NIM : 12170311469
UAS : Fiqih
RESUME MATERI MAKALAH MAZHAB SYAFI‟I
Mazhab Syafi`i adalah salah satu mazhab dari empat mazhab Imam lainnya,
telah berpengaruh besar terhadap perkembangan hukum di Indonesia. Mazhab ini
telah lama berkembang dan mengakar pada mayoritas muslim di Indonesia.
Keunggulan mazhab Syafi`I dengan mazhab Imam yang lain salah satunya adalah
dari segi pengambilan hukum yang seimbang menggunakan nass dan ra‟yu (logika)
dalm penetapan hukum.
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafii. Mazhab ini
dinamakan sesuai dengan pendirinya, Mazhab ini muncul pada pertengahan abad
ke-2 Hijriah. Imam Syafi‟i memiliki pemikiran fikih yang khas dan berbeda
dibandingkan kedua mazhab terdahulunya. Sumber acuan mazhab ini adalah paham
dan pemikiran Syafi‟i yang dimuat dalam kitabnya, Ar- Risalah, Al-Umm, Ikhtilaf
al-Hadits, dan lain-lain.
Imam Syafi‟i atau yang juga dikenal dengan nama „Syaikh Al Islam‟, adalah
salah satu dari empat Imam besar mazhab Sunni. Menurut beberapa sumber, dia hafal
Quran pada usia tujuh atau sembilan tahun, Imam Syafi‟i tidak hanya menghafal
seluruh Al-Qur‟an, tetapi juga sejarah dan etimologi setiap ayat, semuanya pada usia
10 tahun.
Dalam bidang hadis, Imam Syafi‟i berbeda pula dengan Abu Hanifah dan
Imam Malik. Menurut Imam Syafi‟i , apabila suatu hadis sudah shahih sanadnya dan
bersambung sampai Nabi saw, maka sudah wajib diamalkan tanpa harus dikaitkan
dengan amalan ahli Madinah sebagaimana disyari‟atkan oleh Imam Malik, dan tidak
perlu ditentukan syarat-syarat yang terlalu banyak dalam penerimaan hadis
sebagaimana disyaratkan oleh Imam Abu Hanifah. Karena itulah Imam Syafi‟i
dijuluki sebagai Nashir as Sunnah (penolong sunnah).
Mazhab adalah, jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang Imam
mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristwa (hal) berdasarkan kepada Al-
Qur‟an dan Hadist. Dalam kitab al-Umm dijelaskan pembentukan mazhabnya sebagai
berikut: “Ilmu itu bertingkat-tingkat, pertama ilmu yang di ambil dari kitab (Al-
Qur‟an) dan sunah Rasulullah SAW.
Pemikiran fikih mazhab ini diawali oleh Imam Syafi‟i, yang hidup pada zaman
pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada teks hadis) dan
Ahlur Ra‟yi (cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad).
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafii. Mazhab ini
dinamakan sesuai dengan pendirinya, Mazhab ini muncul pada pertengahan abad ke-2
Hijriah. Imam Syafi‟i memiliki pemikiran fikih yang khas dan berbeda dibandingkan
kedua mazhab terdahulunya. Sumber acuan mazhab ini adalah paham dan pemikiran
Syafi‟i yang dimuat dalam kitabnya, Ar- Risalah, Al-Umm, Ikhtilaf al-Hadits, dan
lain-lain.
b. Suatu hukum yang disebut secara global dalam al Qur‟an dan dirinci
dalam Sunnah. Misalnya jumlah rakaat shalat, waktu pelaksanaannya,
apa dan berapa kadar zakat. Semua itu disebutkan secara global dalam
al Qur‟an dan Nabi yang menerangkan secara rinci.
c. Nabi juga sering menentukan suatu hukum yang tidak ada nash
hukumnya dalam al Qur‟an. Bentuk penjelasan al Qur‟an untuk
masalah seperti ini dengan mewajibkan taat kepada perintah Nabi dan
menjauhi larangannya. Dengan demikian suatu hukum yang ditetapkan
oleh Sunnah berarti juga ditetapkan oleh al Qur‟an, karena al Qur‟an
memerintahkan untuk mengambil apa yang diperintahkan oleh Nabi
dan menjauhi yang dilarang.
d) Perawinya tidak menyalahi para ahli ilmu yang juga meriwayatkan hadis itu.
3. Ijma‟ Dalam arti bahwa para sahabat semua telah menyepakatinya. Ijma‟ yang
dipakai Imam Syafi‟i sebagai dalil hukum adalah ijma yang disandarkan pada
nash atau ada.
4. Qiyas
Imam Syafi‟i memakai qiyas apabila dalam ketiga dasar hukum di atas
tidak tercantum, juga dalam keadaan memaksa. Hukum qiyas yang terpaksa
itu hanya mengenai keduniaan atau muamalah, karena segala sesuatu yang
bertalian ibadah telah cukup sempurna dari al-Qur‟an dan as-Sunnah
Rasulullah. Untuk itu beliau dengan tegas berkata: “Tidak ada hukum qiyas
dalam ibadah”. Beliau tidak terburu - buru menjatuhkan hukum secara qiyas
sebelum lebih menyelidiki tentang dapat atau tidaknya hukum itu
dipergunakan.
5. Istidlal (Istishhab)