Anda di halaman 1dari 10

Kedudukan Mahzab

dalam Syariat Islam


Oleh :
Nabila Cahya Ningtyas 09040521060
Nauval Zabidi 09040521065
Zuniarticha Nurmala 09020521044
Pengertian Mahzab
Mahzab itu secara bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).[4]
 Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan:

Menurut M. Husain Abdullah, mazhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang


berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai
kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait
satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang
hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah
istinbathnya.
            Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mazhab adalah pokok pikiran
atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah; atau
mengistinbathkan hukum Islam.
Disini bisa disimpulkan pula bahwa mazhab mencakup;

(1) Sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid;

(2) Ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-
hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

           Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukum-hukum syariat
(fiqh), yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci
harus dipahami bahwa mazhab itu sesungguhnya juga mencakup ushul fiqh yang menjadi metode
penggalian (thariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika kita
mengatakan mazhab Syafi’i, itu artinya adalah, fiqh dan ushul fiqh menurut Imam Syafi’i.

3 3
Mahzab sebagai Pelestarian
Syariat Islam
Mazhab adalah salah satu bagian dari ilmu fiqih yang perlu diketahui oleh setiap
umat muslim. Melalui mazhab, umat muslim dapat memahami hukum-hukum yang
berlaku dalam agama islam yang mencakup berbagai hal. Tentu mazhab atau
pendapat imam mengenai hukum islam ini digali dari sumber terpercaya, tidak lain
adalah Al Quran dan hadis.
Pembahasan tentang hukum Islam dalam berbagai permasalahan pun terus
berkembang. Munculah kemudian para ulama yang di antaranya merupakan imam
mazhab yang empat, yakni Imam Abu Hanifah (Mazhab Hanafi), Imam Malik
(Mazhab Maliki), Imam Asy-Syafi'i (Mazhab Syafi'i), dan Imam Ahmad bin Hanbal
(Mazhab Hanbali). Bisa dibilang, kepada mereka berempatlah pada kemudian hari
pembahasan hukum-hukum Islam merujuk.
Tiap-tiap imam memiliki kelebihan, kecenderungan, dan karakteristik tersendiri
dalam pemikiran dan fatwa-fatwanya. Imam Abu Hanifah dikenal sangat cerdas, sangat
logis, dan jago berdebat. Imam Malik dikenal sebagai pakar hadis dan cenderung kepada
praktik yang masyhur di Madinah. Imam Asy-Syafi'i dikenal sebagai seorang yang
piawai dalam menggabungkan antara akal dan dalil, menguasai ilmu Malik dan Abu
Hanifah (melalui muridnya, Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani). Adapun Imam
Ahmad, beliau ahli hadis, sangat teguh memegang prinsip, pembela sunah, dan seseorang
yang sangat zuhud hidupnya.
Di Indonesia, umumnya masyarakat Muslim mengikuti Mazhab Syafi'i. Namun, ada
pula sebagian kecil masyarakat Muslim Indonesia yang mengikuti mazhab yang lainnya.
Mungkin ada yang mengira para imam mazhab itu bersaing atau berselisih pendapat, yang
satu merasa lebih baik dari yang lainnya. Anggapan seperti itu sungguh keliru, justru
sebaliknya, para imam mazhab itu saling menghormati satu sama lain, saling belajar dan
menjadi murid satu dengan yang lain.
Meninggalkan Mahzab adalah
Bid’ah
Madzhab yang umumnya diartikan sebagai sebuah aliran atau ajaran merupakan sebuah realita
sejarah yang tidak mungkin dihindari ataupun dihilangkan, karena pengaruhnya masih kita rasakan
hingga sat ini. Dalam literatur Islam madzhab dibagi menjadi dua, madzhab dalam aqidah dan
madzhab dalam fikih.
Madzhab fikih adalah yang sering diistilahkan dengan perbedaan di dalam masalah cabang
