MAKALAH
Disusun Oleh :
MANAJEMEN DAKWAH
2021/2022
Latar Belakang
Mayoritas penduduk negara Indonesia adalah pemeluk agama islam. Yang mana setiap sektor
kehidupan diatur oleh Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup. Bukan hanya mengatur
tentang ibadah, hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan manusia dengan sesama
manusia, tetapi juga mengatur tentang pekerjaan, politik, kesehatan, bahkan makanan. Bidang
hukum yang mengatur tentang hal tersebut bernama Fiqh. Hukum tersebut meliputi statusnya
apakah haram, halal, mubah, atau makruh. Seperti halnya dengan status makanan, apakah
halal, haram, atau mubah, rokok juga menjadi hal yang dipertanyakan statusnya. Lika liku
penempatan status rokok sebagai produk halal atau haram menjadi pertimbangan. Pasalnya
jika rokok ingin ditiadakan, banyak pihak yang terdampak. Rokok menjadi penyumbang
cukai terbesar bagi negara. Presentasenya sekitar 86℅. Dari sini, dapat diketahui bahwa
banyak masyarakat Indonesia yang menjadi pengonsumsi rokok maupun menjadi pekerja di
perusahaan rokok.
Selaiin dalam sudut pandang fiqh, yang menjadi pembahasan kali ini adalah etika bisnis
dalam menyikapi hadirnya rokok di antara masyarakat dan yang menjadi pengonsumsi itu
diantaranya adalah pemeluk agama Islam.
Rumusan Masalah
Pendahuluan
Sebelum menggali lebih jauh tentang Etika Bisnis Islam dalam distribusi rokok, pengertian
rokok adalah produk berupa zat adiktif yang terbuat dari bahan dasar tembakau dicampur
dengan rempah lainnya. Rokok adalah produk yang eksistensinya telah lama. Menurut
perkiraan sejak 4000 tahun yang lalu manusia telah mengenal rokok. Dan diantara manusia
tersebut adalah penduduk suku Maya, Indian, atau Aztek. Mereka menyebut tembakau yang
di Gunung lalu dibakar tersebut sebagai tobaco. Mereka memanfaatkan asap tembakau
sebagai bagian dari atribut ritual yang mana digambarkan sebagai bentuk pemujaan kepada
dewa atau penguasa. Selain itu suku-suku tersebut mengaitkan rokok dengan meditasi dan
kesehatan.
Di Eropa rokok mulai dikenal pada abad ke-16 saat bangsa Portugis dan Spanyol bertandang
ke benua Amerika. Setelah kedatangan Dua bangsa tersebut ke Benua Amerika mereka lalu
mengenal rokok dan diduga membawa biji dan daun tembakau lalu menanamnya di tanah
Eropa sehingga Rokok juga dikenal di wilayah tersebut. Lain halnya dengan suku Indian
yang mengaitkan rokok kepada hal spiritual di Eropa rokok hanya dianggap sebagai
konsumsi bergaya. Lalu pada abad selanjutnya yaitu pada abad ke-17 Eropa membawa rokok
ke wilayah Turki yang diperkirakan sebagai persebaran rokok di wilayah negara islam
sehingga rokok juga menjadi kebiasaan yang dilakukan di negara islam.
Indonesia khususnya wilayah Jawa telah mengenal rokok sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Hanya saja rokok saat itu bukan berasal dari bahan tembakau tetapi dari rempah-rempah.
Orang Jawa menyebutnya sebagai Udud. Contoh rokok ini adalah lisong, kelembak, dan
slokarang.
Di Indonesia sendiri rokok memiliki ciri khas yang membedakan dengan rokok dari berbagai
negara. Rokok di Indonesia cenderung lebih wangi dan gurih karena selain menggunakan
tembakau juga dicampur dengan rempah seperti cengkeh dan kayu manis. Para penikmat
rokok dunia umumnya mengakui ciri khas dari rokok Indonesia ini. Hal ini disebabkan
Indonesia adalah negara penghasil rempah. Ketika dihisap rokok ini menimbulkan bunyi
kretek-kretek sehingga rokok ini dinamakan rokok Kretek.
Pembahasan
Hukum Rokok
Kitab yang membahas tentang rokok terdapat dalam kitab fiqih terdahulu di mana istilah
yang digunakan bukan rokok melainkan tembakau yang di dalam bahasa Arab adalah tabagh.
Dalam kitab fiqih yang ditulis oleh ulama terdahulu tersebut tidak sampai mencapai
kesepakatan bahwa rokok haram. Hukum yang dikeluarkan bermacam-macam mulai dari
haram, makruh, sampai Sebagian ulama lainnya menyatakan dengan tegas bahwa hukumnya
halal. Ulama yang mengharamkan rokok memiliki alasan bahwa rokok bersifat muskir atau
memabukkan Oleh sebab itu dikiaskan sebagai khamar.
Sementara ulama dari tiga mazhab besar yaitu dari mazhab Al-Malikiyah, Al-Hanafiyah, dan
Asy-Syafi'iyah menghukumkan rokok adalah makruh sebagian ulama dari mazhab -mazhab
tersebut juga menghalalkannya. Landasan yang menjadikan mereka menghukumi rokok
adalah haram karena aroma yang tidak sedap bahkan seluruh ulama sepakat untuk melarang
penggunaan rokok di sekitar masjid. Sedangkan ulama yang menghalalkan perokok ini tidak
menemukan bukti bahwa rokok bersifat memabukkan seperti ganja. Sementara ulama yang
tidak mengharamkannya beralasan karena tidak ada Nash atau hukum yang pasti untuk
rokok.
Ini juga menyangkut dengan alasan mengapa rokok tidak diberhentikan produksinya adalah
karena,
Para ulama menganggap hukum halal dan haram itu harus berdasarkan Alquran dan
hadis. Namun tidak ada ayat maupun hadis yang dengan tegas mengatakan bahwa
rokok itu haram Yang ada hanyalah tafsir yang digunakan sebagai pendekatan
landasan haramnya hukum merokok. Karena pada Al-Qur’an kitab yang sempurna
tidak disebutkan mengharamkan hukum merokok maka kita juga diharamkan untuk
membuat hukum sendiri.
Begitupun dengan hadis-hadis nabi tidak ada satupun yang menyebutkan tentang
rokok padahal rokok dikenal jauh sebelum diutusnya Rasulullah ke bumi. Apalagi
hukum yang mengharamkannya. Bahkan penelitian arkeolog mengemukakan bahwa
manusia telah mengenal rokok sejak 4000 tahun lalu bahkan lebih lama lagi yang
mana Suku Indian dari Amerika Utara telah menggunakan tembakau.
3. Industri rokok melibatkan banyak orang
Dalam industri rokok melibatkan banyak orang mulai dari petani tembakau,
penggiling tembakau, pabrik pengolahan rokok, hingga pelaku pemasraan, yang mana
ini menyediakan lapangan pekerjaan yang luas hingga mengurangi angka
pengangguran. Bahkan di desa-desa para Kyai memiliki kebun tembakau.
Bukan hal tabu bahwa rokok memiliki banyak peminat sehingga mempengaruhi
produksi dan penjualan rokok. Ini juga menjadikan rokok memiliki pajak yang tinggi.
Berdasarkan data Badan Litbangkes pada 2010 jumlah pemasukan dari cukai rokok
sebesar Rp. 55 trilyun dalam bentuk uang segar. Dan pada tahun 2011 nilainya sekitar
Rp 65 triliun. Data tahun 2012 saat itu diprediksi akan mencapai Rp 72 triliun. Alasan
inilah yang menjadikan rokok sebagai salah satu sektor potensial. Menariknya
peminat rokok didominasi oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
1. Perbedaan pendapat
Padahal banyak perbuatan yang diharamkan terdapat dihukum yang menyebutkan
dengan tegas hidangan al-quran dan hadits. Seperti Tidak ditemukannya hukum yang
mengharamkan bermacam-macam zat narkoba, misalnya ganja, ekstasi, heroin, dan
yang lainnya. Yang ada hanya ayat yang mengharamkan hukum arak atau khamar
dihukumi sama haramnya karena sama-sama bersifat memabukkan.
Apabila ingin menghukumi zat adiktif tersebut haram bukan karena adanya ayat
ataupun hadis yang menyebutnya. Akan tetapi karena diqiyaskan sebagai khamar
yang bersifat memabukkan. Alasan yang melandasi hukum haramnya rokok adalah
bukan karena sifatnya yang memabukkan seperti khamar ataupun karena najis seperti
memakan babi akan tetapi penelitian masa kini menemukan efek bahaya konsumsi
rokok. Itulah mengapa alasan kitab fiqih terdahulu tidak menyebutkan rokok secara
eksplisit sebagai haram karena zaman dahulu belum mengenal efek racun asap rokok.
2. Perkembangan kitab fiqh
Kitab fiqih bersifat mengikuti perkembangan kehidupan manusia ini karena
kecerdasan dan eksperimen manusia. Sejalan dengan perkembangan hidup manusia
kitab berikut juga menyesuaikan sehingga dibutuhkan jawaban ilmiah menurut
pandangan syariah berdasarkan ijtihad.
Seperti contohnya saat ini dibutuhkan jawaban atas pertanyaan ibadah puasa
Astronaut di luar bumi. Padahal zaman dulu belum ada roket ke luar angkasa dan
orang yang berpuasa di luar bumi. Tetapi saat ini ilmu fiqih dan para mujtahid
dimintai jawaban untuk bisa menjawab semua masalah ini secara ilmiah dan modern.
3. Efek buruk rokok
Mereka yang mengharamkan rokok berlandaskan kepada penelitian masa kini yang
menemukan efek cemburu bagi kesehatan oleh asap rokok. Racun yang mengandung
pada rokok utamanya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Tar adalah bagian
dari hidrokarbon yang menempel di paru-paru. Sementara nikotin adalah zat yang
mempengaruhi peredaran darah dan paru-paru sehingga menyebabkan kanker paru-
paru. Dan karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah.
sehingga darah tidak bisa mengikat oksigen.
Efek racun pada rokok membuat pengisap asap rokok mengalami risiko (dibanding
yang tidak mengisap asap rokok):
Selain itu ada juga fakta-fakta yang meyakinkan bahwa lebih baik rokok ditiadakan
lagi:
Alasan-alasan alamiah ini baru saja ditemukan di zaman sekarang Sehingga pada
zaman dahulu sebelum dimuat alasan haramnya merokok di dalam kitab fiqih.
Penyebabnya adalah karena rokok zaman dulu berbeda dengan rokok zaman sekarang
yang apabila diteliti rokok zaman sekarang kandungannya lebih kompleks. Dan bukti
nyata dari rokok zaman dahulu hanyalah sebuah efek bau mulut yang tidak sedap.
Pengertian Etika
Etika adalah seperangkat aturan atau norma hidup yang berlaku di masyarakat. Di
setiap lingkungan memiliki norma ataupun etika yang berlaku. Secara terminologi
etika umumnya disebut dengan akhlak. Sedangkan menurut etimologi kata etika
berakar dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti watak, sikap, cara berpikir, dan
adat.
Emawan (2007) dikutip dalam Ernani (2009), etika bisnis adalah suatu aturan kerja
yang digunakan dalam suatu organisasi yang dijadikan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan dan tingkah laku. Sedangkan menurut (Dochak Latief, 2006)
Etika bisnis adalah kaidah yang dijadikan sebagai pedoman dalam berniaga atau
merupakan prinsip-prinsip moral atau aturan tingkah laku.
Dalam perspektif Syariah etika bisnis adalah prinsip yang harus dipatuhi dalam
berniaga. Umumnya memperhatikan aspek kejujuran, keadilan, dan kepercayaan
dalam bermitra dan melibatkan hukum halal dan haram atau baik dan buruknya
perilaku. Praktisnya etika bisnis dalam perspektif syariah adalah sebagai adat atau
akhlak yang bertujuan untuk menghasilkan sikap yang etis.
1. Konsep Tauhid, di mana beliau selalu melibatkan Allah Yang Maha Kuasa di
setiap kegiatannya termasuk saat berbisnis
2. Konsep adil karena untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama
manusia karena dalam pepatahnya disebutkan selain hablum minallah juga
diimbangi dengan hablum minannas
3. Konsep Bebas, Allah mengharamkan riba akan tetapi membebaskan manusia
memperoleh keuntungan selagi masih memperhatikan ajaran agama Islam dan
menghindari kecurangan. Salah satu contoh bersikap bebas dalam Berniaga
adalah menentukan aturan atau menggunakan akad seperti akad mudharabah
Istishna dan yang lainnya
4. Konsep Bertanggung Jawab. Dalam Berniaga sebagai pelaku usaha tentunya
kita harus memiliki sikap bertanggung jawab seperti menjunjung tinggi
kejujuran contohnya adalah tidak menjual barang yang rusak, barang yang
belum jelas hasilnya, dan amanah menjual barang yang berkualitas bagus.
