Anda di halaman 1dari 14

SEKOLAH TINGGI NIDA EL-ADABI

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH : Bahasa Arab


SEMESTER/PRODI : 1/MBS

A. Isim Maushul
Yaitu isim mabnîy yang menûnjukkan makna yang
jelas dengan adanya kalimat berikutnya yang kemudian
disebut dengan shilat maushûl.
Isim-isim maushûl itu sendiri adalah:
a. ‫ ﺍﻟﺬﻱ‬digunakan untuk kata tunggal/mufrad lelaki.
Contoh : ‫“ ﺣﻀﺮ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﺠﺢ‬Telah datang yang telah berjaya.”
b. ‫ ﺍﻟﺘﻰ‬digunakan untuk kata tunggal/mufrad perempuan.
Contoh : ‫“ ﻛﻮﻓٔﯨﺖ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﺔ ﺍﻟﺘﻰ ﺗﻔﻮﻗﺖ‬Mahasiswa yang berjaya
telah diberi beasiswa.”
c. ‫ ﺍﻟﻠﺬﺍﻥ‬digunakan untuk kata yang bermakna dua (lelaki)
Contoh : ‫“ ﺳﺎﻓﺮ ﺍﻟﺬﺍﻥ ﺍٔﻗﺎﻣﺎ ﺑﺎﻟﻔﻨﺪﻕ‬Telah pergi dua orang yang
menginap dihotel itu.”
d. ‫ ﺍﻟﻠﺘﺎﻥ‬digunakan untuk kata yang bermakna dua
(perempuan).
Contoh : ‫“ ﺍﻟﻠﺘﺎﻥ ﻭ ﺍﻅﺒﺘﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻀﻮﺭ ﻧﺠﺤﺘﺎ‬Dua orang yang
selalu hadir itu telah berjaya.”
e. ‫ ﺍﻟﺬﻳﻦ‬digunakan untuk kata yang bermakna jama’ (lelaki)
yang berakal (manusia).
Contoh : ‫“ ﻻﺍٔﺣﺐ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺘﺒﺎﻫﻮﻥ ﺑﺎٔﻋﻤﺎﻟﻬﻢ‬Saya tidak suka kepada
mereka yang melalaikan pekerjaannya.”
f. ‫ ﺍﻟﻼ ٔﯨﻲ‬dan ‫ ﺍﻟﻼﺗﻰ‬digunakan untuk kata yang bermakna
jama’ (perempuan).
Contoh : ‫“ ﺍٔﺣﺴﻨﺖ ﺍﻟﺴﻴﺪﺍﺕ ﺍﻟﻼﺗﻰ ﺗﻜﻠﻤﻦ‬bu yang sedang bercakap
itu sudah berbuat baik.”
g. ‫ َﻣ ْﻦ‬digunakan untuk objek manusia, baik lelaki mahupun
perempuan, tunggal/mufrad, dual/muannas atau
plural/jamak. Contoh :
1. ‫“ ﺟﺎء َﻣ ْﻦ ﻗﺎﻡ‬Telah tiba orang (lelaki) yang telah berdiri.”
2. ‫“ ﺟﺎءﺕ َﻣ ْﻦ ﻗﺎﻣﺖ‬Telah tiba orang (perempuan) yang telah
berdiri.”
3. ‫“ ﺟﺎء َﻣ ْﻦ ﻗﺎﻣﺎ‬Telah tiba dua orang (lelaki) yang telah
berdiri.”
4. ‫“ ﺟﺎءﺕ َﻣ ْﻦ ﻗﺎﻣﺘﺎ‬Telah tiba dua orang (perempuan) yang
telah berdiri.”
