Anda di halaman 1dari 3

Rehabilitasi, Alternatif Pidana Selain Penjara

bagi Penyalahguna Narkotika

Oleh :
M. Dharma Nugraha, S.H.
Pembimbing Kemasyarakatan Ahli Pertama
Pada Balai Pemasyarakatan Kelas I Padang

Pelaku tindak pidana narkotika merupakan penyumbang over crowded / over


kapasitas paling besar pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara
yang ada di Indonesia. Bagaimana tidak, lebih dari 50% penghuni Lembaga
Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara diisi oleh pelanggar Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini. Tidak hanya itu, mayoritas Klien yang dibimbing
dan diawasi oleh Balai Pemasyarakatan adalah Klien dengan tindak pidana narkotika.
Sebagai contoh, di Balai Pemasyarakatan Kelas I Padang pada Bulan Agustus 2021
memiliki lebih dari 1300 orang Klien yang dibimbing dan diawasi. Perkara tindak
pidana narkotika menempati urutan pertama jumlah Klien terbanyak dengan total
keseluruhan mencapai 630 orang Klien. Hal ini tentu membuktikan bahwa perkara
tindak pidana narkotika cukup menyumbangkan jumlah yang besar bagi angka
kriminal di Indonesia.

Kondisi pelanggar Undang-Undang Narkotika tentu berbeda dengan pelaku tindak


pidana lainnya terkhususnya bagi mereka yang termasuk dalam kategori
penyalahguna/pencandu narkotika. Penyalahguna Narkotika umumnya secara
langsung melibatkan kecanduan terhadap sejenis atau lebih obat-obatan terlarang.
Selain itu penyalahguna narkotika sendiri melibatkan unsur medis, budaya, pola pikir
dan pola perilaku seseorang. Sehingga pembinaan yang paling tepat dari
penyalahguna narkotika bukanlah selalu menjalani pidana penjara di Lembaga
Pemasyarakatan melainkan bisa melalui alternatif lainnya yakni rehabilitasi.

Ditambah lagi dalam peradilan pidana Indonesia, kita mulai dikenalkan dengan istilah
Keadilan Restoratif (Justiratif Justice). Dimana keadilan Restoratif merupakan
penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga,
pelaku/korban dan pihak lain yang terkat untuk bersama-sama mencari penyelesaian
yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan
mengembalikan pola hubungan baik dalam masyarakatan bukannya pembalasan.
Keadilan Restoratif memiliki prinsip dasar berupa pemulihan kepada korban yang
menderita akibat kejahatan dengan memberikan ganti rugi kepada korban, perdamaian
dan pelaku melakukan kerja sosial maupun kesepakatan-kesepakatan lainnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor :
1691/DJU/SK/PS.00/12/2020 Tanggal 22 Desember 2020 tentang Pedoman
Penerapan Restoratif Justice di Lingkungan Peradilan Umum, juga telah mengatur
mengenai penerapan Keadilan Restoratif pada perkara Narkotika dimana pendekatan
keadilan restoratif hanya dapat diterapkan terhadap pecandu, penyalahguna, korban
penyalahgunaan, ketergantungan narkotika dan narkotika pemakaian satu hari.
Dimana Majelis Hakim dalam proses persidangannya dapat memerintahkan agar
penyalahguna narkotika untuk melakukan pengobatan, perawatan dan pemulihan pada
lembaga rehabilitasi medis ataupun lembaga rehabilitasi sosial.

Bicara tentang rehabilitasi, mungkin salah satu metode rehabilitasi sosial yang bagus
untuk ditujukan kepada korban penyalahguna narkotika adalah Terapeutic
Community (TC). Metode ini pada prinsipnya menempatkan orang-orang yang berada
dalam suatu masalah yang sama, berjuang ke arah yang sama dengan saling tolong
menolong bersama-sama menangani permasalahan diantara mereka dalam bentuk
komunitas. Pada komunitas tersebut prilaku di kondisikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari yang tidak diinginkan ke arah perilaku yang diharapkan.

Terapeutic Comunity (TC) ini dilakukan dengan asumsi dasar bahwa setiap orang
pasti bisa berubah, dan dalam proses perubahan ini, seorang manusia dikembalikan
kepada hakikat dasarnya sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, akan
tetapi memerlukan bantuan orang lain dan kelompok untuk bertahan hidup.
Terapeutic Community pada dasarnya sudah banyak diaplikasikan dalam institusi
rehabilitatif, termasuk Lembaga Pemasyarakatan.

Tujuan utama Terapeutic Community adalah mengubah pola tingkah laku yang
disfungsional dari seseorang individu, menjadi lebih efektif dan produktif dalam
kehidupannya. Sasaran utama dalam Terapeutic Community yaitu penghentian adiksi
dan mendorong perubahan cara hidup dari yang buruk menjadi lebih baik. Seperti
contoh merubah sikap seseorang pecandu yang semula mempunyai sikap kurang
respons, ceroboh, masa bodoh, emosi berlebihan, menunda-nunda waktu, anggapan
negatif, kurang berke-Tuhanan dan lain sebagainya kearah gaya hidup yang sehat
melalui perkembangan diri.

Keberhasilan Terapeutic Community ditentukan oleh tatacara dan aturan yang


diterapkan dalam kelompok tersebut dan harus dipenuhi oleh anggota
kelompok/komunitas yang dibentuk. Hal ini bertujuan untuk menekankan
kedisiplinan dan memperkuat tekad peserta untuk melakukan perubahan sikap dan
perilaku. Diantara aturan yang umum diterapkan adalah :
1. Tidak diperkenankan menggunakan Narkoba (No Drugs) dengan tujuan
menghentikan adiksi.
2. Tidak diperkenankan melakukan hubungan seksual dalam bentuk apapun.
3. Tidak diperkenankan melakukan kekerasan fisik maupun verbal.

Dengan menerapkan alternatif pemidanaan berupa rehabilitasi di Lembaga


Rehabilitasi Medis ataupun Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi para penyalahguna
narkotika maka secara tidak langsung juga akan menuntaskan permasalahan utama
dari seluruh Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di seluruh
Indonesia yakninya over kapasitas. Selain itu penerapan alternatif pemidanan berupa
rehabilitasi juga dapat melibatkan Pembimbing Kemasyarakatan sebagai rehabilitator
bagi penyalahguna narkotika yang diputus Hakim untuk menjalani rehabilitasi.
Apabila penyalahguna narkotika telah selesai mengikuti program rehabilitasi, mereka
dapat melanjutkan mengikuti kegiatan Pasca Rehabilitasi yang diselenggarakan oleh
Balai Pemasyarakatan minimal setahun sekali. Pasca Rehabilitasi merupakan sebuah
kegiatan pelayanan yang merupakan tahapan pembinaan lanjutan yang diberikan
kepada penyalahguna narkotika setelah menjalani rehabilitasi baik di lembaga
rehabilitasi medis atau lembaga rehabilitasi sosial, yang merupakan bagian yang
integral dalam rangkaian rehabilitasi. Dengan kata lain, rehabalitasi yang dilakukan di
lembaga rehabilitasi lebih berfokus kepada pemulihan kesehatan seperti
menghilangkan adiksi dan mengembalikan fungsi sosial dalam hubungan
bermasyarakat, sedangkan pasca rehabilitasi bertujuan untuk mencegah kekambuhan
bagi penyalahguna narkotika.

Anda mungkin juga menyukai