nabawi di Madinah.

Dasar-dasar yang digunakan oleh Imam Malik dalam memutuskan suatu ketetapan adalah Al-Qur'an,
sunah rasul, sunah sahabat, tradisi masyarakat Madinah, qiyas, dan Al-Maslahah Al-Mursalah. Dasar-
dasar yang dikenal dengan Madzab Maliki. Wilayah yang cocok untuk berkembang madzab ini yaitu
Maroko, Tunasia, Sudan, dan Andalusia

Karya Imam Malik

Karya besar yang dihasilkan oleh Imam Malik adalah kitab Al-Muwatta'(kitab hadits dan fiqih). Kitab ini
ditulis atas permintaan Khalifah Al-Mansur, tetapi penulisannya selesai pada masa Khalifah Al-Mahdi.
Kitab itu merupakan kitab hadits dan fikih sekaligus, memuat hadits hadits yang berkaitan dengan
bidang-bidang ilmu fikih. Malik membutuhkan waktu selama 40 tahun untuk menyelesaikan susunan
kitabnya ini. Al-Muwaththa sendiri memiliki arti "yang disepakati" atau "tunjang" atau "panduan". Isi
kitab ini membahas mengenai ilmu serta hukum-hukum dalam agama Islam. Selain itu, Al-Muwaththa
juga memuat hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Malik bersama para sahabatnya. Di dalamnya
juga membahas mengenai berbagai permasalahan tentang agama yang merangkum ilmu hadis, fiqih,
dan sejenisnya. Imam Malik sangat berhati-hati saat membahas, menerima, atau menolak tentang hadis
yang diberikan kepadanya. Dari 100.000 hadis yang dihafal Imam Malik, hanya ada 10.000 saja yang
diakui sah dan hanya 5.000 saja yang disahkan sahih.

Nilai-nilai yang bisa kita ambil atau pelajari dari imam malik yaitu :

Beliau telah menghafal Al-quran ketika usianya masih muda. Beliau seorang yang berahlak mulia,
memiliki sopan santun, dan selalu tabah dalam menghadapi masalah yang menimpanya.

IMAM SYAFII

Imam Syafi'i adalah salah satu dari imam mazhab dalam ilmu Fikih yang paling banyak diikuti oleh umat
Muslim di Indonesia.

Imam Syafii memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Haris Asy Syafii. lahir di Gaza,
Palestina pada tahun 767 M dan meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M. la hidup pada masa
pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Amin, dan Al-Makmun. Madzab fikihnya terkenal dengan
nama Madzab Syafii. Pada usia 9 tahun, Imam Syafii sudah mampu menghafal Al-Qur'an. Ia kemudian
pergi ke sebuah Desa Baduy, yaitu Bani Huzail untuk mendalami bahasa dan sastra Arab.

Imam Syafi'i memulai perjalanan menuntut ilmunya dengan belajar membaca, menulis, dan menghafal
Alquran dari ibunya yang bernama Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah. Ia merupakan sosok ibu ahli ibadah
yang sangat cerdas.

la mempelajari ilmu fikih dari Imam Muslim bin Khalid Az-Zani. Ilmu hadits, la pelajaran dari Imam
Sufyan bin Uyainah. Sedangkan dalam ilmu Al-Qur'an ia belajar dari Imam Ismail bin Castantin. la juga
berguru kepada Imam Malik untuk mempelajari kitab Al Muwatta'. Beliau berkata, "aku menyelesaikan
hafalan Alquran pada umur 7 tahun dan menyelesaikan hafalan kitab Al-Mutwattha' pada umur 10
tahun." Ketika menginjak umur 13 tahun, yakni tepatnya pada tahun 163 H, Imam Syafi'i berangkat ke
Madinah Munawwarah untuk berguru kepada Imam Malik. Dan ketika berumur 15 tahun, beliau
mendapat rekomendasi dari gurunya Muslim bin Khalid untuk memberikan berfatwa dalam masalah
agama

Dasar-dasar yang digunakan oleh Imam Syafii dalam menetapkan hukum, yaitu Al Qur'an, sunah, ijma',
qiyas, dan istidal (penalaran). Kelima dasar ini dikenal sebagai dasar-dasar Madzab Syafii.

Kitab-kitab Imam Syafi'i

Beberapa karya yang ia tulis adalah Ar-Risalah (membahas tentang usul fikih), Al Umm (membahas kitab
fikih yang menyeluruh), Al-Musnad (berisi hadits-hadits nabi), dan Ikhtilaf Al-Hadits (kitab mengenai
perbedaan-perbedaan dalam hadits).