5. ‫“ ﺟﺎء َﻣ ْﻦ ﻗﺎﻣﻮﺍ‬Telah tiba mereka orang (lelaki) yang
telah berdiri.”
6. َ‫“ ﺟﺎءﺕ َﻣ ْﻦ ﻗﻤﻦ‬Telah tiba mereka (perempuan) yang
telah berdiri.”
h. ‫ ﻣﺎ‬digunakan untuk objek manusia, baik lelaki mahupun
perempuan, tunggal/mufrad, dual/muannas atau
plural/jamak. Contoh :
1. ‫“ ﺍٔﻋﺠﺒﻨﻰ ﻣﺎ ﻛﺘﺒﺖَ ﻣﻦ ﻗﺼﺔ‬Saya kagum dengan sebuah
kisah yang telah kamu tulis.”
2. ‫“ ﺍٔﻋﺠﺒﻨﻰ ﻣﺎ ﻛﺘﺒﺖَ ﻣﻦ ﻗﺼﺘﻴﻦ‬Saya kagum dengan dua kisah
yang telah kamu tulis.”
3. ‫“ ﺍٔﻋﺠﺒﻨﻰ ﻣﺎ ﻛﺘﺒﺖَ ﻣﻦ ﻗﺼﺺ‬Saya kagum dengan beberapa
kisah yang telah kamu tulis.”
Semua isim maushûl mabnîy (kekal), kecuali “‫”ﺍﻟﻠﺬﺍﻥ‬
dan “‫ ”ﺍﻟﺘﺎﻥ‬keduanya dii’rab mutsanna. Seiring dengan itu,
bentuk akhir isim maushûl tidak berubah-ubah, tetapi dapat
menempati posisi rafa’, nashab, atau jar sesuai dengan
jawatannya dalam kalimat. Contoh :
 ‫ﻛﻮﻓﻰ ﺍﻟﻠﺬﻳﻦ ﻧﺠﺤﻮﺍ‬ٔ “Mereka yang berjaya telah diberi
beasiswa.” (Kata “‫ ”ﺍﻟﻠﺬﻳﻦ‬adalah isim maushûl di-binâ
dengan harkat fathah menempati posisi rafa’ sebagai nâib
fâ’il. Kata “‫ ”ﻧﺠﺤﻮﺍ‬adalah kalimat fi’liyah menjadi shilat
maushûl.
‫“ ﺍ ﱠ‬Sesungguhnya kereta yang
 ‫ﻥ ﺍﻟﺴ ﱠﻴﺎﺭﺓ ﺍﻟﺘﻰ ﺗﺴﻴﺮ ﺑﺠﺎﻧﺒﻨﺎ ﻣﺴﺮﻋﺔ‬ٟ
lewat disamping kami itu sangat laju”. (Kata “‫ ”ﺍﻟﺘﻰ‬adalah
isim maushûl di-binâ dengan harkat sukûn menempati
posisi nashab sebagai pengganti
isim “‫ﺍ ﱠﻥ‬ٟ”. Kata “‫ ”ﺗﺴﻴﺮ‬adalah kalimat fi’liyah menjadi
shilat maushûl.
Adapun Shilat maushûl dapat dalam bentuk:
a. Kalimat fi’liyah seperti seperti contoh di atas .
b. Kalimat ismiyah contoh : “‫ ”ﺣﻀﺮ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻫﻢ ﺍٔﺻﺪﻗﺎٔﯨﻲ‬Telah tiba
mereka rakan -rakan saya.
c. Zharaf (kata keterangan tempat), contoh: “ ‫ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻠﻮﺣﺔ‬ٟ ‫ﺍٔﻧﻈﺮ‬
‫ ”ﺍﻟﺘﻰ ﺍٔﻣﺎﻣﻚ‬Lihatlah papan tulis yang ada di depanmu.
d. Jar Majrur, contoh: “‫ ”ﻗﻄﻔﺖ ﺍﻻٔﺯﻫﺎﺭ ﺍﻟﺘﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺤﺪﻳﻘﺔ‬Saya
memetik bunga yang ada di taman.

