DI SUSUN OLEH :
MUTHMAINNAH R011191002
RABIA, M R011191052
RAHMANIA R011191111
A. Definisi
Rehabilitasi narkoba adalah cara untuk memulihkan pengguna agar terbebas dari
narkoba.
B. Tahapan Rehabilitasi Pengguna Narkoba
1. Tahap Rehabilitasi Medis (Detoksifikasi)
Pada tahap awal ini, dokter akan memeriksa kesehatan fisik dan mental pecandu.
Dari hasil pemeriksaan, dokter kemudian bisa memberikan resep obat tertentu
untuk mengurangi gejala sakau.
2. Tahap Rehabilitasi Non medis
Pada tahap kedua ini, dilakukan di tempat rehabilitasi narkoba yang tersebar di
seluruh Indonesia. Saat berada di tempat rehabilitasi ini, pecandu akan coba
dipulihkan agar bisa kembali normal dan terbebas dari narkoba yang berbahaya.
3. Tahap Pembinaan Lanjutan
Pada tahap ini, pecandu sudah bisa kembali ke lingkungan. Namun akan tetap
diawasi sehingga nantinya mantan pengguna ini tidak tergoda untuk kembali ke
jalan yang salah.
Selain tahapan rehabilitasi tersebut, juga terdapat sejumlah cara terapi dan
rehabilitasi untuk pengobatan narkoba. Berikut ini jenis metode pengobatan
tersebut.
a. Cold Turkey
Pengguna langsung dihentikan aksesnya terhadap narkoba. Biasanya pengguna
akan dikurung di ruangan tertentu sampai tingkat ketergantungan terhadap narkoba
itu bisa dihilangkan serta diikutkan konseling narkoba
b. Cara Alternatif : dengan pengobatan alternatif.
c. Terapi Komunitas (Therapeutic Community (TC))
Dengan metode terapi ini diharapkan pengguna bisa kembali ke masyarakat dan
kembali sebagai manusia yang normal.
d. Metode 12 Langkah
Metode pengobatan narkoba ini dikembangkan di Amerika Serikat. Ada 12 tahapan
yang dilakukan sehingga nantinya pengguna itu bisa kembali sembuh.
C. Penyalahgunaan Narkoba
Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang paling efektif
dan mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan
nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta rehabilitatif.
a. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau program
pembinaan.
b. Preventif
Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah
mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga
mereka menjadi tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Bentuk dan agenda
kegiatan dalam program preventif ini: Kampanye anti penyalahgunaan narkoba,
Penyuluhan seluk beluk narkoba yaitu lebih bersifat dialog yang disertai dengan
sesi tanya jawab dan bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah, Pendidikan
dan pelatihan kelompok sebaya serta upaya mengawasi dan mengendalikan
produksi dan upaya distribusi narkoba di masyarakat.
c. Kuratif
d. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan yang keberhasilannya sendiri
sangat bergantung pada sikap profesionalisme lembaga yang menangani program
rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan penderita untuk sembuh serta
dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan lembaga.
e. Represif
Program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar, pengedar dan
pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi pemerintah yang
berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi
narkoba.Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar
undang-undang tentang narkoba.
Peran orangtua :Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih
saying dan komunikasi terbuka, mengasuh dan mendidik anak yang baik, Menjadi
contoh yang baik, mengikuti jaringan orang tua, menyusun peraturan keluarga
tentang keluarga bebas narkoba serta menjadi pengawas yang baik.
