Anda di halaman 1dari 7

NARKOBA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun oleh

PENDIDIKAN EKONOMI

KELAS S2A

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENGETAHUAN SOSIAL


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
A. Pengertian Narkoba
Narkoba (narkotika dan obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya
dan terlarang) belakangan ini amat populer di kalangan remaja dan generasi
muda bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan narkoba ini telah merebak ke
semua lingkungan, bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi
telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya. Narkoba
saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja dan generasi muda dalam bentuk
kapsul, tablet dan tepung seperti ekstasi, pil koplo dan sabu-sabu, bahkan dalam
bentuk yang amat sederhana seperti daun ganja yang dijual dalam amplop-
amplop. Saat ini para orang tua, mulai dari ulama, guru/dosen, pejabat, penegak
hukum dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap narkoba ini, sebab
generasi muda masa depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya. Akibat
leluasannya penjualan narkoba ini, secara umum mengakibatkan timbulnya
gangguan mental organik dan pergaulan bebas yang pada gilirannya merusak
masa depan bangsa

B. Mengkonsumsi Narkoba Dalam Keadaan Darurat


Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau narkoba
dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk meredam rasa
sakit. Ini adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut masih dibolehkan
mengingat kaedah yang sering dikemukakan oleh para ulama.

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Seandainya dibutuhkan untuk


mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika
mengamputasi tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi‟iyah. Yang
tepat adalah dibolehkan.” Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafi‟iyah
berkata, “Boleh menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika tidak
didapati obat lainnya walau nantinya menimbulkan efek memabukkan karena
kondisi ini adalah kondisi darurat”.
C. Hukum Bisnis Narkoba dan Obat-Obatan Terlarang
Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskun hukum pengguna dan pengedar
narkoba. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa narkoba (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif) merupakan zat/benda yang menjadi trend atau
terkenal pada abad XX dan banyak disalahgunakan oleh sebagian orang. Untuk
melihat/mengkaji status hukum narkoha perlu kiranya merujuk pada ketentuan
yang terkandung dalam nash al-Quran dan sunnah Rasulullnh Saw. Adapun
nash (teks) Alqur’an yang dapat dijadikan dasar pijakan dalam melihat status
hukum narkoba yaitu surat al Maidah ayat 90-91. Ayat tersebut menunjukkan
keharaman khamr ditinjau dari beberapa sisi:

1. Terdapat: kata ‫ رجس‬sedangkan al rijs itu adalah najis dan setiap yang
najis itu haram hukumnya.
2. Khamr termasuk perbuatan syaithan ( ‫ ) ل ش يطان عمل مو‬dan apa saja yang
termasuk perbuatan syaithan merupakan keharaman.
3. Terdapat perintah Allah SWT untuk menjauhinya (‫ ) ف اج ت ن بوه‬dan apa
saja yang dilarang oleh Allah SWT, maka umat Islam wajib untuk tidak
mengerjakannya (meninggalkannya).

Narkotika dan obat-obatan adiktif (psikotropika) apa pun jenis dan


bentuknya, ketika dikonsumsi, baik dalam dosis sedikit maupun dalam dosis
banyak dapat memabukkan serta dapat membahayakan kehidupan si
penggunanya. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw tersebut, berani
mengkonsumsi narkoba hukumnya adalah haram. Jadi sesuatu yang bisa
memabukkan dari apa saja, walaupun cara pemakaiannnya tidak diminum,
seperti hasyisy, hukumnya adalah haram seperti halnya hukum khamr.

Mayoritas ulama menamakan sesuatu yang dapat menghilangkan kesadaran


akal yang pemakaiannya dengan cara tidak diminum dengan istilah “al
mukhaddirat”, seperti “al-banj” (jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang bisa
memabukkan), hasyisy (ganja), dan lain sebagainya.