Kalimat fi’liyah atau ismiyah yang menjadi shilat


maushûl diharuskan ada dhamir yang menjadi penghubung
antara shilat dan isim maushûl. Dhamîr itu sendiri harus
menyesuaikan diri dalam soal jenis dan pola kata. Dhamîr
yang demikian itu disebut dengan “â’id.”
Contoh : ‫“ ﺍٔﺣﺴﻨﺖ ﺍﻟﺴﻴﺪﺍﺕ ﺍﻟﻼﺗﻰ ﺗﻜﻠﻤﻦ‬Ibu yang sedang bercakap
itu sudah berbuat baik.” (Yang menjadi shilah dalam kalimat
ini adalah dhamîr yang ada pada kata “‫) ”ﺗﻜﻠﻤﻦ‬.
Tetapi jika bentuk kalimat dapat difahami, maka shilat
maushûl-nya boleh dibuang.
Contoh : ‫ ﺟﺎء ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻛﺎﻓﺎٔﺕ‬aslinya adalah: ‫“ ﺟﺎء ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻛﺎﻓﺎٔﺗﻬﻢ‬Telah tiba
orang-orang yang telah aku beri beasiswa kepada mereka.”

B. Isim Dhomir
Yaitu isim mabnîy yang menûnjukkan makna orang
pertama, kedua dan ketiga. Dhamîr ada tiga macam :
a. ‫( ﺍﻟﺼﻤﺎٔﯨﺮ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻠﺔ‬Dhamîr terpisah/kata ganti untuk orang).
Yaitu yang tidak bersambung dengan kata lain. Dhamîr ini
ada dua macam:
1. Dhamîr rafa’ munfasilah yaitu yang dapat berposisi
sebagai mubtada’, khabar, fâ’il, atau nâib fâ’il, yaitu :
 Kata ganti untuk orang pertama : ُ‫ ﻧﺤﻦ‬- ‫ﺍٔﻧﺎ‬
 Kata ganti untuk orang kedua : ‫ ﺍٔﻧﺘ ُﻢ‬- ‫ ﺍٔﻧﺘُﻤﺎ‬- ‫ﺖ‬
ِ ‫ ﺍٔﻧ‬- َ‫ﺍٔﻧﺖ‬
ُ‫ ﺍٔﻧﺘ ﱠﻦ‬-
 Kata ganti untuk orang ketiga : ‫ُﻫﻮ – ﻫﻲ – ُﻫﻤﺎ – ُﻫﻢ‬
‫ ُﻫ ّﻦ‬-
Contoh :
- ‫“ ﺍٔﻧﺎ ﻋﺮﺑﻲ‬Saya adalah orang Arab” (Kata “‫”ﺍٔﻧﺎ‬
adalah dhamîr terpisah di-binâ menempati
posisi rafa’ sebagai mubtada’).
- ‫ﻫﻮﻗﺎﻡ‬
َ “Dia telah berdiri” (Kata “‫ ”ﻫﻮ‬adalah
dhamîr terpisah, di-binâ menempati posisi
rafa’ sebagai fâ’il).
- ُ‫ﺍﻻ ﻧﺤﻦ‬ٟ ٔ‫“ ﻟﻢ ﻳُﻜﺎﻓﺎ‬Hanya kami yang diberi bonus”
(Kata “ ُ‫ ”ﻧﺤﻦ‬adalah dhamîr terpisah, di-binâ
menempati posisi rafa’ sebagai nâib fâ’il).
2. Dhamîr nashab munfashilah iaitu yang dapat berposisi
sebagai maf ’ûlbih, yaitu :
 Kata ganti untuk orang pertama: ‫ﺍ ّﻳﺎﻧﺎ‬ٟ - ‫ﺎﻱ‬ َ ‫ﺍ ّﻳ‬ٟ
 Kata ganti untuk orang kedua: - ‫ﺍ ّﻳﺎﻛﻤﺎ‬ٟ - ‫ﺎﻙ‬ ِ ‫ﺍ ّﻳ‬ٟ - َ‫ﺍ ّﻳﺎﻙ‬ٟ
ّ ‫ﺍ ّﻳ‬ٟ - ‫ﺍ ّﻳﺎﻛ ْﻢ‬ٟ
‫ﺎﻛﻦ‬
 Kata ganti untuk orang ketiga: ‫ﺍ ّﻳﺎ ُﻫﻢ‬ٟ - ‫ﺍ ّﻳﺎ ُﻫﻤﺎ‬ٟ - ‫ﺍ ّﻳﺎﻫﺎ‬ٟ - ‫ﺍ ّﻳﺎﻩ‬ٟ
‫ﺍ ّﻳﺎ ُﻫ ّﻦ‬ٟ -
Contoh : ‫ﺍ ّﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ‬ٟ‫ﺍ ّﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ ﻭ‬ٟ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya
kepada-Mu kami minta tolong.” (Kata “‫ﺍ ّﻳﺎﻙ‬ٟ”