(furu’), maka madzhab dalam fikih jauh lebih mudah dan lebih bisa ditoleransi perbedaanya, oleh
karenanya, perlu kajian yang mendalam mengenai hal ini agar umat Islam tidak terpecah belah
hanya karena masalah furu’iyah sehingga kaum muslimin bisa mendudukkannya secara bijak dan
proporsional. Adapun madzhab dalam aqidah adalah madzhab Ahlu Sunnah wal Jamaah, dalam
ranah aqidah umat Islam semuanya harus bermadzhab yang sesuai dengan Ahlu Sunnah wal Jamaah,
maka setiap yang menyelisihi madzhab ini dikatakan sesat.
Mengapa bisa Dikatakan Sesat atau Bid’ah?
Bagi seorang muslim, di dalam menjalankan syariat Islam harus berpedoman dengan Al-Qur’an
dan as-Sunnah dan juga sesuai dengan pemahaman salafush shalih. Namun kenyataannya
membuktikan bahwa tidak semua orang Islam mampu mengambil hukum secara langsung dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah, dikarenakan keterbatasan ilmu dan kemampuan mereka dalam hal itu. Dan
ternyata hanya sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kelayakan melakukannya dari
setiap generasi umat ini. Sekelompok orang seperti inilah yang disebut para Mujtahid.
Mengingat karena hanya orang-orang pilihanlah yang memiliki kualifikasi sampai kepada level
mujtahid yang bisa meng-istinbath-kan sebuah hukum syar’i. tentunya bagi yang bukan mujtahid
tidak ada pilihan lain selain mengambil hokum-hukum yang telah disimpulkan orang para mujtahid
atau harus mengikuti imam mujtahid yang biasa disebut dengan bermadzhab.
Bermadzhab memang merupakan sebuah jalan untuk bisa memahami nash-nash syar’i baik dari
Al-Qur’an maupun As-Sunnah, karena tidak semua orang bisa menginterpretasikan dalil-dalil yang
ada dan mengkonklusikan (istimbath) sebuah hukum, hanya orang-orang yang memiliki
kemampunan berijtihad atau menggali sendiri hukum dari Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan
kapasitas ilmu yang dimilikinya yang mampu untuk menyimpulkan sebuah hukum.
Biografi 4 Imam Mahzab
1. Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit, (Mazhab Hanafi) (Ulama
Hanafiyah ) Beliau dilahirkan pada tahun 80 H di Kufah, dan wafat pada tanggal
150 H. Mazhab yang dikenal dengan ahli qiyas (al-aqlu), hadits yang di
sampaikan di Irak lebih sedikit. Beliau merupakan Ulama yang ahli tahajud, fasih
dalam membaca Al-Qur'an, pernah ditawari menjadi hakim di zaman bani
Umayyah tetapi beliau menolak.
2. Imam Maliki bin Anas Al ashbahy, (Mazhab Maliki) (Ulama Malikiyah). Beliau
dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Beliau
dikenal sebagai ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan perbuatan Ahli
Madinah (Al-'Amal) daripada khabaril wahid (Hadits perorangan). Karena bagi
beliau mustahil bagi Ahli madinah berbuat perbuatan yang bertentangan karena di
masa itu Rasul berada di Madinah. Dan juga haditsnya dikatakan sebagai hadits
mutawatir.
3. Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i Al-Quraisyi, (Mazhab
Syafi'i) (Ulama Syafi'iyyah). Beliau dilahirkan di Ghuzzah tahun 150
H dan wafat di Mesir tahun 204 H. Beliau belajar kepada Imam Malik
yang dikenal dengan mazhabul hadits, kemudian beliau pergi ke Irak
dan belajar dari ulama Irak yang dikenal mazhabul qiyas
(Keistimewaan beliau), Hafal Al-Qur'an usia 7 Tahun, pandai diskusi.
4. Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani, (Mazhab hanbali) (Ulama
Hanabilah). Beliau dilahirkan di Baghdad tahun 164 H dan wafat pada
tahun 248 H. Beliau adalah murid Imam Syafi'i yang paling istimewa
dan tidak pernah pisah sampai Imam Syafi'i jirah ke mesir. Menurut
beliau hadits dha'if dapat dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan
fadhailul Amal bukan untuk menentukan hukum
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai