Anda di halaman 1dari 17

HUKUM ISLAM

Oleh :
1. Desinta Kaffatul Ummah
(205080200111050)
2. Nadya Ema Amelianti Anwar
(205080200111060)

Kelas : P01
Angkatan : 2020
A. Pengertian hukum islam
Di dalam Al-Quran ataupun literatur sebenarnya tidak ada
istilah yang menyebutkan tentang hukum islam. Yang ada
yaitu kata syariah,hukum Allah, fiqih,dsb. Hukum secara
etimologis berasal dari kata bahasa arab yaitu hakama-
yahkumu. Berdasarkan kata hakama tersebut kemudian
muncul kata al-hikmah yang berarti kebijaksanaan. Hal ini
maksudnya yaitu orang yang mempelajari hukum dan
mengamalkannya dianggap sebagai orang yang bijaksana.
Arti kata yang muncul yaitu “kendali atau kekangan kuda”
yang artinya hukum pada hakikatnya untuk mengendalikan
atau mengekang seseorang dari hal yang dilarang oleh
agama. Makna “mencegah atau menolak” juga menjadi
salah satu arti dari akar kata hakama, yang berarti hukum
sebagai mencegah ketidakadilan,mencegah
penganiyaan,dan mencegah kedzaliman.
Al-fayumi dalam buku pengantar hukum islam di Indonesia
menyatakan bahwa hukum berarti memutuskan,menetapkan,dan
menyelesaikan setiap permasalahan. Menurut Muhammad Daud
Ali hukum bermakna norma,kaidah,tolak ukur,kaidah,pedoman
yang digunakan untuk menilai dan mengetahui perilaku manusia
dengan lingkungan sekitar. Sedangkan berdasar kamus oxford
yang dikutip oleh Muhammad Muslehuddin ,hukum diartikan
sebagai sekumpulan aturan ,baik itu berasal dari aturan formal
atau adat yang diakui oleh masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pengertian hukum islam adalah syariat atau aturan yang
berdasarkan wahyu Allah SWT untuk umat-Nya melalui seorang
nabi & rasul ,baik berhubungan dengan kepercayaan dan hukum
perbuatan yang dilakukan umat manusia.
B. Sumber hukum dalam islam
1. Al-Quran
Adalah sumber hukum yang utama. Di dalam Al-Quran terdapat kandungan-
kandungan yang berisi tentang perintah,larangan,anjuran,kisah
islam,hikmah,dsb secara rinci untuk menjalani kehidupan agar tercipta umat
manusia yang berakhlak mulia.
2. Al-Hadist
Di dalam Al-Hadist terdapat aturan-aturan yang berlandaskan dari Rasuluallah
SAW baik perbuatan atau perkataan yang secara luas memiliki makna sunnah
sabda(perkataan),perbuatan, dan ketetapan Rasuluallah yang dijadikan
sebagai ketetapan atau hukum islam.
3. Ijma
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid adalah
berada pada masa Rasuluallah atas perkara
agama. Ijma yang berarti dapat
dipertanggungjawabkan terjadi di zaman
sahabat dan setelah sahabat. Setelah zaman
Rasuluallah para ulama berpencar dalam
jumlah banyak serta perselisihan juga banyak
sehingga tidak dapat dipastikan semua ulama
bersepakat.
4. Qiyas

