BAB I
PENDAHULUAN
oleh banyak negara saat ini. Hal tersebut tentunya sangat meresahkan dan
Berdasarkan hal tersebut maka para pengguna, pembeli, pengedar dan pihak-pihak
mendapatkan sanksi yang sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan. 1 Peredaran
dan penggunaan narkotika tidak hanya beredar di kota besar, tetapi telah merambah
ke seluruh masyarakat desa dengan berbagai kalangan ekonomi baik tingkat atas
hingga menengah ke bawah, mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua.
Tentang Narkotika menjelaskan bahwa narkotika merupakan zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang
1
Fransiska Novita Eleanora, 2011, “Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha
Pencegahan Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis)”, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Islam Sultan Agung, Vol XXV, No. 1, hal. 439-440.
2
dalam Pasal 7 mengatur bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan
Berdasarkan hal tersebut, maka tidak semua pihak berhak dan bisa mempergunakan
narkotika. Tindakan lainnya yang dilakukan diluar tujuan penggunaan narkotika dan
merupakan bentuk tindak pidana dan seorang penyalahguna merupakan pelaku tindak
bahwa penyalah guna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum.
dibawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
3
keamanan nasional.
Narkotika memberikan kerugian terhadap fisik dan mental yang berdampak bagi
hingga mengurangi rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan bagi diri sendiri.
korban diberikan sanksi berupa rehabilitasi. Hal tersebut juga sebagaimana diatur
pada Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2010 tentang
dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial adalah orang yang
2
Kusno Adi, 2009, Diversi Sebagai Upaya Alternative Penaggulangan Tindak Pidana
Narkotika Oleh Anak, UM Press, Malang, hal. 4.
4
secara fisik maupun psikis. Hal ini berarti menempatkan penyalah guna narkotika
yang ditunjuk oleh menteri kesehatan yaitu rumah sakit yang diselenggarakan baik
oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat. Selain pengobatan atau perawatan melalui
rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik secara
fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat segera kembali
Bekas pecandu narkotika adalah orang yang telah sembuh dari ketergantungan
terhadap narkotika secara fisik dan psikis. Meskipun rehabilitasi telah diatur, namun
dalam Pasal 127 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika menyebutkan bahwa penyalah guna dijadikan subyek yang dapat dipidana
dan kehilangan hak rehabilitasinya, kecuali dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban narkotika.
5
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika belum cukup efektif
dalam memenuhi tujuan pemidanaan yang hendak dicapai untuk memberikan efek
tentunya diharapkan tidak saja memberikan efek jera bagi pelakunya namun juga
tingkat penyidik, penuntut sampai tingkat pengadilan, harus memiliki presensi yang
Kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah satu bentuk dari perilaku yang
menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat, serta tidak
merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial
ancaman riil atau potensial bagi berlangsungnya ketertiban sosial.3 Beberapa pihak
yang memakai narkotika untuk dirinya sendiri dikarenakan penegakan hukum yang
3
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2013, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,
Bandung, hal. 42.
6
tidak tegas dan tidak memberikan efek jera meskipun undang-undang telah mengatur
mengenai penerapan sanksi pidana yang berat kepada para pelaku kejahatan berupa
pidana mati, pidana seumur hidup, pidana penjara. Oleh karena itu, dalam kebijakan
kriminal atau penjatuhan sanksi pidana harus menentukan perbuatan apa yang
seharusnya dijadikan tindak pidana, dan sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau
dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Sanksi
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis mengangkat dua
permasalahan yang penting untuk dibahas secara lebih lanjut. Adapun permasalahan
narkotika?
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
hukum.
7
narkotika.
4. Landasan teori
Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek das sollen atau apa
kepastian hukum.4
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Selain itu, kepastian
4
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, hal. 158.
8
yang bersifat umum tersebut, individu dapat mengetahui apa saja yang
oleh para penegak hukum dan agar kepastian hukum dapat benar-benar
Tanpa adanya kepastian hukum, maka para pihak tidak tahu apa yang
dari dua sudut, yaitu kepastian dalam hukum dan kepastian karena hukum.
waktu seseorang akan mendapatkan hak atau kehilangan hak. Hal tersebut
ada kepastian hukum, maka orang tidak akan tahu apa yang harus
bagian yang tetap dari hukum. Keadilan dan kepastian hukum harus
Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai
yang dilakukan tersebut tidak hanya terkait dengan masalah hukum, tetapi
5
Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 2.
12
yang bertentangan atau dialarang oleh hukum baik hukum formil maupun
tidak dipidana jika tidak ada kesalahan atau actus non facit reum nisi
pidana hanya dapat dipidana apabila telah terbukti secara sah dan
tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau
6
Hasbullah F. Sjawie, 2015, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Tindak Pidana
Korupsi, Prenada Media Group, Jakarta, hal. 11.
14
harus ada kepastian tentang adanya perbuatan pidana dan semua unsur-
dan tidak adanya alasan pemaaf.7 Apabila hal tersebut terpenuhi, maka
c. Teori pemidanaan.
yaitu menetapkan suatu pidana tidak terlepas dari tujuan politik kriminal.
kesejahteraan.
8
M. Ali Zaidin, 2016, Kebijakan Kriminal, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 218.
16
terdakwa. Harus diakui bahwa pidana tidak berakibat sama pada setiap
orang, hal tersebut dikarenakan pidana merupakan suatu hal yang relatif.9
tetapi lebih luas lagi hingga pada suatu sistem pidana yang terpadu dan
dalamnya.
tindak kejahatan, tetapi juga agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat
9
Niniek Suparni, 2007, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana Pemidanaan, Sinar
Grafika, Jakarta, hal. 40.
17
pemidanaan harus datang dari institusi yang berwenang secara hukum dan
Terdapat beberapa hal terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
penjahat yang dengan cara-cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki
lagi.10 Selain itu, terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa tujuan
10
P.A.F. Lamintang, 2016, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 23.
18
Teori relatif atau teori tujuan lahir sebagai reaksi terhadap teori
3) Teori gabungan
pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu
5. Tujuan penelitian
a. Tujuan umum.
hukum.
b. Tujuan khusus.
narkotika.
6. Metode penelitian
a. Jenis penelitian.
b. Jenis pendekatan.
bersangkut paut dengan permasalahan atau isu hukum yang dibahas pada
11
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normative &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 34.
22
antara lain:
Sosial
buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar, pamflet, brosur, karya tulis
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 47.
24
bahan hukum yang bersumber dari buku-buku, karya tulis hukum atau
pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa maupun berita di
f. Teknik penyajian.
25
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2013, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,
Bandung.
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normative &
Niniek Suparni, 2007, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana Pemidanaan,
P.A.F. Lamintang, 2016, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Peraturan Perundang-Undangan
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan
Rehabilitasi Sosial.
Jurnal
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Vol XXV, No. 1.