Anda di halaman 1dari 7

Mengenal Lebih Dekat Rehabilitasi Narkoba dengan

Metode Therapeutic Community (TC)/Berbasis Komunitas


RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu
Oleh : TRI HARYANTO

Indikator situasi perdagangan narkoba tetap bervariasi selama beberapa


tahun terakhir, secara global dalam jangka waktu yang cukup lama, narkoba
digunakan oleh kurang dari 5% populasi orang dewasa (15-64 tahun).
Kemajuan dalam usaha penyalahgunaan narkoba harus diikuti dengan
kemajuan dalam bidang lain, salah satunya adalah kesehatan. Kecanduan
adalah sumber penyakit yang perlu disembuhkan seperti penyakit lainnya,
perlu lebih banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk mencegah orang
menyalahgunakan narkoba, merawat mereka yang sudah ketagihan dan
mengurangi konsekuensi kesehatan dan social dari penyalahgunaan narkoba.
Sesuai dengan UU Narkotika No.35 Tahun 2009 selain usaha pencegahan
dan pemberantasan, Pemerintah juga mewajibkan pecandu dan korban untuk
menjalani rehabilitasi medis dan social (Pasal 54), di rehabilitasi medis yang
ditunjuk atau telah disetujui pemerintah (Pasal 56), selain itu pemerintah
juga mendorong munculnya panti rehabilitasi dengan pendekatan agama dan
tradisional (Pasal 57). Langkah serius Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
ini dibuktikan dengan didirikannya dan telah diresmikannya Unit Pelayanan
Narkoba RSJKO Soeprapto Daerah Bengkulu pada tanggal 17 januari 2010
oleh Gubernur Bengkulu. Saat ini unit pelayanan narkoba RSJKO Soeprapto
Daerah Bengkulu memberikan pelayanan One Stop Center dimulai dari
UGD, Detoksifikasi dan Rehabilitasi Narkoba berbasis Therapeutic Community
(TC)/Terapi Komunitas.
Penelitian BNN dan Puslitkes UI (2008), prevalensi penyalahguna narkoba
diproyeksikan meningkat tiap tahun :
- 2008 = 1,99 %
- 2011 = 2,32 %
- 2013 = 2,56 %
- 2015 = 2,80 %
Penelitian BNN dan Puslitkes UI (2011), prevalensi penyalahguna narkoba
tahun 2011 = 2,2 %, terjadi penurunan prevalensi = 0,12 %. Selanjutnya
Hasil survey BNN – UI (2008)Estimasi penyalahguna narkotika 1,99 %
populasi (3,6 juta), jumlah Pecandu Narkotika yang harus direhabilitasi
berdasarkan estimasi pecandu teratur pakai sekitar 27 % (lebih kurang 700
ribu).
Selanjutnya pada saat kunjungan Tim Rehabilitasi Narkoba BNN pada
akhir Mei 2012 dalam rangka Monitoring dan Evaluasi program TC didalam
Lapas Kota Bengkulu terdapat 195 narapidana dan tahanan atas kasus
Narkoba, sedangkan di RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu sendiri sudah mulai
terjadi peningkatan kunjungan terhadap klien pecandu dan korban
penyalahgunaan narkoba dalam kurun 3 tahun terakhir sejak diresmikannya
gedung Rehabilitasi Narkoba oleh Bapak Gubernur Bengkulu. Sampai awal
juni 2012 terjadi peningkatan kunjungan klien yang mengikuti program
rehabilitasi dengan cara rawat inap yang cukup signifikan ; pada tahun 2010
ada 5 orang klien, tahun 2011 ada 4 klien, dan data sampai awal juni 2012
sudah 11 orang klien yang menjalani program rehabilitasi narkoba dengan
metode TC yang rawat inap.
Program Rehabilitasi Narkoba dengan metode TC/Terapi Berbasis
Komunitas sedikit berbeda dengan metode – metode rehabilitasi narkoba
yang lain, Metode TC adalah suatu metode dimana ada sekelompok individu
yang mempunyai masalah yang sama (ketergantungan narkoba/alcohol),
dimana setiap individu saling tolong menolong satu sama lain untuk saling
menguatkan dan menjadi manusia yang produktif berdasar filosofi; Man
Helping Man, To Help Him Self (dengan menolong orang lain berarti
menolong diri sendiri), menolong diri sendiri dapat dilakukan dengan adanya
keyakinan bahwa : setiap orang bisa berubah, kelompok bisa mendukung
untuk berubah, setiap individu harus bertanggung jawab, program terstruktur
dan adanya partisipasi aktif.
Selanjutnya dalam Program TC juga terdapat 4 struktur yang menjadi
pondasi dalam metode itu sendiri yaitu; Pembentukan/pemangkasan prilaku,
Pengendalian emosi dan psikologi, Pengembangan pemikiran dan
kerohanian, Keterampilan kerja dan Keterampilan social serta bertahan
hidup. Sedangkan pondasi yang lain adalah 5 Tonggak Program TC antara
lain ; Konsep kekeluargaan, Tekanan rekan sebaya, Sessi Terapi, Sessi
Agama dan Ketauladanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan TC adalah
bagaimana seorang individu mengolah sub kultur yang dianut seorang
adiksi kearah kultur masyarakat luas (Mainstream Society), menuju
kehidupan yang sehat dan produktif.
Selain dari pada berpegang kepada 4 struktur dan 5 pillar didalam
program, juga terdapat beberapa kegiatan lainnya seperti :
a. Encounter group, yaitu : sebuah grup dimana setiap anggota keluarga/klien
diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kesal, marah,
kecewa dan sedih terhadap anggota keluarga/klien yang lain dengan propert
dan sesuai aturan dalam TC.
b. Dinamic Group
c. Confrontation Group
d. Static Group, yaitu kerucut dari sharing circle dan yang lain tidak boleh tahu
e. P.A.G.E Group, yaitu sebuah grup untuk mengevaluasi prilaku – prilaku
negative dari klien
f. Sharring session, yaitu kegiatan menceritakan feeling yang dilakukan oleh
klien yang dipimpin oleh kondakh dan diikuti oleh semua
Selanjutnya didalam program Rehabilitasi Narkoba berbasis TC, terdapat
juga Meeting/pertemuan seperti :
a. Morning meeting, yaitu pertemuan yang paling utama yang dilakukan setiap
pagi untuk mengawali kegiatan dan diikuti oleh seluruh Klien membahas isu-
isu dalam facility, peringatan, teguran satu sama lain, memberikan masukan
dan arahan yang bertujuan positif
b. Evening meetings, yaitu pertemuan yang dilakukan pada malam hari untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan yang sudah dilakukan selama satu hari penuh
c. House meeting, yaitu pertemuan yang diikuti oleh seluruh klien yang berada
diseluruh facility untuk masalah yang ada didalam rumah
d. General meeting, yaitu pertemuan yang dilakukan oleh seluruh klien untuk
membahas klien yang lain yang telah melakukan pelanggaran terhadap
peraturan yang ada didalam rumah
e. Weekend Wrap UP, yaitu pertemuan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
dijalankan selama 1 minggu dan kegiatan ini biasanya dilakukan pada
minggu malam
f. Departemental meeting, yaitu pertemuan yang dilakukan oleh penanggung
jawab setiap departemen seperti departemen kebersihan rumah, dapur,
halaman, dan alat-alat kebersihan
g. Status Holder meeting, yaitu pertemuan yang melibatkan klien yang ditunjuk
bertanggung jawab untuk menjalankan rumah dan biasanya juga membahas
klien-klien yang dirasa cukup bermasalah dalam proses pemulihan

