0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi penyalahguna narkoba, peraturan terkait narkoba, upaya pencegahan dan penindakan, serta peran lembaga terkait seperti BNN dan Direktorat Narkoba. Secara garis besar dibahas tiga tahapan rehabilitasi narkoba, efektivitas UU terkait, upaya preventif dan represif, serta peran lembaga dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba dan psikotropika.
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi penyalahguna narkoba, peraturan terkait narkoba, upaya pencegahan dan penindakan, serta peran lembaga terkait seperti BNN dan Direktorat Narkoba. Secara garis besar dibahas tiga tahapan rehabilitasi narkoba, efektivitas UU terkait, upaya preventif dan represif, serta peran lembaga dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba dan psikotropika.
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi penyalahguna narkoba, peraturan terkait narkoba, upaya pencegahan dan penindakan, serta peran lembaga terkait seperti BNN dan Direktorat Narkoba. Secara garis besar dibahas tiga tahapan rehabilitasi narkoba, efektivitas UU terkait, upaya preventif dan represif, serta peran lembaga dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba dan psikotropika.
Stambuk : 601190081 Kelas : Reguler A1 Mata Kuliah : Narkotika dan Psikotropika Jawaban UAS
1. Penjelasan tentang pelaksanaan Pemberian Rehabilitasi pada Pelaku Penyalahgunaan Narkotika :
Rehabilitasi Narkotika merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan para pecandu dari belenggu narkoba dan bahaya yang menyertainya. Ada tiga tahap rehabilitasi narkoba di Indonesia, yaitu Rehabilitasi Medis, Nonmedis, dan Bina Lanjut. a. Rehabilitasi Medis (Detoksifikasi) Pada tahap ini, dokter akan memeriksa kesehatan pecandu, baik kesehatan fisik maupun mentalnya. Setelah pemeriksaan dilakukan, dokter akan menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan untuk mengurangi gejala putus obat yang diderita pecandu. Pemberian obat ini tergantung jenis narkoba yang pernah digunakan dan tingkat keparahan gejala yang dialami. b. Rehabilitasi Non Medis Mulai dari konseling, terapi kelompok, hingga pembinaan spiritual atau keagamaan. Konseling dapat membantu pecandu narkoba mengenali masalah atau perilaku yang memicu ketergantungannya pada narkoba. Dengan demikian, pecandu dapat menemukan strategi yang paling tepat untuknya agar terlepas dari belenggu narkoba. Sementara itu, terapi kelompok (therapeutic community) merupakan forum diskusi yang beranggotakan sesama pecandu narkoba. Terapi ini bertujuan agar anggotanya dapat saling memberikan motivasi, bantuan, dan dukungan agar sama-sama terbebas dari jeratan narkoba. c. Rehabilitasi Bina Lanjut Tahap akhir dari rangkaian rehabilitasi narkoba. Para pecandu narkoba akan diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Hal ini bertujuan agar mereka bisa kembali bekerja dan tetap produktif setelah menyelesaikan program rehabilitasi. Setelah terbebas dari ketergantungan, mantan pecandu narkoba dapat kembali ke masyarakat dan beraktivitas seperti biasa di bawah pengawasan Badan Narkotika Nasional. 2. Efektifitas penerapan dari UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika : a. Efektifitas UU No. 35 Tahun 2009 - Menurut saya UU No. 35 Tahun 2009 mulai ketinggalan zaman, belum ada aturan yang menegaskan proses jual beli yang sering dilakukan lewat media sosial, padahal ruang peredaran Narkotika semakin luas dan canggih. - UU No. 35 Tahun 2009 juga selain memberikan kewenangan yang besar kepada BNN juga mewajibkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Narkotika di Bab XIII Pasal 104-108. Masyarakat dijadikan seperti penyelidik dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dan mendapatkan pelayanan dalam hal-hal tersebut tetapi tidak diberikan hak untuk melakukan penyuluhan, pendampingan dan penguatan terhadap pecandu narkotika. Padahal sesama masyarakat memiliki pengaruh lebih besar di dengar daripada pemerintah itu sendiri dalam hal ini BNN. Ketika ini tetap dipaksakan malah masyarakat yang akan dilaporkan, seyogyanga ditambahkan hak masyarakat dalam hal ini demi efektifnya peraturan dimaksud. b. UU No. 5 Tahun 1997 - UU Nomor 5 Tahun 1997 mengatur penerapan sanksi pidana yang bersifat menghukum yakni tertuang dalam pasal 59-72. Sanksi pidana yang tertuang pada pasal-pasal tersebut meliputi sanksi pidana mati, sanski pidana penjara, sanksi pidana kurungan serta sanksi pidana denda. Untuk tindak pidana yang menyangkut peredaran gelap psikotropika biasanya dikenakan sanksi pidana maksimal yakni pidana mati. Namun dalam kenyataan berbicara sebaliknya. Semakin banyak pelaku tindak pidana psikotropika yang diajukan ke pengadilan bahkan beberapa divonis mati, justru kasus-kasus pidana psikotropika semakin meningkat. 