adalah dhamîr terpisah, di-binâ menempati posisi
nashab sebagai maf ’ûlbih).
b. ‫( ﺍﻟﻀﻤﺎٔﯨﺮ ﺍﻟﻤﺘﺼﻠﺔ‬dhamîr bersambung/kata ganti kepunyaan).
Dhamîr bersambung ada tiga macam:
1. Dhamîr rafa’ bersambung, iaitu yang selalu
bersambung dengan fi’il atau dengan “ َ‫ ” َﻛﺎﻥ‬dan saudara
-saudaranya. Dhamîr rafa’ bersambung yaitu:
 ‫( ﺗﺎء ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ‬ta yang berperan sebagai fâ’il). Contoh :
‫ ﺩﺭﺳﺘ ُ ﱠﻦ‬- ‫ﺖ – ﺩﺭﺳﺘ ُﻤﺎ‬ ِ ‫ﺩﺭﺳﺖُ – ﺩﺭﺳﺖَ – ﺩﺭﺳ‬
 ‫( ﻧﺎ‬nâ berperan sebagai fâ’il). Contoh : ‫ﺩﺭﺳﻨَﺎ‬
 ‫ﺍﻻﺛﻨﻴﻦ‬ ٟ ‫( ﺍٔﻟﻒ‬alif sebagai tanda kata bermakna dua).
Contoh : ‫ ﺍٔﺩﺭﺳﺎ‬- ‫ﺳﺎ – ﺩﺭﺳﺘَﺎ – ﻳﺪﺭﺳﺎﻥ – ﺗﺪﺭﺳﺎﻥ‬ َ ‫ﺩﺭ‬
 ‫( ﻭﺍﻭ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ‬waw sebagai tanda kata bermakna
jama’). Contoh : ‫ ﺍٔﺩﺭﺳﻮﺍ‬- ‫ﺩﺭﺳﻮﺍ – ﻳﺪﺭﺳﻮﻥ‬
 ‫( ﻳﺎ ﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺒﺔ‬ya tanda ungkapan untuk perempuan).
Contoh : ‫ ﺍٔﺩﺭﺳﻲ‬- ‫ﺗﺪﺭﺳﻴﻦ‬
Dhamîr rafa’ bersambung di atas terkadang:
 Bersambung dengan fi’il, dia di-binâ dan
menempati posisi rafa’ sebagai fâ’il.
Contoh :
- ‫ﺍﻟﺼﺤﻒ‬
َ ُ‫“ ﻗﺮﺍٔﺕ‬Saya telah membaca beberapa
akhbar” (Kata “ٔ‫ ”ﻗﺮﺍ‬adalah fi’il mâdhi,
sementara huruf “ ُ‫ ”ﺕ‬nya adalah dhamîr
bersambung mabnîy dengan harkat dhummah
menempati posisi rafa’ sebagai fâ’il.
- ‫“ ﺍﻟﻘﻄﺎﺭﺍﻥ ﻳﺴﻴﺮﺍﻥ‬Kedua Karetapi itu sedang
berjalan”. (Kata “‫ ”ﻳﺴﻴﺮﺍﻥ‬adalah fi’il mudhâri’
di-rafa’-kan dengan huruf nûn, sementara alif-
nya adalah dhamîr bersambung sebagai fâ’il.)
- َ‫“ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﺎﺕ ﻧﺠﺤْ ﻦ‬Para mahasiswi itu sudah
berjaya” (Kata “ َ‫ ”ﻧﺠﺤْ ﻦ‬adalah fi’il mâdhi dan
huruf nûn adalah dhamîr bersambung di-binâ
dengan harkat fathah menempati posisi rafa’
sebagai fâ’il.)
 Atau bersambung dengan “ َ‫ ”ﻛﺎﻥ‬dan saudara -
saudaranya, dia di-binâ dan menempati posisi
rafa’ sebagai isim “‫”ﻛﺎﻥ‬
Contoh :
- ‫ﺎﺱ‬ ِ ‫ﺖ ِﻟﻠ ﱠﻨ‬ ْ ُ ‫ﺧ ْﻴ َﺮﺍ ُ ﱠﻣ ٍﺔ ﺍ‬
ْ ‫ﺧ ِﺮ َﺟ‬ َ ‫“ ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ‬Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (Kata
“‫ ” ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ‬adalah fi’il mâdhi nâqish dan huruf tâ-
nya adalah dhamîr bersambung di-binâ dengan
harkat dhummah menempati posisi rafa’
sebagai isim “ َ‫”ﻛﺎﻥ‬. Kata “‫ﺧ ْﻴ َﺮ‬ َ ” adalah khabar
“ َ‫ ”ﻛﺎﻥ‬di-nashabkan dengan harkat fathah.
- ‫“ ﻛﻮﻧﻮﺍ ﻳﺪﺍ ﻭﺍﺣﺪﺓ‬Jadilah kamu umat yang bersatu”
(Kata “‫ ”ﻛﻮﻧﻮﺍ‬adalah fi’il amar dan huruf waw-
nya adalah dhamîr bersambung menempati
posisi rafa’ sebagai isim “ َ‫”ﻛﺎﻥ‬. Kata “‫”ﻳﺪﺍ‬
adalah khabar “ َ‫ ”ﻛﺎﻥ‬dinashabkan dengan
harkat fathah.
2. Dhamîr nashab bersambung, yaitu yang bersambung
dengan fi’il atau dengan “‫ﺍ ّﻥ‬ٟ” dan saudara- saudaranya.
yaitu:
- ‫( ﻳﺎء ﺍﻟﻤﺘﻜﻠﻢ‬Kata ganti kepunyaan untuk saya).
Contoh : ‫“ ﺷﻜﺮﻧﻰ‬Dia telah berterima kasih kepada
saya”
- ‫( ﻙ ﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺐ‬Kata ganti kepunyaan untuk orang
kedua). Contoh : - ‫ﺷﻜﺮﻙ – ﺷﻜﺮ ُﻛﻤﺎ – ﺷﻜﺮ ُﻛﻢ‬ ِ – َ‫ﺷﻜﺮﻙ‬
ّ‫ﺷﻜﺮ ُﻛﻦ‬
- ‫( ﻫﺎء ﺍﻟﻐﺎٔﯨﺐ‬Kata ganti kepunyaan untuk orang
ketiga). Contoh : ‫ﺷﻜﺮﻫﻦ‬ ّ - ‫ﺷﻜﺮﻩ – ﺷﻜﺮﻫﺎ‬
Dhamîr nashab bersambung tersebut terkadang:
 Bersambung dengan fi’il dia di-binâ menempati
posisi nashab sebagai maf ’ûlbih.
Contoh :
- ‫“ ﺗﻘﺪﻡ ﺍﻟﺠﻨﻮﺩ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﻌﺪﻭ ﻭ ﺣﺎﺻﺮﻭﻩ‬Para pasukan
bergerak ke arah lawan dan menyerangnya”
(Kata “‫ ”ﺣﺎﺻﺮ‬adalah fi’il mâdhi mabnîy, huruf
“‫ ”ﻭ‬adalah dhamîr bersambung menempati
posisi rafa’ sebagai fâ’il. Sementara “‫”ﻫﺎ‬
adalah dhamîr bersambung menempati posisi
nashab sebagai maf ’ûlbih.
- ‫ﺗﻬﺰﻧﺎ‬ ‫“ ﺍﻻٔﻧﺎﺷﻴﺪ ﺍﻟﻮﻁﻨﻴﺔ ﱡ‬Musik - musik nasyid di
tanah air dapat menggunggah kami” (Kata
‫ﱡ‬
“‫”ﺗﻬﺰ‬ adalah fi’il mudhâri’ di-rafa’-kan dengan
harkat dhummah, sementara fâ’il-nya adalah
dhamîr tersembunyi yaitu “‫ ”ﻫﻲ‬dan “‫ ”ﻧﺎ‬adalah
dhamîr bersambung di-binâ dengan harkat
sukûn menempati posisi nashab sebagai
maf’ûlbih).
 Atau bersambung dengan “‫ﺍ ّﻥ‬ٟ” atau saudara-
saudaranya, maka dalam hal ini dia menempati
posisi nashab sebagai isim “‫ﺍ ّﻥ‬ٟ”.
Contoh : ٌ‫ﺍﻧﻪ ﻣﻮﺟﻮﺩ‬ٟ “Sesungguhnya dia ada” (Kata
“‫ﺍ ّﻥ‬ٟ” adalah huruf penegas dan menashabkan,
Huruf “‫ ”ﻫﺎ‬adalah dhamir bersambung di-binâ
dengan harkat sukûn menempati posisi nashab
sebagai maf ’ûlbih. Dan kata “ٌ‫ ”ﻣﻮﺟﻮﺩ‬adalah
khabar “‫ﺍ ّﻥ‬ٟ” di-rafa’-kan dengan harkat
dhummah).
3. Dhamîr jar bersambung, biasanya bersambung
dengan isim dan huruf jar, yaitu:
- Huruf “‫ ”ﻱ‬yang menûnjukkan orang pertama
tunggal/mufrad. Contoh: ‫“ ﻛﺘﺎﺑﻲ‬Buku saya”
- Huruf “‫ ”ﻧﺎ‬yang menûnjukkan orang pertama
jama’. Contoh : ‫“ ﻛﺘﺎﺑﻨﺎ‬Buku kami”
- Huruf “‫ ”ﻙ‬yang menûnjukkan orang kedua.
ّ
Contoh : ‫ﻛﺘﺎﺑﻜﻦ‬ - ‫ﻛﺘﺎﺑﻚ – ﻛﺘﺎﺑﻜﻤﺎ – ﻛﺘﺎﺑﻜﻢ‬
ِ – َ‫ﻛﺘﺎﺑﻚ‬
Dhamîr jar tersebut terkadang bersambung dengan:
 Isim, dalam hal ini dia mabnîy menempati posisi
jar sebagai mudhâf ilahi.
