Anda di halaman 1dari 4

Nama : Windy Olivia Dawa

Stambuk : 601190081
Kelas : Reguler A1
Mata Kuliah : Narkotika dan Psikotropika
Jawaban UAS

1. Penjelasan tentang pelaksanaan Pemberian Rehabilitasi pada Pelaku Penyalahgunaan Narkotika :


Rehabilitasi Narkotika merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan para pecandu dari
belenggu narkoba dan bahaya yang menyertainya. Ada tiga tahap rehabilitasi narkoba di
Indonesia, yaitu Rehabilitasi Medis, Nonmedis, dan Bina Lanjut.
a. Rehabilitasi Medis (Detoksifikasi)
Pada tahap ini, dokter akan memeriksa kesehatan pecandu, baik kesehatan fisik maupun
mentalnya. Setelah pemeriksaan dilakukan, dokter akan menentukan jenis pengobatan
yang akan diberikan untuk mengurangi gejala putus obat yang diderita pecandu.
Pemberian obat ini tergantung jenis narkoba yang pernah digunakan dan tingkat
keparahan gejala yang dialami.
b. Rehabilitasi Non Medis
Mulai dari konseling, terapi kelompok, hingga pembinaan spiritual atau keagamaan.
Konseling dapat membantu pecandu narkoba mengenali masalah atau perilaku yang
memicu ketergantungannya pada narkoba. Dengan demikian, pecandu dapat menemukan
strategi yang paling tepat untuknya agar terlepas dari belenggu narkoba. Sementara itu,
terapi kelompok (therapeutic community) merupakan forum diskusi yang beranggotakan
sesama pecandu narkoba. Terapi ini bertujuan agar anggotanya dapat saling memberikan
motivasi, bantuan, dan dukungan agar sama-sama terbebas dari jeratan narkoba.
c. Rehabilitasi Bina Lanjut
Tahap akhir dari rangkaian rehabilitasi narkoba. Para pecandu narkoba akan diberikan
kegiatan sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Hal ini bertujuan agar mereka
bisa kembali bekerja dan tetap produktif setelah menyelesaikan program rehabilitasi.
Setelah terbebas dari ketergantungan, mantan pecandu narkoba dapat kembali ke
masyarakat dan beraktivitas seperti biasa di bawah pengawasan Badan Narkotika
Nasional.
2. Efektifitas penerapan dari UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan UU No.5 Tahun 1997
tentang Psikotropika :
a. Efektifitas UU No. 35 Tahun 2009
- Menurut saya UU No. 35 Tahun 2009 mulai ketinggalan zaman, belum ada aturan yang
menegaskan proses jual beli yang sering dilakukan lewat media sosial, padahal ruang
peredaran Narkotika semakin luas dan canggih.
- UU No. 35 Tahun 2009 juga selain memberikan kewenangan yang besar kepada BNN
juga mewajibkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan Narkotika di Bab XIII Pasal 104-108. Masyarakat dijadikan seperti
penyelidik dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dan
mendapatkan pelayanan dalam hal-hal tersebut tetapi tidak diberikan hak untuk
melakukan penyuluhan, pendampingan dan penguatan terhadap pecandu narkotika.
Padahal sesama masyarakat memiliki pengaruh lebih besar di dengar daripada
pemerintah itu sendiri dalam hal ini BNN. Ketika ini tetap dipaksakan malah masyarakat
yang akan dilaporkan, seyogyanga ditambahkan hak masyarakat dalam hal ini demi
efektifnya peraturan dimaksud.
b. UU No. 5 Tahun 1997
- UU Nomor 5 Tahun 1997 mengatur penerapan sanksi pidana yang bersifat
menghukum yakni tertuang dalam pasal 59-72. Sanksi pidana yang tertuang pada
pasal-pasal tersebut meliputi sanksi pidana mati, sanski pidana penjara, sanksi
pidana kurungan serta sanksi pidana denda. Untuk tindak pidana yang menyangkut
peredaran gelap psikotropika biasanya dikenakan sanksi pidana maksimal yakni
pidana mati. Namun dalam kenyataan berbicara sebaliknya. Semakin banyak pelaku
tindak pidana psikotropika yang diajukan ke pengadilan bahkan beberapa divonis
mati, justru kasus-kasus pidana psikotropika semakin meningkat.
3. Upaya preventif dan represif dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika :
a. Prefentif atau Pencegahan adalah upaya untuk membantu individu menghindari atau
mencoba menyalahgunakan narkoba, dengan menjalani cara dan gaya hidup sehat, serta
mengubah kondisi kehidupan yang membuat individu mudah terjangkit penyalahgunaan
narkoba. Pencegahan berupa suatu proses membangun yang disusun untuk
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social seseorang.
- Mengikuti kampanye anti Narkoba
- Mengikuti pendidikan dan penyuluhan seluk beluk Narkoba
b. Represif atau Penindakan upaya ini merupakan upaya terakhir dalam memberantas
penyalahgunaan narkoba yaitu dengan cara melakukan penindakan kepada orang yang
diduga menggunakan, menyimpan, menjual narkoba, dan dalam hal ini yang berwenang
adalah Unit Narkotika atau Pihak Kepolisian.
- Menangkap dan melimpahkan berkas perkaranya sampai pengadilan.
- Memutuskan jalur peredaran gelap narkotika.
- Mengungkap jaringan sindikat pengedar.
- Melaksanakan operasi rutin kewilayahan dan operasi khusus terpusat secara
konsisten dan berlanjut. Fungsi yang dikedepankan adalah intel.
4. Penerapan pidana mati terhadap pengedar Narkotika dan Psikotropika jika dikaitkan dengan Hak
Asasi Manusia :
Penerapan tersebut menurut saya tidak melanggar Hak Asasi Manusia sebab hal tersebut telah
diatur dalam UU dan menjadi kesepakatan bersama bahkan Hukuman Mati ini menghormati dan
melindungi HAM, karena bila tidak dihukum mati para bandar Narkoba masih bisa mengendalikan
peredarannya di dalam Lapas. Hukuman ini juga pasti harus melewati proses persidangan yang
obyektif sesuai prosedur hukum bahwa yang bersangkutan memang bersalah.
5. Peran BNN dan Direktorat Narkoba dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika :
a. Pencegahan Primer
- Pencegahan Primer ditujukan pada anak-anak dan generasi muda yang belum
pernah menyalahgunakan narkoba. Semua sektor masyarakat yang berpotensi
membantu generasi muda untuk tidak menyalahgunakan narkoba.
- Kegiatan pencegahan primer terutama dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan,
penerangan dan pendidikan.
b. Pencegahan Sekunder
- Pencegahan Sekunder adalah pencegahan yg ditujukan pada : Anak-anak atau
generasi muda yg sudah mulai mencoba-coba menyalahgunakan narkoba. Sektor-
sektor masyarakat yg dapat membantu anak-anak, generasi muda berhenti
menyalahgunakan narkoba.
- Kegiatan pencegahan sekunder menitikberatkan pada kegiatan deteksi secara dini
terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba, konseling perorangan dan keluarga
pengguna, bimbingan sosial melalui kunjungan rumah.
c. Pencegahan Tertier
- Pencegahan Tertier ditujukan pada : Korban Narkoba atau bekas korban narkoba.
Sektor-sektor masyarakat yg bisa membantu bekas korban Narkoba utk tidak
menggunakan Narkoba lagi.
- Kegiatan pencegahan Tertier dilaksanakan dalam bentuk bimbingan sosial dan
konseling terhadap yang bersangkutan dan keluarga serta kelompok sebayanya,
penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang menguntungkan bekas
korban untuk mantapnya kesembuhan, pengembangan minat, bakat dan
keterampilan kerja, pembinaan orang tua, keluarga, teman dimana korban tinggal,
agar siap menerima bekas korban dengan baik jangan sampai bekas korban kembali
menyalahgunakan Narkoba.
6. Apakah orang yang mengkonsumsi alkohol dapat dikenai dengan sanksi pidana, karena jika dilihat
bahwa efek mengkonsumsi alkohol juga dapat merusak kesehatan sama dengan mengonsumsi
Narkotika dan Psikotropiksa :
Orang yang mengonsumsi alkohol dapat dikenai sanksi pidana diakui dan diatur dalam UU No. 29
Tahun 1947 tentang Cukai Minuman Keras. Bahkan sementara di perjuangkan RUU Minuman
Beralkohol, salah satu isi pasalnya adalah : Pasal 21 angka (1) Bab VI tentang Ketentuan Pidana
RUU Minol, sanksi pidana penjara bagi peminum minol yang mengganggu ketertiban umum atau
mengancam keamanan orang lain ditingkatkan menjadi maksimal lima tahun atau denda maksimal
Rp100 juta.
7. Sanksi Pidana terhadap Penyalahgunaan, Pengedar dan Produsen Narkotika dan Psikotropika :
Menurut Pasal 59 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika ditegaskan
bahwa : "menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimpor, memiliki, menyimpan, dan atau
membawa psikotropika golongan I dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat )
tahun, paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 dan paling banyak
Rp.750.000.000,00."
Dari rumusan pidana tersebut dapat diketahui bahwa terhadap tindak pidana psikotropika
golongan I, apapun kualifikasi perbuatan pelaku tindak pidana diancam dengan pidana yang sama.
Hal ini berbeda dengan tindak pidana terhadap psikotropika golongan lainnya yang membedakan
ancaman hukuman satu dengan lainnya sesuai dengan kualifikasi perbuatan yang dilakukan
pelaku.
8. Perbedaan Pembuatan Narkotika dan Psikotropika bahan-bahan tanaman, bukan tanaman,
Sintesis dan Semisintesis :
a. Narkotika Alami
Zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses
fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai
dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan
untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh narkotika alami
yaitu seperti ganza dan daun koka.
b. Narkotika Sintetis
Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan
penelitian sebagai penghilang rasa sakit analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin,
metadon, dekstropropakasifen dan deksamfetamin.
c. Narkotika Semi Sintetis
Yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain sebagainya seperti
heroin, morfin, dan kodein.
9. Jika terdapat pemakaian secara ilegal Narkotika dan Psikotropika dengan alasan untuk
pengobatan apakah hal ini dibenarkan :
Menurut saya tidak bisa dibenarkan karena alasan pengobatan, tetap harus ada izin penggunaan
dari kepolisian dan resep dokter yang jelas, karena Narkotika dan Psikotropika jelas aturan
penggunaannya tidak sembarangan.
10. Contoh Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif :
a. Narkotika : Ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Psikotropika : LSD, DOM, dan ekstasi.
Zat Adiktif : Pengawet, MSG, dan pemanis buatan.

Anda mungkin juga menyukai