Vonis rehabilitasi ini juga berlaku bagi pengguna narkoba yang tertangkap
tangan. Rujukannya tertera dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) 03 Tahun
2011 dan SEMA Nomor 04 Tahun 2010, yang berisi imbauan kepada para hakim
untuk tidak memenjarakan pencandu narkoba, melainkan memasukkan mereka ke
dalam lembaga rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan menghentikan ketergantungan
sekaligus memulihkan kondisi mental dan sosial pencandu. Adapun proses dan
tahapan rehabilitasi narkoba adalah :
1. Prarehabilitasi
Proses penilaian bagi pengguna yang tertangkap aparat dan proses hukumnya sedang
berjalan, berbeda dengan yang datang secara suka rela. Mereka yang tertangkap aparat
akan didampingi penyidik dari Polri atau BNN. Setelah itu, baru keluar rekomendasi
rehabilitasi, "Tindakan rehabilitasi bentuknya : kalau yang ringan bisa rawat jalan,
kalau yang sedang dan berat akan menjalani rawat inap.
2. Tahap rehabilitasi
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
Menimbang :
a. Bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan Makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, perlu menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi
Penyalah Guna Narkotika dan Pecandu Narkotika.
b. Bahwa Badan Narkotika Nasional mempunyai tugas yang salah satunya yaitu
meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Pecandu
Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
c. Bahwa terbatasnya jumlah lembaga rehabilitasi narkotika menimbulkan dampak
terhadap penyalah guna, pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika
yang tidak dapat mendapatkan akses layanan rehabilitasi, sehingga Badan Narkotika
Nasional berupaya untuk meningkatkan ketersediaan layanan rehabilitasi, salah
satunya yaitu dengan memberdayakan dan mengoptimalkan kemampuan lembaga
rehabilitasi milik masyarakat agar dapat menyelenggarakan layanan yang sesuai
dengan standar rehabilitasi yang ditentukan.
d. Bahwa Badan Narkotika Nasional saat ini belum memiliki pengaturan
penyelenggaraan rehabilitasi bagi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika pada lembaga rehabilitasi komponen masyarakat, sehingga diperlukan
pengaturan terhadap hal ini.
e. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sampai dengan
huruf f maka perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotika Nasional tentang
Penyelenggaraan Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika pada Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat;
Mengingat :
MEMUTUSKAN:
Pasal 4 : Ruang lingkup dari petunjuk teknis penyelenggaraan rehabilitasi bagi pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika di lembaga rehabilitasi yang
diselenggarakan oleh masyarakat, terdiri atas: pendahuluan; pemenuhan standar
rehabilitasi; pelaksanaan rehabilitasi secara umum; program layanan rehabilitasi medis;
program layanan rehabilitasi sosial; dan pengendalian program.
Pasal 5 : Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ttd
HERU WINARKO
Diundangkan di Jakarta
Ttd
WIDODO EKATJAHJANA
Contoh instansi pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba
VISI
Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum
MISI :
1. Mewujudkan Peraturan Perundang-undangan yang berkualitas,
2. Mewujudkan Pelayanan Hukum yang berkualitas,
3. Mewujudkan Penegakan Hukum yang berkualitas,
4. Mewujudkan Penghormatan Pemenuhan dan Perlindungan HAM,
5. Mewujudkan Layanan Manajemen Administrasi Kementerian Hukum dan HAM,
6. Mewujudkan Aparatur Kementerian Hukum dan HAM yang Profesional dan Berintegritas.
1. Tugas
Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia dalam Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan kebijakan Menteri
Hukum dan HAM dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Fungsi
Untuk melaksanakan tugasnya, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi:
a. pengoordinasian perencanaan, pengendalian program, dan pelaporan;
b. pelaksanaan pelayanan di bidang administrasi hukum umum, hak kekayaan intelektual, dan
pemberian informasi hukum;
c. pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum
dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum;
d. pengoordinasian pelaksanaan operasional Unit Pelayanan Teknis di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM di bidang keimigrasian dan bidang pemasyarakatan;
e. penguatan dan pelayanan hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan penghormatan,
pemenuhan, pemajuan, pelindungan, dan penegakan hak asasi manusia; dan
f. pelaksanaan urusan administrasi di lingkungan Kantor Wilayah.