Contoh : ُ‫“ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﻓﻮﺍٔﯨﺪُﻩ‬Baginya ilmu itu adalah
faedahnya”. (Huruf “ُ‫ ”ﻩ‬pada kata “ُ‫ ”ﻓﻮﺍٔﯨﺪُﻩ‬adalah
dhamîr bersambung di-binâ dengan harkat
dhummah menempati posisi jâr sebagai mudhâf
ilahi.
 Huruf jar, dia tetap mabnîy pada posisi jar.
Contoh : َ‫“ ﺍٔﺧﺬﺕ ﺍﻟﻘﻠﻢ ﻣﻨﻚ‬Saya telah mengambil pen
dari mu”. (kata “‫ ”ﻣﻦ‬dalah huruf jar, dan “ َ‫”ﻙ‬
adalah dhamîr di-binâ dengan harkat fathah pada
posisi jar.
c. Dhamîr mustatîr (tersembunyi)
yaitu dhamîr yang tidak tertulis ketika diucapkan.
Dhamîr mustatîr ada dua macam :
1. Dhamîr yang wajib tersembunyi, yaitu terdapat pada:
 Fi’il Amar (kalimat perintah) untuk orang kedua.
Contoh: “ ْ‫( ”ﺍٔﻛﺘﺐ‬kata “ ْ‫ ”ﺍٔﻛﺘﺐ‬adalah fi’il amar di-
binâ dengan harkat sukûn sementara fâ’il-nya
dhamîr yang harus tersembunyi yaitu “ َ‫”ﺍٔﻧﺖ‬.
Dhamîr ini tidak boleh dituliskan, jika dituliskan
seperti “ َ‫ ”ﺍٔﻛﺘﺐْ ﺍٔﻧﺖ‬maka huruf “ َ‫ ”ﺍٔﻧﺖ‬menjadi
penegas/penguat terhadap dhamîr).
 Fi’il Mudhâri’ yang bermula dengan huruf tâ,
hamzah dan nûn.
Contoh :
- ‫ﺸﻜﺮ‬ ُ ‫“ ﺗ‬Kamu berterima kasih” (kata “‫”ﺗﺸﻜﺮ‬ ُ
adalah fi’il mudhâri’ di-rafa’-kan dengan
harkat dhummah sementara fâ’il-nya adalah
harus tersembunyi yaitu “ َ‫)”ﺍٔﻧﺖ‬
ُ ٔ‫“ ﺍ‬Saya sepakat” (kata “‫ﻭﺍﻓﻖ‬
- ‫ﻭﺍﻓﻖ‬ ُ ٔ‫ ”ﺍ‬adalah fi’il
mudhâri’ di-rafa’-kan dengan harkat
dhummah sementara fâ’il-nya adalah harus
tersembunyi yaitu “‫)”ﺍٔﻧﺎ‬.
- ُ‫“ ﻧﻜﺘﺐ‬Kami sedang menulis” (kata “ ُ‫”ﻧﻜﺘﺐ‬
adalah fi’il mudhâri’ di-rafa’-kan dengan
harkat dhummah sementara fâ’il-nya adalah
harus tersembunyi iaitu “ ُ‫)”ﻧﺤﻦ‬.
2. Dhamîr yang boleh tersembunyi dan boleh tidak, yaitu
setiap fi’il mâdhi dan yang mengandungi makna orang
ketiga, baik untuk lelaki maupun perempuan.
Contoh :
 ‫“ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻗﺎﻡ‬Lelaki itu telah berdiri” (Kata “‫ ”ﻗﺎﻡ‬adalah
fi’il mâdhi di-binâ dengan baris fathah, fâ’ilnya
adalah dhamîr yang boleh disembunyikan yaitu
“‫)”ﻫﻮ‬.
 ‫“ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺗﺸﺮﻕ‬Matahari itu sedang terbit” (Kata
“‫ ”ﺗﺸﺮﻕ‬adalah fi’il mudhâri’ di-rafa’kan dengan
baris dhummah, fâ’il-nya adalah dhamîr yang
boleh disembunyikan yaitu “‫)”ﻫﻲ‬.
C. Isim Istifham
ialah isim mabnîy yang digunakan untuk
menanyakan sesuatu. Isim Istifham yang demikian itu adalah:
- ‫“ َﻣﻦ‬Siapa”
- ‫“ ﻣﺎ‬Apa”
- ‫“ ﻣﺘﻰ‬Bila”
- َ‫“ ﺍٔ ْﻳﻦ‬Di mana”
- ‫“ ﻛ ْﻢ‬Berapa”
- ‫ﻛﻴﻒ‬َ “Bagaimana”
- ‫ﻱ‬ ّ ٔ‫“ ﺍ‬Yang mana”

Semua Isim Istifham kecuali “‫ﻱ‬ ّ ٔ‫ ”ﺍ‬adalah mabnîy (tetap).


Seiring dengan itu, harkat akhirnya tidak pernah berubah-
ubah. Kata tanya di-i’rab sesuai dengan jawatannya dalam
kalimat.
Isim Istifham berada pada awal kalimat, namun boleh
diawali oleh huruf jar.
Contoh :
- ‫ﺍﻟﻴﻚ‬ٟ ‫“ ﻣﻦ ﺍٔﺣﺐّ ﺍﻟﻔﻨﺎﻧﻴﻦ‬Siapa para seniman yang paling kamu
sukai?” (Kata “‫ ”ﻣﻦ‬adalah isim istifhâm di-bina dengan
harkar sukun menempati posisi sebagai mubtada’)
- ‫“ ﺑﻜﻢ ﺍﺷﺘﺮﻳﺖ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ‬Berapa harga buku ini kamu beli ?”
(Huruf “‫ ”ﺏ‬yang ada pada kata “‫ ”ﻛﻢ‬adalah huruf jar, kata
“‫ ”ﻛﻢ‬adalah isim istifhâm di-bina dengan harkat sukûn
menempati posisi jar).
D. Isim Isyarah
ialah isim yang di-binâ dan menûnjukkan makna yang
jelas, yang demikian itu yaitu:
- ‫ ﺫﺍ‬untuk kata bermakna tunggal/mufrad (lelaki.)
- ‫ ﺫﺍﻥ‬untuk kata bermakna dua (lelaki.)
- ‫ ﺍٔﻭﻻء‬untuk kata bermakna jama’ (lelaki.)
- ‫ ﺗﻪ‬- ‫ ﺫﻱ – ﺫﻩ‬untuk kata bermakna tunggal/mufrad
(perempuan.)
- ‫ ﺗﺎﻥ‬untuk kata bermakna dua (perempuan.)
- ‫ ﻫﻨﺎ‬untuk keterangan tempat