Mazhab Imam Syafi'i

Setelah bebas, Imam Syafi'i kembali ke Mekkah untuk kemudian mengisi kajian fikih serta memberikan
fatwa di Masjidil Haram. Pada periode inilah, Imam Syafi'i sering melakukan perjalanan dari Mekkah ke
Bagdad untuk mulai merintis mazhabnya sendiri, yakni Mazhab Syafi'i. Selama mengembangkan
mazhabnya di Bagdad, Imam Syafi'i mulai muak dengan Kekhalifahan Abbasiyah yang kerap terlibat
dalam perang saudara. Di saat yang sama, ia mulai menyusun kitab dalam bidang Ushul Fikih yang
berjudul Al-Risalah. Selain itu, ia juga mengarang kitab di bidang fikih yang berjudul Al-Hujjah atau yang
dikenal dengan Mazhab Qadim. Karena tidak mau lagi berurusan dengan Kekhalifahan Abbasiyah, pada
816, Imam Syafi'i meninggalkan Bagdad menuju Mesir.

Di Mesir, Imam Syafi'i terus mengembangkan dan menyebarkan mazhabnya yang didasarkan pada
empat sumber hukum, yaitu Al Quran, Sunnah, pendapat hukum masyarakat, dan elaborasi hukum dari
teks aslinya dengan menggunakan analogi. Ketika berada di Mesir, beliau banyak merevisi fatwanya
dengan yang baru atau yang lebih dikenal dengan Mazhab Jadid yang dicantumkan dalam kitab beliau
yang berjudul al-Umm. Beliau menghabiskan masa hidupnya di Mesir hingga wafat pada tahun 204 H.

Murid Imam Syafi'i


Ahmad bin Hambal, Al-Hasan bin Muhammad Az-Za'farani, Ishaq bin Rahawih, Harmalah bin Yahya,
Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, dan Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalbi.

Nilai-nilai yang dapat diambil atau di pelajari dari imam Syafi'i

bahwa sikap teladan Imam Syafi'i terlihat dari semangatnya dalam menimba, menuntut ilmu, serta
selalu memuliakan guru.

IMAM HAMBALI

Imam Hambali mempunyai nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hambal, la lahir di Bagdad pada
tahun 780 M dan meninggal pada tanggal 2 agustus tahun 855 M di kota yang sama. Ayahnya bernama
Muhammad bin Hambal bin Hilal dan ibunya bernama Shahifah binti Maimunah yang berasal dari
bangsawan Bani Amir. la dibesarkan oleh ibunya, karena ayahnya meninggal dunia pada usia muda.

la merupakan salah seorang ulama mujtahid di bidang fikih. Madzabnya disebut Madzab Hambali. la
mempelajari Al-Qur'an dan memperdalam ilmu agama dari para ulama besar di Bagdad hingga usia 10
tahun. Kemudian Imam Hambali juga mulai mempelajari ilmu hadis di usia remaja. Untuk mendalami
hadis lebih lanjut, ia pergi merantau ke Suriah, Hijaz, Yaman, dan negara-negara Arab lainnya.

Beberapa gurunya yaitu Muhammad bin Muslih, Abu Yusuf Al-Qadi, dan Abdur Razaq bin Himan. Dari
mereka, Imam Hambali mendapatkan ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu tafsir, ilmu kalam, dan ilmu bahasa
Arab. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai melakukan perjalanan ke Irak, Suriah, dan Arab,
guna mengumpulkan hadis-hadis Nabi Muhammad. Kala itu, total hadis yang berhasil dihafal telah
berjumlah ratusan. Dengan keahlian ini, Imam Hambali pun dikenal sebagai ahli hadis terkemuka.

Imam Hambali juga mempunyai beberapa murid yang terkenal misalnya Imam Hasan bin Musa, Imam
Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Abu Zu'rah Ad-Dimasyqi, dan Imam Ibnu Abi Ad-
Dunia.

Di bidang fikih, Imam Hambali menetapkan suatu hukum dengan dasar nas Al Qur'an, hadits sahih, fatwa
para sahabat, hadits mursal (bersambung), dan qiyas. Dalam hal qias Imam Hambali menggunakannya
hanya dalam keadaan terpaksa, yaitu apabila semua dasar hukum dan unsur yang terdapat pada
tingkatan di atasnya sudah tidak ada lagi. Dasar-dasar tersebut kemudian dikenal sebagai dasar-dasar
Madzab Hambali.

Karya terbesarnya adalah kitab Al-Musnad yang menghimpun 40.000 hadits yang disusun berdasarkan
tertib nama sahabat yang meriwayatkannya. Hadits-hadits dalam kitab Al-Musnad sebagian besar
berderajat sahih dan hanya sedikit sekali yang sederajat daif.
Kitab-kitab Imam Hambali

Beberapa karya lainnya yaitu Tafsir Al-Qur'an, Kitab An-Naskh wal Mansukh, Kitab Al-Muqaddam wa Al-
Muakhar, Kitab Al-Manasikh Al-Kabir, Kitab Al-Illah, Kitab Al-Wara', dan Kitab Taat Ar-Rosul HAZALI,
Kitab at-Tarikh, Kitab Hadits Syu'bah.

Nilai-nilai yang dapat diambil atau dipelajari dalam Imam Hambali

Semangat beliau dalam menuntut ilmu dan kecerdasan serta kegigihan beliau sehingga telah mencapai
kedudukan mulia di antara pencari ilmu.”

Anda mungkin juga menyukai