Artinya yaitu menjelaskan segala sesuatu yang tidak tertulis dalil nashnya di dalam Al-
Quran dan Al-Hadist dengan cara membandingkannya sesuatu yang serupa dengan
sesuatu yang hendak diketahui hukumnya. Maksudnya adalah apabila suatu nash telah
menunjukkan hukum menegnai kasus dalam agama Islam dan telah dan telah diketahui
dengan salah satu metode, kemudian ada kasus yang sama dengan kasus yang ada
nashnya tersebut maka hukum kasus tersebut sama dengan hukum kasus yang ada
nashnya.
C. Ragam Madzhab Fiqih
Mazhab berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan
yang dilalui atau dilewati. Banyak ulama Islam pun
berpendapat mazhab sebagai metode yang dipakai
setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian
orang menjalaninya dan menjadikannya sebagai
pedoman.
1. Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi didirikan oleh Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit. Ulama
besar yang dikenal Hanafi itu lahir di Kufah pada tahun 80 H dan wafat
sekitar tahun 150 H. Termasuk dalam keturunan bangsa Persia dan
menetap di Irak, beliau adalah seorang yang ahli dalam ilmu fikih.
Mazhab ini dikenal sebagai mazhab ahli qiyas (akal). Sebab, metode
pelajaran yang digunakan lebih banyak mengoptimalkan logika dan
banyak berdiskusi dan merangsang logika. Dasar yang dipakai oleh
mazhab Hanafi adalah sunah, Al-quran dan fatwa para sahabat yang
merupakan penyampai. Selain itu, Imam Hanafi pun menggunakan
kesepakatan para mujtahid mengenai suatu kasus hukum.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki yang didirikan oleh Malik bin Anas bin Abi Amir al-
Ashabi atau Imam Malik, lahir di Madinah pada 93 H. Imam Malik
pernah menguasai fatwa Umar bin Khatab, Abdullah bin Umar bin
Khathab, dan Aisyah binti Abu Bakar. Mazhab Maliki dikenal dengan
mazhab ahli hadis. Bahkan, Imam Malik lebih mengutamakan
perbuatan ahli Madinah dibanding hadis yang diriwayatkan oleh
perorangan. Uniknya, dalam pemikiran beliau, ia percaya kalau ahli
Madinah mustahil berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
perbuatan Rasul.
Kitab besar Imam Malik adalah Al-Muwatta’, yang berisi tentang
hadis-hadis dalam tema fikih yang pernah dibahas Imam Malik,
seperti praktik penduduk Madinah, pendapat tabiin, dan pendapat
sahabat tabiin.
3. Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi’i adalah seorang mufti besar Sunni Islam. Selain pendiri mazhab
Syafi’i, ia memiliki nama lengkap, yakni Muhammad bin Ideis asy-Syafi’i
al Muththalibi al-Quraisy. Dilahirkan di Gaza pada 150 H atau bertepatan
dengan wafatnya Imam Abu Hanifah. Imam Syafi’i telah menulis beberapa
kitab, yakni Al-um, Amali Kibra, Kotab Risalah, Ushul Al-Fiqih. Imam
Syafi’i termasuk sebagai orang pertama yang mempelopori penulisan.
Dalam perjalanan hidupnya, beliau sangat berikhtiar dalam menyatukan
mazhab terpadu, yaitu mazhab hadis dan mazhab qiyas. Hal tersebut
termasuk dalam keistimewaan yang dimiliki Imam Syafi’i. Selain itu
kepandaiannya dalam berdiskusi dan selalu menonjol menjadi daya pikat
tersendiri. Di antara kalangan penganut mazhab Syafi'i, dikenal dengan
metode maslahat atau penerapan hukum yang berdasarkan kepentingan
umum.
4. Mazhab Hambali
Mazhab Hanbali yang didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin
Hambal atau dikenal Imam Hambali. Seorang ahli teologi, beliau
lahir di Baghdad pada 164 H dan wafat pada 238 H. Sama seperti
ketiga mazhab lainnya, corak pemikirannya juga berdasarkan pada
kitab suci Al-Quran, sunah, dan ijtihad.Namun, sesekali beliau
juga menggunakan hadis Mursal dan qiyas.
Beliau berhasil menulis kitab hadis yang cukup terkenal, yakni
Musnad Ahmad Hambali. Dalam kisah hidupnya, Imam Hambali
yang terkenal sebagai ilmuwan fiqih pernah dipenjara di masa
pemerintahan Abbasiyah, karena sependapat dengan opini yang
mengatakan bahwa Al-Quran adalah makhluk.
D. Menyikapi Perbedaan Madzhab Fikih

 Memahami kembali pemahaman empat


madzhab; Hanafi (Imam Abu Hanifah), Maliki
(Imam Malik bin Anas), Syafi'i (Imam Syafi'i),
dan Hambali (Imam Ahmad bin Hanbal). 

 Sering mendengarkan ceramah yang banyak


menyinggung permasalah fiqh.
 Memegang yang haq, yaitu yang
ditunjukkan oleh Kitabullah dan Sunnah
RasulNya serta loyal terhadap yang haq
dan mempertahankannya.

 Setiap golongan atau madzhab yang


bertentangan dengan yang haq, maka ia
wajib berlepas diri darinya dan tidak
menyepakatinya.

 Mengajak masyarakat yang tidak


mentaati Allah dan mengikuti syari’atNya
untuk kembali kepada yang haq
E. kontribusi hukum islam dalam
perundang-undangan di indonesia
 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 2 ayat (1) dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa “
Perkawinan yang sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaanya

 UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, kemudian


diperbaharui dengan UU No. 20 Tahun 2003
Disebutkan bahwa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya adalah
beriman dan bertaqwa kepaada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani,
mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri, mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
 UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, kemudian
diperbaharui dengan UU No.3 Tahun 2006
Menjelaskan bahwa keberadaan Peradilan Agama (PA) di Indonesia adalah
yang memiliki wewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara di tingkat pertama antara orang – orang beragama Islam di bidang :
perkawinan, waris, wasiat, hibah,wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan
ekonomi syariah

 Kompilasi Hukum Islam (KHI)


Merupakan sebuah kumpulan dari hukum materi yang dijadikan pedoman
bagi para pihak dalam pengambilan putusan di Peradilan Agama.

 UU No. 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji


Segala ketentuan tentang penyelenggaraan ibadah haji dan Umrah telah
diatur oleh negara
 UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
Mengatur tentang tata cara mengelola zakat yang baik, agar tidak
terjadi penyimpangan. Undang- undang ini merupakan wujud
kontribusi hukum Islam dalam ikut serta mengingkatkan
kesejahteraan Bangsa Indonesia

 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf


Undang-undang ini kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006. Ketentuan perwakafan juga
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
Tentang Perwakafan Milik yang merupakan peraturan pelaksanaan
dari Undang-Undang Pokok Agraria
Thank You

Anda mungkin juga menyukai