SOAL :
1. Jelaskan pengertian fikih menurut Al-Utsaimin, Az-Zarkasyi dan Imam Al-Harmain !
2. Sebutkan dan jelaskan yang termasuk sumber utama ilmu fikih !
3. Sebutkan tiga manfaat dan urgensi mempelajari ilmu fikih !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan madzhab dan sebutkan yang termasuk dasar dasar
hukum fikih madzhab Abu Hanifah !
5. Jelaskan secara singkat berdirinya madzhab Syafei dan sebutkan dasar- dasar hukum fikih
madzhab Syafei disertai dengan penjelasannya !
Keterangan: Silahkan dijawab dengan baik dan benar!
Jawaban diupload di mynida pada hari sabtu sesuai jadwal mata kuliah !setelah dosen
mengirim kode presensi !
JAWABAN :
1. Pengertian Fiqh Menurut :
Al-Utsaimin
اﻟﴩ ِﻋﯿ ِﺔ اﻟْ َﻌ َﻤ ِﻠﯿ ِﺔ ِﺑ ِد ﳤِ َﺎ اﻟﺘ ْﻔ ِﺼ ْﯿ ِﻠﯿ ِﺔ
ْ َﻣ ْﻌ ِﺮﻓَ ُﺔ ا ْ ْﺣ َﲀ ِم
“Mengenal hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyyah dengan dalil-dalilnya yang
terperinci.” (Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Al-Ushul min Ilmi Al-Ushul, (Daaru
Ibni Al-Jauziy) hlm. 7)
Az-Zarkasyi
َ َﺴ ُﺐ ِﻣ ْﻦ ! ِد ﳤِ َﺎ اﻟﺘ ْﻔ ِﺼﯿ ِﻠﯿ ِﺔ%اﻟﴩ ِﻋﯿ ِﺔ اﻟْ َﻌ َﻤ ِﻠﯿ ِﺔ اﻟْ ُﻤ ْﻜ
ْ اﻟْ ِﻌ ْ ُﲅ ِ' ْ ْﺣ َﲀ ِم
“Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyyah yang digali dari dalil-
dalilnya yang terperinci.” (Az-Zarkasyi, Al-Bahr Al-Muhiith fi Ushul Al-Fiqh, (Daarul
Kutubi, 1994), juz 1, hlm 34)
Imam Al-Harmain
اﻟﴩ ِﻋﯿﺔ دون اﻟْ َﻌ ْﻘ ِﻠﯿﺔ
ْ ﻫ َُﻮ اﻟْﻌﲅ ِﺑ ْﺣ َﲀم !ﻓ َﻌﺎل اﻟْ ُﻤ َﳫّﻔﲔ
“Adalah ilmu tentang hukum-hukum perbuatan mukallaf secara syar’i bukan secara
akal.” (Abdul Malik Al-Juwaini, At-Takhlish fi Ushul Al-Fiqh, (Daarul Basyaair Al-
Islamiyyah), hlm 105)
Dari definisi ketiga ulama tersebut dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :
Ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang hukum syar’i
Pembahasan fiqih hanya yang bersifat amaliyyah, seperti tata cara sholat, zakat, haji
dan semisalnya
Ilmu fiqih hanya membahas hukum syar’i, tidak membahas hukum akal dan hukum
adat
Dalam pembahasannya, ilmu fiqih digali dari dalil-dalilnya yang terperinci
Ilmu fiqih juga membahas hukum perbuatan mukallaf, seperti wajib, sunnah,
mubah, makruh, dan haram
As – Sunnah
ialah segala sesuatu yang dikulik dari Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan
hidup
Ijma’
ialah kesepakatan seluruh mujtahid dari umatnya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam setelah wafatnya beliau atas perkara syariat.
Qiyas
ialah penentuan suatu permasalahan hukum yang tidak ada pada masa sebelumnya
dengan cara membandingkan permasalahan hukum yang sudah ada nashnya karena
adanya kesamaan illat.
Padahal Allah ta’ala melarang kita untuk mengikuti sesuatu yang kita tidak
mengetahui ilmunya. Allah ta’ala berfirman :
Dengan ilmu fiqih inilah kita bisa mengetahui bagaimana tata cara ibadah yang
benar sesuai dengan apa yang disyariatkan.
Ibadah pada asalnya adalah haram hingga ada dalil yang memerintahkannya.
Oleh karena itulah para ulama menyimpulkan bahwa tidak diperbolehkan seseorang
beribadah sampai datang dalil yang jelas kepadanya.
Oleh karena itu, mempelajari ilmu fiqih adalah hal yang sangat penting agar kita
terhindar dari ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Maka dengan ilmu fiqih kita dapat mengetahui mana muamalah yang
diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan sehingga kita tidak terjatuh dalam
perkara yang diharamkan dalam Islam.
4. Mazhab
Pengertian Mazhab
Kata Mazhab merupakan sighat Islam dari Fi’il Madhi Zahaba. Zahaba artinya
pergi, oleh karena itu mazhab artinya, tempat pergi atau jalan. Kata-kata yang semakna
ialah: Maslak, thariqah dan sabiil yang kesemuanya berarti jalan atau cara. Sesuatu
yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan
Mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khas. Menurut para
ulama dan ahli agama islam, yang dnamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang
dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya
menjadikan sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, dibangun diatas prinsip-
prinsip dan kaidah-kaidah.
Dasar dasar hukum fiqh madzhab Abu Hanifah terdiri dari :
1) Al-Qur’an
2) As Sunnah
3) Fatwa sahabat
4) Ijma’
5) Qiyas
6) Istihsan
7) ‘Urf
5. Mazhab Syafi’i
Sejarah
Madzhab ini didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. Beliau lahir
di Palestina (Syam) pada tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H. Beliau termasuk
keturunan Rasulullah SAW yang bertemu di garis keturunan kakeknya, Abdul Manaf.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya membawanya kembali ke Makkah untuk berguru
pada seorang mufti, Imam Muslim bin al-Khalid.
Beliau telah hafal Al-Qur’an pada usianya yang baru genap 7 tahun. Beliau
diberi izin untuk mengeluarkan fatwa ketika berusia 15 tahun. Kemudian beliau pindah
ke Madinah berguru kepada Imam Malik bin Anas, dan berhasil menghafalkan kitab
al-Muwattha’, karangan Imam Malik hanya dalam 9 malam.
Kemudian beliau berpindah-pindah tempat untuk menuntut ilmu, dari Yaman,
Bagdad, bahkan beliau sempat menuntut ilmu kepada Imam Ahmad bin Hanbal di
Makkah. Beliau menamakan pendapat-pendapatnya ketika berada di Bagdad dengan
Madzhab Qodim (madzhab yang lama).
Pada tahun 200 H, beliau pindah ke Mesir dan bertemu dengan murid-murid
Imam Hanafi sehingga pola pikir mereka mempengaruhi pola pikir beliau. Di Mesir,
beliau mengembangkan Madzab Jadid (madzab yang baru).
Ulama yang mengikuti madzhab Imam Syafi’i dikenal dengan ulama Syafi’iyah.
Penyebaran madzhab Syafi’i antara lain di Irak, lalu berkembang dan tersiar ke
Khurasan, Pakistan, Syam, Yaman, Persia, Hijaz, India, daerah-daerah Afrika dan
Andalusia. Kemudian madzhab Syafi’i ini tersiar dan berkembang, bukan hanya di
Afrika, tetapi ke seluruh pelosok Negara-negara Islam, baik di Barat, maupun di Timur,
termasuk ke Indonesia.