Jika ingin menunjuk tempat yang dekat atau secara


umum maka dapat ditambah huruf “‫ ”ﻫــ‬sebelum isim isyarah
yang kemudian disebut “‫ ”ﻫﺎ ﺍﻟﺘﻨﺒﻴﻪ‬dengan demikian bentuk isim
isyarah menjadi :
- ‫ ﻫﺬﺍ‬untuk kata bermakna tunggal/mufrad (lelaki.)
- ‫ ﻫﺬﺍﻥ‬untuk kata bermakna dua (lelaki.)
- ‫ ﻫﺎٔﻭﻻء‬untuk kata bermakna jama’ (lelaki.)
- ‫ ﻫﺬﻩ‬untuk kata bermakna tunggal/mufrad (perempuan.)
- ‫ ﻫﺎﺗﺎﻥ‬untuk kata bermakna dua (perempuan.)
- ‫ ﻫﺎﻫﻨﺎ‬atau ‫ ﻫﻬﻨﺎ‬untuk keterangan tempat

Jika ingin menunjuk tempat yang jauh, maka huruf “‫”ﻙ‬


atau huruf “‫ ”ﻙ‬dan “‫ ”ﻟـــ‬di akhir isim isyârah. Huruf “‫ ”ﻙ‬adalah
huruf khitab dan tidak memiliki jawatan i’rab. Sehingga isim
isyarah tersebut menjadi:
- ‫ ﺫﺍﻙ‬dan ‫ ﺫﻟﻚ‬untuk kata bermakna tunggal/mufrad (lelaki.)
- ‫ ﺗﻠﻚ‬untuk kata bermakna tunggal/mufrad (perempuan.)
- ‫ ﺫﺍﻧﻚ‬dan ‫ ﺗﺎﻧﻚ‬untuk kata bermakna dua (perempuan.)
- ‫ ﺍٔﻭﻻٔﯨﻚ‬untuk kata bermakna jama’ (lelaki atau perempuan.)
- ‫ ﻫﻨﺎﻙ‬atau ‫ ﻫﻨﺎﻟﻚ‬untuk keterangan tempat yang jauh.

Semua isim isyârah adalah mabnîy (kecuali “‫ ”ﻫﺬﺍﻥ‬dan


“‫ ”ﻫﺎﺗﺎﻥ‬keduanya di-i’rab mutsannâ). Dengan demikian tidak
ada perubahan baris akhirnya. Semuanya hanya menempati
posisi rafa’, nashab atau jar sesuai dengan jawatannya di
dalam kalimat.
Contoh :
‫ﻣﺪﺭﺳﺔُ ﺍﻟﻠﻐ ِﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴ ِﺔ‬
ّ ‫“ ﻫﺬﻩ‬Ini guru bahasa Arab” (Kata “‫ ”ﻫﺬﻩ‬adalah
isim syârah di-binâ dengan harkat kasrah mehempati posisi
rafa’ sebagai mubtada’. Kata “ُ‫ﻣﺪﺭﺳﺔ‬ ّ ” sebabagi khabar
mubtada’ di-rafa’-kan dengan harkat dhummah. Kata “‫”ﺍﻟﻠﻐ ِﺔ‬
berjawatan sebagai mudhâf ilaih yang di-jar-kan dengan
harkat kasrah, sementara kata “‫ ”ﺍﻟﻌﺮﺑﻴ ِﺔ‬menjadi na’at
(mengikut) kepada kata “‫ ”ﺍﻟﻠﻐ ِﺔ‬di-jar-kan dengan harkat
kasrah.”

Jika ada kata yang ber “‫ ”ﺍﻟـــ‬selepas isim isyârah, maka


kata yang demikian itu berjawatan sebagai badal dan
kemudian mengikuti i’rab isim isyârah.
Contoh :
- ‫“ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﺎﻟﺐ ﻣﺠﺘﻬﺪ‬Pelajar ini rajin” (Kata “‫ ”ﻫﺬﺍ‬adalah isim
isyârah di-binâ dengan harkat sukûn menempati posisi
rafa’ sebagai mubtada’. Kata “‫ ”ﺍﻟﻄﺎﻟﺐ‬berjawatan sebagai
badal di-rafa’-kan dengan harkat dhummah. Sementara
kata “‫ ”ﻣﺠﺘﻬﺪ‬berjawatan sebagai khabar yang di-rafa’-kan
dengan harkat dhummah).
- ‫“ ﻗﺮﺍٔﺕ ﻫﺎﺗﻴﻦ ﺍﻟﻘﺼﺘﻴﻦ‬Saya telah membaca dua kisah itu” (Kata
“‫ ”ﻗﺮﺍٔﺕ‬adalah fi’il mâdhi di-binâ dengan harkat sukûn,
semetnara “‫ ”ﺕ‬adalah dhamîr di-binâ dengan harkat
dhummah menempati posisi rafa’ sebaga fâ’il. Kata “‫”ﻫﺎﺗﻴﻦ‬
adalah isim isyârah berjawatan sebagai maf ’ûlbih dengan
tanda nashab huruf yâ karena mutsannâ dan kata “‫”ﺍﻟﻘﺼﺘﻴﻦ‬
berjawatan sebagai badal untuk isim isyârah dengan tanda
nashab huruf yâ juga).

Sekian Tugas UTS (Ujian Tengah Semester) yang saya kerjakan,


lebih & kurang saya mohon maaf, atas perhatiannya saya
ucapkan Terima Kasih pak  Abdul Latif

Anda mungkin juga menyukai