Selain kegiatan dan beberapa group diatas yang dijalankan dalam program
rehabilitasi narkoba berbasis TC, kami pihak RSJ soeprapto Daerah Bengkulu
juga melakukan kegiatan Hipno Therapi yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
merubah sugesti dengan memberi sugesti yang baru, hipno therapy ini
dilakukan oleh tenaga-tenaga yang sudah terlatih.

Program rehabilitasi narkoba RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu yang sudah


berjalan saat ini, untuk pola tarif mengikuti pola tarif yang telah disetujui oleh
Pemda Provinsi Bengkulu yaitu sebesar Rp. 160.000/hari yang meliputi biaya
makan, rawat inap dan tindakan/kegiatan rehabilitasi yang dilakukan selama
yang bersangkutan menjalani proses pemulihan dari ketergantungan
Narkoba. Tindakan – tindakan yang dilakukan diluar biaya tersebut di atas
dikenakan sesuai dengan pola tarif yang berlaku. Untuk kegiatan Malam
mingguan atas yang biasa di sebut SNA (Saturday Night Activity) itu juga
dibebankan pada keluarga. Selanjutnya juga pihak RSJ Soperapto Daerah
Bengkulu juga menerima pelayanan klien/residen yang menggunakan
ASKES/JAMKESMAS.

Anda mungkin juga menyukai