3. Upaya preventif dan represif dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika : a. Prefentif atau Pencegahan adalah upaya untuk membantu individu menghindari atau mencoba menyalahgunakan narkoba, dengan menjalani cara dan gaya hidup sehat, serta mengubah kondisi kehidupan yang membuat individu mudah terjangkit penyalahgunaan narkoba. Pencegahan berupa suatu proses membangun yang disusun untuk meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social seseorang. - Mengikuti kampanye anti Narkoba - Mengikuti pendidikan dan penyuluhan seluk beluk Narkoba b. Represif atau Penindakan upaya ini merupakan upaya terakhir dalam memberantas penyalahgunaan narkoba yaitu dengan cara melakukan penindakan kepada orang yang diduga menggunakan, menyimpan, menjual narkoba, dan dalam hal ini yang berwenang adalah Unit Narkotika atau Pihak Kepolisian. - Menangkap dan melimpahkan berkas perkaranya sampai pengadilan. - Memutuskan jalur peredaran gelap narkotika. - Mengungkap jaringan sindikat pengedar. - Melaksanakan operasi rutin kewilayahan dan operasi khusus terpusat secara konsisten dan berlanjut. Fungsi yang dikedepankan adalah intel. 4. Penerapan pidana mati terhadap pengedar Narkotika dan Psikotropika jika dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia : Penerapan tersebut menurut saya tidak melanggar Hak Asasi Manusia sebab hal tersebut telah diatur dalam UU dan menjadi kesepakatan bersama bahkan Hukuman Mati ini menghormati dan melindungi HAM, karena bila tidak dihukum mati para bandar Narkoba masih bisa mengendalikan peredarannya di dalam Lapas. Hukuman ini juga pasti harus melewati proses persidangan yang obyektif sesuai prosedur hukum bahwa yang bersangkutan memang bersalah. 5. Peran BNN dan Direktorat Narkoba dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika : a. Pencegahan Primer - Pencegahan Primer ditujukan pada anak-anak dan generasi muda yang belum pernah menyalahgunakan narkoba. Semua sektor masyarakat yang berpotensi membantu generasi muda untuk tidak menyalahgunakan narkoba. - Kegiatan pencegahan primer terutama dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan, penerangan dan pendidikan. b. Pencegahan Sekunder - Pencegahan Sekunder adalah pencegahan yg ditujukan pada : Anak-anak atau generasi muda yg sudah mulai mencoba-coba menyalahgunakan narkoba. Sektor- sektor masyarakat yg dapat membantu anak-anak, generasi muda berhenti menyalahgunakan narkoba. - Kegiatan pencegahan sekunder menitikberatkan pada kegiatan deteksi secara dini terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba, konseling perorangan dan keluarga pengguna, bimbingan sosial melalui kunjungan rumah. c. Pencegahan Tertier - Pencegahan Tertier ditujukan pada : Korban Narkoba atau bekas korban narkoba. Sektor-sektor masyarakat yg bisa membantu bekas korban Narkoba utk tidak menggunakan Narkoba lagi. - Kegiatan pencegahan Tertier dilaksanakan dalam bentuk bimbingan sosial dan konseling terhadap yang bersangkutan dan keluarga serta kelompok sebayanya, penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang menguntungkan bekas korban untuk mantapnya kesembuhan, pengembangan minat, bakat dan keterampilan kerja, pembinaan orang tua, keluarga, teman dimana korban tinggal, agar siap menerima bekas korban dengan baik jangan sampai bekas korban kembali menyalahgunakan Narkoba. 6. Apakah orang yang mengkonsumsi alkohol dapat dikenai dengan sanksi pidana, karena jika dilihat bahwa efek mengkonsumsi alkohol juga dapat merusak kesehatan sama dengan mengonsumsi Narkotika dan Psikotropiksa : Orang yang mengonsumsi alkohol dapat dikenai sanksi pidana diakui dan diatur dalam UU No. 29 Tahun 1947 tentang Cukai Minuman Keras. Bahkan sementara di perjuangkan RUU Minuman Beralkohol, salah satu isi pasalnya adalah : Pasal 21 angka (1) Bab VI tentang Ketentuan Pidana RUU Minol, sanksi pidana penjara bagi peminum minol yang mengganggu ketertiban umum atau mengancam keamanan orang lain ditingkatkan menjadi maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp100 juta. 7. Sanksi Pidana terhadap Penyalahgunaan, Pengedar dan Produsen Narkotika dan Psikotropika : Menurut Pasal 59 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika ditegaskan bahwa : "menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimpor, memiliki, menyimpan, dan atau membawa psikotropika golongan I dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat ) tahun, paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 dan paling banyak Rp.750.000.000,00." Dari rumusan pidana tersebut dapat diketahui bahwa terhadap tindak pidana psikotropika golongan I, apapun kualifikasi perbuatan pelaku tindak pidana diancam dengan pidana yang sama. Hal ini berbeda dengan tindak pidana terhadap psikotropika golongan lainnya yang membedakan ancaman hukuman satu dengan lainnya sesuai dengan kualifikasi perbuatan yang dilakukan pelaku. 8. Perbedaan Pembuatan Narkotika dan Psikotropika bahan-bahan tanaman, bukan tanaman, Sintesis dan Semisintesis : a. Narkotika Alami Zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh narkotika alami yaitu seperti ganza dan daun koka. b. Narkotika Sintetis Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon, dekstropropakasifen dan deksamfetamin. c. Narkotika Semi Sintetis Yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, dan kodein. 9. Jika terdapat pemakaian secara ilegal Narkotika dan Psikotropika dengan alasan untuk pengobatan apakah hal ini dibenarkan : Menurut saya tidak bisa dibenarkan karena alasan pengobatan, tetap harus ada izin penggunaan dari kepolisian dan resep dokter yang jelas, karena Narkotika dan Psikotropika jelas aturan penggunaannya tidak sembarangan. 10. Contoh Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif : a. Narkotika : Ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium. b. Psikotropika : LSD, DOM, dan ekstasi. Zat Adiktif : Pengawet, MSG, dan pemanis buatan.