D. Hukum Usaha Pertanian Ganja dan Opium

Pada dasarnya, semua Mazru’at, tumbuh-tumbuhan atau produk nabati yang


ada di bumi itu halal dan boleh dimanfaatkan. Perhatikanlah makna ayat
berikut:
“Dan Dia (Allah) telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir.” (QS. 45: 13)

Tuntunan ayat semacam ini diulang beberapa kali di dalam Al-Qur’an. Di


antaranya:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
semuanya...” (QS. 2: 29)

Secara nash, juga tidak ada ketetapan atau larangan penggunaan daun
ganja (Cannabis sativa syn., Cannabis indica). Karenanya, penggunaan daun
ganja untuk bumbu masak tradisional, seperti banyak dipakai di beberapa
daerah Indonesia, itu diperbolehkan. Sama halnya daun bumbu yang lain,
misalnya daun salam, daun pandan, seledri, sereh, dan lain-lain. Digunakan
sebagai bumbu masak juga relatif dengan takaran-dosis yang sangat kecil. Tapi
kalau berlebihan sehingga menimbulkan bahaya, tentu terlarang. Di sini berlaku
kaidah: semua yang berlebihan dan membahayakan itu, terlarang:

“Makan dan minumlah (kalian), tetapi janganlah berlebih-lebihan.


Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
7: 31)

Sesuai dengan Maqashid Asy-Syariah (tujuan ketetapan Syariah), di


antaranya ialah Hifzhun-Nafs. Memelihara diri atau jiwa manusia, agar
terhindar dari bahaya. (Halal MUI). Selanjutnya, Halal MUI juga merangkum
pemanfaatan daun ganja. Apabila disalahgunakan, hukum daun ganja menjadi
terlarang. Umpamanya, kalau daun ganja itu dilinting, lalu dibakar dan diisap
seperti rokok, maka itu merupakan bentuk penyalahgunaan yang dilarang.

E. Hasil Keuntungan Dari Bisnis Narkoba


Bekerja dengan menjual barang haram seperti narkoba berarti telah
melanggar prinsip tauhid dalam kegiatan ekonomi Islam. Padahal jual beli
adalah pekerjaan halal yang telah dicantumkan dalam al-Qur'an surah Al-
Baqarah ayat 275 “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”. Prinsip tauhid ini mengajarkan seorang pelaku ekonomi
bahwa melakukan suatu aktivitas muamalah tidak hanya untuk mencari
keuntungan dan pada waktu yang sama menganiaya orang lain. Tetapi
didalamnya juga ada bentuk ibadah selain untuk kepentingan duniawi juga
sebagai bekal diakhirat kelak.

Dengan senantiasa melaksanakan aturan ekonomi berdasarkan perintah dan


apa yang Allah sampaikan, maka Allah menjamin keselamatan manusia, karena
di dalamnya terdapat aturan yang menghindari manusia dari kebinaasan Dalam
Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki
tujuan.

F. Sanksi Hukum Bagi Pengonsumsi Narkoba


Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika, telah banyak dilakukan
oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapat putusan hakim.
Penegakan hukum seharusnya diharapkan mampu menjadi faktor penangkal
terhadap meningkatnya perdagangan gelap serta peredaran narkotika, tapi dalam
kenyataannya justru semakin intensif dilakukan penegakan hukum, semakin
meningkat pula peredaran serta perdagangan gelap narkotika tersebut.
Ketentuan perundang-undangan yang mengatur masalah narkotika telah disusun
dan diberlakukan, namun demikian kejahatan yang menyangkut narkotika ini
belum dapat diredakan. Kasus-kasus terakhir ini telah banyak bandar-bandar
dan pengedar narkoba tertangkap dan mendapat sanksi berat sampai hukuman
mati yaitu tembak mati, namun pelaku yang lain seperti tidak mengacuhkan
bahkan lebih cenderung untuk memperluas daerah operasinya. Penegakan
hukum terhadap kejahatan di Indonesia yang mana pemerintah selaku
penyelenggara kehidupan bernegara perlu memberikan perlindungan dan
kesejahteraan masyarakat melalui berbagai kebijakan yang teragenda dalam
program pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah ini tergabung dalam
kebijakan sosial (social policy). Salah satu bagian dari kebijakan sosial ini
adalah kebijakan penegakan hukum (law enforcement policy), termasuk di
dalamnya kebijakan legislatif (legislative policy). Sedangkan kebijakan
penanggulangan kejahatan (criminal policy) itu sendiri merupakan bagian dari
kebijakan penegakan hukum (law enforcement policy).