Sikap dan sifat Rasulullah yang dijadikan teladan etika dalam berbisnis diantaranya
yaitu,
Selalu melibatkan Allah dalam setiap kegiatan termasuk berniaga yang mana
menjemput rezeki dari-Nya
Bersikap jujur
Tidak berbohong
Tidak menipu
Adil
Tidak menjelek-jelekkan usaha orang lain
Tidak melibatkan riba dalam perniagaan
Tidak menimbun harta
Tidak memonopoli perdagangan
Membayar upah karyawan secepatnya
Selalu membantu dan memberi manfaat bagi orang lain
Tidak terpaksa dan bekerja dengan tulus
Memperhatikan asas halal dan haram
Menurut Pasal 7 UUPK bahwa pelaku usaha wajib, “memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan”. Sementara pada
produk rokok ada satu hal yang terlewat diperhatikan oleh pelanggan yaitu tanggal
kadaluarsa yang umumnya dicari di produk-produk yang akan dikonsumsi lainnya.
Namun secara etiket, industri rokok tidak melanggar UUPK saat dengan jelas
memberi informasi tentang bahaya penggunaan rokok beserta indikasi larangan
kepada orang-orang yang dilarang untuk mengkonsumsinya.
Dalam hal tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada kemasan rokok tentunya
BPOM memiliki peran besar sebagai pemilik wewenang. Menurut UU PK tentu saja
hal menjadi hal konsumen untuk mengetahui tanggal kadaluarsa sebagai bentuk
kehati-hatian dalam mengkonsumsi produk. Namun nampaknya hampir semua merk
rokok tidak mencantumkan tanggal kadaluarsanya. Apakah mungkin produk rokok
tidak membutuhkan tanggal kadaluarsa atau produk rokok selalu bisa dikonsumsi
sampai kapanpun.
Solusi
1) Pangan dikendalikan;
2) Peredarannya diawasi
3) Pemakaiannya dan penjualannya bisa diperketat dengan peraturan
4) Menyediakan lapangan pekerjaan yang menghasilkan produk alternatif daro
tembakau
Dengan pertimbangan bahwa tembakau melibatkan aspek ekonomi dan banyak orang
pemanfaatan tembakau bisa dialihfungsikan kepada produk lain seperti obat-obatan
contohnya obat untuk diabetes dan antibodi. Contoh lain dari pemanfaatan tembakau
adalah dijadikan sebagai jam tangan. Selain itu, saat ini tembakau sedang ditingkatkan
fungsinya menjadi obat pembasmi hama dan kosmetik sehingga tidak menghilangkan
pendistribusian rokok dan cukai yang digadang-gadang sebagai penyumbang pajak
tertinggi untuk negara.
Kesimpulan
Hal ini juga sejalan dengan sudut pandang Etika Bisnis Islam di mana
dalam Berniaga haruslah menjual barang dengan informasi yang jelas
namun tidak semua produk membutuhkan tanggal kadaluarsa dalam hal
ini Entah apakah produk rokok termasuk produk yang tidak
membutuhkan tanggal kadaluarsa seperti pada jual beli tanaman.
Namun di sisi lain secara etika distribusi Rokok juga telah menjalankan
etika Bisnis Islam yang baik dan benar karena di kemasannya
menyampaikan indikasi dengan jujur dan jelas tentang bahaya
penggunaan rokok pada ibu hamil, lansia, penderita penyakit jantung,
serta indikasi bahaya yang akan diderita apabila mengkonsumsi rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwat, Ahmad. Halal Haram Rokok. (2019). Jakarta: Rumah Fiqh Publishing
Rahim, Abd. Rahman & Rusydi Muhammad. (2106). Manajemen Bisnis Syariah Muhammad
SAW.. Makassar: Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Makassar
Susminingsih. (2020). Etika Bisnis Islam. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management.
Atmasasmita, R. (2016). Hukum Kejahatan Bisnis, Teori dan Praktik di Era Globalisasi.
Jakarta: Prenadamedia Group
Badroen dkk., (2007). Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Marhari, Y. (2012). Manajemen Bisnis Modern Ala Nabi Muhammad. Jakarta Timur: Al
Maghfirah