1. Nilai
Untuk memandu pencapaian visi dan misi serta untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
diperlukan nilai-nilai yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh insan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Nilai ini mendukung dan memandu disaat tugas dan
tanggungjawab sedang dikerjakan. Adapun nilai Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia adalah:
a) Profesional
Aparat Kementerian Hukum dan HAM adalah aparat yang bekerja keras untuk mencapai
tujuan organisasi melalui penguasaan bidang tugasnya, menjunjung tinggi etika dan integritas
profesi.
b) Akuntabel
Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c) Sinergi
Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang produktif serta
kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menemukan dan
melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat dan berkualitas.
d) Transparan
Kementerian Hukum dan HAM menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
e) Inovatif
Kementerian Hukum dan HAM mendukung kreativitas dan mengembangkan inisiatif untuk
selalu melakukan pembaharuan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
2. Tujuan
Dalam penyusunan rencana strategis tujuan adalah kondisi yang akan atau harus dicapai
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan apa yang telah dibayangkan sebelumnya baik
dalam konteks Visi terutama dalam perspektif misi organisasi. Tujuan akan menjadi acuan
dalam perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan. Sesuai dengan misi yang telah
dirumuskan dikaitkan dengan analisis strategis maka tujuan yang akan dicapai oleh
Kementerian adalah:
E. Satuan Kerja
Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di wilayah kerja, Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Selatan dibantu 33 (tiga puluh tiga)
Unit Pelaksana Teknis yang tersebar di seluruh Wilayah Sulawesi Selatan dengan pembagian
satuan kerja (SATKER) sebagai berikut :
No
KANTOR/UPT JUMLAH SATKER
.
1. Kantor Wilayah 1
2. Lembaga Pemasyarakatan 9
3. Rumah Tahanan Negara 15
4. Balai Pemasyarakatan 3
5. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara 1
6. Kantor Imigrasi 3
7. Rumah Detensi Imigrasi 1
8. Balai Harta Peninggalan 1
Jumlah 34
F. Susunan Organisasi
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan terdiri atas 4 divisi, yaitu:
a. Divisi Administrasi
Divisi administrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di bidang
pembinaan dan dukungan administrasi di lingkungan Kantor Wilayah berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh Sekretariat Jenderal.
Divisi Administrasi terdiri atas:
1. Bagian Program dan Pelaporan;
2. Bagian Umum;
b. Divisi Pemasyarakatan
Divisi Pemasyarakatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan di wilayah. Divisi Pemasyarakatan terdiri atas:
1. Bidang Pembinaan, Bimbingan Pemasyarakatan, Pengentasan Anak, Informasi dan
Komunikasi;
2. Bidang Keamanan, Kesehatan, dan Perawatan Narapidana / Tahanan, dan Pengelolaan
Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara;
d. Divisi Keimigrasian
Divisi Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Imigrasi di
wilayah. Divisi Keimigrasian terdiri atas:
1. Bidang Lalu Lintas dan Izin Tinggal Keimigrasian;
2. Bidang Intelijen, Penindakan, Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian
Struktur Organisas
Jenis pelayanan
Pelayanan rehabilitasi social bagi penggunaan napza
prosedurnya
1. Kepala Lapas membentuk Tim Asesmen yang terdiri dari Dokter, Psikolog, Konselor
dan petugas pembinaan;
2. Bila tenaga kesehatan tersebut tidak tersedia di dalam Lapas/Rutan dapat berjejaring
dengan Dinas Kesehatan, BNN/P;
3. Tim assesment melaksanakan assesment sesuai dengan instrumen yang telah
ditentukan;
4. Tim assesment memberikan rekomendasi kepada kepala Lapas/Rutan tentang
rehabiltasi medis dan sosial serta tempat rehabilitasi;
5. Kepala lapas/rutan mengusulkan kepada Kantor Wilayah;
6. Kepala Kantor Wilayah mengusulkan kepada Dirjen Pemasyarakatan cq. Direktur
Bina Kesehatan Dan Perawatan Narapidana Dan Tahanan untuk rehabilitasi di luar
Lapas/Rutan;
7. Direktur Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan memberikan
rekomendasi rehabilitasi.