Hukum atau criminal law enforcement yang mana bagiannya adalah


kebijakan penanggulangan kejahatan (criminal policy). Dalam penanggulangan
kejahatan dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau sanksi pidana,
dan menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum tanpa
menggunakan sanksi pidana (penal). Penegakan hukum mempunyai sasaran
agar orang taat kepada hukum. Ketaatan masyarakat terhadap hukum
disebabkan tiga hal, yakni: (1) takut berbuat dosa; (2) takut karena kekuasaan
dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang bersifat imperatif; (3)
takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal
mempunyai sasaran dan tujuan untuk kepentingan internalisasi13 . Keberadaan
Undang-Undang Narkotika yakni Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika merupakan suatu upaya politik hukum pemerintah Indonesia terhadap
penanggulangan tindak pidana narkotika. Pembentukan undang-undang
narkotika diharapkan dapat menanggulangi peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkotika dengan menggunakan sarana hukum pidana atau
penal.

Penyalahguna narkoba merupakan orang yang menggunakan narkoba tanpa


hak atau melawan hukum. Sanksi yang dikenakan bagi penyalahguna narkoba
terdapat dalam Pasal 127 ayat (1) UU Narkotika, yaitu:

1. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara


paling lama 4 (empat) tahun;
2. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun; dan
3. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun.

Namun apabila penyalahgunaan terbukti sebagai korban penyalahgunaan


narkoba, maka ia wajib menjalani rehabilitasi, hal tersebut selaras dengan Pasal
127 ayat (3) “Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibuktikan atai terbukti sebagai korban penyalahgunaan narkotika.
Penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial.”

G. Konsep Islam Dalam Memerangi Penyalahgunaan Naza


Secara umum upaya pencegahan dan penaggulangan yang dilakukan melalui
beberapa tahap berikut ini:

a. Pre-emptif, upaya pre-emptif yang dilakukan adalah berupa kegiatan-


kegiatan edukatif (pendidikan/pengajaran) dengan tujuan
mempengaruhi faktor- faktor penyebab yang mendorong dan faktor
peluang, yang biasa disebut faktor korelatif kriminologen dan
kejahatan narkotika, sehingga tercipta suatu kesadaran, kewaspadaan,
daya tangkal, serta terbina dan terciptanya kondisi perilaku/norma
hidup bebas narkoba. Yaitu dengan sikap tegas untuk menolak
terhadap kejahatan narkoba.

b. Preventif, upaya ini dilakukan untuk mencegah tenjadinya kejahatan


narkoba melalui pengendalian dan pengawasan jalur resmi serta
pengawasan langsung terhadap jalur-jalur peredaran gelap dengan
tujuan agar police Hazard tidak berkembang menjadi ancaman faktual,
antara lain dengan tindakan:
• Mencegah agar jumlah dan jenis yang tersedia hanya untuk dunia
pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan;
• Menjaga ketepatan pemakai hingga tidak menyebabkan
ketergantungan;
• Mencegah agar kondisi geografi suatu wilayah tidak dimanfaatkan
sebagai jalur gelap dengan mengawasi pantai serta pintu-pintu
masuk;
• Mencegah secara langsung peredaran gelap narkoba di dalam
negeri. Di samping itu, perlu pula dicegah agar suatu wilayah tidak
dimanfaatkan sebagai mata rantai perdagangan gelap, baik tingkat
nasional, regional, mau-pun internasional.

c. Represif; Merupakan upaya penindakan dan penegakkan hukum


terhadap ancaman faktual dengan sanksi yang tegas dan konsisten
sehingga dapat membuat jera para pelaku penyalahguna dan pengedar
narkoba.

d. Treatment dan Rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai